Bersama dengan Happy, BJ baru saja selesai mengamen di dalam sebuah bis. Saat bis melaju ke arah pintu masuk tol untuk membayar tiket, keduanya lantas bersiap turun.
Saat bis melambat Happy turun dari arah depan sedangkan BJ melompat turun dari pintu belakang. Yang BJ tidak duga, ia hampir saja tersambar sebuah mobil lain yang secara tiba-tiba melakukan manuver berbahaya. Kecelakaan bisa terhindari memang. Bukan karena mobil itu mengerem atau menghindar tapi karena BJ yang dengan sigap melompat kembali ke pintu bis sebelum kemudian turun lagi. BJ yang kalap ingin berurusan dengan si pengemudi mobil. Sayang, BJ tidak bisa mengejar karena akibat melompat tadi kakinya nyeri akibat terbentur keras ke pintu bis.
Mobil memang sempat terhenti di depan palang elektronik. Namun ketika dalam beberapa detik transaksi pembayaran diselesaikan mobil ini melaju lagi. Kabur dengan kecepatan tinggi.
Happy ikut menjadi saksi peristiwa. Ia berlari-lari menemui BJ yang terdud
Bayu kecewa. Padahal ia ingin sekali menghabiskan malam itu bersama Lichelle. Mendadak dari dalam rumah terdengar suara Mbak Wati, pembantu mereka, memekik kecil. Penasaran dengan apa yang terjadi Lichelle masuk ke dalam. Meninggalkan Bayu dengan ibunya di teras.“Sudah lama shekali kamu eee tidak datang ke shini, Bayu.”“Iya nih. Bantuin Papa terus soalnya,” jawab Bayu yang memang cukup mengenal orangtua Lichelle itu. “Tante lagi sibuk?”“Nggak. Cuma sirrram ini kembang,” katanya sambil menuntaskan pekerjaan. “Eee apakah Bayu sorrre ini ada kegiachan?”“Nggak ada sih, Tante,” ucap Bayu yang masih memendam kecewa karena tidak bisa bersama Lichelle malam itu. “Kenapa? Mau pergi?”“Cuma dekat-dekat sini aja. Ke salon di XF mall.”Pikir Bayu, karena sedang mempersiapkan acara nanti malam, mestinya yang merasa perlu ke sal&
BJ nekad. Pemberesan masalah dengan ayah dan rekan-rekan band-nya sudah selesai. Kini tinggal masalahnya dengan Lichelle. BJ berpikir bahwa pemberesan – apapun harganya – harus ia selesaikan secepat mungkin. Pertimbangan lain adalah bahwa ia perlu membujuk Lichelle kembali untuk menjadi vokalis. Untuk alasan terakhir, BJ sebetulnya tak berharap banyak. Tapi pikirnya, setidaknya ia telah mencoba dan itu menjadi tanggung jawab moralnya di depan Happy, Charlie dan Dedot.Itu sebabnya pada malam itu, tak peduli walau Lichelle tak pernah membalas pesan-pesan apalagi membalas panggilan telponnya, ia mendatangi rumah gadis itu. Seperti biasa, Mbak Wati yang membukakan pintu. Setelah menunggu di teras beberapa lama Lichelle menampakkan diri. Mengenakan kardigan warna cream dan sneakers serta sedikit makeup, BJ tahu Lichelle sedang bersiap pergi.“Yes?““Gue mau minta maaf,“ ucap BJ tanpa basa-basi.
