092 Siapa Arjuna?Ardan kembali dengan wajah ramah dan sikap santai seperti sebelumnya, seolah tidak ada hal yang terjadi.''Om, udahan yuk!'' seru Gavin mengingatkan, ''Jam kuliah mau mulai lagi, nih.''''Eum...'' angguk Ardan, ''Udahan. Mau pulang?'' tanya Ardan pada Aruna.''Masih ada mata kuliah...'' jawab Aruna.''Oke, nanti abang jemput...''''Enggak ngerepotin?!'' seru Aruna bertanya dengan serius, dia tulus tidak ingin membuat Ardan lebih sbuk lagi dengan mengurus dirinya.''Nanti abang jemput...'' jawab Ardan sambil menepuk lembut kepala Aruna dengan bibirnya yang tersenyum.''Iya,'' jawab Aruna dengan wajah jelas semringah bahagia.Sudah lebih tujuh bulan dia menikah dengan Ardan, tapi, Ardan nyaris tidak punya waktu untuk dirinya. Meski hanya jalan berdua untuk antar jemput saja, sudah membuat hati Aruna berseri-seri.Pemandangan yang terlihat sangat natural tapi memperlihatkan aura manis menggetarkan hati teman-temannya. Kebersamaan Aruna dan Ardan terlihat manis dan sanga
093 Aruna dan ArjunaMata Arjuna menerawang saat sedang memberikan pengarahannya pada Aruna.Saat ini, Arjuna sedang berdebat tentang beberapa hal dengan Aruna. Dari pengarahan biasa tentang materi kuliah, merambat ke hal lain yang malah menjurus ke hal-hal yang bersifat pribadi.''Apa yang lagi gue pikirin?! Harusnya enggak begini, tapi, kenapa?'' keluh Arjuna di dalam hatinya, ''Tadinya, gue pikir bakal gampang pengaruhin remaja mentah kek dia. Tapi, ini anak... enggak tahunya punya pendirian. Sama ama abangnya, si Gavin. Tuh anak, terus aja merhatiin gue. Dia malah selalu sengaja bikin kacau...''''Pak Juna, kenapa bapak selalu bersikap seperti ini?'' tanya Aruna dengan ekspresi serius. Mengejutkan Arjuna yang sedang merenung, memikirkan tindakannya selama ini.''Maksudnya apa, Aruna Hashifa?'' jawab Arjuna menanggapi Aruna dengan balik bertanya.''Kenapa saya selalu merasa kalau bapa selalu berbicara sedang arah tujuan menggiring opini saya?''''Ke arah?'' Arjuna lagi-lagi menjawa
094 Kelicikan DamingDi tanah lapang yang luas, jauh dari keramaian, terlihat dua kelompok orang sedang bicara serius. Salah satunya adalah Rendra dan tiga orang yang bersamanya. Berbincang beberapa saat kemudian, mereka segera bertukar barang.Kedua kelompok itu tersenyum puas setelah menyelesaikan hajat masing-masing. Tapi, baru saja Rendra dan teman-temannya berbalik. Daming dan enam orang datang menyergap kelompok yang baru saja menyelesaikan transaksinya dengan Rendra.''Apa-apaan ini?!'' seru Rendra dengan sikap waspada saat beberapa orang tampak memojokkannya, ''Indra enggak kasih perintah begini, kalian berani ambil tindakan sendiri?!''Daming tertawa sinis melirik pada Rendra setelah dia menghabisi enam orang yang sedang melakukan transaksi dengan Rendra.Rendra tidak menyadari kehadiran Daming yang sedang menunggu transaksi selesai, lalu datang mengacau.''Mereka udah tumbang, tinggal elo...'' ujar Daming sambil menyeringai diikuti tawa enam orang yang mengikutinya.Rendra d
095 Casdi''Kita dapet tikusnya, tapi, sayangnya, dia kabur duluan...'' ujar Casdi rekannya yang bekerja bersamanya di bawah perintah Deon.''Berarti, tikusnya enggak cuma satu...'' jawab Ardan santai sambil menengguk segelas minuman dihadapannya.''Enggak perlu lu ngebacot, gue juga tauk!'' seru Casdi dengan ketus menanggapi Ardan.''Bagus deh... yang katanya bakal selesein. Bukan malah kelar, nambah lagi DPO...'' sahut Ardan masih dengan gaya santainya yang dengan sengaja sedang memprovokasi Casdi.''Bangsat! Elo, ada di belakang semua ini... apa sebenernya motif, lu?!''Ardan tersenyum dengan mata yang menatap Casdi dengan pandangan merendahkan. Tak gentar, Ardan masih dengan santai menghadapi Casdi yang semakin meradang menghadapi provokasi Ardan.Casdi adalah tangan kanan Deon. Sebelum Ardan masuk, dia adalah anak emas yang selalu dibanggakan Deon. Kedengkiannya pada Ardan karena telah mengambil posisinya, membuat Casdi mulai menyelidik mencari-cari kesalahan Ardan. Beberapa kali
