Martin's Family Mansion
Katya menutup mata sambil menghembuskan nafas tercekat dengan jantung berdebar karena rasa marah merambat naik keatas kepalanya setelah apa yang Aeron ucapkan di depan kakaknya.
Katya mengepalkan tangan kuat ingin rasanya tangan terkepal ini mengeplak kepala Aeron agar bisa berjalan normal dan semestinya, tidak melenceng seperti saat ini.
Kyle tertegun sejenak dan menatap Katya, "bisa kau jelaskan apa maksud dari temanmu ini Katya?" tanya Kyle menuntut jawaban pada adiknya.
Katya menggigit bibir bawahnya karena ragu untuk menjawab.
"Dia ingin jadi pacarku, tapi aku sudah menolaknya kok Kak!" Ujar Katya pelan pada Kakaknya dengan wajah takut.
Kyle kemudian mengalihkan tatapannya pada Aeron sekarang.
"Adikku sudah menolakmu, jadi jangan sesumbar pada orang lain kalau kalian dekat. Hal seperti itu bisa membuat mereka salah paham, kau mengerti?!" peringat Kyle.
Aeron mengerutkan keningnya karena tidak suka dengan nada bicara Kyle yang merendahkannya.
"Katya menolak karena tidak mengenalku, tapi aku jamin setelah dia mengenalku lebih dekat, dia akan menerimaku untuk menjadi pacarnya." aku Aeron percaya diri.
Kyle mencibir, "Percaya diri sekali kau."
Aeron tersenyum tipis karena intimidasi Kyle tidak berpengaruh padanya.
"Sebaiknya kau pulang dan menjauhi adikku, kau sudah ditolaknya kan." Setelah mengatakan pernyataan itu sekali lagi Kyle berbalik dan kembali ke dalam.
Katya melihat kepergian Kyle dengan hembusan nafas lega, ia kemudian beralih pada Aeron.
"Benar kata kakakku, sebaiknya kau pulang." pinta Katya.
walaupun enggan Aeron menuruti perkataan dengan anggukan pelan. Ia kemudian berjalan menuruni undakan kembali kedalam mobilnya dan melaju kencang keluar dari rumah keluarga Martin.
Untuk sejenak Katya terdiam saat melihat kepergian Aeron, sepertinya laki laki itu terlihat kesal dari bagaimana cara ia mengemudikan mobilnya yang ugal-ugalan.
"Katya!" Teriak Kyle dari dalam yang sampai terdengar di telinga Katya.
"Iya aku masuk!" Balas Katya, sambil berjalan ke dalam rumah melewati ruang keluarga. Katya bisa melihat Kakaknya yang sudah duduk santai di sofa sambil memindahkan channel televisi.
Tanpa berkata apa-apa Katya memutuskan untuk langsung menuju kamarnya dilantai atas.
Baru saja ia melangkahkan kakinya di undakan, Kyle langsung memanggilnya.
"Tunggu Katya!" Tahan Kyle.
Katya mengurungkan niatnya untuk naik tangga lagi, ia pun berhenti dan berbalik kearah Kyle yang masih fokus melihat kearah televisi.
"Kalau kakak tidak salah dengar, tadi namanya Aeron Danadyaksa. Ayahnya adalah Asher Danadyaksa pemilik maskapai penerbangan itu bukan?" Tanya Kyle.
"kok Kakak tahu? Kakak kenal dia?" Katya balik bertanya karena penasaran.
"Aku tidak mengenalnya, tapi aku tahu siapa dia, dan kau sebaiknya menjauh dari laki laki itu Katya." Desis Kyle.
"Sudah ku bilang, aku menolak Aeron jadi kakak tenang saja!"
"Tidak hanya menolaknya, kau harus menghindarinya. Apapun yang kau lakukan jangan pernah berhubungan dengannya lagi." Perintah Kyle.
Katya memincingkan matanya akan bertanya maksud ucapan Kakaknya, tapi ia mengurungkan niatnya.
