096 Bau alkohol''Bau apaan ini?!'' seru Aruna saat membuka pintu untuk Ardan pagi itu, sekitar pukul lima pagi.''Maaf Run...'' jawab Ardan singkat lalu bergegas masuk ke kamar mandi.Mengernyit dahi Aruna melihat suaminya pulang dengan tubuh dan pakaian yang berantakan plus bau alkohol yang menusuk menyerang indra penciuman Aruna.Dadanya berdebar keras tapi kali ini karena dia merasa sangat kesal, sangat, sangat kesal pada bau alkohol yang menempel ditubuh suaminya.''Run, tolong anduk!'' seru Ardan dari dalam kamar mandi.Aruna tidak menjawab tapi bergegas mencarikan handuk yang diminta Ardan lalu memberikannya.Setelah Ardan keluar dari kamar mandi, Aruna segera masuk memeriksanya, dia melihat pakaian yang telah dipakai Ardan sudah dicuci bersih olehnya saat mandi tadi.''Menghapus bukti!'' gerutu Aruna dengan wajah sangat kesal sambil sedikit membanting cucian yang sudah tinggal dijemur saja olehnya.*''Run!'' panggil Ardan dengan ekspresi heran saat membuka pintu kamar setelah
097 Pertemuan Ardan dan AidenRuangan megah nan mewah, riuh ramai dengan orang-orang yang saling menyanjung satu sama lain sekaligus untuk mengukuhkan kedudukan mereka dalam komunitas sosial masyarakat kelas atas.Dalam kerumunan sosialita terlihat Karissa menggunakan kesempatan dengan baik. Dia sama sekali tidak melepaskan tangan Ardan dan terus mendekapnya, seolah memamerkan Ardan sebagai objek berharga miliknya yang harus diketahui oleh khalayak ramai.Ardan yang tahu bagaimana etika ketika berada dalam perjamuan pesta formal kalangan atas tentu saja tidak bisa sesuka hatinya menepis keberadaan Karissa. Apa lagi, Karissa juga adalah elit dalam pergaulan sosial, bukan hanya untuk para sosialita organisasi putih tapi juga organisasi hitam. Karissa menjadi wanita yang sangat diperhitungkan, meskipun dia masih di bawah kontrol ayahnya dan juga Deon, kakaknya.''Riss, elu tauk kalo di tempat ini gua enggak bisa kabur... enggak perlu nempel kek gini!''''Tauk... Tapi, ini kesempatan lang
098 Dhani Elard MahendraArdan sebetulnya ingin segera pulang dan menemui Aruna. Tapi, sayangnya, segera setelah dia berpisah dengan Karissa, smartphonenya berdering, membuatnya harus menunda kepulangannya dan mengubah haluan ke gedung di pusat kota.Tok Tok TokArdan mengetuk sebuah pintu besar di hadapannya, tidak lama kemudian terdengar suara yang memintanya untuk masuk.''Bos...'' sapa Ardan sedikit menganggukkan kepala tanda menghormatinya.''Hmm...'' jawab Dhani, pria yang masih tetap terlihat gagah di usianya yang sudah menginjak awal enam puluhan.Dhani Kamal Mahendra, ayah dari Deon Elard Mahendra dan juga Karissa Ayu Mahendra. Big bos dinasty Mahendra yang sedang disusupi Ardan.Dhani tetap tenang dengan beberapa dokumen di hadapannya tanpa melihat pada Ardan yang berdiri tegap menghadap kearahnya menanti apa yang akan disampaikan oleh Dhani yang memanggilnya dengan perintah darurat.Tidak berapa lama kemudian Dhani menutup dokumen dihadapannya. Dhani duduk bersandar dengan