BJ tersenyum kecut. Ia merasa itu sudah hasil maksimal yang bisa ia capai bersama Lichelle. Adapun hal buruk lain mengenai Bayu ia putuskan untuk tetap tidak perlu diungkap. Setidaknya untuk saat ini.“Gue hargai keputusan lu, Lichelle. Thanks. Gue pamit pulang.“ Saat BJ bangkit dan mulai beranjak pergi, Lichelle menyadari sesuatu. “Kaki lu kenapa?“ “Nggak apa-apa.“ Mendengar jawaban BJ yang dingin dan kaku Lichelle hanya mengangkat bahu. “Ya udah. Bye.“Saat BJ belum sepenuhnya pergi, ponsel Lichelle di atas meja bergetar menandakan ada telpon masuk. BJ semp
“Foto profil Bayu yang tadi ada di hape lu. Boleh gue liat?“Malas-malasan, Lichelle menyentuh beberapa kali layar ponsel sebelum menunjukkan sebuah gambar. BJ menyambut dari tangan Lichelle. Gadis itu dengan segera bisa melihat keterkejutan dan kemarahan pada wajah BJ ketika melihat gambar profil ponsel Bayu. Bukan hanya itu, telapak BJ juga sedikit bergetar ketika menatap gambar di layar. Lebih dari dua menit BJ melihati seksama tanpa menyadari bahwa Lichelle melihat perubahan pada raut wajahnya.“Gambar ini di-desain khusus,“ kata BJ sambil mengembalikan ponsel ke pemiliknya. “Gambar Hulk dengan gigi tonggos dan lidah terjulur a la penyanyi Mick Jagger. Cuma Bayu yang punya gambar seperti ini. Iya kan?“Asumsi itu di-iya-kan Lichelle. “Dia pake jasa di Fiverr sebelum gambar dibuat jadi sticker.““Sticker?““Sticker mobil.““Ditempel d
“Sialan, lu ragu dengan kepinteran gue? Gue ranking satu terus, J.““Iya, iya, lu pinter. Tapi kenapa diem?““Buktinya kurang kuat. Gue mungkin nggak dapat semua info utuh. Tapi dari keping-keping kejadian yang ada gue bisa menebak rangkaian cerita soal Bayu dan cewek-ceweknya. Tentang proyek, gue udah menduga.“Lichelle menenangkan diri sebelum bercerita secara runut.“Hubungan gue dengan Papa itu akrab, J. Saat ngobrol-ngobrol dengan Papa kemarin, nggak sengaja ketauan kalo salah satu calon kontraktor itu direkturnya punya anak yang satu sekolah sama gue. Gue sampe tracing di macem-macem medsos. Begitu dirunut melalui FB, ketauan kalo orang itu adalah bokapnya Bayu. Terus, soal SPG juga gue udah menduga. Agak panjang ceritanya tapi ya begitulah yang terjadi. Orang itu ternyata.... ah! Ceritanya lebih nyakitin. Begitu juga soal Maya. Pokoknya gue udah dari dulu m
“Hidup dalam asumsi adalah hidup penuh resiko. Kita menentukan baik buruknya seseorang berdasar mindset dalam diri kita yang sebetulnya subyektif. Kita bisa salah. Lantas, jika kita menyadari begitu, kenapa kita nggak mau cukup humble dan berinisiatif untuk sebuah perdamaian.“ BJ berhenti bicara sesaat. Ia tak menyangka bahwa ucapannya sejauh ini tak dipotong oleh si angkuh di depannya. Ini membuatnya kembali melanjut ucapan. Tapi sebelum bersuara, Lichelle sudah menanggapi terlebih dulu. “Masalahnya sepertinya bukan di Papa. Masalahnya di aku.“ “Baguslah kalau kamu berpikir begitu. Kamu tu dewasa sekali dengan punya pandangan begitu. Kamu melihat kekurangan Papamu tapi juga secara gentle mengakui kekuranganmu dan mau introspeksi diri.“ Terdengar panggilan dari dalam rumah memintanya untuk bersiap pergi. Bagi BJ, ia tahu waktunya di sana tinggal sesaat lagi. “Papa itu kaku, J. Dia sebetuln
Dengan sedikit tersendat BJ menutup dengan satu pernyataan terakhir. Kali ini tidak ada lagi kata lu-gue di dalamnya. “Aku sudah pernah hidup dengan rasa bersalah terhadap orang lain, dalam hal ini orangtuaku, selama empat tahun, Lies. Buatku itu pelajaran hidup berharga, lebih dari cukup. Enough is enough.“ Hening kembali menyelimuti ketika Lichelle diam tak menjawab dan BJ pun tak merasa perlu mengejar jawaban. Benar-benar nyaris tak ada suara. Suara-suara alam di malam hari tak terdengar. Jangkrik membisu, kersik daun tak terdengar. Angin pun seolah letih berdesau. Keriuhan hanya terjadi dalam hati Lichelle ketika jantungnya berdetak dua kali lebih cepat. BJ tak menyadari bahwa rentetan pertanyaan dan satu pernyataan terakhirnya tadi menimbulkan galau dalam diri Lichelle. Keangkuhan dalam diri Lichelle runtuh sudah. Menyisakan sesal mengapa ia gagal melihat secercah kebaikan BJ selama ini.