"Baik." Katya tidak banyak bertanya, Setelah itu ia kembali melanjutkan langkahnya menuju kamar.
Setelah kepergian Katya, ponsel Kyle berbunyi diatas meja mengalihkan pandangannya dari televisi sebarih mengambil ponselnya dan langsung menggeser tombol hijau.
"Ayah?" tanya Kyle.
"Bagaimana keadaan Katya?"
"Katya baik-baik saja."
"Bagaimana dengan pekerjaanmu, apa masalah kemarin sudah selesai?"
"Aku akan membereskan hari ini karena besok akan langsung diadakan rapat dewan direksi di kantor."
"Kalau begitu sampai bertemu besok Kyle."
"Baik Ayah." Kyle menutup sambungan dari ayahnya.
***
Keesokan harinya...International Senior Highschool, Jakarta.
"Kemarin tidak terjadi sesuatu pada kalian?" tanya Hana sambil duduk disebelah Katya dan langsung bertanya padanya dengan wajah penasaran.
"Hmm, emang terjadi apa?"
"Ish, aku kan yang bertanya, kok nanya balik sih!" Sungut Hana.
"Sepertinya kak Aeron menyukaimu Katya, aku lihat kemarin ia tidak berhenti menatapmu seakan tidak ada orang lain disekitarnya selain kau. Apa terjadi sesuatu diperjalanan pulang kemarin? Cepat ceritakan!" Paksa Hana.
"Tidak ada apa-apa, dan kau jangan menyebut nama orang itu lagi!" gumam Katya.
"Percaya deh sama aku, Aku tidak salah lihat, mataku ini masih normal untuk bisa menafsirkan tatapan mata kak Aeron yang seperti memujamu." lanjut Hana.
Katya terkekeh pelan.
"Jadi menurutmu dia menyukaiku? Bukankah kau bilang menyukainya Hana, memangnya tidak apa kalau kami jadian?" Sindir Katya tersenyum menggoda pada Hana.
Hana diam.
"Katya, Aku hanya menyukai parasnya, tubuh tinggi tegapnya bukan menyukai dalam artian lain. Kau pikir aku wanita yang akan memaksa seorang pria mencintaiku?" Hana berdecit.
Katya tertegun sejenak dengan jawaban Hana kemudian ia menatik sudut bibirnya..
"Baiklah Hana sayang, terserah padamu." Jawab Katya.
***
Hana dan Katya berada di kantin sekolah mereka, dikantin ini semua murid sekolah berkumpul ditempat ini dari mulai kelas satu sampai kelas tiga tanpa ada batasan.
Katya baru makan setengah porsi makan siangnya, sebelum ponselnya berdering di saku roknya.
"Nona Katya?" Panggil dari sebrang sana.
"Juna? Ada apa?" Ujar Katya setengah kaget.
Hana menatap penasaran temannya yang sedang berbicara di telepon. Hana tahu yang menelpon Katya adalah Juna, sekertaris pribadi Ayahnya.
Katya sendiri bingung kenapa sekertaris Ayahnya menelpon saat jam sekolah.
"Nona Katya maaf menganggu, saya mau mengabarkan sesuatu tapi anda harus tenang." Ujar Juna, padahal jelas sekali dari nadanya saja Juna terdengar panik.
"Kenapa Juna, jangan mengagetkanku!"
"Ayah anda pingsan sekarang ada di rumah sakit International jala...."
Sebelum Juna menyelesaikan kalimatnya, dengan wajah pucat Katya berlari meninggalkan apapun yang sedang ia kerjakan.
"Katya! Kau mau kemana?" Teriak Hana memanggil Katya yang berlari menuju pintu keluar.
Sepanjang lorong sekolah pikiran Katya sudah melayang pada kondisi Ayahnya di Rumah Sakit.
Jantungnya berdebar, debaran yang tidak mengenakan. Nafasnya tercekat dan matanya merah hampir menangis. Katya berlari tanpa melihat sekelilingnya dan tanpa sengaja menabrak seseorang yang berpapasan dengannya.
