081 Masa-masa di kampus 3Tapi, Aruna kembali terkejut saat dia melihat ke arah Kania dan Indira yang masih melihat Aruna dengan tatapan aneh.''Kalian kenapa sih... aneh banget, tauk!''''Elo yang aneh!'' seru Kania dan Indira bersamaan sambil melotot menatap Aruna dengan ekspresi gemas.''Apaan sih?!'' sahut Aruna jadi kesal dengan reaksi kedua sahabatnya yang menurutnya tampak aneh.''Run, itu kasar tauk...'' ujar Indira dengan wajah serius mengingatkan Aruna.''Apanya?'' tanya Aruna polos sambil mengernyitkan dahi merasa heran dan juga bingung.''Penolakan lu ama si Rama...'' jawab Indira dengan nada tegas.''Penolakan apa?'' tanya Aruna, semakin heran.''Dira, bener Run...'' ujar Kania dengan ekspresi yang nyaris sama dengan Indira, ''Masa', lu nolak Rama, tapi kek gitu caranya?!''''Ihh... gemes gue!'' seru Aruna dengan nada kesal, ''Maksud kalian apa? Gue enggak ngerti...''Kania dan Indira jadi saling lirik melihat reaksi Aruna, lalu mereka mulai memikirkan karakter dari sahab
082 Masa-masa di kampus 4Aruna menaikkan alisnya menanggapi ucapan Kania, lalu mengangguk sambil tersenyum.Kania: ''Nyokap lu, setuju gitu... emang enggak kasian ama lu, yang masih bocah...''Aruna: ''Insyaallah, dia setuju...''Indira dan Kania memiringkan kepalanya bereaksi dengan jawaban Aruna.''Nyokap gue udah enggak ada...'' ujar Aruna saat melihat reaksi dua sahabatnya yang masih kebingungan, ''Intinya... saat ini, sekarang, gue menikmati apa yang udah ortu gue kasih. Dia, juga baek, kok... Masalah cincin, gue enggak pernah masalah sama itu. Ada cincin ato enggak, status gue tetep aja istri dia. Kalo itu yang bisa bikin gue terhindar dari masalah kek sekarang, (ada cowok naksir) mungkin, akan gue pertimbangkan untuk minta dibeliin sama laki, gue...''Indira: ''Dia... enggak pelit?!''Aruna: ''Ya, enggaklah! Dia baik. Ortu gue, Insyaallah, tahu apa yang baik buat gue...''Kania: ''Lu... sayang ama dia Run?''Aruna: ''Eum... gue sayang ama dia.''Indira: ''Terus, dia? Sayang en
083 Masa-masa di kampus 5#Flashback 5 Gavin menegur Aruna karena gosip"Run, lu ada masalah apa ama si Rama, terus segala Pak Juna?'' tanya Gavin saat menarik paksa Aruna tapi tetap halus dan lembut, untuk menemaninya makan di kantin kampus, memisahkannya dari kedua sahabatnya.''Masalah?!'' seru Aruna membeo dengan wajah heran, ''Masalah apa? Gue enggak ngerti Vin...''''Maira. Dia nyindir gue masalah elo...''''Maira?!'' seru Aruna, lagi-lagi menampilkan wajah heran tapi kali ini plus ekspresi muak, ''Ugh... si rese! Ngomong apa dia?!''''Berarti lu emang ada masalah ama dia?!'' tegas Gavin setelah melihat reaksi Aruna.Aruna mengangguk menjawab Gavin, ''Terus, kok lu bisa kebawa-bawa?! Di apain lu ama si Maira?''''Masih bisa gue handle, dia... cuma gue enggak suka aja ama cara dia bawa-bawa nama lu.''''Eum...'' angguk Aruna, ''Jadi, dia ngomong apa aja?''*****#Flashback 6 Gavin dan Maira''Vin, mau cari bahan buat tugas Pak Didit?'' tanya Alisa lembut.Alisa Mahasiswi baru yan