Saipul tidak segera menjawab karena tangannya sibuk menyalakan rokok. Ketika baru saja rokok dinyalakan, mendadak Apip bangun dari duduk. Melalui sela-sela pohon yang membatasi tempat itu dan sebuah koridor sekolah, ia melihat seseorang mendatangi tempat mereka. “Pak Mintarja! Gawat dia dateng ke sini! Bisa ke-gap nih!“ Saipul menoleh ke arah yang dilihat Apip untuk mengkonfirmasi. Apip tidak bohong. Dari balik sela-sela pohon ia melihat orang yang sama. Keduanya panik. Bagi Saipul pemilik nama itu lebih mengerikan daripada Lord Voldermort sedangkan bagi Apip lebih mengerikan daripada Mak Lampir. Guru yang merangkap wali kelas mereka sudah terlalu sering menangkap basah baik ketika mereka bolos, berkelahi, merokok, mencontek. Mereka kenyang didisiplin. Dan semakin hari mereka merasa pendisiplinan beliau semakin keras. Sekarang, Saipul menjadi pihak yang paling panik karena wali kelas mereka akan membuatnya tertangkap basah sedang merokok
“Lagu kamu udah selesai, Je?” “Ssshhhh,” BJ meminta Lichelle diam dan menikmati saja lagu riang, menghentak, yang memang diciptakan BJ untuk gadis itu. Purnama, tahukah dirimu. Mentari, sadarkah engkau. Ada api cinta yang membara tiap hari Ku ingin kalian tahu Lichelle terperangah. Hasil akhir ini dibuat lebih indah dari sebelumnya karena penuh dengan improvisasi. Dengar curhatku wahai alam Bantulah aku wahai semesta Karena mabuk aku dalam romansa Beriku kekuatan saat ku ekspresikan cinta Lichelle menggenggam telapak tangan BJ yang berada di tuas kopling. Sebuah remasan lembut dilakukan BJ menanggapi sentuhan tadi persis ketika musik memasuki reffrain. Dalam serenada cinta kulantun lagu ini Because everytime I see you I fall in love all over again Tapaki waktu bersamamu itu rinduku Dalam serenada cinta kulantun tembang ini Together with you, Lichelle Is my favorite place to be Gapai masa depan bersamamu itu rinduku Lagu itu hanya berdurasi tiga menit lebih sekian de
Tidak ada pekerjaan untuk nyambi yang bisa menghasilkan uang yang sebelumnya mereka bisa dapatkan dari Bayu membuat Saipul dan Apip cekak. Tidak punya uang sama sekali. Ini menyengsarakan buat mereka yang sudah mulai boros dan orangtua mereka pun bukan orang berada. “Lu ada rokok? Mulut gue asem nih,” kata Apip sambil menadah tangan pada Saipul. “Dasar mental gretong lu. Gue ada tapi itu buat akika sendiri, tauk!” “Masa’ gak ada sebatang lagi?” “Cacamarica aja sendiri.” “Tadi gue liat di kantong lu ada tiga batang Surya.” “Surya? Itu rokok maharani, akika gak sanggup beli.” “Nggak lah, masa’ Surya kemahalan.” “Ember. Lagi susah begindang, beli Surya. Gilingan banget dah.” Apip menggaruk kening. “Nasib oh nasib. Kenapa kita jadi cekak begini ya?” “Akika ada sih duit goceng. Belalang aja dua batang gih.” “Beli dua batang? Hhh malu-maluin.” “Capcus. Mau
