089 Suami Aruna 3Tindakan Aruna yang tiba-tiba mencengkram dagu Riana bukan hanya mengejutkan Riana dan teman-temannya. Tapi, bahkan dari kubu Aruna sendiri.Aruna memang sangat sabar dan tidak banyak bicara. Tapi, dia juga bukan seorang yang pendiam apalagi pemalu, dia sama sekali tidak seperti itu. Dia bukan seseorang yang pasif, yang hanya diam jika di rendahkan. Tapi, dia tidak akan adu fisik jika tidak dimulai duluan. Selama ini, seperti itulah Aruna di mata teman-temannya.''Run!'' panggil Gavin segera, dia bergerak menghampiri Aruna berniat menghentikannya.''Selama ini gue udah cukup sabar ama gosip macem-macem ya g lu pada sebar soal gue. Tapi, jangan lu bawa-bawa lakik gue apalagi nyumpahin dia macem-macem!'' seru Aruna menghardik Riana yang terperangah.Seketika itu juga Gavin menghentikan langkahnya. Dia mengingat kembali apa yang baru saja dikatakan oleh Riana. Lalu, dia menyadari, ternyata hal itu yang memantik api kemarahan di hati Aruna.Dengan aura Aruna yang terliha
090 Konsep pernikahanDi pihak lain, beberapa teman-teman Gavin merasa aneh dengan cara Gavin dan Ardan bersikap. Tidak ada kecanggungan sama sekali pada Gavin saat bicara dengan Ardan. Sedangkan Ardan, terlihat mendominasi. Padahal, meskipun lebih muda, tentu saja, Gavin tetap kakak iparnya.''Om, thankyou...'' ujar Indira kemudian.''Buat?'' Ardan menjawab dengan balik bertanya.''Traktirannya...'' jawab Indira sambil tersenyum melirik Ardan sekaligus juga Aruna.''Owh...'' alis Ardan naik menanggapi Indira, tapi, kemudian dia tersenyum, ''Belom juga ditawarin...''''Makanya diingetin...'' sahut Indira dengan ekspresi bangga, ''Hehehe...''Ardan melirik Aruna kemudian tersenyum penuh arti padanya, Aruna paham maksud Ardan lalu balik tersenyum padanya, seolah menjawab arti senyum Ardan padanya, meski hanya di dalam hatinya, ''Biarin, sekali-kali... udah terlanjur juga.''Naik alis Ardan menyahut kata hati Aruna, ''Yang mau di traktir cuma dua (Indira dan Kania), lah ini, kenapa passe
091 Deklarasi balasanIndira yang paling frontal berpendapat diantara teman-teman yang lainnya. Tapi, meski begitu, Aruna, Ardan, dan Gavin bisa merasakan ketulusan dari pernyataan Indira. Tidak ada sedikit pun, kesan merendahkan dari setiap ucapan Indira selama ini.''Sikap ikhlas dari Runa, hal itu, bikin gue nyaman...'' jawab Ardan santai tapi sangat yakin, terlihat jelas dari sorot matanya.Mereka semua telah mendengar jawaban dari Ardan lalu segera menoleh ke Aruna untuk mendengar jawaban dari sisi dirinya.''Awalnya berat...'' jawab Aruna sambil tersenyum manis, ''Karena gue juga sama, seperti pemikiran kalian, saat kalian tahu kalau gue nikah karena dijodohin. Tapi, karena sikap Bang Ardan... Tegas dan bijaksana, tapi santai di saat yang tepat. Hal itu juga bikin gue nyaman...''''Tapi, kalian bener-bener enggak kayak pasutri beda usia yang menikah karena dijodohin... serius... kalian santai, terlihat sangat harmonis,'' ujar Indira jujur tapi juga tulus bangga dengan mereka ber
