Share

Berubah

Penulis: Rizka hami
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

      "Lu beneran enggak marah sama gue kan?" Tanya Yasmin, melirik ke arah Raina.

       Ini sudah pertanyaan yang ketiga kalinya. Yasmin masih merasa tidak percaya karena sahabatnya itu tampak tenang-tenang saja, tidak seperti dulu. Gadis di hadapannya itu justru sibuk dengan steaknya.

      Biasanya, Raina akan marah, merajuk dan sedikit mendramatisir keadaan, dia juga akan mengatakan kalimat-kalimat yang berlebihan, kadang terdengar menyindir seperti, "Yah, mau bilang apa, gue kan cuman temen enggak penting dikehidupan lu kalau dibandingin sama cowok lu," , atau "Iya deh yang mau beliin kado buat calon mertua, apalah gue ini yang jomblo karatan". Kalimat-kalimat menjengkelkan dari Raina itu kadang membuat Yasmin merasa sangat kesal pada sahabatnya ini, tidak jarang mereka malah jadi bertengkar.

      Kalau saja Yasmin tidak tahu mengenai kisah patah hati Raina, sudah pasti dia tidak akan tahan untuk setia menjadi sahabat gadis manja dan sedikit drama queen ini.

     "Kenapa harus marah, lu enggak bisa jemput, enggak masalah, lagian gue males juga kalau nunggu sampai elu datang, mendingan gue jalan langsung aja, ya kan?" Jawab Raina dengan santai. Dia lebih berkonsentrasi pada steak yang ada dihadapannya, perutnya lapar sekali. Raina tidak sempat makan karena jam penerbang pesawatnya tidak jelas 

     "Lu berubah ya" ucap Yasmin jujur. Raina mengangkat kepalanya, mulutnya masih mengunyah potongan steak. Wajahnya terlihat bingung.

     "Berubah?" Tanya Raina balik, mulutnya sedikit terbuka.

     Yasmin spontan memberikan tisu pada Raina untuk menutupi mulut Raina. Kebiasaan buruk gadis itu, bicara sambil mengunyah makanan.

     "Iya, kayanya pencarian jati diri ke Kalimantan berhasil ya" goda Yasmin. 

     "Sial" balas Raina sambil melemparkan tisu bekas ke arah Yasmin. Mereka lalu tertawa bersama.

     "Gue udah putusin, mau berubah." ucap Raina, kali ini wajahnya terlihat bersungguh-sungguh.

     "Hmm?" Kening Yasmin berkerut. 

     "Yah, no more cry baby, or Ms. drama queen" jelas Raina.

     Dua tahun berada di sebuah daerah terpencil di pulau Kalimantan membuat Raina sadar. Selama ini sikapnya terlalu buruk, pada orang tuanya, pada Yasmin, dan mungkin ini juga yang menyebabkan Rian tidak bisa menerima dirinya, dan kembali pada kekasih lamanya, yang juga sahabat mereka berdua.

      Yasmin tidak menjawab, dia masih menunggu kalimat dari Raina. 

      "Dua tahun ini, gue berusaha jadi mandiri, semua gue lakuin sendiri, gue enggak pernah pulang selama dua tahun ini karena sengaja, gue kepengen tahu betapa pentingnya semua orang dalam hidup gue, yang enggak pernah gue hargai lebih. Gue pikir semua kegagalan cinta gue ini salah Rian, tapi enggak Yas, semua salah gue, setelah merenung setiap hari selama dua tahun, gue sadar kenapa Rian milih Mischa ketimbang gue" lanjut Raina lagi.

      Yasmin masih mendengarkan sisa cerita sahabatnya itu. 

      "Tapi ya rugi banget ya, suka sama satu laki-laki selama hampir 9 tahun, damn!" Raina memaki dirinya sendiri." Raina masih melanjutkan kalimatnya sambil membayangkan kebodohannya, menyukai Rian selama 9 tahun sebelum dia memutuskan bekerja di Kalimantan. 