Seperti biasa BJ memesankan makanan untuk dibungkus. Tapi Adhul menolak. Sepertinya ia sungkan karena BJ terus-terusan berbaik hati padanya. Dari saku celananya ia mengeluarkan ponsel candybar sederhana miliknya dan menunjukkan pada BJ. “Adhul gak usah dibeliin kak. Tadi pak Rokib, tetangga, nelpon minta Adhul cepetan pulang ke rumah sebelum maghrib.” “Maghribnya kan masih lama. Udah gak apa-apa biar kakak pesanin mie buat kamu.” Adhul terlihat malu sebelum kemudian mengangguk. “Mau yang goreng atau kuah?” “Yang kuah.” “Pake sambel?” “Iya tapi dikit aja.” Belum lagi kalimat itu usai, terdengar dering feedback dari panggung yang berada tak jauh dari lokasi mereka berada. Sepertinya manajeman pusat grosir sedang menyiapkan sebuah acara yang akan digelar beberapa jam lagi. Standing mike sudah terpasang beberapa unit berikut ampli dan terminalnya. Testing audio menyebabkan dengin
Lichelle memegangi pipi BJ. “And I trust you.” Petir menyambar, disusul gemuruh membahana. Hujan menderas. Sangat deras. Air dari langit tercurah begitu dahsyat, membentuk rinai air yang pekat dan tebal. Seolah menutup pemandangan yang terjadi di teras, antara dua sosok remaja ketika bibir keduanya bertautan. * Urusan melayani seorang pembeli yang membeli kayu reng sudah selesai dilakukan BJ. Ia baru mau menyerahkan Minel yang sejak tadi digendong ke Emak ketika Lichelle mendadak muncul di depannya. “Ada apa?” Pertanyaan BJ tak segera dijawab. Dengan gemas Lichelle menggendong Minel. Seorang bocah berumur tiga tahun sebetulnya bobotnya sudah agak berat dan berpotensi bikin pegal. Tapi postur Minel yang mungil membuat ia masih bisa dengan gampang digendong oleh Lichelle. Melihat Lichelle yang pandai dan luwes menggendong, seketika ingatan BJ teringat pada perist
Bagi Abah, kehilangan pekerjaan sebagai interpreter memang agak disayangkan. Tapi keutuhan rumah tangganya adalah di atas segalanya. Pandangan itu diaminkan Emak. Kesulitan sehari cukuplah untuk sehari. Ke depannya tantangan akan seperti apa pasti mereka berdua bisa atasi ketika keduanya saling sepakat, saling tolong, dan saling mendukung. Hanya memang ada satu masalah kecil. Keciiiiiil sekali. Biasanya Abah bangun pagi. Tapi tidak kali ini. Emak sudah berusaha bangunkan suaminya. Sekali, dua kali, dan baru di usaha ketiga Abah baru terbangun. Ia sempat membuka mata, mengobrol sebentar dengan isterinya. Hanya saja ketika Emak ‘lengah’ dan melakukan hal lain, Abah berbaring lagi. Mendengkur malah. “Lho kenapa tidur lagi?” Emak mengomel sembari membangunkan Abah. Bukanya menjawab, Abah malah mengambil bantal guling, memeluknya dan melanjutkan tidur. “Hey, bangun.” “Masih ngantuk
“Enak kan?” “Inhi enhak karhena akhu lhapar....” Lichelle tidak mau mengalah. Ia berucap dengan mulut penuh terisi makanan. “Ini adalah gado-gado terenak se-Jakarta. Kamu pergi kemana pun nggak ada gado-gado seenak ini. Bumbu kacangnya lembut dan ada aroma jeruk nipis. Wuih mantap,” BJ lantas menyuap sesendok untuk mulutnya sendiri. Tak lama ia mengambil secarik tisyu dari box-nya di atas meja dan menyapu mulut Lichelle yang terkena noda bumbu kacang. “Aku maunya ini terakhir ya kita makan di tempat kaya gini soalnya...” “Aaaaaa....” Ucapan Lichelle lagi-lagi tak terselesaikan ketika BJ menyuap satu sendok lagi. Makanan pesanan Lichelle kini datang. Sepiring kwetiau goreng dengan taburan bawang goreng yang menawan. Melihat bentuknya yang menggairahkan Lichelle tergoda untuk segera menikmati. Makanan itu sebetulnya dipesankan oleh BJ untuknya. Dan Lichelle harus mengaku