099 Terjalinnya hubungan baru antara Ardan dan Rendra''Berhenti, Rendra!'' seru Ardan dengan tekanan pada nada suaranya.''Enggak!'' seru Rendra menyahut dengan tegas, dia tak gentar menatap mata Ardan yang sedang melihatnya dengan sorot mata tajam, ''Keputusan udah bulet gue ambil. Saat mereka tahu kalo gue adeknya Bara, mereka akan kejar gue, dan mereka pasti tauk kalo gue bakal lakuin apa aja buat Nindi. Pada akhirnya, dia bakal dimanfaatin juga... sebelum itu semua terjadi. Lebih baik, gue duluan ambil tindakan... Apa lagi...''Mengernyit dahi Ardan menanggapi kalimat Rendra yang mulai terjeda.''Ternyata, gue di pancing...'' ujar Rendra dengan alis terangkat naik, ''Bukannya itu berarti... dari awal, gue emang udah jadi tumbal.''''Masalahnya, gue enggak tahu siapa yang mancing, elu?!'' seru Ardan segera menyahut sembari menekan bahu Rendra, ''Apa tujuan dia? Kawan, atau, lawan... itu bahaya, kita seolah jalan di atas medan ranjau,'' tambah Ardan, dia serius memperingatkannya, '
100 INFORMASIKRAKBunyi tulang patah berderak diiringi erangan memilukan yang menandakan bahwa si pemilik suara sangat tersiksa.''Satu lagi...'' ujar Ardan dengan ekpresi datar tapi seringai tipis terlihat di sudut bibirnya, sorot matanya dingin menatap korban yang tersengal-sengal di hadapannya, ''213... tulang yang ada di tubuh manusia. Dari tadi, udah berapa yang bunyi... Lu yang rasain, bisa itung berapa sisanya?''Robi yang saat itu jadi korban Ardan menatapnya dengan wajah memelas ketakutan.Ardan yang sudah terbiasa dengan situasi seperti ini, tentu tidak bergeming. Dia mantap untuk segera bisa mendapatkan informasi dari satu-satunya orang yang disisakan untuk tetap sadar, di antara beberapa orang yang balas menyerang, saat Ardan datang menyergap bersama Rendra.''Kuat juga... dari tadi masih bertahan,'' ujar Ardan lagi sambi tersenyum.Tapi, sayangnya, senyum Ardan saat ini terlihat dingin. Degup jantung Robi semakin tidak teratur, dengan rasa takut yang seolah membuatnya b
''Kenapa enggak mau, Run?'' tanya Rama dengan wajah memelas.''Rama, terima kasih...'' jawab Aruna berusaha tenang dengan tekanan Rama, ''Gue hargai kebaikan elo, tapi, maaf gue enggak bisa terima...''''Run, ini kan sekedar traktiran...'' ujar Rama masih berusaha merayu Aruna.''Iya, tauk...'' sahut Aruna tegas tapi tetap tenang, ''Tapi, sorry, gue enggak bisa terima.''''Kenapa?! Lu mau alesan lakik lu ngelarang...''''Enggak,'' tegas Aruna dengan segera, ''Dia kagak kek gitu. Tapi, gue sendiri yang nerapin batesan mana boleh dan mana enggak...''''Run, apa kekurangan gue di banding sama lakik lu?'' tanya Rama menyelidik.''Maksudnya lu apa?!'' seru Aruna bertanya dengan tegas.''Rama, gue rasa lu ada masalah. Lu sakit...'' ujar Indira dengan ekspresi setengah jijik.''Rama, si Aruna kan udah bilang enggak...'' tambah Kania ikut bicara, ''Ngapain juga lu terus maksa?!''Rama melirik pada Kania dan Indira dengan tatapan tidak suka yang sangat kentara. Lalu dia mengalihkan wajahnya sa
