Beranda / Fiksi Remaja / PANGGUNG HEBOH / Kebenaran Yang Menyakitkan

Share

Kebenaran Yang Menyakitkan

Penulis: Marthino Mawikere
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“Hidup dalam asumsi adalah hidup penuh resiko. Kita menentukan baik buruknya seseorang berdasar mindset dalam diri kita yang sebetulnya subyektif. Kita bisa salah. Lantas, jika kita menyadari begitu, kenapa kita nggak mau cukup humble dan berinisiatif untuk sebuah perdamaian.“ BJ berhenti bicara sesaat. Ia tak menyangka bahwa ucapannya sejauh ini tak dipotong oleh si angkuh di depannya. Ini membuatnya kembali melanjut ucapan. Tapi sebelum bersuara, Lichelle sudah menanggapi terlebih dulu.

“Masalahnya sepertinya bukan di Papa. Masalahnya di aku.“

“Baguslah kalau kamu berpikir begitu. Kamu tu dewasa sekali dengan punya pandangan begitu. Kamu melihat kekurangan Papamu tapi juga secara gentle mengakui kekuranganmu dan mau introspeksi diri.“

Terdengar panggilan dari dalam rumah memintanya untuk bersiap pergi. Bagi BJ, ia tahu waktunya di sana tinggal sesaat lagi.

“Papa itu kaku, J. Dia sebetuln

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • PANGGUNG HEBOH   Sabotase

    Dengan sedikit tersendat BJ menutup dengan satu pernyataan terakhir. Kali ini tidak ada lagi kata lu-gue di dalamnya. “Aku sudah pernah hidup dengan rasa bersalah terhadap orang lain, dalam hal ini orangtuaku, selama empat tahun, Lies. Buatku itu pelajaran hidup berharga, lebih dari cukup. Enough is enough.“ Hening kembali menyelimuti ketika Lichelle diam tak menjawab dan BJ pun tak merasa perlu mengejar jawaban. Benar-benar nyaris tak ada suara. Suara-suara alam di malam hari tak terdengar. Jangkrik membisu, kersik daun tak terdengar. Angin pun seolah letih berdesau. Keriuhan hanya terjadi dalam hati Lichelle ketika jantungnya berdetak dua kali lebih cepat. BJ tak menyadari bahwa rentetan pertanyaan dan satu pernyataan terakhirnya tadi menimbulkan galau dalam diri Lichelle. Keangkuhan dalam diri Lichelle runtuh sudah. Menyisakan sesal mengapa ia gagal melihat secercah kebaikan BJ selama ini.

  • PANGGUNG HEBOH   Diplomasi Balsem

    Saipul tidak segera menjawab karena tangannya sibuk menyalakan rokok. Ketika baru saja rokok dinyalakan, mendadak Apip bangun dari duduk. Melalui sela-sela pohon yang membatasi tempat itu dan sebuah koridor sekolah, ia melihat seseorang mendatangi tempat mereka. “Pak Mintarja! Gawat dia dateng ke sini! Bisa ke-gap nih!“ Saipul menoleh ke arah yang dilihat Apip untuk mengkonfirmasi. Apip tidak bohong. Dari balik sela-sela pohon ia melihat orang yang sama. Keduanya panik. Bagi Saipul pemilik nama itu lebih mengerikan daripada Lord Voldermort sedangkan bagi Apip lebih mengerikan daripada Mak Lampir. Guru yang merangkap wali kelas mereka sudah terlalu sering menangkap basah baik ketika mereka bolos, berkelahi, merokok, mencontek. Mereka kenyang didisiplin. Dan semakin hari mereka merasa pendisiplinan beliau semakin keras. Sekarang, Saipul menjadi pihak yang paling panik karena wali kelas mereka akan membuatnya tertangkap basah sedang merokok