Katya terjatuh tanpa mempedulikan rasa sakitnya ia bangkit kembali.
Katya tidak melihat siapa yang ia tabrak. Lagipula ia tidak peduli karena sedang buru buru! Yang ia pedulikan sekarang adalah Ayahnya.
Sebelum kembali melangkahkan kakinya, seseorang mencengkram lengannya menahan kepergiannya.
"Katya, kau sudah menabrak orang. Seharusnya kau minta maaf!" Gumam orang itu.
Katya berbalik dan melihat orang yang ia tabrak.
Aeron.
Katya seperti mendapat pegangan di situasi emosional ini, ia mencengkram balik tangan Aeron dengan wajah penuh harap.
"Kakak tolong! Antarkan aku kerumah sakit!" Katya memohon dengan wajah memelas.
Aeron bergeming.
"Kau sakit Katya?" Aeron melirik keadaan Katya dari atas sampai bawah. Tidak ada yang aneh pada tubuhnya.
"Bukan, Ayahku masuk rumah sakit!" Ujarnya panik.
Aeron terdiam sejenak dan didetik berikutnya ia mengerti apa yang terjadi pada Katya. Ia pun menarik tangan Katya dan menggenggam erat, mereka berjalan bersama menuju parkiran sekolah.
Aeron dan Katya berjalan cepat menuju mobilnya yang terparkir dihalaman sekolah.
"Masuk Katya aku antar kerumah sakit." Ujar Aeron saat sudah berada di depan mobilnya.
Tanpa diperintah lagi Katya masuk kedalam mobil Aeron dan duduk dikursi penumpang.
Aeron dikursi pengemudi sudah menstater mobilnya dan pergi keluar dari parkiran sekolah.
"Rumah sakit mana?" Tanya Aeron saat mereka sudah dijalan.
"Rumah sakit International." Jawab Katya tercekat. Jantungnya masih berdebar karena cemas.
Jalanan siang Jakarta lumayan macet, butuh 40menit untuknya sampai di Rumah Sakit. Aeron memarkirkan mobilnya dan masuk bersama Katya kedalam rumah sakit.
"Di ruangan mana?" Aeron mulai bertanya sambil berjalan menuju Lift.
"Lantai 4."
Tiba dilantai 4, Katya mencari nomor kamarnya ayahnya. Dan tanpa harus memastikan lagi Katya sudah berada di depan kamar Ayahnya karena terlihat Juna sedang menunggu di depan pintu.
"Pak Juna kenapa Ayah bisa pingsan?"
"Ah Nona Katya sudah datang, tuan sedang diperiksa didalam." Jawabnya langsung.
"Kakak di mana? Kenapa belum datang?" Tanya Katya lagi.
"Tuan muda Kyle sedang ada rapat direksi. Ayah anda juga seharusnya menghadiri rapat. Setibanya di Jakarta, pada saat akan memasuki mobil beliau oleng dan terjatuh tidak sadarkan diri." Jelas Juna.
"Tuan muda Kyle tidak mengangkat telpon saya, maka dari itu saya berinisiatif langsung menelpon Nona Katya tadi." Lanjut Juna dengan nada cemas.
"Tidak apa-apa Juna, terima kasih."
Katya kemudian memutar pegangan pintu dan masuk kedalam ruang rawat Ayahnya diikuti Juna dan Aeron dari belakang. Didalamnya sedang ada beberapa suster dan dokter di sekelilingi ranjang Ayahnya untuk memeriksa.
Katya bisa bernafas lega karena melihat Ayahnya sudah sadar dan melirik padanya di ambang pintu.
"Ayah.." panggil Katya dengan nada cemas.
"Sayang, Ayah tidak apa-apa kau jangan khawatir!" Ujar Ayahnya coba menenangkan Katya yang terlihat pucat pasi.
Melewati suster dan Dokter disana Katya berjalan mendekati ranjang dan langsung memeluk Ayahnya.