“Terima kasih,” kata Abah lirih setelah mereka melepas pelukan. “Malam ini, Abah jangan disuruh tidur di sofa ya? Sofa tua itu udah makin nggak enak. Pakunya mulai nusuk-nusuk pantat Abah kalo lagi tidur.” Emak tak tahu mau menangis atau tertawa atau kasihan mendengar ucapan jujur suaminya. Satu hal yang pasti, malam ini bisa jadi malam yang sama indahnya dengan honeymoon mereka dulu. * Dibantu temannya yaitu Charlie, Happy mulai mewujudkan pengembangan bisnisnya. Mumpung banyak waktu di rumah, sudah beberapa hari ini di dekat tempat tambal ban milik ayahnya ia juga membuka usaha tambahan yaitu penjualan mie instan berikut layanan memasak, menyediakan aneka kopi lengkap beserta air panas, serta menjual telur, dan biskuit. Semua untuk orang-orang yang menunggui ketika ban mobil mereka ditambal. Charlie juga datang dan menawarkan masker untuk dijual di sana dengan potongan harga.
“Bijeeee, cute banget sih lo.”Dalam gemas dan sayang Lichelle mencubit manja pinggang BJ.Makna hidup. Dua kata yang terakhir tadi diucapkan BJ teringat lagi. Bagi Lichelle, BJ tidak perlu berpepatah-petitih. Contoh kecil yang baru saja ditunjukkan dengan membantu seorang kakek menyeberang sudah memberikan sejuta makna. Itulah makna hidup dan BJ sedang menanamkan nilai itu kepadanya.*Abah tidak macam-macam. Abah tetap menjadi suami setia sebagaimana ia sudah terangkan pada BJ. Itu seharusnya disampaikan BJ kepada Emak. Atau Abah sendiri yang sampaikan. Tapi kesalahpahaman membuat baik Abah maupun BJ berasumsi. Abah merasa BJ sudah menyampaikan pada Emak, sebaliknya BJ merasa bahwa Abah pastinya sudah menyampaikan pada Emak. Akibatnya, Emak masih tetap dalam marahnya. Terlebih semalam ia memang tidak pulang ke rumah karena berkaitan dengan tugasnya sebagai interpreter yang
Kebutuhan uang memang masih besar. Namun bagi Abah, keutuhan keluarga adalah di atas segalanya. Permasalahan sikap Winda adalah perkara penting yang perlu ditangani segera. Sebetulnya tidak ada yang salah dengan sikap Winda. Yang salah adalah bahwa ia melakukannya di waktu dan orang yang tidak tepat. Atas dasar itulah dengan berat hati pada siang itu Hendri menyempatkan diri menemui Haryono di kantornya. “Sepertinya aku gak bisa melanjutkan tugas. Aku nggak bisa lagi jadi interpreter.” Itu adalah inti pesannya. Sebuah pesan yang tentu saja membuat Haryono terkaget dan sempat menduga bahwa Hendri kurang puas dengan kesepakatan gaji. Ada waku bermenit-menit yang ia tanyakan dan semua dijawab secara lugas dan tuntas oleh Abah. Ada juga waktu satu jam sendiri ketika mereka saling bersilang pendapat. Sekali lagi, sebuah keputusan acapkali dihasilkan dengan tanpa membahagiakan seluruh pihak. Haryono mencoba memahami kega