Martin's Family Mansion.
Kyle pulang kerumah dini hari dengan wajah kusut, ia berkali-kali ditelpon Ayahnya menanyakan kabar Katya, sedangkan Katya sendiri tidak mengangkat telponnya sama sekali.
Dengan berjalan tergesa-gesa kedalam rumah, Kyle menanyakan kepada pembantunya yang saat itu sudah bangun karena ini baru jam lima pagi.
"Katya mana bik?" Tanya Kyle.
"Katya dikamar den, tapi..." pembantunya terlihat bingung.
"Saya lihat mobil temannya masih disini, apa dia menginap disini?"
"Itu masalahnya den, teman non Katya masih di dalam kamarnya non Katya dan belum keluar dari semalam. Bibi tidak berani masuk ke dalam, karena pintunya di tutup." gumam pembantunya.
Wajah Kyle langsung pias, tanpa menunggu ia berlari menaiki tangga menuju lantai dua rumahnya, seluruh badan Kyle bergetar karena perasaannya tidak enak.
Tanpa mengetuk Kyle membanting pintu kamar Katya dengan suara keras dan berjalan ke dalam.
Sesak!
Kecewa!
Marah!
Kyle melihat Katya dan Aeron dalam satu ranjang, ia mengendarkan pendangannya melihat baju keduanya berserakan di lantai membuat Kyle tambah berang.
Nafas Kyle memburu cepat, dengan mata berkilat marah ia berjalan mendekati Aeron yang tertidur lelap di salah satu sisi ranjang dan menariknya kasar.
"Sialan kau Danadyaksa!! Kamu apakan adikku!!" Amuk Kyle dengan suara kencang.
Aeron yang terlelap sontak kaget dan seketika itu pula kesadarannya kembali seratus persen karena ditarik oleh Kyle, iapun tersungkur di lantai kamar dengan jantung berdebar kencang.
Aeron mengaduh pelan, sadar dirinya telanjang dengan gerakan cepat mencari celana dan bajunya yang berserakan dilantai lalu memakainya terburu-buru.
Saat itu Kyle mendekati Katya, dan membangunkannya pelan.
"Katya! Bangun!" Panggil Kyle pelan sambil mengusap rambut adiknya itu. Katya sedikit mengerang belum membuka matanya.
Kyle kembali melihat Aeron, "Apa yang kau lakukan pada adikku?!" Teriak Kyle sambil berjalan mendekati Aeron dan melayangkan pukulan tepat diwajahnya.
Buuggg!! Sekali
Buuggg!! Dua kali
Buuggg!! Buuggg!! berkali kali kyle memukul Aeron diwajahnya sampai mengeluarkan darah dari bibirnya. Tidak itu saja, ia mulai memukul perut Aeron dan menendangnya. sampai tangan Kyle merah.
Aeron pasrah ia tidak membalas dan menerima semua pukulan dan tendangan Kyle yang membabi buta
"Kaakakkk!!" Suara teriakan terdengar di telinganya.
Kyle berhenti memukul, kemudian menoleh pada Katya yang terduduk di sudut ranjang sambil mengapit selimut di kedua ketiak menutupi tubuh telanjangnya
"Kaakakkkk!!" Katya mulai histeris dan menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan.
Kyle berlari mendekati adiknya yang mulai menangis dan berteriak-teriak.
"Katya tenang!" Kyle meraih tubuh Katya dan memeluknya erat.
"Kakak, kenapa aku bisa telanjang?!" Katya mulai berteriak kencang dengan kedua tangan memegang erat tubuh Kyle kemudian ia mengedarkan pandangannya.
Terlihat disudut kamarnya, Aeron tersungkur di lantai dengan muka babak belur.
"Katakan padaku ini tidak seperti yang aku pikirkan kak?!" Teriak Katya.
Katya tidak bisa mengingat jelas kejadian semalam, Tapi samar samar ia ingat bahwa seseorang menciumnya, menyentuh tubuhnya kemudian tubuhnya merasakan sakit di bagian inti. Ia berfikir itu hanya mimpi. tapi setelah melihat Aeron dikamarnya, ia berharap itu benar benar hanya mimpi.