"Ayah membuatku khawatir!" Ucapnya tergagap, serasa ingin menangis tapi ia tahan sebisa mungkin.
Didalam hatinya ia bersyukur masih bisa melihat ayahnya dan memeluknya seperti sekarang.
"Tidak apa-apa, maafkan Ayah karena membuatmu khawatir nak." Tenang Ayahnya sambil mengusap pelan punggung Katya.
"Kami sudah selesai memeriksa, Kalau begitu kami permisi." Pamit dokter disana.
Robert Martin hanya mengangguk, kemudian para suster dan dokter disana keluar dari ruangan.
Pandangan Robert tertuju pada anak laki laki asing disebelah Juna.
Tanpa mengalihkan pandangannya, Robert langsung membuka suara.
"Kau datang dengan siapa?" Tanya Robert, Katya melepaskan pelukannya dan melangkah mundur memberi jarak.
Katya lupa pada Aeron karena terlalu panik.
"Katya datang diantar senior disekolah yah, kebetulan tadi ia bisa mengantarjan Katya ke sini." Jawab Katya sambil melirik kearah Aeron.
Aeron yang merasa terpanggil melangkah mendekati ranjang kemudian mengulurkan tangannya ingin memperkenalkan diri pada Ayah Katya.
"Nama saya Aeron Da..."
"AERON TEMAN SEKOLAH KATYA YAH." Suara Aeron teredam, di potong sengaja oleh suara Kyle yang baru muncul dari pintu masuk.
Robert tersenyum tipis saat melihat kedatangan anak sulungnya.
Walaupun Robert dan Katya tidak menyadarinya arti teriakan Kyle, tapi Aeron tahu bahwa Kyle telah melakukan sesuatu padanya.
Aeron menghembuskan nafas.
Ada apa dengan namanya sampai Kyle Martin menutupi agar ayah Katya tidak mengetahui nama keluarganya. Batin Aeron penasaran
International Hospital, Jakarta.Kyle kembali ke kamar perawatan setelah dari ruangan dokter yang memerikasa ayahnya. Dokter mendiagnosa Ayahnya mengalami kelelahan, stres, dan Hipoksia.Hipoksia adalah gejala dimana pasokan oksigen dalam tubuh sangat minin atau kekurangan oksigen dalam darah yang akan dialirkan ke otak, mengakibatkan otak tidak bekerja semestinya dan berefek orang tersebut menjadi linglung, dan hilangnya kesadaran secara tiba-tiba.Ayahnya memang sudah tidak muda lagi, tapi tidak tua juga. Keadaan tubuhnya terlihat bugar walaupun organ tubuhnya tidak sesehat dulu. Kyle sebagai anak sulung harus mulai belajar mengurus perusahaan agar tidak terlalu membebani Ayahnya untuk masalah pekerjaan.Kyle membuka pintu kamar dan melihat Ayah sedang bercengkrama bersama putri bungsunya. Waktu kebersamaan mereka seperti sekarang dipakai Katya untuk bermanja-manja dengan Ayahnya karena sudah hampir sepuluh hari mereka tidak berte
International Senior HighSchool, Jakarta. "Ayo pergi, aku akan mengantarmu pulang." Ajak Aeron. Suasanapun terasa canggung setelah ajakan Aeron pada Katya di depan teman temannya. Apa dia sudah gila?! batin Katya. "Maaf kak, kenapa kakak mengajak saya pulang? Saya bisa pulang sendiri kok." cicit Katya sambil melepas pegangan Aeron pada tangannya. Mulai terdengar bisik bisik disekitar Katya. "...apa mereka pacaran?" "Bukannya kak Aeron sedang dekat dengan kak Dini senior kita." "... Katya gak cantik-cantik amat, cantikan gue..." itu beberapa bisikan yang sempat Katya dengar Hana yang ikut melongo menyenggol lengan Katya, "katanya tidak terjadi apa-apa antara kalian berdua. Tapi kenapa kak Aeron datang ke sini mengajakmu pulang bersama Katya Cessa Martin?!" Hana mengeram tertahan sambil menatap Katya. "Tidak terjadi apa-apa!! Sumpah!" Katya