096 Bau alkohol''Bau apaan ini?!'' seru Aruna saat membuka pintu untuk Ardan pagi itu, sekitar pukul lima pagi.''Maaf Run...'' jawab Ardan singkat lalu bergegas masuk ke kamar mandi.Mengernyit dahi Aruna melihat suaminya pulang dengan tubuh dan pakaian yang berantakan plus bau alkohol yang menusuk menyerang indra penciuman Aruna.Dadanya berdebar keras tapi kali ini karena dia merasa sangat kesal, sangat, sangat kesal pada bau alkohol yang menempel ditubuh suaminya.''Run, tolong anduk!'' seru Ardan dari dalam kamar mandi.Aruna tidak menjawab tapi bergegas mencarikan handuk yang diminta Ardan lalu memberikannya.Setelah Ardan keluar dari kamar mandi, Aruna segera masuk memeriksanya, dia melihat pakaian yang telah dipakai Ardan sudah dicuci bersih olehnya saat mandi tadi.''Menghapus bukti!'' gerutu Aruna dengan wajah sangat kesal sambil sedikit membanting cucian yang sudah tinggal dijemur saja olehnya.*''Run!'' panggil Ardan dengan ekspresi heran saat membuka pintu kamar setelah
097 Pertemuan Ardan dan AidenRuangan megah nan mewah, riuh ramai dengan orang-orang yang saling menyanjung satu sama lain sekaligus untuk mengukuhkan kedudukan mereka dalam komunitas sosial masyarakat kelas atas.Dalam kerumunan sosialita terlihat Karissa menggunakan kesempatan dengan baik. Dia sama sekali tidak melepaskan tangan Ardan dan terus mendekapnya, seolah memamerkan Ardan sebagai objek berharga miliknya yang harus diketahui oleh khalayak ramai.Ardan yang tahu bagaimana etika ketika berada dalam perjamuan pesta formal kalangan atas tentu saja tidak bisa sesuka hatinya menepis keberadaan Karissa. Apa lagi, Karissa juga adalah elit dalam pergaulan sosial, bukan hanya untuk para sosialita organisasi putih tapi juga organisasi hitam. Karissa menjadi wanita yang sangat diperhitungkan, meskipun dia masih di bawah kontrol ayahnya dan juga Deon, kakaknya.''Riss, elu tauk kalo di tempat ini gua enggak bisa kabur... enggak perlu nempel kek gini!''''Tauk... Tapi, ini kesempatan lang
098 Dhani Elard MahendraArdan sebetulnya ingin segera pulang dan menemui Aruna. Tapi, sayangnya, segera setelah dia berpisah dengan Karissa, smartphonenya berdering, membuatnya harus menunda kepulangannya dan mengubah haluan ke gedung di pusat kota.Tok Tok TokArdan mengetuk sebuah pintu besar di hadapannya, tidak lama kemudian terdengar suara yang memintanya untuk masuk.''Bos...'' sapa Ardan sedikit menganggukkan kepala tanda menghormatinya.''Hmm...'' jawab Dhani, pria yang masih tetap terlihat gagah di usianya yang sudah menginjak awal enam puluhan.Dhani Kamal Mahendra, ayah dari Deon Elard Mahendra dan juga Karissa Ayu Mahendra. Big bos dinasty Mahendra yang sedang disusupi Ardan.Dhani tetap tenang dengan beberapa dokumen di hadapannya tanpa melihat pada Ardan yang berdiri tegap menghadap kearahnya menanti apa yang akan disampaikan oleh Dhani yang memanggilnya dengan perintah darurat.Tidak berapa lama kemudian Dhani menutup dokumen dihadapannya. Dhani duduk bersandar dengan
099 Terjalinnya hubungan baru antara Ardan dan Rendra''Berhenti, Rendra!'' seru Ardan dengan tekanan pada nada suaranya.''Enggak!'' seru Rendra menyahut dengan tegas, dia tak gentar menatap mata Ardan yang sedang melihatnya dengan sorot mata tajam, ''Keputusan udah bulet gue ambil. Saat mereka tahu kalo gue adeknya Bara, mereka akan kejar gue, dan mereka pasti tauk kalo gue bakal lakuin apa aja buat Nindi. Pada akhirnya, dia bakal dimanfaatin juga... sebelum itu semua terjadi. Lebih baik, gue duluan ambil tindakan... Apa lagi...''Mengernyit dahi Ardan menanggapi kalimat Rendra yang mulai terjeda.''Ternyata, gue di pancing...'' ujar Rendra dengan alis terangkat naik, ''Bukannya itu berarti... dari awal, gue emang udah jadi tumbal.''''Masalahnya, gue enggak tahu siapa yang mancing, elu?!'' seru Ardan segera menyahut sembari menekan bahu Rendra, ''Apa tujuan dia? Kawan, atau, lawan... itu bahaya, kita seolah jalan di atas medan ranjau,'' tambah Ardan, dia serius memperingatkannya, '