102 Permintaan Arjuna''Meski suaminya enggak ada sekarang. Tapi, ada beberapa orang yang dengan sukarela akan melindungi wanita dari cowok keras kepala enggak tahu etika kek kamu!'' sahut Arjuna yang tiba-tiba muncul di hadapan Aruna dan Rama.''Pak Juna!'' seru Aruna dan Rama terpekik kaget.''Aruna Hashifa, dia bukan hanya salah satu mahasiswi di kampus ini. Tapi, saya adalah dosen pembimbingnya, saya rasa, di saat seperti ini, saya punya hak untuk melindunginya,'' ujar Arjuna sambil menatap tegas pada Rama.''Pak, bapak ngapain sih?!'' seru Rama menghardik Arjuna dengan ekspresi jengkel, ''Saya, kan, enggak macem-macem...''''Tapi, dari kaca mata saya, saya melihat Aruna sangat terganggu,'' jawa Arjuna santai tapi sorot matanya tajam menatap Rama, ''Sebagai seorang akademisi, seharusnya kamu paham etika. Dia sudah menolak kamu dengan cara yang sopan tapi kamu bersikeras, itu sangat menggangg
103 Sikap Gavin pada Arjuna''Runa!'' pekik Gavin memanggil Aruna.Panggilan Gavin mengejutkan Aruna yang masih menyimpan sejuta tanda tanya tentang Arjuna.''Vin...'' jawab Aruna yang masih terlihat linglung.''Apaan, Vin?!'' pekik Gavin dengan ekspresi kesal, ''Elo enggak apa-apa? Mana dia, si kucluk?!''Gavin tampak mencari-cari, dahinya mengerut, dia cemas dan gusar akan keadaan Aruna. Tapi, dia juga merasa jengkel dengan Rama yang terus menerus membuat keributan.Masalah Aruna dan Rama tidak selesai begitu saja. Dengan prejudis dari pernikahan Aruna yang menikah diusia muda di tambah sikap sentimen dari gadis-gadis yang menyukai Rama. Aruna, berada di posisi kurang menguntungkan. Meski begitu, itu hanya sebagian kecil saja. Tapi, cukup mengganggu. Beruntung, masih banyak orang yang bersikap netral dan tidak ambil pusing. Karena, apa pun itu, pernikahan adalah urusan pri
Dion dan Rafli bertindak mengikuti improvisasi dari situasi yang mereka ciptakan setelah terdesak.Desakan para preman yang meminta mereka untuk menyerahkan kunci mobil membuat mereka kesulitan mengulur-ulur waktu. Tapi, kreativitas dengan modal nyali nekat sekaligus bukti bahwa diklat yang mereka jalani menunjukkan kepiawaian mereka dalam melaksanakan tugas.''Lah, mana ya?!'' sahut Dion sambil kasak-kusuk berlagak mencari kunci di saku pakaiannya, ''Fli, mana kunci?''''Lah, bukannya ama elu?!'' jawab Rafli mengikuti skenario dadakan di lapangan.''Pe'a, kagak ada di gua... ama lu, kan...''''Kagak, kagak ada... tuh, liat!'' seru Rafli sambil menarik kantong pakaiannya keluar.''Ngelawak lu bedua!'' pekik preman yang menunggu kunci mobil mereka untuk di serahkan dengan mata melotot.''Ka-kagak bang, beneran dah... cek aja... kagak ada i
''Di mana ini?!" pekik Aruna ketika tali yang mengikat mulutnya dibuka saat sudah berada di sebuah ruangan, ''Mau apa kalian?!''Mereka yang ada di ruangan itu tersenyum sinis menanggapi kegelisahan Aruna dan Amira yang terkejut ketika tudung hoodie yang menutupi separuh wajah mereka dibuka, memperlihatkan suasana di sekeliling dengan lebih jelas sekarang.Salah seorang dari beberapa pria yang baru di lihat oleh Aruna dan Amira datang menghampiri.Pria itu mengangkat dagu Aruna dan Amira, memiringkannya ke kanan dan ke kiri, melihat mereka dengan seksama, menilai penampilan fisik mereka berdua.''Lumayan, biarpun enggak bisa laku mahal, tapi masih cukup ngejual,'' ujar Parta, pria paruh baya tapi punya aura mendominasi yang membuat Aruna dan Amira merasa sangat tidak nyaman, ''Enggak banyak duit yang bisa kamu dapet dari mereka berdua...'' tambah Parta seraya melirik kepada Karissa.