      Gadis bodoh itu tetap menyukai sahabatnya itu, walaupun dia tahu kalau dia sudah tidak punya kesempatan lagi dengan Rian. Sejak awal masuk kuliah, Rian sudah jelas mengatakan kalau dia hanya menganggap Raina sebagai sahabat saja. Hati Rian tidak pernah berpaling dari Mischa. 

      "Udah ah, cukup sedih-sedihnya, sekarang mending kita fokus buat masa depan, jangan lupa beresin semua keperluan pendaftaran ujian spesialis" balas Yasmin. Raina mengangguk setuju. 

       "Ah, akhirnya kita bareng-bareng lagi yaa" ucap Raina sambil tersenyum senang, dia sangat merindukan Yasmin. Dua tahun tidak bertemu dengan sahabatnya ini. 

       "Hah, kayanya gue harus siap-siap lagi nih sama temen manja gue" ucap Yasmin.

      Raina tertawa, tapi mengangguk setuju. 

       "Jangan khawatir, Raina yang sekarang jauh lebih kuat, enggak cengeng dan drama. Gue janji bakal berubah jadi orang yang lebih baik" janji Raina, gadis itu berdiri dari duduknya, membuat mimik wajah sungguh-sungguh dan meletakkan tangan kanan di dada kirinya, melengkapi kesungguhannya, suara Raina cukup keras sehingga membuat beberapa pengunjung lain di kafe itu mengalihkan pandangan ke meja Raina dan Yasmin, sebagian merasa terganggu, sebagian lagi tertawa geli melihat tingkah konyol Raina. 

      "Ssssttttt... Jangan gitu dong Na, ini semua orang pada liatin kita" bisik Yasmin, wajahnya memerah karena malu melihat tingkah sahabatnya. Dasar gadis aneh, selalu saja bertingkah seenaknya, batin Yasmin dalam hati.

      Raina tersadar, melirik ke kanan dan kiri, lalu menutup wajahnya karena merasa malu sambil terkekeh geli. 

      "Dasar.." ucap Yasmin lagi. Baru saja dia merasa Raina berubah, ternyata bagian ini sama sekali belum berubah, masih saja suka bertingkah sembarangan.

      "Maaf, maaf. Yuk, pulang" ajak Raina. Steaknya sudah habis. Dia makan terlalu cepat.

      "Oke, gue anter ya, jangan lupa, minta maaf sama Ibu dan Ayah lu, mereka cemas banget deh pasti" nasehat Yasmin.

      "Siap!" Seru Raina patuh. Membuat tanda hormat dengan tangan kanannya. 

      Yasmin langsung mengantar Raina pulang ke rumahnya. Hari sudah cukup malam, Yasmin khawatir orang tua Raina akan bertambah cemas. 

      "Thanks tumpangan sama traktirannya Yas" balas Raina setelah sampai didepan rumahnya. 

      "Sampe besok, jangan lupa cepetan urus semua berkas lu," balas Yasmin sebelum pergi pulang.

     "Baik Bu bos!" balas Raina mengacungkan jempol tangan kanannya, pertanda mengiyakan pesan Yasmin.

       Raina berjalan ke dalam rumah setelah mobil Yasmin hilang dari pandangan mata. Dia mengetuk pintu depan rumahnya. Ibu dan Ayah sedang menonton televisi berdua, Rendi, adik Raina belum pulang dari rumah temannya. Saat mendengar ketukan di pintu depan, Ibu dan Ayah langsung bergegas menuju pintu depan. Mereka yakin itu Raina, keduanya sudah tidak sabar untuk bertemu Raina.

      "Nana!" Pekik Ibu sambil memeluk Raina.

      Ayah hanya tersenyum saja, membiarkan istrinya melepaskan kerinduannya pada anak pertama mereka. Paling beberapa hari lagi keduanya akan bertengkar, batin Ayah sambil tertawa dalam hati. 

      "Ayah, Ibu, Nana minta maaf karena selama dua tahun enggak pernah pulang," ucap Raina dengan wajah menyesal. Dia memperhatikan wajah kedua orang tuanya yang tampak bahagia, Raina tidak pernah menyangka akan seperti ini. Dia pikir kedua orang tuanya tidak akan merindukannya seperti ini. 