092 Siapa Arjuna?Ardan kembali dengan wajah ramah dan sikap santai seperti sebelumnya, seolah tidak ada hal yang terjadi.''Om, udahan yuk!'' seru Gavin mengingatkan, ''Jam kuliah mau mulai lagi, nih.''''Eum...'' angguk Ardan, ''Udahan. Mau pulang?'' tanya Ardan pada Aruna.''Masih ada mata kuliah...'' jawab Aruna.''Oke, nanti abang jemput...''''Enggak ngerepotin?!'' seru Aruna bertanya dengan serius, dia tulus tidak ingin membuat Ardan lebih sbuk lagi dengan mengurus dirinya.''Nanti abang jemput...'' jawab Ardan sambil menepuk lembut kepala Aruna dengan bibirnya yang tersenyum.''Iya,'' jawab Aruna dengan wajah jelas semringah bahagia.Sudah lebih tujuh bulan dia menikah dengan Ardan, tapi, Ardan nyaris tidak punya waktu untuk dirinya. Meski hanya jalan berdua untuk antar jemput saja, sudah membuat hati Aruna berseri-seri.Pemandangan yang terlihat sangat natural tapi memperlihatkan aura manis menggetarkan hati teman-temannya. Kebersamaan Aruna dan Ardan terlihat manis dan sanga
093 Aruna dan ArjunaMata Arjuna menerawang saat sedang memberikan pengarahannya pada Aruna.Saat ini, Arjuna sedang berdebat tentang beberapa hal dengan Aruna. Dari pengarahan biasa tentang materi kuliah, merambat ke hal lain yang malah menjurus ke hal-hal yang bersifat pribadi.''Apa yang lagi gue pikirin?! Harusnya enggak begini, tapi, kenapa?'' keluh Arjuna di dalam hatinya, ''Tadinya, gue pikir bakal gampang pengaruhin remaja mentah kek dia. Tapi, ini anak... enggak tahunya punya pendirian. Sama ama abangnya, si Gavin. Tuh anak, terus aja merhatiin gue. Dia malah selalu sengaja bikin kacau...''''Pak Juna, kenapa bapak selalu bersikap seperti ini?'' tanya Aruna dengan ekspresi serius. Mengejutkan Arjuna yang sedang merenung, memikirkan tindakannya selama ini.''Maksudnya apa, Aruna Hashifa?'' jawab Arjuna menanggapi Aruna dengan balik bertanya.''Kenapa saya selalu merasa kalau bapa selalu berbicara sedang arah tujuan menggiring opini saya?''''Ke arah?'' Arjuna lagi-lagi menjawa
094 Kelicikan DamingDi tanah lapang yang luas, jauh dari keramaian, terlihat dua kelompok orang sedang bicara serius. Salah satunya adalah Rendra dan tiga orang yang bersamanya. Berbincang beberapa saat kemudian, mereka segera bertukar barang.Kedua kelompok itu tersenyum puas setelah menyelesaikan hajat masing-masing. Tapi, baru saja Rendra dan teman-temannya berbalik. Daming dan enam orang datang menyergap kelompok yang baru saja menyelesaikan transaksinya dengan Rendra.''Apa-apaan ini?!'' seru Rendra dengan sikap waspada saat beberapa orang tampak memojokkannya, ''Indra enggak kasih perintah begini, kalian berani ambil tindakan sendiri?!''Daming tertawa sinis melirik pada Rendra setelah dia menghabisi enam orang yang sedang melakukan transaksi dengan Rendra.Rendra tidak menyadari kehadiran Daming yang sedang menunggu transaksi selesai, lalu datang mengacau.''Mereka udah tumbang, tinggal elo...'' ujar Daming sambil menyeringai diikuti tawa enam orang yang mengikutinya.Rendra d
095 Casdi''Kita dapet tikusnya, tapi, sayangnya, dia kabur duluan...'' ujar Casdi rekannya yang bekerja bersamanya di bawah perintah Deon.''Berarti, tikusnya enggak cuma satu...'' jawab Ardan santai sambil menengguk segelas minuman dihadapannya.''Enggak perlu lu ngebacot, gue juga tauk!'' seru Casdi dengan ketus menanggapi Ardan.''Bagus deh... yang katanya bakal selesein. Bukan malah kelar, nambah lagi DPO...'' sahut Ardan masih dengan gaya santainya yang dengan sengaja sedang memprovokasi