Mary terdiam mendengar jawaban sahabatnya. "Aku tidak ingin mengatur perasaanmu, karena itu semua adalah hakmu. Namun di sini, aku hanya ingin memberi sedikit masukan padamu. Jika bisa... sebaiknya kamu belajar untuk menerimanya. Kamu sedang hamil... dan kehamilanmu bertahan sampai hari ini artinya
*** Begitu menyudahi ciumannya, Victor menegakkan tubuhnya dan melangkah mengitari tempat tidur. Kini, pria itu berdiri di depan nakas. Ia mengeluarkan ponsel dan dompet dari saku celananya, lalu meletakkannya di atas nakas. "Tidurlah kalau mengantuk," ujar Victor, melirik sekilas kepada Mary. Wa
*** Di tengah heningnya suasana yang terbangun antara Victor dan Mary, tiba-tiba ponsel milik Victor bergetar di atas nakas. Mary, yang sebelumnya memeluk Victor dengan mata terpejam, langsung membuka kelopak matanya dengan cepat. Mary menjauhkan wajahnya dan mendongak, hingga tatapannya bertemu d
Victor tersenyum puas dalam hati. Ia membuka bibirnya, menjulurkan lidah, lalu menyapu puting berwarna merah muda itu berulang kali. "Sshhh… uhhh!" Mary melenguh nikmat. Tubuh polosnya menggelinjang lembut di pangkuan Victor. Victor kemudian memasukkan puting itu ke dalam mulutnya, mengulum dengan
Mary, dengan deru napas memburu, ia membuka mata ketika Victor mendekatinya, mengungkung tubuhnya yang kini terkulai lemas dengan napas yang belum sepenuhnya normal. Victor mengecup singkat bibirnya, lalu menjauh hingga tatapan mereka bertemu. Victor menahan bobot tubuhnya dengan satu tangan, semen
Pria itu mengerti akan keinginan sang wanita. Ia membuka bibirnya dan mengulum puting yang keras itu dengan penuh perhatian. Mary mendesah nikmat, melupakan rasa perih pada inti tubuhnya akibat cumbuan lembut Victor di dadanya. Victor melepaskan puting itu dari mulutnya, kemudian beralih mengulum p
Ah, rasanya sungguh membahagiakan bagi Victor yang kini telah mengklaim bahwa tubuh Mary adalah satu-satunya yang paling nikmat diantara yang pernah ia rasakan. Tubuh wanita ini membuatnya candu mulai malam ini hingga… selamanya. Semoga saja suatu hari nanti ia tidak tergoda dengan wanita lain sehi
*** “Aku ingin bertemu dengan Victor, Olso!” Kylie menatap Olso yang menghalangi jalannya dengan mata melotot tajam. Ia kesal karena pria itu berani menghalangi dirinya. “Victor belum bangun, Kylie. Dia masih tidur karena semalam lembur di kantor,” kata Olso dengan sabar memberikan penjelasan kepa
*** Hari itu penuh dengan aktivitas seru. Mereka menjelajahi jalur hiking pendek yang mudah untuk anak-anak, melewati hutan mangrove yang teduh. Zack bersama Calvin dan Valentin tampak kagum melihat kepiting kecil di sela-sela akar pohon, sementara Katty dan Cassandra sibuk mengumpulkan daun-daun u
*** Setibanya di lokasi camping, keluarga Victor dan Mary langsung terpukau oleh keindahan alam yang terbentang di hadapan mereka. Taman itu memiliki pemandangan yang memanjakan mata: pepohonan mangrove yang rimbun, udara segar dengan aroma laut yang khas, dan suara burung-burung yang berkicau merd
*** "Katty sudah dibantu oleh Daddy, Mom," jawab Zack sambil menunjuk ke arah luar rumah. Mary hanya mengangguk pelan, merasa lega mendengar semua sudah terkendali. Sementara itu, di halaman depan, Katty yang berusia tiga tahun tampak bersemangat membantu Victor memuat barang-barang ke dalam mobil
*** Empat Tahun Kemudian… Tak terasa waktu berlalu begitu cepat. Sudah lima tahun usia pernikahan Mary dan Victor. Kehidupan mereka dipenuhi kebahagiaan, berkat cinta yang terus tumbuh dan keluarga kecil yang mereka bina bersama. Dari pernikahan mereka, Tuhan menganugerahi dua buah hati yang menj
*** Victor kemudian menegakkan tubuh, berdiri menjulang di hadapan Mary yang tengah terengah-engah. Kedua tangannya bergerak menurunkan celana serta boxer, kemudian berlanjut dengan kaos hitam yang melapisi tubuh atletisnya. Hingga kini, Victor berdiri dengan tubuh polos tanpa sehelai benang yang m
*** "Victor!" pekik Mary terkejut, tubuhnya memantul ringan saat ditempatkan di permukaan kayu yang dingin. Refleks, tangannya mencengkeram bahu kokoh suaminya, mencari keseimbangan. Victor menatapnya lekat, wajahnya begitu dekat hingga Mary bisa merasakan hangat napasnya. Ada intensitas di matany
*** Mary mengalihkan pandangannya ke dinding kamar, memperhatikan jam besar di sana. Jarum jam menunjukkan waktu yang sudah cukup larut. Ia menghela napas, menyadari suaminya masih saja sibuk di ruang kerja. "Sudah jam segini, tapi dia masih bekerja," gumamnya pelan, nada suaranya seperti protes ke
*** Langit Miami, Florida, kini telah diselimuti kegelapan malam. Mary, baru saja menyelesaikan ritual malamnya setelah menidurkan putra kecilnya, Zack. Anak lelaki itu telah lelap di kamarnya, meninggalkan keheningan di rumah mereka. Mary melangkah masuk ke dalam kamar mandi, membasuh wajahnya d
Dominic menghela napas panjang, seolah beban berat terangkat dari pundaknya. “Syukurlah,” gumamnya, nyaris seperti bicara pada dirinya sendiri. Namun, matanya melirik sekilas ke arah Michael, seolah ingin memastikan reaksi menantunya. Michael, yang sedari tadi memperhatikan dengan seksama, memicing