084 Ardan meminta haknyaKembali lagi, kata-kata Gavin yang tampak biasa saja mengusik batin Rama. Tapi, dia bisa merasakan dengan jelas ada maksud lain dari gestur atau nada suara Gavi saat bicara dengannya.''Asik, ya. Adek abang satu kampus,'' ujar Indira tulus menyukai akrabnya hubungan Gavin dan Aruna.''Enggak selalu Dir, nyatanya, gue malah selalu diusir ama kakak gue. Katanya ngeribetin,'' sahut Zaki, dia punya kakak perempuan di kampus yang sama.''Itu mah elunya kali, ribet minta dijajanin melulu...'' balas Kamil.''Alah, empok gue aja, yang takut gue jadi obat nyamuk...'' ujar Zaki menanggapi Kamil tapi tetap santai sambil menyendok makanan ke mulutnya.''Nah, elu, orang lagi asik pacaran maunya nyempil,'' sahut Arka ikut menimpali.''Bener tuh, sister complex lu...'' tambah Kamil sambil cengengesan.''Sialan!'' seru Zaki kesal.''Kalian lagi ada tugas dari Pak Gani?!'' seru Rama mengubah arah pembicaraan.''Yup, tugas ribet bikin makalah yang bikin mumet...'' jawab Zaki de
085 Ardan meminta haknya 2Aruna masih melihat Ardan dengan ekspresi jengkel tapi akhirnya hatinya senang, karena Ardan tidak melupakan moment-momentnya bersama.''Happy?!'' seru Ardan bertanya, padahal dia sudah dengan jelas melihat wajah semringah istri kecilnya.Aruna mengangguk penuh semangat menjawab Ardan walau rasa malu tetap tidak bisa dihilangkan dari perasaannya saat ini hingga tergambar jelas di wajahnya. Tentu saja apapun yang dilihat Ardan dari istrinya sekarang, hal itu tampak menggemaskan di mata Ardan. Membuat nalurinya untuk menjaga Aruna bercampur baur dengan nafsu yang usdah bebebrapa bulan berusaha diredam olehnya.''Run, tapi, saat ini, yang abang mau lebih dari itu...'' ujar Ardan kemudian, dia tampak tenang dan santai tapi gestur Ardan memperlihatkan keseriusannya.Aruna menyimak dengan serius, dia segera duduk tegap menghadap suaminya.Aruna sama sekali tidak menyadari kalau saat ini Ardan sama gugupnya dengan dirinya. Ada perasaan cemas dan takut di hati Ardan
086 Jeda UsiaSesampainya di pelataran parkir kendaraan di kampus, tanpa menunggu aba-aba lagi, Gavin segera meninggalkan Ardan dan Aruna, tentu setelah dia berpamitan pada pamannya.''Entar, siang abang temenin makan, yah?!'' seru Ardan bertanya saat mereka tiba di parkiran kampus.Ardan merangkul dan menggandeng tangan Aruna, beberapa kali jari Ardan membelai pipi Aruna saat bicara dengannya. Dengan halus memperlihatkan skinship yang terbilang sopan di area umum.Kedatangan wajah baru, di kampus yang penuh dengan remaja yang baru saja menginjak dewasa.Ardan, yang notabene punya penampilan fisik di atas rata-rata, belum lagi aura dewasanya mempesona. Tentu saja hal itu menarik perhatian beberapa orang kebetulan berada di posisi untuk bisa melihat kejadian tersebut.''Lah, abang enggak istirahat?!'' seru Aruna menjawab dengan pertanyaan.''Istirahat...'' jawab Ardan sambil tersenyum meyakinkan istrinya yang tampak cemas akan kesehatan suaminya. Ardan pulang setelah empat hari tida
087 Suami Aruna''Run, tadi, beneran lakik lo?!'' seru Alisa yang masih merasa heran bertanya.''Iya,'' jawab Aruna agak menekan intonasinya, ''Kan, tadi udah dikenalin...''''I-iya, sih... tapi, kok... rasanya aneh, gimana, gitu...'' ujar Alisa sedikit kikuk, ada perasaan tidak enak juga darinya pada Aruna.Beberapa saat keduanya jalan bersama tapi saling canggung, hingga membuat mereka diam selama berjalan.Aruna canggung karena bingung, selain mengakui Ardan sebagai suaminya, Aruna sedang memikirkan