Casdi.''Bangsat! Elo, ada di belakang semua ini... apa sebenernya motif, lu?!''Ardan tersenyum dengan mata yang menatap Casdi dengan pandangan merendahkan. Tak gentar, Ardan masih dengan santai menghadapi Casdi yang semakin meradang menghadapi provokasi Ardan.Casdi adalah tangan kanan Deon. Sebelum Ardan masuk, dia adalah anak emas yang selalu dibanggakan Deon. Kedengkiannya pada Ardan karena telah mengambil posisinya, membuat Casdi mulai menyelidik mencari-cari kesalahan Ardan. Beberapa kali
096 Bau alkohol''Bau apaan ini?!'' seru Aruna saat membuka pintu untuk Ardan pagi itu, sekitar pukul lima pagi.''Maaf Run...'' jawab Ardan singkat lalu bergegas masuk ke kamar mandi.Mengernyit dahi Aruna melihat suaminya pulang dengan tubuh dan pakaian yang berantakan plus bau alkohol yang menusuk menyerang indra penciuman Aruna.Dadanya berdebar keras tapi kali ini karena dia merasa sangat kesal, sangat, sangat kesal pada bau alkohol yang menempel ditubuh suaminya.''Run, tolong anduk!'' seru Ardan dari dalam kamar mandi.Aruna tidak menjawab tapi bergegas mencarikan handuk yang diminta Ardan lalu memberikannya.Setelah Ardan keluar dari kamar mandi, Aruna segera masuk memeriksanya, dia melihat pakaian yang telah dipakai Ardan sudah dicuci bersih olehnya saat mandi tadi.''Menghapus bukti!'' gerutu Aruna dengan wajah sangat kesal sambil sedikit membanting cucian yang sudah tinggal dijemur saja olehnya.*''Run!'' panggil Ardan dengan ekspresi heran saat membuka pintu kamar setelah
Dion dan Rafli bertindak mengikuti improvisasi dari situasi yang mereka ciptakan setelah terdesak.Desakan para preman yang meminta mereka untuk menyerahkan kunci mobil membuat mereka kesulitan mengulur-ulur waktu. Tapi, kreativitas dengan modal nyali nekat sekaligus bukti bahwa diklat yang mereka jalani menunjukkan kepiawaian mereka dalam melaksanakan tugas.''Lah, mana ya?!'' sahut Dion sambil kasak-kusuk berlagak mencari kunci di saku pakaiannya, ''Fli, mana kunci?''''Lah, bukannya ama elu?!'' jawab Rafli mengikuti skenario dadakan di lapangan.''Pe'a, kagak ada di gua... ama lu, kan...''''Kagak, kagak ada... tuh, liat!'' seru Rafli sambil menarik kantong pakaiannya keluar.''Ngelawak lu bedua!'' pekik preman yang menunggu kunci mobil mereka untuk di serahkan dengan mata melotot.''Ka-kagak bang, beneran dah... cek aja... kagak ada i
''Di mana ini?!" pekik Aruna ketika tali yang mengikat mulutnya dibuka saat sudah berada di sebuah ruangan, ''Mau apa kalian?!''Mereka yang ada di ruangan itu tersenyum sinis menanggapi kegelisahan Aruna dan Amira yang terkejut ketika tudung hoodie yang menutupi separuh wajah mereka dibuka, memperlihatkan suasana di sekeliling dengan lebih jelas sekarang.Salah seorang dari beberapa pria yang baru di lihat oleh Aruna dan Amira datang menghampiri.Pria itu mengangkat dagu Aruna dan Amira, memiringkannya ke kanan dan ke kiri, melihat mereka dengan seksama, menilai penampilan fisik mereka berdua.''Lumayan, biarpun enggak bisa laku mahal, tapi masih cukup ngejual,'' ujar Parta, pria paruh baya tapi punya aura mendominasi yang membuat Aruna dan Amira merasa sangat tidak nyaman, ''Enggak banyak duit yang bisa kamu dapet dari mereka berdua...'' tambah Parta seraya melirik kepada Karissa.