CKIITTTRem berdecit dan mobil yang dikendarai oleh para petugas yang mengikuti Karissa berhenti mendadak.''Dimana Pak Ardan?!" tanya Dion, salah satu petugas yang ditugaskan untuk mengawasi.''OTW,'' jawab Rafli yang jadi rekan bertugas Dion, ''Enggak jauh... dia pasti bentar lagi nyampe...''''Oke... keknya target udah sampe di tujuan. Gimana, kita lanjut masuk?''''Enggak tauk, tapi tempat ini sarang mafia, cuma kita bedua... ini mah nganter nyawa...''Dion dan Rafli berdiskusi tentang bagaimana langkah selanjutnya karena intruksi selanjutnya belum turun dari atasan mereka.''Terus gimana, target udah turun... iya kalo tujuan dia disini, kalo dia lanjut ke tempat laen... bakal repot...'' ujar Rafli dengan nada gemas.''Sialan!'' pekik Dion kesal, ''Gue juga bingung, kita cuma ditugasin buat ngintai... terjun langs
Ardan bergegas bergerak segera setelah mendapat laporan dari anak buahnya yang mengawasi rumah Amira.''Dua orang di seret paksa... kenapa dua?!'' tanya Ardan di dalam hatinya, ''Apa mungkin bukan Runa?!''Tidak banyak laporan yang diberikan anak buahnya selama dua hari terakhir karena sama sekali sulit untuk menemukan celah guna mengintip lebih dekat untuk melihat situasi di dalam rumah Amira supaya lebih jelas.Ardan bahkan meminta pada Ibunya Lita untuk menghubungi Amira dan menanyakan apakah ada hal lain yang dibutuhkannya supaya ada kesempatan baginya untuk bisa masuk ke dalam rumah Amira. Tapi, sayangnya, karena baru saja mendapat pasokan, Amira menolak tawaran bibinya.''Terserah deh... liat yang ini aja dulu. Enggak tauk kenapa tapi feeling gue beda tentang yang ini. Entah kenapa semangat gue naik buat ngejar yang ini... mudah-mudahan enggak salah...'' gumam Ardan d
Ardan memberikan beberapa foto Karissa dari berbagai posisi sebagai referensi agar Lita tidak salah mengenali.''Maafkan saya pak, saya tidak begitu yakin karena saya hanya melihat sekilas. Tapi pak, Ini bukan hal yang biasa di lakukan Kak Amira... Meski Kak Amira yang sekarang sangat jauh berbeda dengan Kak Amira tujuh tahun yang lalu. Tapi, tetap saja, saya merasa ada yang janggal...''Lita dengan jujur mengemukakan opininya karena dia juga tidak mau membohongi orang yang sedang kesulitan.''Saya tahu kalau ini tidak tepat,'' ujar ibu Lita menambahkan dengan wajah memelas menatap Ardan, ''Di saat bapak sedang susah saya malah merepotkan... tapi pak, bapak juga kan seorang petugas. Tolong bantu kami pak... Amira adalah anak baik yang ceria sebelumnya. Tapi, sejak tujuh tahun yang lalu tiba-tiba dia berubah... kami yakin ada sesuatu karena setelah tujuh tahun dia berdiam diri, tiba-tiba dia menghubungi kami.''&nb
Organisasi ilegal yang selama ini terselubung dengan bisnis taipan-taipan besar berjatuhan satu per satu. Pengacara-pengacara kecil mulai melejit naik menyaingi pengacara kondang yang telah penuh Schedule-nya karena banyak orang-orang berduit terciduk aparat. Semua itu bisa terjadi karena adanya efek domino dari penggerebekan-penggerebekan atas laporan dan data yang diberikan Ardan dan juga Rendra.Sudah sejak tujuh tahun terakhir satu per satu organisasi ilegal di jatuhkan Ardan secara diam-diam. Meski hanya organisasi kecil tapi sukses melemahkan pergerakan mereka sehingga mempersulit organisasi besar di atasnya untuk mengembangkan sayapnya. Karenanya, sejak Ardan menyusup tujuh tahun yang lalu, pergerakan organisasi ilegal yang meresahkan hingga merugikan negara berhasil di tekan seminimal mungkin.''Ardan, kita sudah mempersempit rute pelarian...'' ujar atasan Ardan, ''Kita akan segera menemukan istrimu, secepatnya...''