Martin Building Tower.Katya berdiri sendiri di lobby kantor ayahnya, sudah hampir setengah jam ia menunggu kedatangan Aeron. Setelah itu tidak lama sebuah sedan putih milik Aeron terlihat masuk dan berhenti di depan lobby dan menurunkan kaca jendelanya."Masuk." perintah Aeron pada Katya.Katya membuka pintu mobil dan langsung masuk kemudian mengenakankan seatbeltnya."Maaf, Aku tiba tiba menelpon kakak."Laki laki itu tidak membalas dan hanya fokus melajukan kendaraannya.Katya merasa kalau Aeron marah padanya, terlihat dari sikapnya yang tidak ramah seperti biasa."Kak, maaf untuk perkataanku yang tadi. Aku tidak bermaksud apa-apa hanya saja kesehatan ayah menjadi prioritasku sekarang jadi..." Katya coba menjelaskan dengan canggung.Aeron melirik Katya lewat sudut matanya."Kau tidak bisa masuk ke sana masih mengenakan seragam sekolah." Aeron melirik Katya dari atas sampai bawah. "Ada urus
Martin's Family Mansion. Aeron merasakan panas menjalar ditubuhnya. Katya mulai mendekatkan wajahnya dan menyentuhkan bibirnya pada bibir Aeron kemudian memagutnya pelan. Aeron membolakan matanya kaget karena Katya melakukan hal di luar dugaan. Katya memang belum berpengalaman, bibirnya hanya bergerak dan menyesap bibir Aeron pelan. Aeron pun menggeram. "Hentikan Katya! Apa yang kau lakukan?" Cegah Aeron menarik bibirnya. Katya menunjukan wajah sedih dengan bibir mengerucut karena kegiatannya terhenti. "Mencium mu, bukankah kau menyukaiku kak?" cengir Katya dengan wajah merah, ia kembali menarik Aeron dan mencium bibir laki laki itu. Aeron bisa merasakan bau alkohol yang menguar dari mulut katya. Aeron mulai panas karena Katya sedikit demi sedikit hampir meruntuhkan pertahanannnya. "Aku memang menyukaimu, tapi tidak begini caranya!" Aeron kembali memundur
Martin's Family Mansion. Kyle pulang kerumah dini hari dengan wajah kusut, ia berkali-kali ditelpon Ayahnya menanyakan kabar Katya, sedangkan Katya sendiri tidak mengangkat telponnya sama sekali. Dengan berjalan tergesa-gesa kedalam rumah, Kyle menanyakan kepada pembantunya yang saat itu sudah bangun karena ini baru jam lima pagi. "Katya mana bik?" Tanya Kyle. "Katya dikamar den, tapi..." pembantunya terlihat bingung. "Saya lihat mobil temannya masih disini, apa dia menginap disini?" "Itu masalahnya den, teman non Katya masih di dalam kamarnya non Katya dan belum keluar dari semalam. Bibi tidak berani masuk ke dalam, karena pintunya di tutup." gumam pembantunya. Wajah Kyle langsung pias, tanpa menunggu ia berlari menaiki tangga menuju lantai dua rumahnya, seluruh badan Kyle bergetar karena perasaannya tidak enak. Tanpa mengetuk Kyle membanting pintu kamar Katya dengan suara keras dan berjalan ke
Danadyaksa's Family MansionHampir satu jam Aeron termenung di dalam mobilnya yang terparkir di halaman rumah Danadyaksa. Dengan tatapan kosong Ia menyandarkan kepalanya pada setir mobil tanpa melakukan apa-apa.Tok! Seseorang mengetuk pelan kaca mobil Aeron dari luar."Den tidak apa-apa?" Tanya satpam.Aeron bangun kemudian menurunkan kaca mobil. "Tidak pak, saya keluar sebentar lagi." Jawabnya.Setelah menaikan kaca mobilnya lagi, Aeron mematikan mesin dan keluar dari mobil. Dengan langkah berat berjalan ke rumah."Dari mana saja semalam sampai tidak pulang Aeron?" Suara berat masuk ke indera pendengaran Aeron, langkah kakinya berhenti tepat di depan tangga.Aeron tidak menjawab, ia mulai membalikkan tubuhnya melihat kearah Asher, Ayahnya."Kau tidak pulang karena berkelahi lagi?" Tanya Asher Danadyaksa sambil tersenyum mencemooh karena melihat anaknya yang pulang pagi dengan babak belur.