  • PANGGUNG HEBOH   Yang Mati Gara-gara Keselek Ikan

    “Bapak udah bosen pergokin kalian berdua merokok. Awas ya kalo kalian mengulang.“ “Nggak pak,“ Apip menjawab dengan percaya diri. “Oke pak. Siap pak. Kami pasti lakuin. Bye bye,“ jawab Saipul yang ingin sekali agar guru mereka pergi secepatnya. Jelas bahwa ia mengkhawatirkan nasib lembaran uang ratusan ribu di bungkus rokok yang terancam terbakar. “Merokok itu nggak baik buat kesehatan.“ “Iya pak. Saya sudah tau,“ Saipul bangkit dari duduknya bersikap sekolah hendak pergi. Apip juga ikut bangkit. Maksudnya jelas, meminta supaya Pak Mintarja ikut pergi. Sayangnya, harapan itu tak terwujud. Pak Mintarja malah meluangkan waktu lima menit sendiri untuk menjelaskan tentang bahaya merokok. Dan sementara guru mereka bercerita panjang lebar, Saipul makin merana melihat asap tipis di balik semak kini menebal. Asap itu menandakan api yang melahap bungkus rokok telah membesar. Untung juga arah angin berhembus ke lain arah se

  • PANGGUNG HEBOH   Naksir

    Mata Maura berbinar-binar saat membuka ponselnya. Di antara delapan sampai sembilan pesan dari orang berbeda-beda yang masuk, matanya langsung tertuju kepada pesan yang datang dari seseorang. Sebuah pesan yang ia paling tunggu-tunggu kalau datang dari orang itu. Itu adalah sebuah balasan dari sebuah chat yang sebelumnya Maura kirimkan. Balasan yang masuk tadi tak memuat kalimat atau bahkan kata apapun. Hanya sebuh icon jempol. Menandakan si pengirim, yaitu BJ, menyetujui apa yang ia sampaikan. Balasan pesan chat itu sebetulnya tak memiliki arti apa-apa kalau saja pengirimnya bukan pria itu. Maura telah meminta waktu bertemu secara khusus di sebuah restoran kecil pada tanggal dan jam tertentu. Dan atas permintaan itu BJ telah menyetujui. Hati Maura berdetak lebih keras dari biasanya. Sudah makin sulit baginya untuk bersembunyi dari kenyataan bahwa ia tertarik pada pria itu. Dala

  • PANGGUNG HEBOH   Nenek Ingin 69an

    Sebagaimana laiknya orang yang sudah uzur biasanya banyak maunya, sikap Nyai juga seperti itu. Nyai jadi manja dan maunya menang sendiri. Salah satu contoh adalah klaim beliau soal umurnya. Satu keluarga sudah tahu bahwa umur Nyai itu 68 tahun. Tapi entah karena faktor apa atau mungkin dengan info dari rekan-rekan seangkatannya, Nyai lebih suka meng-klaim bahwa umurnya 70 tahun. Hal ini pun Nyai terapkan di rumah dan ia meminta mulai dari Abah, Emak, maupun BJ akan mengatakan bahwa umurnya adalah 70 tahun. Lompatnya usia Nyai dari 68 ke 70 tahun belakangan membuat dirinya sedih. Emak dan Abah sedang sibuk melakukan ini-itu ketika tiba-tiba saja Nyai menangis seperti anak kecil yang makanan ikan kesayangannya di meja digondol kucing nakal. „Kenapa nangis, Nyai?“ “Tenang, tenang, ada apa? Nyai jangan takut.“ Abah dan Emak bersatu padu membujuk beliau. Sempat berkurang sedikit, suaranya tangisannya yang menjengkel 

  • PANGGUNG HEBOH   Kencan Bareng Maura

    Sementara Maura mulai mengambil lembar menu dan memeriksa, BJ membantu waiter resto yang membersihkan sisa makanan dan minuman di meja dimana selama itu otaknya dipenuhi aneka pikiran. BJ tidak mau ge-er alias gede rasa alias over confident bahwa Maura menaksir dirinya. Tapi pemikiran itu muncul bukan tanpa sebab. Pemikiran pertama, undangan makan siang dari Maura pada awalnya diterima tanpa tendensi apa-apa. Belakangan undangan makan siang diganti jadi undangan makan malam. Jadi, jelas bahwa acara ini adalah acara dinner yang telah disetup. Pemikiran kedua, posisi meja dimana mereka berada itu lokasinya sangat mojok alias di sudut dan tertutup vas bunga serta merupakan jalan buntu. Artinya mereka yang berdua di sana benar-benar memiliki kebebasan penuh. Sebuah bangku yang sangat privacy. Pemikiran ketiga, atas dasar hal-hal di atas tadi, bisa jadi inilah saatnya diman