''Brengsek!'' pekik Arjuna menggebrak meja sambil menatap layar laptopnya dengan mata nanar, ''Ada di mana lu?!''Sudah tiga hari sejak Aruna di culik dan belum ada tanda-tanda keberadaannya sama sekali. Ardan yang hampir putus asa menghubungi Arjuna meminta bantuannya.''Kagak ada bayangan apa pun tentang keberadaan Karissa?!''''Gue udah cari, tapi enggak ketemu...''''Apa Karissa ada sebutin sesuatu selama lu kenal dia selama ini?!''''Dari kemaren otak gue jungkir balik berusaha nginget sesuatu tentang Karissa yang mungkin ketinggalan...'' jawab Arjuna dengan nada kesal, dia lalu menjeda ucapannya kemudian mendesah putus asa setelahnya dia menggelengkan kepalanya sambil menatap Ardan dengan ekspresi menyesal.Ardan membanting bokongnya di sofa ruang tamu Arjuna lalu menyandarkan punggung, wajahnya menengadah ke langit-langit ruangan memperlihatkan betapa
''Brengsek!'' pekik Arjuna menggebrak meja sambil menatap layar laptopnya dengan mata nanar, ''Ada di mana lu?!''Sudah tiga hari sejak Aruna di culik dan belum ada tanda-tanda keberadaannya sama sekali. Ardan yang hampir putus asa menghubungi Arjuna meminta bantuannya.''Kagak ada bayangan apa pun tentang keberadaan Karissa?!''''Gue udah cari, tapi enggak ketemu...''''Apa Karissa ada sebutin sesuatu selama lu kenal dia selama ini?!''''Dari kemaren otak gue jungkir balik berusaha nginget sesuatu tentang Karissa yang mungkin ketinggalan...'' jawab Arjuna dengan nada kesal, dia lalu menjeda ucapannya kemudian mendesah putus asa setelahnya dia menggelengkan kepalanya sambil menatap Ardan dengan ekspresi menyesal.Ardan membanting bokongnya di sofa ruang tamu Arjuna lalu menyandarkan punggung, wajahnya menengadah ke langit-langit ruangan memperlihatkan betapa
Alis mata Ardan nyaris menyatu dengan sorot mata tajam, giginya bergemeretak menahan emosi hingga membuat salah tingkah beberapa bawahannya ketika Ardan, Rendra dan yang lainnya tiba di TKP selang waktu 40 menit setelah mendapat laporan.Suara sirene mobil polisi dan mobil ambulans bersahutan sebelum kedatangannya ke TKP. Kehebohan terjadi dengan beberapa mahasiswa terlihat tergeletak bertebaran dengan luka-luka di tubuh.Beberapa preman tertangkap dan babak belur, nyaris sekarat karena di hajar banyaknya warga kampus yang kesal apa lagi saat beberapa orang hampir tewas karena mini van yang nekat melaju menerjang kerumunan.''Vin, elu enggak apa-apa?!''''Dimananya?!'' jawab Gavin dengan nada ketus, ''Udah jelas bonyok begini...''''Baru bonyok...'' sahut Ardan sambil menepak dahi Gavin,''Nah bini gue, ilang lagi aja...''Ardan tampak tenang menanggapi Gavin,