Martin's Family MansionRobert Martin sudah diperbolehkan pulang ke rumah setelah keadaannya tubuhnya membaik. Dokter menyarankan dalam beberapa hari ke depan tidak diperbolehkan untuk bekerja terlalu berat.Robert yang sedang terbaring di ranjangnya tersenyum saat Katya masuk untuk menemuinya."Bagaimana keadaan Ayah sekarang?" tanya anak perempuannya.Robert menepuk sisi ranjangnya, memanggil Katya untuk duduk di sebelahnya."Ayah baik-baik saja, Kakakmu sepertinya terlalu berlebihan kali ini Katya masa Ayah tidak boleh ke kantor selama seminggu kedepan. Padahal ada rapat penting yang harus ayah hadiri."Katya tersenyum, " kakak benar, ayah harus banyak istirahat aku tidak ingin ayah sakit lagi." Katya mendekat dan memeluk Ayahnya."Sudah biarkan Ayah istirahat." Kyle masuk ke kamar Ayahnya dan melihat keduanya sedang berpelukan."kakak mau apa kesini dengan map ditangan itu, mau mengganggu ayah
International Senior HighSchoolSudah dua minggu berlalu sejak terakhir kali Aeron bertemu Katya di taman sekolah, setelah itu Katya tidak pernah lagi memperlihatkan dirinya di sekolah. Aeron mendatangi kelas Katya setiap hari untuk bertemu dengan perempuan itu tapi selalu tidak menemukannya.Lama kelamaan Aeron berubah menjadi anak pendiam dan murung, seakan ada sesuatu di dalam dirinya hilang bersamaan dengan kepergian Katya.Sama seperti hari sebelumnya, Aeron selalu mencari Katya ke kelasnnya berharap perempuan itu tiba tiba muncul tanpa kabar sama seperti kepergiannya.Hana yang mulai merasa kasihan pada Aeron mendekati laki laki itu di ambang pintu."Kak, cari Katya lagi?" tanya Hana.Aeron mengangguk lemah.Hana menghela nafas, "Sebenarnya aku tidak boleh membicarakan ini padamu karena Katya melarangku. Tapi aku tidak bisa melihat kak Aeron begini terus.""Ada apa sebenarnya?" tany
Dharmawangsa Ballroom Hotel. Katya yang hamil besar terpaksa ikut suaminya untuk menghadiri pesta tahunan kumpulan pengusaha se-Asia tenggara ini. Awalnya Katya menolak datang, karena tidak percaya diri dengan bentuk tubuhnya. tapi Aeron tidak ingin datang sendirian dan memutuskan tidak akan hadir apabila Katya tidak ikut hadir. Dan mau tidak mau Katya ikut karena ini acara tahunan yang sangat penting dikalangan pengusaha muda seperi Aeron. Dengan berbalut gaun putih yang cukup terbuka dibagian atas. Katya berjalan bergandengan dengan Aeron menuju tempat acara. Katya berjalan pelan karena perutnya yang cukup besar. "Siapa yang memilihkan baju ini?" Aeron melirik pada Katya yang menggandengnya. Aeron memegang Katya dengan erat seakan tidak mau terpisahkan. "Kak Dini, kenapa? Apa tidak bagus ya?" Katya melihat dirinya sendiri, pakaian yang dikenakannya cukup mewah dan elegan pikirnya. Kemudian ia melihat pada Aeron
