097 Pertemuan Ardan dan AidenRuangan megah nan mewah, riuh ramai dengan orang-orang yang saling menyanjung satu sama lain sekaligus untuk mengukuhkan kedudukan mereka dalam komunitas sosial masyarakat kelas atas.Dalam kerumunan sosialita terlihat Karissa menggunakan kesempatan dengan baik. Dia sama sekali tidak melepaskan tangan Ardan dan terus mendekapnya, seolah memamerkan Ardan sebagai objek berharga miliknya yang harus diketahui oleh khalayak ramai.Ardan yang tahu bagaimana etika ketika berada dalam perjamuan pesta formal kalangan atas tentu saja tidak bisa sesuka hatinya menepis keberadaan Karissa. Apa lagi, Karissa juga adalah elit dalam pergaulan sosial, bukan hanya untuk para sosialita organisasi putih tapi juga organisasi hitam. Karissa menjadi wanita yang sangat diperhitungkan, meskipun dia masih di bawah kontrol ayahnya dan juga Deon, kakaknya.''Riss, elu tauk kalo di tempat ini gua enggak bisa kabur... enggak perlu nempel kek gini!''''Tauk... Tapi, ini kesempatan lang
098 Dhani Elard MahendraArdan sebetulnya ingin segera pulang dan menemui Aruna. Tapi, sayangnya, segera setelah dia berpisah dengan Karissa, smartphonenya berdering, membuatnya harus menunda kepulangannya dan mengubah haluan ke gedung di pusat kota.Tok Tok TokArdan mengetuk sebuah pintu besar di hadapannya, tidak lama kemudian terdengar suara yang memintanya untuk masuk.''Bos...'' sapa Ardan sedikit menganggukkan kepala tanda menghormatinya.''Hmm...'' jawab Dhani, pria yang masih tetap terlihat gagah di usianya yang sudah menginjak awal enam puluhan.Dhani Kamal Mahendra, ayah dari Deon Elard Mahendra dan juga Karissa Ayu Mahendra. Big bos dinasty Mahendra yang sedang disusupi Ardan.Dhani tetap tenang dengan beberapa dokumen di hadapannya tanpa melihat pada Ardan yang berdiri tegap menghadap kearahnya menanti apa yang akan disampaikan oleh Dhani yang memanggilnya dengan perintah darurat.Tidak berapa lama kemudian Dhani menutup dokumen dihadapannya. Dhani duduk bersandar dengan
099 Terjalinnya hubungan baru antara Ardan dan Rendra''Berhenti, Rendra!'' seru Ardan dengan tekanan pada nada suaranya.''Enggak!'' seru Rendra menyahut dengan tegas, dia tak gentar menatap mata Ardan yang sedang melihatnya dengan sorot mata tajam, ''Keputusan udah bulet gue ambil. Saat mereka tahu kalo gue adeknya Bara, mereka akan kejar gue, dan mereka pasti tauk kalo gue bakal lakuin apa aja buat Nindi. Pada akhirnya, dia bakal dimanfaatin juga... sebelum itu semua terjadi. Lebih baik, gue duluan ambil tindakan... Apa lagi...''Mengernyit dahi Ardan menanggapi kalimat Rendra yang mulai terjeda.''Ternyata, gue di pancing...'' ujar Rendra dengan alis terangkat naik, ''Bukannya itu berarti... dari awal, gue emang udah jadi tumbal.''''Masalahnya, gue enggak tahu siapa yang mancing, elu?!'' seru Ardan segera menyahut sembari menekan bahu Rendra, ''Apa tujuan dia? Kawan, atau, lawan... itu bahaya, kita seolah jalan di atas medan ranjau,'' tambah Ardan, dia serius memperingatkannya, '
100 INFORMASIKRAKBunyi tulang patah berderak diiringi erangan memilukan yang menandakan bahwa si pemilik suara sangat tersiksa.''Satu lagi...'' ujar Ardan dengan ekpresi datar tapi seringai tipis terlihat di sudut bibirnya, sorot matanya dingin menatap korban yang tersengal-sengal di hadapannya, ''213... tulang yang ada di tubuh manusia. Dari tadi, udah berapa yang bunyi... Lu yang rasain, bisa itung berapa sisanya?''Robi yang saat itu jadi korban Ardan menatapnya dengan wajah memelas ketakutan.Ardan yang sudah terbiasa dengan situasi seperti ini, tentu tidak bergeming. Dia mantap untuk segera bisa mendapatkan informasi dari satu-satunya orang yang disisakan untuk tetap sadar, di antara beberapa orang yang balas menyerang, saat Ardan datang menyergap bersama Rendra.''Kuat juga... dari tadi masih bertahan,'' ujar Ardan lagi sambi tersenyum.Tapi, sayangnya, senyum Ardan saat ini terlihat dingin. Degup jantung Robi semakin tidak teratur, dengan rasa takut yang seolah membuatnya b