      "Ibu juga minta maaf kalau terlalu keras sama kamu, janji sama Ibu, kamu jangan pergi tanpa bilang-bilang seperti dulu, ya?" Pinta Ibu.

      Raina mengangguk sambil berjanji dalam hati, dia tidak akan mengecewakan orang tuanya lagi hanya karena masalah cinta. Semoga perubahan sikapnya ini bisa membantu dia mendapatkan cinta yang baru.

     "Iya Bu" balas Raina, patuh. Kembali memeluk ibunya. Lalu setelah selesai, Raina beralih ke ayahnya. 

    "Maafin Nana ya Yah" Ucap Raina, masih belum melepas pelukannya. 

    "Tanpa kamu minta maaf, pasti sudah Ayah maafkan" balas Ayah, mengecup puncak kepala anak gadisnya yang keras kepala ini. 

___________


Jangan lupa komentar di bawah ya..

Happy reading semuanya..

Bab terkait

  • One Sided Love (Kisah Cinta Raina)   Bertemu

    Hari yang dinanti akhirnya tiba, selama satu minggu ini Raina sibuk mengikuti ujian masuk spesialisasi. Hari pertama, Raina harus mengikuti ujian psikotes terlebih dahulu. Raina berjalan dengan terburu-buru, dia tidak mendapatkan tempat parkir yang dekat, karena daerah tempat uji psikotesnya memang sempit dan sedikit menyediakan lahan parkir. Raina masuk ke dalam, ada beberapa orang yang sudah datang disana, Raina menyapa dengan sopan dan duduk di tempat kosong. Gadis itu baru saja selesai mengatur napasnya, saat dia mendadak teringat dengan ponselnya yang masih terpasang dengan kabel untuk mengisi baterai di mobil. "Ah bodoh, ketinggalan" umpat Raina dengan suara sepelan mungkin sambil mengetuk keningnya, dia memaki dirinya sendiri karena sifat pelupanya. Raina kembali lagi menuju mobilnya, yang letaknya cukup jauh. Saat kembali, Raina melihat ada spot parkir yang kosong.&nb

  • One Sided Love (Kisah Cinta Raina)   Hari Ujian

    Hari yang sudah dinanti-nanti oleh puluhan peserta ujian masuk spesialis akhirnya tiba, Raina datang sedikit terlambat, tadinya dia ingin berangkat bersama Yasmin, tapi seperti biasa Raina terlambat bangun sehingga Yasmin lebih dulu berangkat. Sampai di tempat ujian, Raina menyapukan pandangannya ke sekeliling ruangan untuk mencari sosok sahabatnya lalu tiba-tiba seseorang menepuk bahunya dari belakang "Hai, apa kabar?" sapa seseorang dari belakang, dia menyentuh bahu Raina. Gadis itu membalikkan tubuhnya dan mendapati lelaki dengan senyuman termanis menyapanya pagi ini. "Hai!" sapa Raina membalas dengan senyuman lebar, hatinya senang karena hari ini dia bertemu lagi dengan Radit. "Siap ujian?" ucap Radit, sambil tersenyum. Awalnya dia merasa canggung karena tidak mengenal seorang pun disini, hatinya lega saat melihat kehadiran Raina. Setidaknya ada yang bisa Radit ajak berbic

  • One Sided Love (Kisah Cinta Raina)   Percintaan yang Lesu

    Baru sekitar dua detik pesan tulisan Radit sampai, Irna sudah langsung menghubungi kekasihnya itu. "Halo?" Sapa Radit, dia cukup terkejut melihat nama Irna muncul di layar ponselnya. Mengapa tiba-tiba kekasihnya menghubungi dirinya, tanya Radit dalam hati. Entah mengapa Radit merasa bersalah pada kekasih hatinya itu. Seharian ini dia bersama gadis lain, yang baru dia jumpai 2 kali saja, tapi gadis itu seperti sudah Radit kenal bertahun-tahun. Radit bisa langsung akrab. Hatinya pun terasa nyaman berada di dekat Raina. "Ujiannya gimana?" Tanya Irna, mengulangi pertanyaannya yang sudah dia tanya di pesan tulisan tadi. "Enggak masalah Sayang, bisa kok" jawab Radit dengan tenang. "Aku pikir kamu lagi kesel karena ujiannya sulit, makanya sampai enggak kabari aku" ucap Irna, mulai menyindir Radit karena tidak langsung menghubungi diriny