bagaimana jika mereka bertanya siapa dan apa yang dikerjakan suaminya, karena tentu saja, itu akan jadi pertanyaan berikutnya.Sedangkan bagi Alisa, dia canggung karena takut jika dia salah ucap maka akan berakibat pada hubungannya dengan Gavin. Alisa menyukai Gavin, karena itu, dia berusaha untuk bisa dekat dengan Gavin.Alisa hanya tahu jika Aruna adalah adik Gavin, dan dia juga sudah melihat, bagaimana sayangnya Gavin pada Aruna. Tentu saja kabar miring Aruna dan Gavin yang seumuran
088 Suami Aruna 2Pembahasan seru tentang suami Aruna membuat mereka semua bersemangat untuk segera ke kafe. Segera setelah jam kuliah masuk masa istirahat. Bukan hanya Kania dan Indira, tapi Arka dan Rista juga sibuk menyeret Gavin untuk membawa mereka ikut berkumpul dengan para gadis.''Kalian aneh, ya... Lakik gue bukan artis! Yang elu pada iya, iya banget, pen ketemu tuh mo apa, coba?!'' seru Aruna mengeluh pada mereka semua yang telah menarik bangku mengelilingi meja kafe yang seadanya.Arka: ''Hehehe... biasanya juga, kita sering makan bareng.''Rista: ''Yoyoi... Lagian, dongeng lu belom kelar Run...''Kania: ''E-eleh... emang dasar mereka kepo, udah gitu pen makan gratis, aja itu mah!''Arka: ''Makan gratis?!''Rista: ''Emang, ada yang mo traktir?!''Aruna, Kania, dan Indira saling lirik setelah mendengar ucapan Arka dan Rista. Mereka baru sadar kalau mereka tidak mendengar pada saat Aruna bilang kalau suaminya akan mentraktir mereka makan.Kania: ''Puguh... gue kira, kalian ya
Dion dan Rafli bertindak mengikuti improvisasi dari situasi yang mereka ciptakan setelah terdesak.Desakan para preman yang meminta mereka untuk menyerahkan kunci mobil membuat mereka kesulitan mengulur-ulur waktu. Tapi, kreativitas dengan modal nyali nekat sekaligus bukti bahwa diklat yang mereka jalani menunjukkan kepiawaian mereka dalam melaksanakan tugas.''Lah, mana ya?!'' sahut Dion sambil kasak-kusuk berlagak mencari kunci di saku pakaiannya, ''Fli, mana kunci?''''Lah, bukannya ama elu?!'' jawab Rafli mengikuti skenario dadakan di lapangan.''Pe'a, kagak ada di gua... ama lu, kan...''''Kagak, kagak ada... tuh, liat!'' seru Rafli sambil menarik kantong pakaiannya keluar.''Ngelawak lu bedua!'' pekik preman yang menunggu kunci mobil mereka untuk di serahkan dengan mata melotot.''Ka-kagak bang, beneran dah... cek aja... kagak ada i
''Di mana ini?!" pekik Aruna ketika tali yang mengikat mulutnya dibuka saat sudah berada di sebuah ruangan, ''Mau apa kalian?!''Mereka yang ada di ruangan itu tersenyum sinis menanggapi kegelisahan Aruna dan Amira yang terkejut ketika tudung hoodie yang menutupi separuh wajah mereka dibuka, memperlihatkan suasana di sekeliling dengan lebih jelas sekarang.Salah seorang dari beberapa pria yang baru di lihat oleh Aruna dan Amira datang menghampiri.Pria itu mengangkat dagu Aruna dan Amira, memiringkannya ke kanan dan ke kiri, melihat mereka dengan seksama, menilai penampilan fisik mereka berdua.''Lumayan, biarpun enggak bisa laku mahal, tapi masih cukup ngejual,'' ujar Parta, pria paruh baya tapi punya aura mendominasi yang membuat Aruna dan Amira merasa sangat tidak nyaman, ''Enggak banyak duit yang bisa kamu dapet dari mereka berdua...'' tambah Parta seraya melirik kepada Karissa.
