“BJ hanya nggak ingin Abah dapat kesulitan lagi.”
Mata Abah berkaca-kaca. “Abah bangga sama kamu. Abah tau kamu anak yang sangat berbakti. Tapi tindakan kamu tadi sudah keterlaluan bahayanya. Kamu pertaruhkan nyawa. Abah ndak akan memaafkan diri sendiri kalo terjadi apa-apa sama kamu. Buat Abah, kamu jauh lebih berharga dari mobil apapun.”
BJ menanggapi dengan anggukan. Abah kemudian mengajak puteranya untuk masuk ke dalam toko merangkap rumah mereka. Melihat begitu sayangnya Abah, sebersit pikiran melintas di benak BJ. Ia merasa ini waktu yang sangat tepat untuk mengutarkan sesuatu yang selama ini kerap mengusik hatinya.
“Abah,” panggil BJ ketika mereka baru berjalan beberapa langkah. “Boleh minta waktu sebentar?”
“Soal truk?”
BJ menggeleng. “BJ ingin kita ngobrol… sebagai orangtua dan anak”
Firasat kebapakan Abah s
“Kita nggak punya banyak pilihan.”“Vokalisnya?”“BJ merangkap vokalis. Selama ngamen gue bisa nilai kalo vokal BJ lumayan oke.”Orang terakhir yang mereka tunggu, Dedot, akhirnya muncul.“Gimana soal kelangsungan band kita?“ Dedot langsung membuka dengan sebuah pertanyaan.“Situasi sekarang sulit. Hanya Tim CD yang bisa beraksi cari duit,“ kata Charlie.“Siapa bilang? Gapapa gue tampil sendiri,“ cetus Happy.“Dana yang udah didapet hanya cukup untuk dua kali latihan. Kita pasti kepinginnya penampilan kita sukses. Jadi kita musti latihan lebih sering.“ “So pasti. Gue kan ngejar beasiswanya juga.“ Charlie menimpali. “Gue juga butuh. Soalnya gue mikirnya begini. P
Upaya Bayu untuk menekan BJ terbukti gagal. BJ baru saja menyampaikan sebuah pesan chat kepadanya. Menyatakan bahwa Bayu tidak bisa lagi mengancam dengan mengatakan akan membongkar masa lalunya kepada Abah. Bermaksud menantang, BJ malah dengan berani memberikan nomor telpon Abah pada orang itu.Saat pertama kali mendapatkan pesan chat itu Bayu tidak langsung percaya begitu saja. Ia juga menghubungi nomor yang dimaksud. Dan saat berbicara langsung dengan Abah, Bayu barulah mendapatkan kepastian bahwa ia memang tidak bisa lagi menekan BJ. Abah sudah tahu semuanya dan sudah memaafkan perbuatannya.Tentu saja Bayu jadi merasa malu karena upayanya tidak lagi ada gunanya. Tapi yang membuat dirinya terpukul bukan hanya itu. Ia sadar bahwa ia tidak mendapatkan hal yang sama dari ayahnya yaitu perhatian yang sebaliknya malah didapatkan BJ dengan berlimpah.Kalau sudah begini – ia merenung – siapakah yang sesungguhnya
Biarpun percepatan acara membuat waktu latihan jadi makin terbatas – hanya sebulan lebih – BJ lega. Pertemuan singkat mereka menghasilkan kesepakatan yang sesuai harapannya. Mengingat keterbatasan waktu BJ mau tidak mau hanya mengikuti materi lagu yang sudah dilatih sebelumnya oleh Happy, Dedot dan Charlie. Bagi BJ itu tidak masalah. BJ siap mengikuti dan mendukung. Termasuk pula aksi pencarian dana yang mulai mereka lakukan lagi secepatnya. Benar-benar kesepakatan damai yang luar biasa. Di akhir acara BJ melakukan high five baik dengan Charlie maupun Dedot. Tapi saat berhadapan dengan Happy, BJ kaget karena si gempal itu malah memeluk BJ dengan rasa haru. BJ jadi ikut terharu dan balas memeluk badan gempal rekannya. Pelukan antara keduanya terjadi bermenit-menit.“Hngghhh… , Py!”“Kenapa, J?” tanya Happy sambil tetap mendekap erat.
