'BRENGSEK!!! Mau lu apa? Dasar antek Mahendra!''Seorang pria yang nyaris tidak bisa berdiri tegak mengumpat dalam keadaan babak belur. Matanya nanar menatap Ardan yang baru saja menghajarnya.''Lu tahu gue?!'' seru Ardan dengan santai menanggapi makian pemuda itu dengan ekspresi jelas sedang meledeknya.''Jelas gue tahu, 'lo! Anjing Mahendra...''Ardan tersenyum sinis menanggapi ucapan pemuda yang sudah babak belur di hadapannya.''Gue juga tahu, lo... Rendra, anjing putih yang akan selalu menunggu majikannya.''''Gue bukan elo! Anjing yang selalu ngegigit tangan majikan yang udah kasih lu makan.''Pemuda yang sudah babak belur itu, tetap dengan berani terus menyahut menanggapi Ardan dengan nada ketus yang tidak bersahabat.''HAHAHA... Bagus! Lo tauk, jadi gue enggak perlu banyak bacot...''''Kenapa lu biarin gua idup?!''''Karena lo masih berguna buat gue...''''Cuih!'' Rendra meludah menanggapi Ardan, ''Gue bukan elo, yang selalu ganti majikan. Gue bakal balas dendam, asal bisa bal
''Abang udah balik?!'' seru Aruna bertanya dengan canggung, dia langsung bangun dan mengambil tangan kanan Ardan untuk mencium punggung tangannya. Segera setelahnya dia segera ke dapur mengambil segelas air minum untuk Ardan.Wajah Ardan tampak serius, menanggapi reaksi kedua remaja yang baru saja memasuki masa-masa dewasa muda.Ardan ikut duduk di sofa ruang tengah bersama Gavin sambil menunggu Aruna membawakan air minum untuknya.''Kenapa Vin?'' tanya Ardan tegas.''Eum... itu... ada sedikit gangguan di kampus Om,'' jawab Gavin canggung. Bukan dia ingin menyembunyikan sesuatu, hanya saja dia merasa kalau tidak patut jika dia yang bicara.''Runa?!'' seru Ardan menegaskan, memverifikasi kalau ada masalah dengan istrinya.''Ya... gitu deh,'' jawab Gavin santai tapi terlihat ada sedikit keraguan padanya, ''Tapi, masih bisa di handle, dikit...''''Kok, gitu?!'' sahut Ardan yang merasa tidak puas dengan jawaban Gavin.''Bang... aernya,'' ujar Aruna menyodorkan segelas air minum pada Ardan
Aruna yang sudah pernah mengalami hal seperti perundungan, sedikit banyak sudah tidak kaget lagi. Dia mencari celah untuk segera membalas Riana, begitu mendapat kesempatan, Aruna menyerang Riana dengan menjejak kakinya kuat-kuat.Riana reffleks melepaskan tangannya dan mengaduh kesakitan karena saat itu Aruna memakai sepatu yang sol sepatunya cukup tebal. Dengan segera dia menghampiri teman-temannya yang juga sedang berhadapan dengan lawan masing-masing, tapi ternyata mereka juga sudah berhasil melumpuhkan lawannya.Tiga lawan tiga, cukup seimbang sebetulnya. Tapi, sayangnya Aruna dan kawan-kawannya bukan tipe perempuan yang akan diam ketika di ganggu. Dan, hal itu tentu saja mengejutkan Riana dan kawan-kawannya yang biasa menggunakan statusnya untuk mengintimidasi.Kubu Aruna dan Kubu Riana, keduanya masih on fire, tentu keduanya siap untuk ronde selanjutnya.''Hei, berhenti!'' seru Rama dan juga tiga temannya segera datang melerai saat kedua kubu mulai saling mencengkeram.Rama dan
081 Masa-masa di kampus 3Tapi, Aruna kembali terkejut saat dia melihat ke arah Kania dan Indira yang masih melihat Aruna dengan tatapan aneh.''Kalian kenapa sih... aneh banget, tauk!''''Elo yang aneh!'' seru Kania dan Indira bersamaan sambil melotot menatap Aruna dengan ekspresi gemas.''Apaan sih?!'' sahut Aruna jadi kesal dengan reaksi kedua sahabatnya yang menurutnya tampak aneh.''Run, itu kasar tauk...'' ujar Indira dengan wajah serius mengingatkan Aruna.''Apanya?'' tanya Aruna polos sambil mengernyitkan dahi merasa heran dan juga bingung.''Penolakan lu ama si Rama...'' jawab Indira dengan nada tegas.''Penolakan apa?'' tanya Aruna, semakin heran.''Dira, bener Run...'' ujar Kania dengan ekspresi yang nyaris sama dengan Indira, ''Masa', lu nolak Rama, tapi kek gitu caranya?!''''Ihh... gemes gue!'' seru Aruna dengan nada kesal, ''Maksud kalian apa? Gue enggak ngerti...''Kania dan Indira jadi saling lirik melihat reaksi Aruna, lalu mereka mulai memikirkan karakter dari sahab