International Hospital Katya sudah masuk kedalam ruang perawatan, Dan beberapa saat lalu Dokter Dini sudah memeriksa keadaan Katya. Yang membuat lega Aeron adalah hasil pemeriksaan Katya dan Kandungannya. ternyata Katya hanya demam biasa dan Ia dianjurkan bedrest total dan tidak boleh stress. Aeron yang setia menunggui Katya dirumah sakit membuat Katya semakin merasa bersalah. Ia sendiri yang pergi meninggalkan suami dan anaknya. Malah ia yang sakit karena tertekan dan jadi stress ditempat persembunyiannya. Dan lagi, Aeron dengan lapang dada selalu memaafkannya, ia tidak menyalahkan Katya karena pergi begitu saja meninggalkan dirinya dan juga Axel. Bahkan ia tidak menggungkit kejadian itu lagi didepannya. I
Aeron sedang dalam perjalanan menuju tempat Katya bersama Kyle dan mang Ujang, Sopir mereka. Axel sedari tadi menanyakan Aeron dan menanyakan apa sudah menemukan Mommynya juga. Keadaan Axel sangat memprihatinkan, setelah kepergian Katya yang mendadak sekarang Axel selalu menelponnya. Menjadi lebih cerewet menyuruhnya agar cepat pulang, menanyakan kabarnya dan lebih protektif. Menanyakan apakah ia akan pulang atau tidak setelah mencari ibunya. Mungkin didalam diri Axel sendiri ia tidak ingin ditinggal sendirian. Setelah Katya pergi, ia juga tidak mau ditinggal Aeron ayahnya. Ada rasa takut bahwa orang tuanya akan pergi meninggalkannya. Sudah satu jam mereka di perjalanan, akhirnya mereka sampai disebuah rumah besar minimalis. Kyle sedikit tertegun, dulu ia ingat sekali pernah tinggal dirumah ini. "Mang Ujang bukankah ini rumah kami yang dulu?" Tanya Kyle. "Ia den, ini rumah den Kyle dan non Katya yang dulu sebelum pindah kerumah yang sekarang."
Danadyaksa Family Mansion. Sudah seminggu Aeron mencari Katya kemana-kemana, bahkan ia sudah menelpon orang-orang yang mungkin berhubungan dengan Katya di masa lalu dan juga sekembalinya ia dari Perancis beberapa bulan ini. Ia sudah mencari ditempat-tempat yang mungkin didatangi Katya. Beberapa hotel dan apartment di Jakarta yang bisa ia jadikan tempat tinggal. Aeron juga menyisir perumahan Katya Perumahan Aeron bahkan sekitaran Apartment tempat tinggal mereka. Aeron sampai menanyai orang kantor Katya, kalau-kalau Katya datang atau menemui seseorang di kantornya baru baru ini dan hasilnya nihil. Aeron bahkan menelpon tante Katya, Tante Reva, di Perancis. "Tante
Anandamaya Resident Apartment.Aeron pulang dengan cepat, setelah mendapat telpon dari Axel bahwa ibunya tidak ada di apartment."Axel.. Axel.."Aeron masuk kemudian memanggil Axel yang menghampirinya dengan cepat."Mommy tidak ada, Daddy.." ujar Axel Terlihat kecemasan di wajah anaknya.Aeron ikut cemas karena tidak biasanya Katya pergi tanpa memberitahunya. Setelah mengecek ponselnya tadi di dalam mobil yang ternyata Katya sempat menelponnya tapi Aeron menelpon balik sudah tidak aktif.Pelayan mendekat pelan pada Aeron. Dan ia langsung menatap tajam padanya."Bag