''Kenapa enggak mau, Run?'' tanya Rama dengan wajah memelas.''Rama, terima kasih...'' jawab Aruna berusaha tenang dengan tekanan Rama, ''Gue hargai kebaikan elo, tapi, maaf gue enggak bisa terima...''''Run, ini kan sekedar traktiran...'' ujar Rama masih berusaha merayu Aruna.''Iya, tauk...'' sahut Aruna tegas tapi tetap tenang, ''Tapi, sorry, gue enggak bisa terima.''''Kenapa?! Lu mau alesan lakik lu ngelarang...''''Enggak,'' tegas Aruna dengan segera, ''Dia kagak kek gitu. Tapi, gue sendiri yang nerapin batesan mana boleh dan mana enggak...''''Run, apa kekurangan gue di banding sama lakik lu?'' tanya Rama menyelidik.''Maksudnya lu apa?!'' seru Aruna bertanya dengan tegas.''Rama, gue rasa lu ada masalah. Lu sakit...'' ujar Indira dengan ekspresi setengah jijik.''Rama, si Aruna kan udah bilang enggak...'' tambah Kania ikut bicara, ''Ngapain juga lu terus maksa?!''Rama melirik pada Kania dan Indira dengan tatapan tidak suka yang sangat kentara. Lalu dia mengalihkan wajahnya sa
102 Permintaan Arjuna''Meski suaminya enggak ada sekarang. Tapi, ada beberapa orang yang dengan sukarela akan melindungi wanita dari cowok keras kepala enggak tahu etika kek kamu!'' sahut Arjuna yang tiba-tiba muncul di hadapan Aruna dan Rama.''Pak Juna!'' seru Aruna dan Rama terpekik kaget.''Aruna Hashifa, dia bukan hanya salah satu mahasiswi di kampus ini. Tapi, saya adalah dosen pembimbingnya, saya rasa, di saat seperti ini, saya punya hak untuk melindunginya,'' ujar Arjuna sambil menatap tegas pada Rama.''Pak, bapak ngapain sih?!'' seru Rama menghardik Arjuna dengan ekspresi jengkel, ''Saya, kan, enggak macem-macem...''''Tapi, dari kaca mata saya, saya melihat Aruna sangat terganggu,'' jawa Arjuna santai tapi sorot matanya tajam menatap Rama, ''Sebagai seorang akademisi, seharusnya kamu paham etika. Dia sudah menolak kamu dengan cara yang sopan tapi kamu bersikeras, itu sangat menggangg
103 Sikap Gavin pada Arjuna''Runa!'' pekik Gavin memanggil Aruna.Panggilan Gavin mengejutkan Aruna yang masih menyimpan sejuta tanda tanya tentang Arjuna.''Vin...'' jawab Aruna yang masih terlihat linglung.''Apaan, Vin?!'' pekik Gavin dengan ekspresi kesal, ''Elo enggak apa-apa? Mana dia, si kucluk?!''Gavin tampak mencari-cari, dahinya mengerut, dia cemas dan gusar akan keadaan Aruna. Tapi, dia juga merasa jengkel dengan Rama yang terus menerus membuat keributan.Masalah Aruna dan Rama tidak selesai begitu saja. Dengan prejudis dari pernikahan Aruna yang menikah diusia muda di tambah sikap sentimen dari gadis-gadis yang menyukai Rama. Aruna, berada di posisi kurang menguntungkan. Meski begitu, itu hanya sebagian kecil saja. Tapi, cukup mengganggu. Beruntung, masih banyak orang yang bersikap netral dan tidak ambil pusing. Karena, apa pun itu, pernikahan adalah urusan pri
104 Keributan yang dibuat Indira''Rama!'' seru Indira memekik memanggil Rama dengan ekspresi berang.Suara Indira yang memekik, mengejutkan beberapa orang yang ada di sekitarnya. Tentu saja, seketika itu juga Indira segera jadi pusat perhatian.''Lu, abis ngapain si Runa?!" seru Indira kembali memekik dengan nada ketus, diiringi tangannya yang mendorong Rama dengan sangat kasar.''Apa-apan sih, lu?!'' seru Rama memekik, dia membalas, menepis tangan Indira dengan sangat kasar.Rama bukan hanya terganggu dengan teguran kasar Indira, tapi, juga merasa malu dengan ucapan Indira yang segera membuat orang berspekulasi bagi siapa saja yang mendengarnya.''Elo, yang apaan?!'' seru