CKIITTTRem berdecit dan mobil yang dikendarai oleh para petugas yang mengikuti Karissa berhenti mendadak.''Dimana Pak Ardan?!" tanya Dion, salah satu petugas yang ditugaskan untuk mengawasi.''OTW,'' jawab Rafli yang jadi rekan bertugas Dion, ''Enggak jauh... dia pasti bentar lagi nyampe...''''Oke... keknya target udah sampe di tujuan. Gimana, kita lanjut masuk?''''Enggak tauk, tapi tempat ini sarang mafia, cuma kita bedua... ini mah nganter nyawa...''Dion dan Rafli berdiskusi tentang bagaimana langkah selanjutnya karena intruksi selanjutnya belum turun dari atasan mereka.''Terus gimana, target udah turun... iya kalo tujuan dia disini, kalo dia lanjut ke tempat laen... bakal repot...'' ujar Rafli dengan nada gemas.''Sialan!'' pekik Dion kesal, ''Gue juga bingung, kita cuma ditugasin buat ngintai... terjun langs
Ardan bergegas bergerak segera setelah mendapat laporan dari anak buahnya yang mengawasi rumah Amira.''Dua orang di seret paksa... kenapa dua?!'' tanya Ardan di dalam hatinya, ''Apa mungkin bukan Runa?!''Tidak banyak laporan yang diberikan anak buahnya selama dua hari terakhir karena sama sekali sulit untuk menemukan celah guna mengintip lebih dekat untuk melihat situasi di dalam rumah Amira supaya lebih jelas.Ardan bahkan meminta pada Ibunya Lita untuk menghubungi Amira dan menanyakan apakah ada hal lain yang dibutuhkannya supaya ada kesempatan baginya untuk bisa masuk ke dalam rumah Amira. Tapi, sayangnya, karena baru saja mendapat pasokan, Amira menolak tawaran bibinya.''Terserah deh... liat yang ini aja dulu. Enggak tauk kenapa tapi feeling gue beda tentang yang ini. Entah kenapa semangat gue naik buat ngejar yang ini... mudah-mudahan enggak salah...'' gumam Ardan d
Ardan memberikan beberapa foto Karissa dari berbagai posisi sebagai referensi agar Lita tidak salah mengenali.''Maafkan saya pak, saya tidak begitu yakin karena saya hanya melihat sekilas. Tapi pak, Ini bukan hal yang biasa di lakukan Kak Amira... Meski Kak Amira yang sekarang sangat jauh berbeda dengan Kak Amira tujuh tahun yang lalu. Tapi, tetap saja, saya merasa ada yang janggal...''Lita dengan jujur mengemukakan opininya karena dia juga tidak mau membohongi orang yang sedang kesulitan.''Saya tahu kalau ini tidak tepat,'' ujar ibu Lita menambahkan dengan wajah memelas menatap Ardan, ''Di saat bapak sedang susah saya malah merepotkan... tapi pak, bapak juga kan seorang petugas. Tolong bantu kami pak... Amira adalah anak baik yang ceria sebelumnya. Tapi, sejak tujuh tahun yang lalu tiba-tiba dia berubah... kami yakin ada sesuatu karena setelah tujuh tahun dia berdiam diri, tiba-tiba dia menghubungi kami.''&nb
Organisasi ilegal yang selama ini terselubung dengan bisnis taipan-taipan besar berjatuhan satu per satu. Pengacara-pengacara kecil mulai melejit naik menyaingi pengacara kondang yang telah penuh Schedule-nya karena banyak orang-orang berduit terciduk aparat. Semua itu bisa terjadi karena adanya efek domino dari penggerebekan-penggerebekan atas laporan dan data yang diberikan Ardan dan juga Rendra.Sudah sejak tujuh tahun terakhir satu per satu organisasi ilegal di jatuhkan Ardan secara diam-diam. Meski hanya organisasi kecil tapi sukses melemahkan pergerakan mereka sehingga mempersulit organisasi besar di atasnya untuk mengembangkan sayapnya. Karenanya, sejak Ardan menyusup tujuh tahun yang lalu, pergerakan organisasi ilegal yang meresahkan hingga merugikan negara berhasil di tekan seminimal mungkin.''Ardan, kita sudah mempersempit rute pelarian...'' ujar atasan Ardan, ''Kita akan segera menemukan istrimu, secepatnya...''
