*** Malam Hari Kini suasana rumah tampak sepi dan sunyi, hanya ada Victor dan Mary. Alea telah pergi bersama kedua orang tuanya, meninggalkan Florida sore tadi. Setelah selesai menikmati makan malam bersama, Mary dan Victor bersantai di ruang TV. Mereka berbaring berdampingan di atas sofa yang le
“Arghhh… Baby!” Victor juga mengerang penuh kenikmatan. Ia mengecup lembut punggung mulus Mary. Sebelah tangannya memegang pinggang Mary, sedangkan tangan lainnya menangkup salah satu payudaranya, meremas lembut dan sesekali memelintir putingnya. Dengan gerakan lembut, Mary mulai menggerakkan tubuh
*** Beberapa minggu kemudian… "Bagaimana kondisinya?" Seorang pria paruh baya dengan penampilan rapi dan formal bertanya kepada seorang Dokter yang berdiri di sampingnya. Tatapannya terarah jauh ke depan, memandang seorang perempuan yang duduk di kursi roda. Dari kejauhan, perempuan itu terlihat
Ia berjalan ke meja resepsionis dan menyampaikan maksud kedatangannya. "Saya ingin bertemu Victor," ujarnya dengan nada tegas. Namun, karena Mr. Blake tidak memiliki janji dengan sang CEO, pihak resepsionis meminta maaf dan memintanya untuk menunggu di ruang tunggu yang telah disediakan. "Tolong t
Deg! *** Beberapa menit kemudian… Mr. Blake keluar dari gedung pencakar langit Arms Technologies Corporation dengan langkah cepat dan berat. Wajahnya gelap, menahan emosi yang berkecamuk di dadanya. Begitu tiba di lobi, ia langsung masuk ke dalam mobil yang sudah menunggunya di depan pintu. Ia m
*** Lucy yang sedang asyik menonton TV di lantai dasar dikejutkan oleh telepon dari Victor. Suaranya terdengar tegang saat memberitahunya bahwa Mary sedang kesakitan di kamar. Tanpa menunggu lama, Lucy langsung bergegas naik ke lantai dua menuju kamar majikannya. Begitu pintu kamar terbuka, ia mel
Mary terlihat semakin lemah, keringat mengucur deras dari dahinya. Wajahnya memucat menahan rasa sakit. Dokter Amelie memberi arahan kepada tim medis untuk memastikan semua peralatan siap dan steril. “Nona Mary,” ujar Dokter Amelie lembut, mendekat, “Tarik napas dalam-dalam, lalu keluarkan perlahan
Victor, yang masih tampak bingung, menggelengkan kepala, menatap Mary, lalu kembali memandang dokter. Dengan raut wajah tegang, ia berkata, “Anda mau menjahit lubangnya? Anda berniat menutupnya?! Yang benar saja, Dokter!” suaranya terdengar setengah geram, namun lebih didorong oleh rasa cemas. Kali
*** Hari itu penuh dengan aktivitas seru. Mereka menjelajahi jalur hiking pendek yang mudah untuk anak-anak, melewati hutan mangrove yang teduh. Zack bersama Calvin dan Valentin tampak kagum melihat kepiting kecil di sela-sela akar pohon, sementara Katty dan Cassandra sibuk mengumpulkan daun-daun u
*** Setibanya di lokasi camping, keluarga Victor dan Mary langsung terpukau oleh keindahan alam yang terbentang di hadapan mereka. Taman itu memiliki pemandangan yang memanjakan mata: pepohonan mangrove yang rimbun, udara segar dengan aroma laut yang khas, dan suara burung-burung yang berkicau merd
*** "Katty sudah dibantu oleh Daddy, Mom," jawab Zack sambil menunjuk ke arah luar rumah. Mary hanya mengangguk pelan, merasa lega mendengar semua sudah terkendali. Sementara itu, di halaman depan, Katty yang berusia tiga tahun tampak bersemangat membantu Victor memuat barang-barang ke dalam mobil
*** Empat Tahun Kemudian… Tak terasa waktu berlalu begitu cepat. Sudah lima tahun usia pernikahan Mary dan Victor. Kehidupan mereka dipenuhi kebahagiaan, berkat cinta yang terus tumbuh dan keluarga kecil yang mereka bina bersama. Dari pernikahan mereka, Tuhan menganugerahi dua buah hati yang menj
*** Victor kemudian menegakkan tubuh, berdiri menjulang di hadapan Mary yang tengah terengah-engah. Kedua tangannya bergerak menurunkan celana serta boxer, kemudian berlanjut dengan kaos hitam yang melapisi tubuh atletisnya. Hingga kini, Victor berdiri dengan tubuh polos tanpa sehelai benang yang m
*** "Victor!" pekik Mary terkejut, tubuhnya memantul ringan saat ditempatkan di permukaan kayu yang dingin. Refleks, tangannya mencengkeram bahu kokoh suaminya, mencari keseimbangan. Victor menatapnya lekat, wajahnya begitu dekat hingga Mary bisa merasakan hangat napasnya. Ada intensitas di matany
*** Mary mengalihkan pandangannya ke dinding kamar, memperhatikan jam besar di sana. Jarum jam menunjukkan waktu yang sudah cukup larut. Ia menghela napas, menyadari suaminya masih saja sibuk di ruang kerja. "Sudah jam segini, tapi dia masih bekerja," gumamnya pelan, nada suaranya seperti protes ke
*** Langit Miami, Florida, kini telah diselimuti kegelapan malam. Mary, baru saja menyelesaikan ritual malamnya setelah menidurkan putra kecilnya, Zack. Anak lelaki itu telah lelap di kamarnya, meninggalkan keheningan di rumah mereka. Mary melangkah masuk ke dalam kamar mandi, membasuh wajahnya d
Dominic menghela napas panjang, seolah beban berat terangkat dari pundaknya. “Syukurlah,” gumamnya, nyaris seperti bicara pada dirinya sendiri. Namun, matanya melirik sekilas ke arah Michael, seolah ingin memastikan reaksi menantunya. Michael, yang sedari tadi memperhatikan dengan seksama, memicing