084 Ardan meminta haknyaKembali lagi, kata-kata Gavin yang tampak biasa saja mengusik batin Rama. Tapi, dia bisa merasakan dengan jelas ada maksud lain dari gestur atau nada suara Gavi saat bicara dengannya.''Asik, ya. Adek abang satu kampus,'' ujar Indira tulus menyukai akrabnya hubungan Gavin dan Aruna.''Enggak selalu Dir, nyatanya, gue malah selalu diusir ama kakak gue. Katanya ngeribetin,'' sahut Zaki, dia punya kakak perempuan di kampus yang sama.''Itu mah elunya kali, ribet minta dijajanin melulu...'' balas Kamil.''Alah, empok gue aja, yang takut gue jadi obat nyamuk...'' ujar Zaki menanggapi Kamil tapi tetap santai sambil menyendok makanan ke mulutnya.''Nah, elu, orang lagi asik pacaran maunya nyempil,'' sahut Arka ikut menimpali.''Bener tuh, sister complex lu...'' tambah Kamil sambil cengengesan.''Sialan!'' seru Zaki kesal.''Kalian lagi ada tugas dari Pak Gani?!'' seru Rama mengubah arah pembicaraan.''Yup, tugas ribet bikin makalah yang bikin mumet...'' jawab Zaki de
085 Ardan meminta haknya 2Aruna masih melihat Ardan dengan ekspresi jengkel tapi akhirnya hatinya senang, karena Ardan tidak melupakan moment-momentnya bersama.''Happy?!'' seru Ardan bertanya, padahal dia sudah dengan jelas melihat wajah semringah istri kecilnya.Aruna mengangguk penuh semangat menjawab Ardan walau rasa malu tetap tidak bisa dihilangkan dari perasaannya saat ini hingga tergambar jelas di wajahnya. Tentu saja apapun yang dilihat Ardan dari istrinya sekarang, hal itu tampak menggemaskan di mata Ardan. Membuat nalurinya untuk menjaga Aruna bercampur baur dengan nafsu yang usdah bebebrapa bulan berusaha diredam olehnya.''Run, tapi, saat ini, yang abang mau lebih dari itu...'' ujar Ardan kemudian, dia tampak tenang dan santai tapi gestur Ardan memperlihatkan keseriusannya.Aruna menyimak dengan serius, dia segera duduk tegap menghadap suaminya.Aruna sama sekali tidak menyadari kalau saat ini Ardan sama gugupnya dengan dirinya. Ada perasaan cemas dan takut di hati Ardan
086 Jeda UsiaSesampainya di pelataran parkir kendaraan di kampus, tanpa menunggu aba-aba lagi, Gavin segera meninggalkan Ardan dan Aruna, tentu setelah dia berpamitan pada pamannya.''Entar, siang abang temenin makan, yah?!'' seru Ardan bertanya saat mereka tiba di parkiran kampus.Ardan merangkul dan menggandeng tangan Aruna, beberapa kali jari Ardan membelai pipi Aruna saat bicara dengannya. Dengan halus memperlihatkan skinship yang terbilang sopan di area umum.Kedatangan wajah baru, di kampus yang penuh dengan remaja yang baru saja menginjak dewasa.Ardan, yang notabene punya penampilan fisik di atas rata-rata, belum lagi aura dewasanya mempesona. Tentu saja hal itu menarik perhatian beberapa orang kebetulan berada di posisi untuk bisa melihat kejadian tersebut.''Lah, abang enggak istirahat?!'' seru Aruna menjawab dengan pertanyaan.''Istirahat...'' jawab Ardan sambil tersenyum meyakinkan istrinya yang tampak cemas akan kesehatan suaminya. Ardan pulang setelah empat hari tida
087 Suami Aruna''Run, tadi, beneran lakik lo?!'' seru Alisa yang masih merasa heran bertanya.''Iya,'' jawab Aruna agak menekan intonasinya, ''Kan, tadi udah dikenalin...''''I-iya, sih... tapi, kok... rasanya aneh, gimana, gitu...'' ujar Alisa sedikit kikuk, ada perasaan tidak enak juga darinya pada Aruna.Beberapa saat keduanya jalan bersama tapi saling canggung, hingga membuat mereka diam selama berjalan.Aruna canggung karena bingung, selain mengakui Ardan sebagai suaminya, Aruna sedang memikirkan bagaimana jika mereka bertanya siapa dan apa yang dikerjakan suaminya, karena tentu saja, itu akan jadi pertanyaan berikutnya.Sedangkan bagi Alisa, dia canggung karena takut jika dia salah ucap maka akan berakibat pada hubungannya dengan Gavin. Alisa menyukai Gavin, karena itu, dia berusaha untuk bisa dekat dengan Gavin.Alisa hanya tahu jika Aruna adalah adik Gavin, dan dia juga sudah melihat, bagaimana sayangnya Gavin pada Aruna. Tentu saja kabar miring Aruna dan Gavin yang seumuran