  • One Sided Love (Kisah Cinta Raina)   Lulus

    Ponsel Raina berdering selama beberapa menit, sudah entah berapa kali Yasmin mencoba menghubungi Raina. Gadis itu baru saja selesai shift jaga malam pagi ini di klinik 24 jam tempat dia bekerja sementara, dia baru tertidur selama dua jam, tentu saja Raina tidak mendengar ponselnya yang berbunyi terus-menerus. Ibu masuk ke dalam kamar Raina karena sedari tadi mendengar ponsel anaknya berbunyi. Ibu mendapati Raina yang masih tertidur pulas. Dengan hati-hati, wanita paruh baya itu mengambil ponsel yang berada tepat di samping tubuh Raina. Ibu takut membangunkan anaknya itu, wajah Raina jelas kelelahan, siapa yang tidak lelah setelah jaga selama 24 jam. Ibu melihat di layar ponsel, ada nama Yasmin disana. "Na, lu tidur ya? Gue telpon berkali-kali lama bener angkat teleponnya, pasti kebo deh tidurnya" Omelan Yasmin langsung terdengar diujung sana. Ibu hanya tersenyum mendengar omelan sahabat anaknya itu. Memang Yasmin sel

  • One Sided Love (Kisah Cinta Raina)   Hari Pertama Sekolah

    "Naaaa... Nanaaaaaa!!!!!!" Teriak Yasmin saat Raina menjawab teleponnya. Raina masih setengah tertidur, dia spontan menjauhkan ponselnya dari telinganya. Terbangun karena teriakan sahabatnya itu. "Ada apaan sih Yas?" Tanya Raina lagi, matanya masih tertutup. Sementara tangan kanannya sudah bergerak untuk menahan ponselnya tetap berada di telinganya. "Jangan bilang lu baru bangun, lu masih jaga malam kan??? Ah Nanaaa kebangetan banget deh ini bocah!!! Cepetan banguuun!! Kita diminta kumpul satu jam lagi, di kamar jaga residen penyakit dalam, Na!!" Jawab Yasmin cepat. Kepala Raina masih kosong, dia masih terdiam. Otaknya belum berhasil mencerna kalimat Yasmin. "Raina! Cepetan bangun dan segera ke rumah sakit! Kalau enggak kita seangkatan bakal dihukum!!" Teriak Yasmin lagi. "Apa?! Dihukum?!" Batin Raina dalam hati. Raina langsung membuka m

  • One Sided Love (Kisah Cinta Raina)   Tugas Perdana

    "Untung kalian enggak terlambat, kalau terlambat bisa-bisa kita satu kelompok langsung kena hukuman" ucap lelaki dengan wajah dingin dan datar itu lagi saat melihat kehadiran Radit dan Raina. Lelaki itu melipat kedua tangannya di depan dada dengan wajah angkuh, memberikan tatapan dingin sedingin es batu. Raina membalas dengan tatapan sebal, siapa orang sombong ini, mukanya datar sekali, tanya Raina dalam hati. "Ayo ke kamar jaga, jangan sampai kita yang dicariin" lanjut lelaki dingin itu lagi. Raina masih mengatur napasnya, tiba-tiba dia sudah diminta berjalan lagi. Gadis itu langsung merutuk di dalam hati sambil memandang sengit lelaki itu. Rasanya dia baru berhenti selama beberapa detik saja untuk mengambil napas, tapi lelaki itu seperti tidak mau menunggu lama. Dasar lelaki tidak punya hati, maki Raina lagi. "Siapa sih dia? Baru juga pertama ketemu udah super jutek samabossy bener" b