  • PANGGUNG HEBOH   Si Katrok Yang Sexy

    Malu-malu, ia lalu mengikuti saran Maura dengan menatap wajahnya. Menatapi keindahan pada mata berbinar dengan celak biru, alis mata, serta bibir merah merekah di depannya. Betapa kecantikan gadis kota memang berbeda. Maura tampil amat memukau. Tapi BJ benar-benar tidak kuat bertatapan mata seperti tadi. Malu-malu, ia menurunkan pandangan dan akibatnya ia kini jadi melihat tubuh Maura dari leher ke bawah. Saat itulah baru BJ menyadari betapa ia sangat cuwek dan tidak peduli pada lingkungan sekitar. Ia baru sadar bahwa Maura malam itu tampil tak hanya dengan riasan penuh dan juga rok mini. Bukan hanya itu saja.... blus yang dikenakan pun BJ anggap seronok. “Kamu kenapa? Hmm? Risih ya jalan sama aku?“ BJ lebih menunduk lagi. Akibatnya ia jadi melihati lagi deretan makanan dalam daftar menu yang kini tergeletak di atas meja di depannya. “Iya, aku.... risih...“ “Risih karena....?“ “Kamu.... montok.“

  • PANGGUNG HEBOH   Taekwondo

    Antara gemas dan jengkel, Maura mengulurkan tangan dan langsung mencubit lengan BJ.“Elu tuh ye. Orang lagi terharu, nangis, eh lu masih sempat-sempatnya bercanda. Mau ngomong tapi-tapi berapa kali?““T-tapi...““Sekali lagi ngomong ‚tapi‘ gue cubit lagi lebih keras.“Lah? BJ heran dengan gadis itu. ‚Cengeng dengan galaknya nyatu!‘“Ya, gue sih terhormat banget elo bisa punya perhatian seperti itu. Gue tersanjung tapi.... lu yakin?““Yakin.““Nggak PHP?““Nggak.“BJ mengulurkan tangan dan dengan enaknya menaruh punggung lengan tangan di kening Maura. “Kamu nggak lagi sakit kan?““Nggaaaakk...“Maura sepertinya tidak bohong. Buktinya keningnya tidak hangat. Kening Maura terasa adem.„Jidatmu ternyata adem. Nggak anget.&ldquo

Bab terbaru

  • PANGGUNG HEBOH   Sebuah Epilog

    “Lagu kamu udah selesai, Je?” “Ssshhhh,” BJ meminta Lichelle diam dan menikmati saja lagu riang, menghentak, yang memang diciptakan BJ untuk gadis itu. Purnama, tahukah dirimu. Mentari, sadarkah engkau. Ada api cinta yang membara tiap hari Ku ingin kalian tahu Lichelle terperangah. Hasil akhir ini dibuat lebih indah dari sebelumnya karena penuh dengan improvisasi. Dengar curhatku wahai alam Bantulah aku wahai semesta Karena mabuk aku dalam romansa Beriku kekuatan saat ku ekspresikan cinta Lichelle menggenggam telapak tangan BJ yang berada di tuas kopling. Sebuah remasan lembut dilakukan BJ menanggapi sentuhan tadi persis ketika musik memasuki reffrain. Dalam serenada cinta kulantun lagu ini Because everytime I see you I fall in love all over again Tapaki waktu bersamamu itu rinduku Dalam serenada cinta kulantun tembang ini Together with you, Lichelle Is my favorite place to be Gapai masa depan bersamamu itu rinduku Lagu itu hanya berdurasi tiga menit lebih sekian de

  • PANGGUNG HEBOH   Jadi Bencong Deh

    Tidak ada pekerjaan untuk nyambi yang bisa menghasilkan uang yang sebelumnya mereka bisa dapatkan dari Bayu membuat Saipul dan Apip cekak. Tidak punya uang sama sekali. Ini menyengsarakan buat mereka yang sudah mulai boros dan orangtua mereka pun bukan orang berada. “Lu ada rokok? Mulut gue asem nih,” kata Apip sambil menadah tangan pada Saipul. “Dasar mental gretong lu. Gue ada tapi itu buat akika sendiri, tauk!” “Masa’ gak ada sebatang lagi?” “Cacamarica aja sendiri.” “Tadi gue liat di kantong lu ada tiga batang Surya.” “Surya? Itu rokok maharani, akika gak sanggup beli.” “Nggak lah, masa’ Surya kemahalan.” “Ember. Lagi susah begindang, beli Surya. Gilingan banget dah.” Apip menggaruk kening. “Nasib oh nasib. Kenapa kita jadi cekak begini ya?” “Akika ada sih duit goceng. Belalang aja dua batang gih.” “Beli dua batang? Hhh malu-maluin.” “Capcus. Mau