Saat membuka matanya Katya merasakan badannya sakit, selangkangannya sakit, daerah intinya perih dan linu saat bergerak. Kemudian ia telanjang dengan kakaknya memukul Aeron dikamarnya. Ia tidak ingin mempercayainya tapi hanya ada satu kesimpulan.
Aeron telah mengambil kesuciannya.
"arghhhh!!" Katya berteriak.
"Tenang sayang." Kyle menenangkan Katya walaupun hatinya juga sakit melihat adik kesayangannya menderita seperti ini.
"Aku akan bertanggung jawab..." suara itu terdengar dari sudut kamar. Aeron berusaha berdiri walaupun dengan tubuh penuh luka.
"Diam kau Danadyaksa!" Kyle menyentak keras.
Aeron tidak gentar, ia berjalan tertatih dengan tangan mengusap rahangnya yang sakit karean pukulan Kyle.
"Aku akan bertanggung jawab Katya." Ulangnya sekali.
Katya menggeleng, memalingkan wajahnya karena tidak ingin melihat Aeron dan mengeratkan pegangannya pada Kyle karena takut.
Kyle mengerti Katya sangat terpukul.
Aeron berjalan pelan mendekat tapi, "Berhenti disitu Danadyaksa! Jangan mendekat!" Sentak Kyle.
"Akku ingin melihat keadaan Katya," Aeron kembali berjalan dan berhenti di sisi ranjang Katya, "maafkan aku." gumam Aeron pelan.
Katya masih sesenggukan di pelukan Kyle, dan Kyle terpaksa melepas pegangan Adiknya dan berdiri di depan Aeron dengan tatapan murka.
"Cukup Danadyaksa! Kau telah menghancurkan masa depan adikku! Aku tidak akan memaafkanmu sampai kapanpun!" Kyle mengambil ponselnya akan menelpon.
"Aku akan menelpon polisi sekarang dan kau akan mendekam dipenjara seumur hidupmu!" Ancam Kyle sambil mendekatkan ponselnya ke telinga.
"Kakak jangan! Aku mohon." Katya menengadah dan menarik ujung baju Kyle. Kyke berbalik melihat pada Katya.
"Aku tidak ingin ayah tahu." Ujar Katya penuh pertimbangan.
"Tapi anak ini harus diberi hukuman yang berat karena sudah merusakmu Katya!" tuntu Kyle tajam.
"Aku tahu, tapi aku... memikirkan ayah kak." Isaknya lagi. Kyle kembali memeluk Katya dan menenangkannya. Katya anak baik yang selalu memikirkan keluarganya, tapi adiknya sudah dilecehkan dan Kyle tidak bisa membiarkannya begitu saja.
Apapun keputusan yang diambilnya akan berdampak pada nama baik keluarga Martin.
"Danadyaksa cepat kau pergi dari rumah ku, tapi jangan harap bisa lepas dariku. Kalau sampai kabur aku akan mencarimu sampai ke ujung dunia sekali pun!" Ancam Kyle.
Aeron menggeleng, "Aku ingin berbicara dengan Katya." pinta Aeron.
"Situasimu sekarang tidak bisa tawar menawar dengan kami Danadyaksa! Cepat pergi dari sini!"
Aeron menggeleng.
"Katya, aku benar-benar minta maaf. Aku berjanji akan bertanggung jawab dab tidak akan meninggalkanmu." ujar Aeron.
Katya tidak ingin mendengar ataupun melihat Aeron lagi, ia sama sekali tidak melihat kearah Aerondan hanya bersembunyi di balik tubuh kakaknya.
"Aku akan pergi, dan akan kembali secepatnya." Aeron melangkahkan kakinya keluar dari kamar dengan tertatih.
Setelah kepergian Aeron, Katya meminta Kyle keluar dari kamarnya karena dia ingin mandi. Kyle tentu saja menolak, ia tidak ingin meninggalkan Adiknya dalam kondisi sekarang. Tapi Katya meyakinkan Kyle dia tidak akan apa-apa.
