*** Lucy yang sedang asyik menonton TV di lantai dasar dikejutkan oleh telepon dari Victor. Suaranya terdengar tegang saat memberitahunya bahwa Mary sedang kesakitan di kamar. Tanpa menunggu lama, Lucy langsung bergegas naik ke lantai dua menuju kamar majikannya. Begitu pintu kamar terbuka, ia mel
Mary terlihat semakin lemah, keringat mengucur deras dari dahinya. Wajahnya memucat menahan rasa sakit. Dokter Amelie memberi arahan kepada tim medis untuk memastikan semua peralatan siap dan steril. “Nona Mary,” ujar Dokter Amelie lembut, mendekat, “Tarik napas dalam-dalam, lalu keluarkan perlahan
Victor, yang masih tampak bingung, menggelengkan kepala, menatap Mary, lalu kembali memandang dokter. Dengan raut wajah tegang, ia berkata, “Anda mau menjahit lubangnya? Anda berniat menutupnya?! Yang benar saja, Dokter!” suaranya terdengar setengah geram, namun lebih didorong oleh rasa cemas. Kali
*** Tiga minggu kemudian... Mary dirawat di rumah sakit selama lima hari pasca melahirkan. Setelah itu, mereka kembali ke rumah bersama bayi mereka yang menjadi pusat perhatian dalam kehidupan baru mereka. Dalam tiga minggu terakhir, hari-hari mereka diwarnai dengan proses adaptasi menjadi orang
Mary memutar matanya dengan malas, lalu beralih menatap Zack. “Daddy-mu pandai membual. Kamu jangan seperti itu ya, sayang,” balasnya, diikuti tawa Victor. “Oh iya, sayang, hari ini Moretti mau datang, katanya dia rindu ingin bertemu dengan Zack,” kata Mary. Victor mengangguk pelan sebagai respon—
*** Tak lama setelah panggilan video dengan Victor berakhir, Mary kedatangan tamu yang tak lain adalah Moretti. Sebelum Victor berangkat tadi pagi, Mary sudah memberitahu pria itu bahwa hari ini Moretti akan berkunjung ke rumah mereka. Hubungan Mary dengan Moretti terjalin cukup akrab sejak momen
Setelah pembicaraan itu, mereka sepakat untuk melangsungkan pernikahan setelah Zack berusia 2-3 bulan. Keputusan itu sudah mereka pertimbangkan dengan matang, dan kini mereka mulai mempersiapkan segalanya bersama secara pelan-pelan. ** Fort Lauderdale… Restoran mewah di tepi pantai Fort Lauderdal
** Jam menunjukkan 22:15 malam ketika SUV hitam mewah itu melintasi gerbang rumah Victor di salah satu kawasan elite Miami. Rumah berlantai dua dengan desain modern itu tampak tenang di bawah cahaya lampu taman yang redup namun hangat. Supir memperlambat laju mobil hingga berhenti tepat di depan
Mary berdiri di tengah kamar, memandangi suasana yang berantakan—selimut yang tergeletak di lantai, bantal yang tak pada tempatnya, dan meja kecil yang dipenuhi barang-barang. Pandangannya sempat kosong, tetapi ia menarik napas panjang, memutuskan untuk mulai merapikan kamar. Ia mengambil selimut y
Lucy dan Olso duduk di sofa di ruang tengah, tampak kebingungan. Mereka saling pandang, mencoba membaca situasi, tetapi tidak berani bertanya apa-apa. Mereka tidak tahu apa-apa soal kecurigaan Mary terhadap Victor, apalagi mengenai keterlibatan suaminya dalam kecelakaan yang menewaskan Nathan. Yang
*** Tubuh Dominic seketika membeku, matanya melebar karena keterkejutan yang tak dapat ia sembunyikan. Ponsel di tangannya hampir saja terlepas, tapi Hannah dengan cepat menangkapnya sebelum benar-benar jatuh. “Sayang, ada apa?” tanya Hannah, suaranya penuh kekhawatiran saat ia melihat ekspresi Do
Taman itu dipenuhi tanaman hijau subur, bunga-bunga bermekaran dalam berbagai warna—menambah keindahan suasana. Sebuah set kursi dan meja rotan dengan bantalan empuk berada di tengah ruangan, tempat semua orang berkumpul dengan santai. Di atas meja, beberapa cangkir teh telah terisi penuh dengan te
*** Usai mandi, Mary dan Victor bergegas bersiap-siap tanpa membuang waktu. Begitu semuanya selesai, mereka meninggalkan kamar yang terlihat berantakan dan langsung turun ke lantai dasar. Tidak seperti biasanya, Mary sengaja tidak merapikan kamarnya lebih dulu. Ia tak ingin membuat Nyonya Zaria, C
Mary menggigit bibir bawahnya, mencoba mengendalikan perasaan yang perlahan meledak. Tetapi sentuhan Victor, ciumannya, dan suara napasnya yang dekat begitu menggoda, membuatnya sulit berpikir jernih. Napas Mary semakin berat, dan ia tahu Victor sengaja memperlambat waktu mereka. Tanpa berkata apa-
Lucy menghentikan kegiatannya sejenak dan beralih menatap Nyonya Zaria. Senyum ramah mengembang di wajahnya. "Tidak, Bibi," jawab Lucy sopan sambil menggeleng pelan. "Aku hanya menyiapkan sarapan untuk kita saja, yang ada di rumah ini." Mendengar percakapan itu, Chiara yang sedang mengawasi Zack di
“Bagaimana bisa?” pikir Daisy dengan sesak yang menyelimuti dadanya. Apakah semua yang mereka lalui hanyalah kebohongan? Apakah malam-malam panjang yang mereka habiskan bersama, tawa, pelukan, bahkan cinta mereka, tak ada artinya bagi Nathan? Ia merasa begitu kecil, seolah semua pengorbanannya sia-
*** London, UK... Di dalam kamar yang kacau balau, pakaian berserakan di lantai—sebuah dress merah yang tergeletak kusut, bra yang terlempar ke sudut ruangan, celana dalam, boxer, hingga jas pria yang terbuka kancingnya. Aroma pagi yang intens masih tercium samar, tetapi suasana di dalam kamar itu