  • PANGGUNG HEBOH   Kemanusiaan Yang Terusik (2)

    Seperti biasa BJ memesankan makanan untuk dibungkus. Tapi Adhul menolak. Sepertinya ia sungkan karena BJ terus-terusan berbaik hati padanya. Dari saku celananya ia mengeluarkan ponsel candybar sederhana miliknya dan menunjukkan pada BJ. “Adhul gak usah dibeliin kak. Tadi pak Rokib, tetangga, nelpon minta Adhul cepetan pulang ke rumah sebelum maghrib.” “Maghribnya kan masih lama. Udah gak apa-apa biar kakak pesanin mie buat kamu.” Adhul terlihat malu sebelum kemudian mengangguk. “Mau yang goreng atau kuah?” “Yang kuah.” “Pake sambel?” “Iya tapi dikit aja.” Belum lagi kalimat itu usai, terdengar dering feedback dari panggung yang berada tak jauh dari lokasi mereka berada. Sepertinya manajeman pusat grosir sedang menyiapkan sebuah acara yang akan digelar beberapa jam lagi. Standing mike sudah terpasang beberapa unit berikut ampli dan terminalnya. Testing audio menyebabkan dengin

  • PANGGUNG HEBOH   Kemanusiaan Yang Terusik (1)

    Lichelle memegangi pipi BJ. “And I trust you.” Petir menyambar, disusul gemuruh membahana. Hujan menderas. Sangat deras. Air dari langit tercurah begitu dahsyat, membentuk rinai air yang pekat dan tebal. Seolah menutup pemandangan yang terjadi di teras, antara dua sosok remaja ketika bibir keduanya bertautan. * Urusan melayani seorang pembeli yang membeli kayu reng sudah selesai dilakukan BJ. Ia baru mau menyerahkan Minel yang sejak tadi digendong ke Emak ketika Lichelle mendadak muncul di depannya. “Ada apa?” Pertanyaan BJ tak segera dijawab. Dengan gemas Lichelle menggendong Minel. Seorang bocah berumur tiga tahun sebetulnya bobotnya sudah agak berat dan berpotensi bikin pegal. Tapi postur Minel yang mungil membuat ia masih bisa dengan gampang digendong oleh Lichelle. Melihat Lichelle yang pandai dan luwes menggendong, seketika ingatan BJ teringat pada perist

  • PANGGUNG HEBOH   Memiliki Terlalu Sedikit

    Bagi Abah, kehilangan pekerjaan sebagai interpreter memang agak disayangkan. Tapi keutuhan rumah tangganya adalah di atas segalanya. Pandangan itu diaminkan Emak. Kesulitan sehari cukuplah untuk sehari. Ke depannya tantangan akan seperti apa pasti mereka berdua bisa atasi ketika keduanya saling sepakat, saling tolong, dan saling mendukung. Hanya memang ada satu masalah kecil. Keciiiiiil sekali. Biasanya Abah bangun pagi. Tapi tidak kali ini. Emak sudah berusaha bangunkan suaminya. Sekali, dua kali, dan baru di usaha ketiga Abah baru terbangun. Ia sempat membuka mata, mengobrol sebentar dengan isterinya. Hanya saja ketika Emak ‘lengah’ dan melakukan hal lain, Abah berbaring lagi. Mendengkur malah. “Lho kenapa tidur lagi?” Emak mengomel sembari membangunkan Abah. Bukanya menjawab, Abah malah mengambil bantal guling, memeluknya dan melanjutkan tidur. “Hey, bangun.” “Masih ngantuk