Dan sekarang, di sela jam istirahat, Bayu mengorek info dari dua informan sekaligus merangkap tukang pukul alias centeng alias pengawal tidak resminya.Entah karena faktor kurang gizi sejak lahir atau hal lain, keduanya lebih suka dipanggil Saipul dan Apip. Keduanya memang akrab betul. Bisa jadi karena mereka memiliki banyak kesamaan. Sama-sama badung, sama-sama jomblo, sama-sama pembuat onar, sama-sama pernah tidak naik kelas.“Ada info soal BJ?” “Sejauh ini belum, boss.” “Kan gue minta supaya kalian cari apa kesalahan orang itu. Emang dia nggak bikin kesalahan? Nggak pernah ikut tawuran? Nggak nilep barang apa yang milik sekolah? Nggak bikin kenakalan yang agak besar? Kalian cari dong!”“Ya
Bersama dengan Happy, BJ baru saja selesai mengamen di dalam sebuah bis. Saat bis melaju ke arah pintu masuk tol untuk membayar tiket, keduanya lantas bersiap turun.Saat bis melambat Happy turun dari arah depan sedangkan BJ melompat turun dari pintu belakang. Yang BJ tidak duga, ia hampir saja tersambar sebuah mobil lain yang secara tiba-tiba melakukan manuver berbahaya. Kecelakaan bisa terhindari memang. Bukan karena mobil itu mengerem atau menghindar tapi karena BJ yang dengan sigap melompat kembali ke pintu bis sebelum kemudian turun lagi. BJ yang kalap ingin berurusan dengan si pengemudi mobil. Sayang, BJ tidak bisa mengejar karena akibat melompat tadi kakinya nyeri akibat terbentur keras ke pintu bis.Mobil memang sempat terhenti di depan palang elektronik. Namun ketika dalam beberapa detik transaksi pembayaran diselesaikan mobil ini melaju lagi. Kabur dengan kecepatan tinggi.Happy ikut menjadi saksi peristiwa. Ia berlari-lari menemui BJ yang terdud
Bayu kecewa. Padahal ia ingin sekali menghabiskan malam itu bersama Lichelle. Mendadak dari dalam rumah terdengar suara Mbak Wati, pembantu mereka, memekik kecil. Penasaran dengan apa yang terjadi Lichelle masuk ke dalam. Meninggalkan Bayu dengan ibunya di teras.“Sudah lama shekali kamu eee tidak datang ke shini, Bayu.”“Iya nih. Bantuin Papa terus soalnya,” jawab Bayu yang memang cukup mengenal orangtua Lichelle itu. “Tante lagi sibuk?”“Nggak. Cuma sirrram ini kembang,” katanya sambil menuntaskan pekerjaan. “Eee apakah Bayu sorrre ini ada kegiachan?”“Nggak ada sih, Tante,” ucap Bayu yang masih memendam kecewa karena tidak bisa bersama Lichelle malam itu. “Kenapa? Mau pergi?”“Cuma dekat-dekat sini aja. Ke salon di XF mall.”Pikir Bayu, karena sedang mempersiapkan acara nanti malam, mestinya yang merasa perlu ke sal&
BJ nekad. Pemberesan masalah dengan ayah dan rekan-rekan band-nya sudah selesai. Kini tinggal masalahnya dengan Lichelle. BJ berpikir bahwa pemberesan – apapun harganya – harus ia selesaikan secepat mungkin. Pertimbangan lain adalah bahwa ia perlu membujuk Lichelle kembali untuk menjadi vokalis. Untuk alasan terakhir, BJ sebetulnya tak berharap banyak. Tapi pikirnya, setidaknya ia telah mencoba dan itu menjadi tanggung jawab moralnya di depan Happy, Charlie dan Dedot.Itu sebabnya pada malam itu, tak peduli walau Lichelle tak pernah membalas pesan-pesan apalagi membalas panggilan telponnya, ia mendatangi rumah gadis itu. Seperti biasa, Mbak Wati yang membukakan pintu. Setelah menunggu di teras beberapa lama Lichelle menampakkan diri. Mengenakan kardigan warna cream dan sneakers serta sedikit makeup, BJ tahu Lichelle sedang bersiap pergi.“Yes?““Gue mau minta maaf,“ ucap BJ tanpa basa-basi.
BJ tersenyum kecut. Ia merasa itu sudah hasil maksimal yang bisa ia capai bersama Lichelle. Adapun hal buruk lain mengenai Bayu ia putuskan untuk tetap tidak perlu diungkap. Setidaknya untuk saat ini.“Gue hargai keputusan lu, Lichelle. Thanks. Gue pamit pulang.“ Saat BJ bangkit dan mulai beranjak pergi, Lichelle menyadari sesuatu. “Kaki lu kenapa?“ “Nggak apa-apa.“ Mendengar jawaban BJ yang dingin dan kaku Lichelle hanya mengangkat bahu. “Ya udah. Bye.“Saat BJ belum sepenuhnya pergi, ponsel Lichelle di atas meja bergetar menandakan ada telpon masuk. BJ semp