Kyle menuruti dengan syarat, Katya harus mau ditemani bik asih di luar kamar mandi dan ia menyetujuinya
Katya berjalan masuk ke dalam kamar mandi dengan meringis, intinya perih dan itu membuatnya kembali meneteskan air mata. Katya menyalakan pancuran shower dan seketika itu juga membasahi seluruh tubuhnya ,mengambil sabun dan menggosokannya ke seluruh badan.
Lama ia menggosok badannya dengan tangan, sampai kulitnya berubah kemerahan. Ia ingin menghilangkan bercak merah di sekitar leher dan dadanya. Tanda dari Aeron. Ia jijik dengan tanda itu, ia jijik dengan tubuhnya yang sudah Aeron jamah, bahkan ia tidak berani menyentuh intinya yang sakit.
Ia bahkan kesal pada diri sendiri karena kebodohannya yang tidak bisa menjaga hal paling berharganya. Iapun kembali terisak, menangis dibawah pancuran air, dan terduduk dengan memeluk kakinya.
Bik asih yang menunggu dilura kamar mandi terlihat khawatir, karena terdengar suara teriakan dan tangisan dari dalam kamar mandi. Setelah beberapa kali di ketuk tidak ada balasan dari dalam.
Bik Asih memanggil Kyle dikamarnya dan bergegas kembali ke kamar Katya dan memanggilnya walaupun tetap balasan.
Akhirnya Kyle mendobrak paksa pintu kamar mandi Katya dengan susah payah.
Braaakkk...
Tidak lama pintu pun terbuka dengan engsel yang rusak.
Kyle masuk dan mendapati Katya masih dibawah pancuran air dan tergeletak dilantai tidak sadarkan diri dengan wajah yang pucat serta tubuhnya yang dingin sedingin es. Katya pingsan.
Danadyaksa's Family MansionHampir satu jam Aeron termenung di dalam mobilnya yang terparkir di halaman rumah Danadyaksa. Dengan tatapan kosong Ia menyandarkan kepalanya pada setir mobil tanpa melakukan apa-apa.Tok! Seseorang mengetuk pelan kaca mobil Aeron dari luar."Den tidak apa-apa?" Tanya satpam.Aeron bangun kemudian menurunkan kaca mobil. "Tidak pak, saya keluar sebentar lagi." Jawabnya.Setelah menaikan kaca mobilnya lagi, Aeron mematikan mesin dan keluar dari mobil. Dengan langkah berat berjalan ke rumah."Dari mana saja semalam sampai tidak pulang Aeron?" Suara berat masuk ke indera pendengaran Aeron, langkah kakinya berhenti tepat di depan tangga.Aeron tidak menjawab, ia mulai membalikkan tubuhnya melihat kearah Asher, Ayahnya."Kau tidak pulang karena berkelahi lagi?" Tanya Asher Danadyaksa sambil tersenyum mencemooh karena melihat anaknya yang pulang pagi dengan babak belur.
Martin's Family MansionRobert Martin sudah diperbolehkan pulang ke rumah setelah keadaannya tubuhnya membaik. Dokter menyarankan dalam beberapa hari ke depan tidak diperbolehkan untuk bekerja terlalu berat.Robert yang sedang terbaring di ranjangnya tersenyum saat Katya masuk untuk menemuinya."Bagaimana keadaan Ayah sekarang?" tanya anak perempuannya.Robert menepuk sisi ranjangnya, memanggil Katya untuk duduk di sebelahnya."Ayah baik-baik saja, Kakakmu sepertinya terlalu berlebihan kali ini Katya masa Ayah tidak boleh ke kantor selama seminggu kedepan. Padahal ada rapat penting yang harus ayah hadiri."Katya tersenyum, " kakak benar, ayah harus banyak istirahat aku tidak ingin ayah sakit lagi." Katya mendekat dan memeluk Ayahnya."Sudah biarkan Ayah istirahat." Kyle masuk ke kamar Ayahnya dan melihat keduanya sedang berpelukan."kakak mau apa kesini dengan map ditangan itu, mau mengganggu ayah