  • PANGGUNG HEBOH   Atas Nama Cinta

    “Enak kan?” “Inhi enhak karhena akhu lhapar....” Lichelle tidak mau mengalah. Ia berucap dengan mulut penuh terisi makanan. “Ini adalah gado-gado terenak se-Jakarta. Kamu pergi kemana pun nggak ada gado-gado seenak ini. Bumbu kacangnya lembut dan ada aroma jeruk nipis. Wuih mantap,” BJ lantas menyuap sesendok untuk mulutnya sendiri. Tak lama ia mengambil secarik tisyu dari box-nya di atas meja dan menyapu mulut Lichelle yang terkena noda bumbu kacang. “Aku maunya ini terakhir ya kita makan di tempat kaya gini soalnya...” “Aaaaaa....” Ucapan Lichelle lagi-lagi tak terselesaikan ketika BJ menyuap satu sendok lagi. Makanan pesanan Lichelle kini datang. Sepiring kwetiau goreng dengan taburan bawang goreng yang menawan. Melihat bentuknya yang menggairahkan Lichelle tergoda untuk segera menikmati. Makanan itu sebetulnya dipesankan oleh BJ untuknya. Dan Lichelle harus mengaku

  • PANGGUNG HEBOH   Supir Angkot Durjana

    “Terima kasih,” kata Abah lirih setelah mereka melepas pelukan. “Malam ini, Abah jangan disuruh tidur di sofa ya? Sofa tua itu udah makin nggak enak. Pakunya mulai nusuk-nusuk pantat Abah kalo lagi tidur.” Emak tak tahu mau menangis atau tertawa atau kasihan mendengar ucapan jujur suaminya. Satu hal yang pasti, malam ini bisa jadi malam yang sama indahnya dengan honeymoon mereka dulu. * Dibantu temannya yaitu Charlie, Happy mulai mewujudkan pengembangan bisnisnya. Mumpung banyak waktu di rumah, sudah beberapa hari ini di dekat tempat tambal ban milik ayahnya ia juga membuka usaha tambahan yaitu penjualan mie instan berikut layanan memasak, menyediakan aneka kopi lengkap beserta air panas, serta menjual telur, dan biskuit. Semua untuk orang-orang yang menunggui ketika ban mobil mereka ditambal. Charlie juga datang dan menawarkan masker untuk dijual di sana dengan potongan harga.

  • PANGGUNG HEBOH   Lutut Yang Terluka

    “Bijeeee, cute banget sih lo.”Dalam gemas dan sayang Lichelle mencubit manja pinggang BJ.Makna hidup. Dua kata yang terakhir tadi diucapkan BJ teringat lagi. Bagi Lichelle, BJ tidak perlu berpepatah-petitih. Contoh kecil yang baru saja ditunjukkan dengan membantu seorang kakek menyeberang sudah memberikan sejuta makna. Itulah makna hidup dan BJ sedang menanamkan nilai itu kepadanya.*Abah tidak macam-macam. Abah tetap menjadi suami setia sebagaimana ia sudah terangkan pada BJ. Itu seharusnya disampaikan BJ kepada Emak. Atau Abah sendiri yang sampaikan. Tapi kesalahpahaman membuat baik Abah maupun BJ berasumsi. Abah merasa BJ sudah menyampaikan pada Emak, sebaliknya BJ merasa bahwa Abah pastinya sudah menyampaikan pada Emak. Akibatnya, Emak masih tetap dalam marahnya. Terlebih semalam ia memang tidak pulang ke rumah karena berkaitan dengan tugasnya sebagai interpreter yang

  • PANGGUNG HEBOH   Makna Hidup

    Kebutuhan uang memang masih besar. Namun bagi Abah, keutuhan keluarga adalah di atas segalanya. Permasalahan sikap Winda adalah perkara penting yang perlu ditangani segera. Sebetulnya tidak ada yang salah dengan sikap Winda. Yang salah adalah bahwa ia melakukannya di waktu dan orang yang tidak tepat. Atas dasar itulah dengan berat hati pada siang itu Hendri menyempatkan diri menemui Haryono di kantornya. “Sepertinya aku gak bisa melanjutkan tugas. Aku nggak bisa lagi jadi interpreter.” Itu adalah inti pesannya. Sebuah pesan yang tentu saja membuat Haryono terkaget dan sempat menduga bahwa Hendri kurang puas dengan kesepakatan gaji. Ada waku bermenit-menit yang ia tanyakan dan semua dijawab secara lugas dan tuntas oleh Abah. Ada juga waktu satu jam sendiri ketika mereka saling bersilang pendapat. Sekali lagi, sebuah keputusan acapkali dihasilkan dengan tanpa membahagiakan seluruh pihak. Haryono mencoba memahami kega

DMCA.com Protection Status