*** “Aku ingin bertemu dengan Victor, Olso!” Kylie menatap Olso yang menghalangi jalannya dengan mata melotot tajam. Ia kesal karena pria itu berani menghalangi dirinya. “Victor belum bangun, Kylie. Dia masih tidur karena semalam lembur di kantor,” kata Olso dengan sabar memberikan penjelasan kepa
Kemudian, Olso beralih menatap Lucy. “Percuma saja kalau kita yang melarang, dia tidak akan mau mendengar. Justru akan semakin berontak. Sudahlah, biarkan Victor yang memberi dia pelajaran. Aku yakin di atas sana dia akan membuat keributan dan kita lihat bagaimana cara Victor menanganinya,” ujarnya
Kylie menengadahkan wajahnya, menatap penuh kemarahan pada Victor. "Kemarin aku menghubungimu berulang kali, tapi kamu tidak menjawab teleponku sama sekali. Aku mengirim pesan begitu banyak padamu, tapi tak satupun yang kamu balas, Victor!" seru Kylie. "Apakah aku wajib membalas pesanmu atau mengan
*** Mary mengabaikan kegaduhan yang terjadi di luar kamar. Ia tidak ingin terlibat dalam urusan Victor dan Kylie; baginya, menjaga suasana hati di pagi yang cerah ini jauh lebih penting. Biarlah Victor yang menangani Kylie, bagaimana pun caranya. Semalam, Mary merasa nyaman saat mencoba membuka di
Ya, Victor sangat berbeda. Mary menyadari itu dan kini dia percaya bahwa pria itu adalah sosok Ayah yang bertanggung jawab. Hal itu terbukti dari bagaimana Victor berusaha agar Mary bisa tinggal bersamanya, dan semua itu berkaitan dengan janin yang saat ini tengah bersemayam dalam rahim Mary. Terny
"Apakah sangat sakit?" tanya Victor berbisik. Dengan napas terengah, Mary menjawab, "Hanya perih sedikit." "It’s okay... Tidak lama lagi rasa perih itu akan berubah menjadi rasa nikmat. Seperti yang terjadi semalam. Masih ingatkah?" Victor menatap Mary dengan tatapan menggoda. "Sudahlah, tidak u
*** Setibanya di kediaman mewahnya, Kylie langsung mengadukan perlakuan buruk Victor tadi terhadap dirinya kepada Ayahnya. Dia menunjukkan lehernya yang memerah akibat cekikan tangan kuat Victor kepada sang Ayah. Kylie menceritakan semuanya kepada Mr. Blake dengan harapan mendapatkan pembelaan dar
Kylie mengangguk. “Yeah, oke,” balasnya dengan suara pelan. Mr. Blake mengulas senyum sebelum mendekat dan mencium kening putrinya itu. “Papa berjanji padamu, jika Victor hanya akan menjadi milikmu. Kalau dia tidak mau meninggalkan wanita itu, maka Papa sendiri yang akan menyingkirkannya dari kehid
Mary berdiri di tengah kamar, memandangi suasana yang berantakan—selimut yang tergeletak di lantai, bantal yang tak pada tempatnya, dan meja kecil yang dipenuhi barang-barang. Pandangannya sempat kosong, tetapi ia menarik napas panjang, memutuskan untuk mulai merapikan kamar. Ia mengambil selimut y
Lucy dan Olso duduk di sofa di ruang tengah, tampak kebingungan. Mereka saling pandang, mencoba membaca situasi, tetapi tidak berani bertanya apa-apa. Mereka tidak tahu apa-apa soal kecurigaan Mary terhadap Victor, apalagi mengenai keterlibatan suaminya dalam kecelakaan yang menewaskan Nathan. Yang
*** Tubuh Dominic seketika membeku, matanya melebar karena keterkejutan yang tak dapat ia sembunyikan. Ponsel di tangannya hampir saja terlepas, tapi Hannah dengan cepat menangkapnya sebelum benar-benar jatuh. “Sayang, ada apa?” tanya Hannah, suaranya penuh kekhawatiran saat ia melihat ekspresi Do
Taman itu dipenuhi tanaman hijau subur, bunga-bunga bermekaran dalam berbagai warna—menambah keindahan suasana. Sebuah set kursi dan meja rotan dengan bantalan empuk berada di tengah ruangan, tempat semua orang berkumpul dengan santai. Di atas meja, beberapa cangkir teh telah terisi penuh dengan te
*** Usai mandi, Mary dan Victor bergegas bersiap-siap tanpa membuang waktu. Begitu semuanya selesai, mereka meninggalkan kamar yang terlihat berantakan dan langsung turun ke lantai dasar. Tidak seperti biasanya, Mary sengaja tidak merapikan kamarnya lebih dulu. Ia tak ingin membuat Nyonya Zaria, C
Mary menggigit bibir bawahnya, mencoba mengendalikan perasaan yang perlahan meledak. Tetapi sentuhan Victor, ciumannya, dan suara napasnya yang dekat begitu menggoda, membuatnya sulit berpikir jernih. Napas Mary semakin berat, dan ia tahu Victor sengaja memperlambat waktu mereka. Tanpa berkata apa-
Lucy menghentikan kegiatannya sejenak dan beralih menatap Nyonya Zaria. Senyum ramah mengembang di wajahnya. "Tidak, Bibi," jawab Lucy sopan sambil menggeleng pelan. "Aku hanya menyiapkan sarapan untuk kita saja, yang ada di rumah ini." Mendengar percakapan itu, Chiara yang sedang mengawasi Zack di
“Bagaimana bisa?” pikir Daisy dengan sesak yang menyelimuti dadanya. Apakah semua yang mereka lalui hanyalah kebohongan? Apakah malam-malam panjang yang mereka habiskan bersama, tawa, pelukan, bahkan cinta mereka, tak ada artinya bagi Nathan? Ia merasa begitu kecil, seolah semua pengorbanannya sia-
*** London, UK... Di dalam kamar yang kacau balau, pakaian berserakan di lantai—sebuah dress merah yang tergeletak kusut, bra yang terlempar ke sudut ruangan, celana dalam, boxer, hingga jas pria yang terbuka kancingnya. Aroma pagi yang intens masih tercium samar, tetapi suasana di dalam kamar itu