Raut wajah Ronald semakin buruk, rahang pria itu mengeras karena menahan emosi. Naura duduk tegang di sofa, kepalanya tertunduk, wanita itu siap untuk menerima kemarahan kakaknya.
"Aku mengetahui kesalahanku, maafkan aku." Nada bicara Naura terdengar pasrah, kedua tangannya diam-diam mengepal erat. Ronald adalah kakak tiri Naura, mereka berdua memiliki ibu yang berbeda. Ronald terkenal dengan sifatnya yang tegas dan keras, persis seperti almarhum ayah mereka."Apa maafmu akan membuat jutaan surat kabar dan siaran media lainnya lenyap?" balas Ronald cepat, matanya menatap dingin Naura.Naura menarik napas dalam, kemudian mengangkat kepalanya untuk melihat Ronald. Tangan kanannya bergerak untuk ia letakkan di atas dada. "Lalu apa yang harus aku lakukan, kak? Aku bukan hanya bagian dari Tirta, tetapi juga Wajendra.""Lalu kamu mengorbankan keluarga yang telah membesarkanmu untuk menjadi nyonya konglomerat teratas satu Indonesia?" balas Ronald lagiNaura membuka matanya perlahan, wanita itu pergi ke ruang kerja dan melakukan kegiatan hariannya hingga tertidur setelah kembali dari kamar Evelyn. Hal pertama yang ia lihat adalah dua buah sapu tangan Arjuna, kemudian matanya menyapu ruangan untuk menemukan sosok Kate.Kate masih terlihat fokus di meja kerja wanita itu yang berjarak tidak terlalu jauh dari Naura, saat sadar bahwa majikannya telah bangun, Kate berhenti dari aktivitasnya untuk menatap Naura. "Apa anda ingin diseduhkan teh lagi?" tanya Kate sambil melepas kacamata yang selalu ia gunakan ketika bekerja.Naura menggeleng, kemudian mengambil posisi duduk tegak dan baru menyadari bahwa Kate telah menyelimutinya saat tidak sengaja tertidur. Naura menyingkirkan selimut tersebut dengan lembut dan kembali menatap sapu tangan Arjuna."Bukankah ini sapu tangan tuan Renjana?" tanya Naura, jari-jari tangannya pun bergerak untuk menyentuh sapu tangan tersebut.Kate mengangguk cepat. "B
Naura membuka matanya perlahan, cahaya matahari yang masuk melalui jendela besar kamarnya membuat tidur wanita itu terganggu. Dengan malas ia berusaha bangkit dari tidur dan mengambil posisi duduk. Saat kedua matanya telah dapat melihat dengan jelas, dia sedikit terkejut karena melihat sosok Zafir di kamarnya. "Zafir?" tanya Naura, kesadarannya kini mulai terkumpul sempurna karena rasa terkejut.Zafir yang tengah duduk di sofa tidak jauh dari kasur Naura segera menatap istrinya yang baru saja terbangun. "Kamu sudah bangun?"Naura mengangguk, raut wajahnya menunjukkan keheranan. Untuk apa pria itu berada di kamarnya? "Tidak biasanya kamu bangun telat, Kate yang mengabariku sebelumnya. Kamu sakit, sayang?" tanya Zafir, kemudian berdiri dan berjalan ke arah Naura untuk duduk di samping wanita itu.Naura menggeleng. "Tidak, mungkin efek dari perjalanan panjang kemarin. Aku tidak langsung istirahat, tetapi justru melanjutkan pekerjaan yang s
Di luar rencananya, Naura justru menghabiskan waktunya di dalam kamar. Setelah Zafir pergi setelah pertengkaran hebat mereka, Naura tidak memiliki hasrat untuk melakukan kegiatan lain. Tidak seperti biasanya dia masih sanggup bekerja, kali ini tubuh dan batinnya terasa hancur. Naura hanya duduk melamun di balkon kamarnya, tatapannya kosong, sesekali mengeluarkan air mata dan dia akan segera menghapusnya dengan kasar. Tak lama, suara Kate dari dalam kamarnya terdengar. "Nyonya, perlengkapan anda menuju Amsterdam sudah siap. Apakah... Anda ingin membatalkan janji rapat dengan--""Batalkan." Naura memotong kalimat Kate, dia benar-benar tidak memiliki semangat hari ini. "Baik..." Kate sedikit terkejut, namun wanita itu memilih untuk tidak berkomentar banyak. Dia tidak tahu apa yang terjadi di pertengkaran majikannya kali ini, kewajibannya hanya melayani dan menuruti perintah. "Nyonya, sarapan anda sudah siap sejak setengah jam yang lalu.