082 Masa-masa di kampus 4Aruna menaikkan alisnya menanggapi ucapan Kania, lalu mengangguk sambil tersenyum.Kania: ''Nyokap lu, setuju gitu... emang enggak kasian ama lu, yang masih bocah...''Aruna: ''Insyaallah, dia setuju...''Indira dan Kania memiringkan kepalanya bereaksi dengan jawaban Aruna.''Nyokap gue udah enggak ada...'' ujar Aruna saat melihat reaksi dua sahabatnya yang masih kebingungan, ''Intinya... saat ini, sekarang, gue menikmati apa yang udah ortu gue kasih. Dia, juga baek, kok... Masalah cincin, gue enggak pernah masalah sama itu. Ada cincin ato enggak, status gue tetep aja istri dia. Kalo itu yang bisa bikin gue terhindar dari masalah kek sekarang, (ada cowok naksir) mungkin, akan gue pertimbangkan untuk minta dibeliin sama laki, gue...''Indira: ''Dia... enggak pelit?!''Aruna: ''Ya, enggaklah! Dia baik. Ortu gue, Insyaallah, tahu apa yang baik buat gue...''Kania: ''Lu... sayang ama dia Run?''Aruna: ''Eum... gue sayang ama dia.''Indira: ''Terus, dia? Sayang en
083 Masa-masa di kampus 5#Flashback 5 Gavin menegur Aruna karena gosip"Run, lu ada masalah apa ama si Rama, terus segala Pak Juna?'' tanya Gavin saat menarik paksa Aruna tapi tetap halus dan lembut, untuk menemaninya makan di kantin kampus, memisahkannya dari kedua sahabatnya.''Masalah?!'' seru Aruna membeo dengan wajah heran, ''Masalah apa? Gue enggak ngerti Vin...''''Maira. Dia nyindir gue masalah elo...''''Maira?!'' seru Aruna, lagi-lagi menampilkan wajah heran tapi kali ini plus ekspresi muak, ''Ugh... si rese! Ngomong apa dia?!''''Berarti lu emang ada masalah ama dia?!'' tegas Gavin setelah melihat reaksi Aruna.Aruna mengangguk menjawab Gavin, ''Terus, kok lu bisa kebawa-bawa?! Di apain lu ama si Maira?''''Masih bisa gue handle, dia... cuma gue enggak suka aja ama cara dia bawa-bawa nama lu.''''Eum...'' angguk Aruna, ''Jadi, dia ngomong apa aja?''*****#Flashback 6 Gavin dan Maira''Vin, mau cari bahan buat tugas Pak Didit?'' tanya Alisa lembut.Alisa Mahasiswi baru yan
084 Ardan meminta haknyaKembali lagi, kata-kata Gavin yang tampak biasa saja mengusik batin Rama. Tapi, dia bisa merasakan dengan jelas ada maksud lain dari gestur atau nada suara Gavi saat bicara dengannya.''Asik, ya. Adek abang satu kampus,'' ujar Indira tulus menyukai akrabnya hubungan Gavin dan Aruna.''Enggak selalu Dir, nyatanya, gue malah selalu diusir ama kakak gue. Katanya ngeribetin,'' sahut Zaki, dia punya kakak perempuan di kampus yang sama.''Itu mah elunya kali, ribet minta dijajanin melulu...'' balas Kamil.''Alah, empok gue aja, yang takut gue jadi obat nyamuk...'' ujar Zaki menanggapi Kamil tapi tetap santai sambil menyendok makanan ke mulutnya.''Nah, elu, orang lagi asik pacaran maunya nyempil,'' sahut Arka ikut menimpali.''Bener tuh, sister complex lu...'' tambah Kamil sambil cengengesan.''Sialan!'' seru Zaki kesal.''Kalian lagi ada tugas dari Pak Gani?!'' seru Rama mengubah arah pembicaraan.''Yup, tugas ribet bikin makalah yang bikin mumet...'' jawab Zaki de
085 Ardan meminta haknya 2Aruna masih melihat Ardan dengan ekspresi jengkel tapi akhirnya hatinya senang, karena Ardan tidak melupakan moment-momentnya bersama.''Happy?!'' seru Ardan bertanya, padahal dia sudah dengan jelas melihat wajah semringah istri kecilnya.Aruna mengangguk penuh semangat menjawab Ardan walau rasa malu tetap tidak bisa dihilangkan dari perasaannya saat ini hingga tergambar jelas di wajahnya. Tentu saja apapun yang dilihat Ardan dari istrinya sekarang, hal itu tampak menggemaskan di mata Ardan. Membuat nalurinya untuk menjaga Aruna bercampur baur dengan nafsu yang usdah bebebrapa bulan berusaha diredam olehnya.''Run, tapi, saat ini, yang abang mau lebih dari itu...'' ujar Ardan kemudian, dia tampak tenang dan santai tapi gestur Ardan memperlihatkan keseriusannya.Aruna menyimak dengan serius, dia segera duduk tegap menghadap suaminya.Aruna sama sekali tidak menyadari kalau saat ini Ardan sama gugupnya dengan dirinya. Ada perasaan cemas dan takut di hati Ardan