  • One Sided Love (Kisah Cinta Raina)   Panitia Pemilihan CR (1)

    Hari masih menunjukkan pukul 7 pagi, Raina baru saja turun ke dapur untuk membantu ibu memasak sarapan. Terhitung mulai hari ini dia memutuskan untuk tidak lagi bekerja di klinik manapun. Yasmin sudah memarahi dirinya berulang kali, belum lagi kejadian di hari perdana mereka bertemu senior itu membuat Raina sadar kalau sebagai residen paling junior, dia harus siap sedia setiap saat. Tiba-tiba ponselnya berdenting, ada pesan yang masuk. Raina mengambil ponselnya, semenjak kejadian beberapa hari yang lalu itu, Raina tidak pernah jauh-jauh dari ponselnya. Dia juga mengaktifkan volume paling tinggi supaya bunyi ponselnya selalu terdengar. Pesan itu dari Tama, si ketua angkatan yang sangat menyebalkan itu. Sebelum membuka pesan itu, Raina berdecak karena selalu kesal setiap melihat nama Tama. "Jarkom: Hari ini ketemuan sama ketua panitia pemilihan CR, dikamar jaga jam 3.30. Kita kumpul di kafe dekat kamar jaga jam 3 tepa

  • One Sided Love (Kisah Cinta Raina)   Panitia Pemilihan CR (2)

    Setelah sepanjang pagi membantu ibu, Raina segera bersiap-siap. Siang ini dia memoles wajahnya dengan riasan tipis, memakai dress terbaiknya, menata sedikit rambutnya dan menyemprotkan parfum favoritnya. Dia tidak mau Radit menunggu lama. Saat Raina keluar dari kamar, ibu sampai terheran-heran melihat penampilan anak gadis satu-satunya itu. "Harum banget Na" puji ibu. Sedikit penasaran karena penampilan Riana seperti gadis yang akan berkencan atau pacaran. Tidak seperti penampilan mahasiswa baru yang akan menemui seniornya. Kalau ibu sebelumnya tidak tahu kalau Raina akan pergi untuk menemui seniornya, mungkin ibu sudah menyangka kalau Raina sudah punya pacar baru. Setelah patah hati dulu, Raina memang tidak pernah lagi berdandan seperti siang ini, batin Ibu. "Ketemu senior harus rapi dan harum Bu" balas Raina sengaja berkelit. Dia sudah bisa membaca apa yang ada didalam kepala ibu kandungnya itu. "Oh

Bab terbaru

  • One Sided Love (Kisah Cinta Raina)   Sebagai Pelampiasan

    "Hmmm, pemandangan yang indah, film yang bagus, makanan yang enak dan teman yang menyenangkan. Ini malam minggu terbaik" celetuk Radit, mengalihkan pandangannya kepada Raina."Eh?" Raina bergumam tanpa sadar. Tapi dia segera menutup mulut nakalnya."Ya, rasanya kita bisa malam mingguan lagi kapan-kapan" balas Radit."Malam mingguan lagi?" Tanya Raina ulang. Jantungnya berdetak cepat. Apa ini berarti Radit mengajaknya berkencan lagi? Ingin rasanya Raina menari saking girangnya."Ya, mungkin lain kali kita bisa nonton lagi.." balas Radit, sedikit menggantungkan kalimatnya. Radit menyadari wajah terkejut dari Raina. Apa gadis ini menjadi sedikit salah mengerti mendengar dia menyebutkan kalimat tadi, pikir Radit."Sekalian mengajak Yasmin, Tama dan teman angkatan kita lainnya" Radit cepat-cepat melanjutkan kalimatnya. Khawatir Raina semakin salah sangka.&nbs

  • One Sided Love (Kisah Cinta Raina)   Malam Mingguan (3)