Sesampainya di bandara, Naura turun dari mobil dan melangkah masuk tanpa menunggu Zafir dan Evelyn. Tidak ada lautan wartawan atau kamera kali ini, sehingga dia bisa bergerak bebas. Naura mengenakan topi, kacamata, dan masker hitam. Mantel hitam panjang juga menutupi tubuhnya, orang-orang sekitar hanya akan tahu bahwa dia adalah seseorang yang misterius, bukan nyonya Wajendra. Naura menaiki pesawat jet pribadi lebih awal, dia segera melepas atribut tertutupnya, kecuali kacamata hitam miliknya. Wanita itu memilih mengambil majalah dan membacanya, bahkan saat Zafir dan Evelyn tiba, wanita itu tidak menoleh sama sekali. Di tengah kenyamanannya, tiba-tiba Evelyn mendekat dan bertanya,"Kak Naura... Bolehkah... Kita bertukar tempat duduk? Aku... Aku ingin melihat pemandangan dari sisi sebelah sini..." Suara Evelyn yang takut-takut berbicara dengannya terdengar, membuat Naura menatap datar wanita itu dari balik kacamata hitamnya. Kate yang juga ada di sana seg
Bulan jauh lebih terang dari biasanya, Naura duduk dengan postur tegak dan raut wajahnya terlihat pasrah. Sebab, malam ini, dia harus merelakan suaminya tidur dengan wanita lain. Evelyn Junet adalah wanita yang rahimnya dibeli oleh Naura seharga satu miliar. Kini, Evelyn telah mengenakan piyama tipis berwarna putih, duduk di hadapan Naura dan Zafir. "Sudah bisa dimulai" kata Naura, matanya menatap dingin ke arah Evelyn dan Zafir. Naura lantas pergi tanpa menunggu tanggapan dari Evelyn ataupun suaminya. Dengan kepala yang mengangguk kecil, ia berjalan keluar dari kamar tersebut tanpa melirik ke arah mereka lagi. Namun, begitu pintu kembali tertutup, kedua mata Naura perlahan mengalirkan air mata. Tubuhnya mendadak lemas, seolah tulang-tulang miliknya menjadi lunak seketika. "Nyonya..." Kate, asisten pribadi Naura yang menunggu di luar kamar segera mendekati majikannya begitu ia keluar. Naura
Sesampainya di mansion, Naura berjalan masuk menuju ruang kerjanya untuk mengurus pekerjaan-pekerjaan baru yang sudah menunggu. Menjadi istri dari keluarga konglomerat elite sama sekali tidak membuatnya dapat bermalas-malasan menikmati harta. Di tengah perjalanannya menuju ruang kerja, suara Evelyn dari belakang membuat langkahnya terhenti. "Nyonya Naura." Naura menoleh, kedua matanya menatap Evelyn bingung, untuk apa wanita itu memanggilnya? Padahal, Naura berniat menghindari kontak sekecil apa pun dengan wanita ini agar hatinya baik-baik saja. "Jika nyonya tidak keberatan, bolehkah aku bertanya di mana ruang kerja Zafir?" Suara manis wanita itu menari di telinga Naura, membuat gejolak emosi Naura aktif. Tetapi, sekeras mungkin Naura menekan apa yang saat ini sedang ia rasakan. "Zafir? Di sana." Tangan kanan Naura menunjuk salah satu pintu ruangan yang berada tidak jauh dari mere
Naura seperti biasa menghabiskan waktunya di ruang kerja, sejak hari di mana Evelyn dinyatakan positif hamil, Naura sesekali mengirim makanan ataupun minuman yang baik untuk kandungannya. Dia mungkin tidak menyukai situasi ini, namun semua hal akan ia lakukan untuk calon anaknya yang tengah dikandung Evelyn. Dia tidak boleh egois. "Nyonya, nona Evelyn meminta izin untuk masuk." Kate membisikkan hal tersebut ke telinga Naura, membuat Naura mengalihkan tatapannya dari laporan perusahaan. "Apa barang-barang yang ia minta tidak dikirim tepat waktu?" tanya Naura, dia tidak mengerti alasan Evelyn mengunjunginya. Sebab seharusnya Zafir sudah memperingatinya untuk tidak terlalu sering menemui Naura di ruang kerja. Kate menggeleng. "Tidak, semuanya sudah diberikan tepat waktu." Naura menghela napas tipis, kemudian ia mengangguk singkat. "Biarkan dia masuk." Kate dengan cepat berjalan ke arah
"Sepertinya belakangan ini aku justru membuat kak Naura merasa tidak nyaman." Evelyn duduk di atas sofa empuk yang berada di ruang kerja Zafir. Wanita itu hanya menghabiskan waktunya di sekitar Zafir, bahkan setelah Naura keluar dengan ekspresi buruk sebelumnya, Evelyn kembali memasuki ruangan Zafir. Zafir merapikan berkas-berkas yang sebelumnya ia gunakan, kemudian berdiri dari meja kerjanya sambil berkata, "Bagaimana bisa? Naura bahkan tidak keberatan jika kamu menyapanya dengan santai, bukan?" Evelyn menghela napas tipis, mengangguk kecil. "Iya, tapi... Sepertinya kak Naura memang--" "Terlalu cepat untuk menyerah, cepat atau lambat hubungan kalian pasti membaik." Zafir berusaha membangun pikiran positif untuk Evelyn, pria itu berjalan tenang menuju Evelyn dan mengusap kepalanya "Makan malam seperti biasa dengan teratur, aku perlu menjamu tamu penting bersama Naura," sambung Zafir setelah beberapa saat