CKIITTTRem berdecit dan mobil yang dikendarai oleh para petugas yang mengikuti Karissa berhenti mendadak.''Dimana Pak Ardan?!" tanya Dion, salah satu petugas yang ditugaskan untuk mengawasi.''OTW,'' jawab Rafli yang jadi rekan bertugas Dion, ''Enggak jauh... dia pasti bentar lagi nyampe...''''Oke... keknya target udah sampe di tujuan. Gimana, kita lanjut masuk?''''Enggak tauk, tapi tempat ini sarang mafia, cuma kita bedua... ini mah nganter nyawa...''Dion dan Rafli berdiskusi tentang bagaimana langkah selanjutnya karena intruksi selanjutnya belum turun dari atasan mereka.''Terus gimana, target udah turun... iya kalo tujuan dia disini, kalo dia lanjut ke tempat laen... bakal repot...'' ujar Rafli dengan nada gemas.''Sialan!'' pekik Dion kesal, ''Gue juga bingung, kita cuma ditugasin buat ngintai... terjun langs
Ardan bergegas bergerak segera setelah mendapat laporan dari anak buahnya yang mengawasi rumah Amira.''Dua orang di seret paksa... kenapa dua?!'' tanya Ardan di dalam hatinya, ''Apa mungkin bukan Runa?!''Tidak banyak laporan yang diberikan anak buahnya selama dua hari terakhir karena sama sekali sulit untuk menemukan celah guna mengintip lebih dekat untuk melihat situasi di dalam rumah Amira supaya lebih jelas.Ardan bahkan meminta pada Ibunya Lita untuk menghubungi Amira dan menanyakan apakah ada hal lain yang dibutuhkannya supaya ada kesempatan baginya untuk bisa masuk ke dalam rumah Amira. Tapi, sayangnya, karena baru saja mendapat pasokan, Amira menolak tawaran bibinya.''Terserah deh... liat yang ini aja dulu. Enggak tauk kenapa tapi feeling gue beda tentang yang ini. Entah kenapa semangat gue naik buat ngejar yang ini... mudah-mudahan enggak salah...'' gumam Ardan d
Ardan memberikan beberapa foto Karissa dari berbagai posisi sebagai referensi agar Lita tidak salah mengenali.''Maafkan saya pak, saya tidak begitu yakin karena saya hanya melihat sekilas. Tapi pak, Ini bukan hal yang biasa di lakukan Kak Amira... Meski Kak Amira yang sekarang sangat jauh berbeda dengan Kak Amira tujuh tahun yang lalu. Tapi, tetap saja, saya merasa ada yang janggal...''Lita dengan jujur mengemukakan opininya karena dia juga tidak mau membohongi orang yang sedang kesulitan.''Saya tahu kalau ini tidak tepat,'' ujar ibu Lita menambahkan dengan wajah memelas menatap Ardan, ''Di saat bapak sedang susah saya malah merepotkan... tapi pak, bapak juga kan seorang petugas. Tolong bantu kami pak... Amira adalah anak baik yang ceria sebelumnya. Tapi, sejak tujuh tahun yang lalu tiba-tiba dia berubah... kami yakin ada sesuatu karena setelah tujuh tahun dia berdiam diri, tiba-tiba dia menghubungi kami.''&nb
Organisasi ilegal yang selama ini terselubung dengan bisnis taipan-taipan besar berjatuhan satu per satu. Pengacara-pengacara kecil mulai melejit naik menyaingi pengacara kondang yang telah penuh Schedule-nya karena banyak orang-orang berduit terciduk aparat. Semua itu bisa terjadi karena adanya efek domino dari penggerebekan-penggerebekan atas laporan dan data yang diberikan Ardan dan juga Rendra.Sudah sejak tujuh tahun terakhir satu per satu organisasi ilegal di jatuhkan Ardan secara diam-diam. Meski hanya organisasi kecil tapi sukses melemahkan pergerakan mereka sehingga mempersulit organisasi besar di atasnya untuk mengembangkan sayapnya. Karenanya, sejak Ardan menyusup tujuh tahun yang lalu, pergerakan organisasi ilegal yang meresahkan hingga merugikan negara berhasil di tekan seminimal mungkin.''Ardan, kita sudah mempersempit rute pelarian...'' ujar atasan Ardan, ''Kita akan segera menemukan istrimu, secepatnya...''