¤ Kamu ada waktu? Saya perlu bicara denganmu tentang perusahaan.• Ada Apa?¤ Bukankah kau mengincar aset Hartono? aku akan menawarkan semuanya padamu.• Dimana kita akan bertemu?¤ Hotel Hyatt.•Kenapa harus di Hotel?¤ Perusahaan Hartono sedang mengadakan rapat disana.• Baiklah, tunggu 1 jam lagi, saya kesana.Aeron yang sedang melihat laporannya terhenti karena ada sms masuk dari Biyan Hartono."Ria, apa Sore ini saya ada waktu kosong?""Apa bapak akan pergi?""Saya akan menemui seseorang sore ini dan ingin pulang kerumah tepat waktu." Jawabnya sambil melihat jam di pergelangan tanganya.Ria yang berdiri di samping Aeron langsung melihat jadwal atasannya di Ipadnya."Hari ini jadwal anda kebetulan kosong pak dimulai dari jam 4 sore nanti.""Kalau begitu saya akan pergi jam 4, nanti tolong siapkan mobilnya.""Baik pak," kem
Hartono Family Mansion.Sabina memegang beberapa majalah bisnis dengan sangat marah, bahkan ia telah lebih dulu melempar Ipadnya kelantai dan layar rusak seketika.Ayahnya Harry Hartono datang karena mendengar keributan diruang keluarga mereka."Ada apa ini?!" Teriaknya pada Sabina dan Biyan yang berada diruangan tersebut dengan wajah murung.Tidak lama Sabina melihat ayahnya dan meneteskan air mata."Kau kenapa sayang?" Harry mendekati Sabina dan mulai memeluk putrinya yang menangis.Sedangkan Biyan mengeluarkan ponsel dan membuka halaman berita disana.Tentang pernikahan Aeron Danadyaksa dan Katya Cessa Martin serta terlihat foto romantis mereka berciuaman saat acara ulang tahun perusahaan Diers Global."Semua berita hari ini tentang mereka berdua." Biyan mengeram kesal."Dan Sabina sakit hati melihat mereka di pesta malam itu berciuman dan terlihat mesra, padahal sebelumnya Sabinalah yang akan bertuna
Dharmawangsa Ballroom Hotel.Setelah acara utama akhirnya mereka bisa menikmati pesta dan makan makanan yang telah disediakan.Katya yang sedari tadi hanya duduk dan mendengarkan sekarang sudah mulai pegal dan mengelus perutnya dengan refleks. Aeron sedikit melirik dan mendekatkan wajahnya. "Kenapa? Apa ada yang sakit?" Tanya Aeron berbisik ditelinga Katya. Ia terlihat sedikit khawatirKatya menggeleng pelan. "Aku hanya ingin berjalan-jalan sebentar." Jawabnya kemudian berdiri."Mau kemana?""Aku ke Toilet.""Tunggu, aku temani!" Aeron sudah setengah berdiri tapi ditahan Katya, "tidak perlu, kau jaga saja Axel disini." Katyapun langsung pergi dari meja keluar ballroom.Katya berjalan melewati meja yang berisi orang orang dan melihatnya dengan tatapan kagum karena kecantikannya.Didalam toilet
Dharmawangsa Ballroom Hotel Para tamu sudah mulai berdatangan ke sebuah Ballroom Hotel ternama di Jakarta. Mereka akan menghadiri Ulang tahun perusahaan Diers Global yang telah berdiri hampir 50 tahun lamanya semenjak kakek buyut Aeron Danadyaksa mendirikan Diers Global. Disalah satu meja bulat disana, sudah berkumpul para rekan bisnis dari Diers Global. Seperti perwakilan perusahaan ayah Katya yang diwakilkan oleh Kyle Martin dan Dokter Dini. Ada juga Nino Fernandez dari Harold Inc. Dan juga kakak beradik Hartono sebagai perwakilan perusahaan ayah mereka. Tepat di meja samping mereka, meja untuk para pemilik perusahaan Diers Global. Diatas meja sudah tertulis nama nama siapa saja yang akan menempati kursi tersebut. "Kakak, lihat nama diatas meja itu." Sabina menunjukan sesuatu pada Biyan dengan dagunya. Otoma