    "Akhirnya tenang juga" ucap Raina, menarik napas dalam-dalam sambil menutup mata. Mereka saat ini sedang berada di gedung bioskop dan sedang mengantre memesan tiket nonton. Bioskop memang ramai, tapi tidak berdesakan seperti kafe tempat makan mereka sebelumnya. Raina merasa jauh lebih lega. "Kafe tadi terlalu berisik ya?" tanya Radit, dia baru sadar kalau Raina merasa tidak nyaman sebelumnya, sedikit merasa bersalah karena dia yang memaksa untuk makan disana, padahal jelas-jelas kafe tadi padat pengunjung. "Oh, enggak, hanya. Emm, sedikit penuh saja, kita enggak bisa ngobrol enak" balas Raina langsung, khawatir Radit merasa tidak enak hati. Bukan masalah kafe tadi penuh dan sesak oleh pengunjung, tapi letak masalahnya ada pada Rian dan Mischa. "Masih lama waktu nonton, mau minum kopi? Atau makan makanan kecil lain sebelum nonton?" tawar Radit. Rasa bersalah membuat dia menawari Raina untuk ke tempat lain

  • One Sided Love (Kisah Cinta Raina)   Malam Mingguan (2)

    "Makan disini enggak apa-apa?" Tanya Radit. Mereka saat ini masuk di sebuah kafe yang berada di dalam mall. Kafe itu memang terlihat padat pengunjung. Wajar saja karena kota Bandung di akhir pekan tidak mungkin tidak ramai. Selain itu, kafe ini juga sedang naik daun di media sosial. Raina sedikit mengernyitkan keningnya, sedikit tidak setuju karena terlalu ramai. Raina tidak terlalu penyuka keramaian. Dia lebih suka suasana yang sepi, karena dia bisa makan dan mengobrol dengan tenang. Apalagi ini kali pertama dia bisa berduaan dengan Radit, Raina ingin suasana yang tenang, tidak riuh seperti ini. "Kalau enggak mau juga enggak apa, kita cari lagi tempat lain" balas Radit setelah melihat wajah enggan dari Raina. "Enggak apa-apa, disini aja Dit" tolak Raina cepat. Dia melirik wajah Radit dan melihat kalau lelaki itu sepertinya ingin sekali makan di tempat ini. Walaupun

  • One Sided Love (Kisah Cinta Raina)   Malam Mingguan

    Akhir pekan akhirnya datang. Kata orang hari-hari di akhir pekan adalah siksaan untuk orang yang baru saja putus. Radit baru tahu rasanya sekarang. Sabtu ini dia tidak punya janji apapun dengan siapapun. "Hah, membosankan sekali" gumam Radit. Sepanjang pagi dia hanya menyetel televisi dan menonton dengan pikiran kosong. Dia mengambil ponselnya dan mulai melihat-lihat film apa yang sedang diputar minggu ini di bioskop. "Apa ajak jalan anak kosan ya?" Radit mulai menemukan ide di kepalanya saat melihat film action yang terlihat cukup seru sudah tayang mulai minggu ini. Radit segera melihat jadwal jaga, baik Yasmin, Tama maupun Raina tidak ada yang jaga hari ini. Lelaki itu segera keluar dari kamar untuk mencari teman kosnya. Saat baru menuruni tangga, Radit bertemu dengan Raina. Gadis itu berjalan ke arah kulkas yang terletak di dapur kos dengan mata setengah terpejam, rambut berantakan dan dia mas

  • One Sided Love (Kisah Cinta Raina)   Putus (4)

    "Apa Kakak enggak kangen sama aku? Setelah putus Kakak sama sekali enggak pernah hubungi aku," keluh Irna. Dia merasa tidak nyaman dengan perubahan sikap Radit padanya setelah putus. Irna pikir Radit akan mengejar-ngejar dirinya setelah dia meminta putus, tapi kenyataannya justru Radit malah mendiamkan dirinya dan sama sekali tidak pernah menghubungi dirinya. "Aku rasa, kita butuh momen untuk sama-sama sendiri, supaya kita bisa pikirkan bagaimana hubungan kita selama ini" balas Radit. Dia masih sangat menyukai Irna, tapi kembali menjadi kekasih Irna masih sedikit sulit bagi Radit. Lelaki itu masih butuh waktu untuk memikirkan hubungan mereka yang dia rasa mulai tidak sehat. "Aku kangen Kakak" ucap Irna tiba-tiba. Dia merasa harus jujur tentang hal ini. "Rindu?" ucap Radit dalam hati, dia cukup terkejut dengan kejujuran Irna. Detak jantung Radit menjadi cepat saat mendengar ucapan mantan kek