''Brengsek!'' pekik Arjuna menggebrak meja sambil menatap layar laptopnya dengan mata nanar, ''Ada di mana lu?!''Sudah tiga hari sejak Aruna di culik dan belum ada tanda-tanda keberadaannya sama sekali. Ardan yang hampir putus asa menghubungi Arjuna meminta bantuannya.''Kagak ada bayangan apa pun tentang keberadaan Karissa?!''''Gue udah cari, tapi enggak ketemu...''''Apa Karissa ada sebutin sesuatu selama lu kenal dia selama ini?!''''Dari kemaren otak gue jungkir balik berusaha nginget sesuatu tentang Karissa yang mungkin ketinggalan...'' jawab Arjuna dengan nada kesal, dia lalu menjeda ucapannya kemudian mendesah putus asa setelahnya dia menggelengkan kepalanya sambil menatap Ardan dengan ekspresi menyesal.Ardan membanting bokongnya di sofa ruang tamu Arjuna lalu menyandarkan punggung, wajahnya menengadah ke langit-langit ruangan memperlihatkan betapa
''Brengsek!'' pekik Arjuna menggebrak meja sambil menatap layar laptopnya dengan mata nanar, ''Ada di mana lu?!''Sudah tiga hari sejak Aruna di culik dan belum ada tanda-tanda keberadaannya sama sekali. Ardan yang hampir putus asa menghubungi Arjuna meminta bantuannya.''Kagak ada bayangan apa pun tentang keberadaan Karissa?!''''Gue udah cari, tapi enggak ketemu...''''Apa Karissa ada sebutin sesuatu selama lu kenal dia selama ini?!''''Dari kemaren otak gue jungkir balik berusaha nginget sesuatu tentang Karissa yang mungkin ketinggalan...'' jawab Arjuna dengan nada kesal, dia lalu menjeda ucapannya kemudian mendesah putus asa setelahnya dia menggelengkan kepalanya sambil menatap Ardan dengan ekspresi menyesal.Ardan membanting bokongnya di sofa ruang tamu Arjuna lalu menyandarkan punggung, wajahnya menengadah ke langit-langit ruangan memperlihatkan betapa
Alis mata Ardan nyaris menyatu dengan sorot mata tajam, giginya bergemeretak menahan emosi hingga membuat salah tingkah beberapa bawahannya ketika Ardan, Rendra dan yang lainnya tiba di TKP selang waktu 40 menit setelah mendapat laporan.Suara sirene mobil polisi dan mobil ambulans bersahutan sebelum kedatangannya ke TKP. Kehebohan terjadi dengan beberapa mahasiswa terlihat tergeletak bertebaran dengan luka-luka di tubuh.Beberapa preman tertangkap dan babak belur, nyaris sekarat karena di hajar banyaknya warga kampus yang kesal apa lagi saat beberapa orang hampir tewas karena mini van yang nekat melaju menerjang kerumunan.''Vin, elu enggak apa-apa?!''''Dimananya?!'' jawab Gavin dengan nada ketus, ''Udah jelas bonyok begini...''''Baru bonyok...'' sahut Ardan sambil menepak dahi Gavin,''Nah bini gue, ilang lagi aja...''Ardan tampak tenang menanggapi Gavin,