''Brengsek!'' pekik Arjuna menggebrak meja sambil menatap layar laptopnya dengan mata nanar, ''Ada di mana lu?!''Sudah tiga hari sejak Aruna di culik dan belum ada tanda-tanda keberadaannya sama sekali. Ardan yang hampir putus asa menghubungi Arjuna meminta bantuannya.''Kagak ada bayangan apa pun tentang keberadaan Karissa?!''''Gue udah cari, tapi enggak ketemu...''''Apa Karissa ada sebutin sesuatu selama lu kenal dia selama ini?!''''Dari kemaren otak gue jungkir balik berusaha nginget sesuatu tentang Karissa yang mungkin ketinggalan...'' jawab Arjuna dengan nada kesal, dia lalu menjeda ucapannya kemudian mendesah putus asa setelahnya dia menggelengkan kepalanya sambil menatap Ardan dengan ekspresi menyesal.Ardan membanting bokongnya di sofa ruang tamu Arjuna lalu menyandarkan punggung, wajahnya menengadah ke langit-langit ruangan memperlihatkan betapa
''Brengsek!'' pekik Arjuna menggebrak meja sambil menatap layar laptopnya dengan mata nanar, ''Ada di mana lu?!''Sudah tiga hari sejak Aruna di culik dan belum ada tanda-tanda keberadaannya sama sekali. Ardan yang hampir putus asa menghubungi Arjuna meminta bantuannya.''Kagak ada bayangan apa pun tentang keberadaan Karissa?!''''Gue udah cari, tapi enggak ketemu...''''Apa Karissa ada sebutin sesuatu selama lu kenal dia selama ini?!''''Dari kemaren otak gue jungkir balik berusaha nginget sesuatu tentang Karissa yang mungkin ketinggalan...'' jawab Arjuna dengan nada kesal, dia lalu menjeda ucapannya kemudian mendesah putus asa setelahnya dia menggelengkan kepalanya sambil menatap Ardan dengan ekspresi menyesal.Ardan membanting bokongnya di sofa ruang tamu Arjuna lalu menyandarkan punggung, wajahnya menengadah ke langit-langit ruangan memperlihatkan betapa
Alis mata Ardan nyaris menyatu dengan sorot mata tajam, giginya bergemeretak menahan emosi hingga membuat salah tingkah beberapa bawahannya ketika Ardan, Rendra dan yang lainnya tiba di TKP selang waktu 40 menit setelah mendapat laporan.Suara sirene mobil polisi dan mobil ambulans bersahutan sebelum kedatangannya ke TKP. Kehebohan terjadi dengan beberapa mahasiswa terlihat tergeletak bertebaran dengan luka-luka di tubuh.Beberapa preman tertangkap dan babak belur, nyaris sekarat karena di hajar banyaknya warga kampus yang kesal apa lagi saat beberapa orang hampir tewas karena mini van yang nekat melaju menerjang kerumunan.''Vin, elu enggak apa-apa?!''''Dimananya?!'' jawab Gavin dengan nada ketus, ''Udah jelas bonyok begini...''''Baru bonyok...'' sahut Ardan sambil menepak dahi Gavin,''Nah bini gue, ilang lagi aja...''Ardan tampak tenang menanggapi Gavin,