  • One Sided Love (Kisah Cinta Raina)   Putus (3)

    Entah Raina harus bahagia atau justru waspada dengan keadaan yang saat ini dia hadapi, yang pasti selama Radit putus dari kekasihnya, lelaki itu selalu menempel pada Raina, dimana pun dan kapan pun. Tidak terasa sudah dua minggu Radit putus dari Irna. Dalam hati Radit merasa sangat nyaman, tidak ada lagi yang mengatur dengan kejam semua kehidupannya. Dia bisa menjalani kehidupan residensi dengan nyaman. Semakin hari keduanya semakin lengket, dimana ada Raina pasti ada Radit disana. "Na, selesai dari rumah sakit, kita makan dulu ya sebelum pulang ke kos" ajak Radit disela-sela acara ilmiah. "Em" balas Raina langsung mengiyakan tanpa pikir panjang, dia bahkan lupa kalau hari ini orang tuanya datang untuk melihat kamar kosnya. Sudah dua minggu Raina belum juga mengizinkan ayah ibunya untuk datang. "Oke!" balas Raina dengan bersemangat sambil mengacungkan jempolnya. Dia selalu senang setiap diajak makan

  • One Sided Love (Kisah Cinta Raina)   Putus (2)

    (3 menit sebelumnya) "Gue jawab telepon dulu ya, agak berisik disini" ucap Radit, beranjak pergi menuju sudut di luar bioskop. "Gue jawab telepon dulu ya, agak berisik disini" ucap Radit berdiri, dia tidak bisa menjawab telepon Irna di tengah suasana gaduh begini. Pasti kekasihnya itu akan bertambah kesal. "Jangan lama-lama, bentar lagi teaternya mau buka" balas Raina, mengingatkan. Radit mengangguj sambil melambaikan tangannya. "Ada yang mau beli minum?" Tanya Yasmin, Raina langsung mengiyakan. "Gue enggak, enggak seru nonton sambil makan minum, terlalu mengganggu" balas Tama, menggeleng. Dia lebih suka menikmati film tanpa gangguan makan dan minum. Sayang sekali kal

  • One Sided Love (Kisah Cinta Raina)   Putus (1)

    "Oke, Raina ikut juga" ucap Radit. "Oh, oke" balas Yasmin, melirik Raina sambil tersenyum geli. Bukan Yasmin namanya kalau tidak bisa menebak isi kepala sahabatnya yang paling drama itu."Oke, Raina ikut juga" ucap Radit. "Oh, oke" balas Yasmin, melirik Raina sambil tersenyum geli. Bukan Yasmin namanya kalau tidak bisa menebak isi kepala sahabatnya yang paling drama itu. Beberapa detik kemudian Tama terlihat menuruni tangga. Raina yang pertama menyadari, dia langsung melirik kesal ke arah Tama. "Buat apa si kanebo kering itu ikut-ikutan?" Batin Raina dalam hati.

  • One Sided Love (Kisah Cinta Raina)   Menumpang (3)

    "Tadi sih curhat berantem hebat sama pacarnya" balas Yasmin. "Tadi sih curhat berantem hebat sama pacarnya" balas Yasmin. Yasmin teringat cerita Radit beberapa hari terakhir. Radit cukup nyaman untuk berkeluh kesah dengan Yasmin, mungkin karena Radit tahu Yasmin punya hubungan serius dengan kekasih Yasmin dan gaya berpacaran Yasmin dan kekasihnya dewasa sekali. Radit mengagumi itu, berbeda dengan gaya pacaran dirinya dan Irna. Kekasihnya masih manja, seenaknya dan jauh dari kata dewasa. Setiap hari selalu ada saja bahan untuk bertengkar. Radit kadang merasa lelah sendiri menghadapi sikap kekanakan dari Irna.

DMCA.com Protection Status