088 Suami Aruna 2Pembahasan seru tentang suami Aruna membuat mereka semua bersemangat untuk segera ke kafe. Segera setelah jam kuliah masuk masa istirahat. Bukan hanya Kania dan Indira, tapi Arka dan Rista juga sibuk menyeret Gavin untuk membawa mereka ikut berkumpul dengan para gadis.''Kalian aneh, ya... Lakik gue bukan artis! Yang elu pada iya, iya banget, pen ketemu tuh mo apa, coba?!'' seru Aruna mengeluh pada mereka semua yang telah menarik bangku mengelilingi meja kafe yang seadanya.Arka: ''Hehehe... biasanya juga, kita sering makan bareng.''Rista: ''Yoyoi... Lagian, dongeng lu belom kelar Run...''Kania: ''E-eleh... emang dasar mereka kepo, udah gitu pen makan gratis, aja itu mah!''Arka: ''Makan gratis?!''Rista: ''Emang, ada yang mo traktir?!''Aruna, Kania, dan Indira saling lirik setelah mendengar ucapan Arka dan Rista. Mereka baru sadar kalau mereka tidak mendengar pada saat Aruna bilang kalau suaminya akan mentraktir mereka makan.Kania: ''Puguh... gue kira, kalian ya
089 Suami Aruna 3Tindakan Aruna yang tiba-tiba mencengkram dagu Riana bukan hanya mengejutkan Riana dan teman-temannya. Tapi, bahkan dari kubu Aruna sendiri.Aruna memang sangat sabar dan tidak banyak bicara. Tapi, dia juga bukan seorang yang pendiam apalagi pemalu, dia sama sekali tidak seperti itu. Dia bukan seseorang yang pasif, yang hanya diam jika di rendahkan. Tapi, dia tidak akan adu fisik jika tidak dimulai duluan. Selama ini, seperti itulah Aruna di mata teman-temannya.''Run!'' panggil Gavin segera, dia bergerak menghampiri Aruna berniat menghentikannya.''Selama ini gue udah cukup sabar ama gosip macem-macem ya g lu pada sebar soal gue. Tapi, jangan lu bawa-bawa lakik gue apalagi nyumpahin dia macem-macem!'' seru Aruna menghardik Riana yang terperangah.Seketika itu juga Gavin menghentikan langkahnya. Dia mengingat kembali apa yang baru saja dikatakan oleh Riana. Lalu, dia menyadari, ternyata hal itu yang memantik api kemarahan di hati Aruna.Dengan aura Aruna yang terliha
090 Konsep pernikahanDi pihak lain, beberapa teman-teman Gavin merasa aneh dengan cara Gavin dan Ardan bersikap. Tidak ada kecanggungan sama sekali pada Gavin saat bicara dengan Ardan. Sedangkan Ardan, terlihat mendominasi. Padahal, meskipun lebih muda, tentu saja, Gavin tetap kakak iparnya.''Om, thankyou...'' ujar Indira kemudian.''Buat?'' Ardan menjawab dengan balik bertanya.''Traktirannya...'' jawab Indira sambil tersenyum melirik Ardan sekaligus juga Aruna.''Owh...'' alis Ardan naik menanggapi Indira, tapi, kemudian dia tersenyum, ''Belom juga ditawarin...''''Makanya diingetin...'' sahut Indira dengan ekspresi bangga, ''Hehehe...''Ardan melirik Aruna kemudian tersenyum penuh arti padanya, Aruna paham maksud Ardan lalu balik tersenyum padanya, seolah menjawab arti senyum Ardan padanya, meski hanya di dalam hatinya, ''Biarin, sekali-kali... udah terlanjur juga.''Naik alis Ardan menyahut kata hati Aruna, ''Yang mau di traktir cuma dua (Indira dan Kania), lah ini, kenapa passe
091 Deklarasi balasanIndira yang paling frontal berpendapat diantara teman-teman yang lainnya. Tapi, meski begitu, Aruna, Ardan, dan Gavin bisa merasakan ketulusan dari pernyataan Indira. Tidak ada sedikit pun, kesan merendahkan dari setiap ucapan Indira selama ini.''Sikap ikhlas dari Runa, hal itu, bikin gue nyaman...'' jawab Ardan santai tapi sangat yakin, terlihat jelas dari sorot matanya.Mereka semua telah mendengar jawaban dari Ardan lalu segera menoleh ke Aruna untuk mendengar jawaban dari sisi dirinya.''Awalnya berat...'' jawab Aruna sambil tersenyum manis, ''Karena gue juga sama, seperti pemikiran kalian, saat kalian tahu kalau gue nikah karena dijodohin. Tapi, karena sikap Bang Ardan... Tegas dan bijaksana, tapi santai di saat yang tepat. Hal itu juga bikin gue nyaman...''''Tapi, kalian bener-bener enggak kayak pasutri beda usia yang menikah karena dijodohin... serius... kalian santai, terlihat sangat harmonis,'' ujar Indira jujur tapi juga tulus bangga dengan mereka ber