International Senior HighSchoolSudah dua minggu berlalu sejak terakhir kali Aeron bertemu Katya di taman sekolah, setelah itu Katya tidak pernah lagi memperlihatkan dirinya di sekolah. Aeron mendatangi kelas Katya setiap hari untuk bertemu dengan perempuan itu tapi selalu tidak menemukannya.Lama kelamaan Aeron berubah menjadi anak pendiam dan murung, seakan ada sesuatu di dalam dirinya hilang bersamaan dengan kepergian Katya.Sama seperti hari sebelumnya, Aeron selalu mencari Katya ke kelasnnya berharap perempuan itu tiba tiba muncul tanpa kabar sama seperti kepergiannya.Hana yang mulai merasa kasihan pada Aeron mendekati laki laki itu di ambang pintu."Kak, cari Katya lagi?" tanya Hana.Aeron mengangguk lemah.Hana menghela nafas, "Sebenarnya aku tidak boleh membicarakan ini padamu karena Katya melarangku. Tapi aku tidak bisa melihat kak Aeron begini terus.""Ada apa sebenarnya?" tany
Martin Comp. Building in Paris, France "Nona katya maaf, ini laporan yang anda minta." Seorang asisten Katya datang keruangan dengan map di tangannya. Katya hanya melihat sekilas dan kembali pada pekerjaannya, "Tolong taruh saja dimeja." ujarnya. Katya yang terlihat sibuk meraih telpon dan menekan tombol panggilan, "Bisa sambungan saya dengan Mr. Richard di bagian akunting." pinta Katya. "Baik Nona." balasnya. Tidak lama telponnya berdering dan ia langsung mengangkatnya, "Mr. Richard saya minta laporan keuangan dua tahun terakhir." "Saya harus mencarinya terlebih dahulu, kapan anda membutuhkannya?" "Saya minta secepatnya." "Baik, saya akan mencari dan menyerahkannya secepat mungkin." Katya kembali melihat laporan ditangannya sampai terdengar ponselnya berbunyi. Ponsel Katya berdering dan memperlihatkan siapa yang menelponnya. Tante Reva is Calling...
Martin's Family MansionKyle masuk kedalam rumah dengan melonggarkan ikatan dasi di lehernya, setelah melepaskan jas dan menyampirkan di kursi ia berjalan menuju lemari pendingin dan mengambil sekaleng bir dari sana dan membukanya.Menghela nafas kasar, Kyle yang seakrang duduk di kursi mengambil ponsel di saku celana dan menekan nomor Katya. Tapi tidak ada jawaban dari adiknya, mungkin Katya sibuk pikirnya."Den." Bik asih mendekati Kyle yang sedang meminum bir dengan wajah termenung."Kenapa bik?" Kyle melirik sekilas."Ditunggu tuan di ruang kerja den." terangnya"Nanti saya kesana, buatkan teh dan bawa ke ruang kerja ayah." perintahnya.Bik Asih mengangguk dan pergi ke dapur.Kyle menghabiskan minuman kalengnya yang tersisa kemudian berjalan menuju ruang kerja sambil melipat lengan kemejanya.Tok.. tok.. tok.. Kyle mengetuk dan membuka pintu walau tidak mendapat jawaban.
Bandara International Soekarno Hatta, Indonesia."Kakak, aku sudah sampai di Indonesia." ucap Katya riang.Tidak ada balasan dari Kyle membuat Katya kembali bertanya. "Kakak?""Iya, kau di mana sekarang?""Masih di bandara, aku akan pulang ke rumah sekarang.""Hmm.. aku dan ayah sedang di Bali mengurus pekerjaan. Sampai kapan kau di Indonesia?""Mungkin seminggu atau dua minggu.""Baiklah, Kakak akan menelpon staff kita di Perancis. Apa kau masih ingat jalan pulang Katya? Atau mau kakak panggil pak Asep untuk menjemputmu di Bandara?" tawar Kyle."Tidak perlu aku pake taxi saja.""Kalau ada apa- apa hubungi kakak. Ingat itu!"" Okay, siap bos!" jawab Katya.***Martin's Family MansionKatya berjalan ke dalam rumah yang sudah lama ia tinggalkan.Bik Asik yang masih mengenali Katya mendekat dengan wajah terharu.
Bali, Indonesia."Kau tidak pantas untuk Katya!" Sentak Robert, Pria itu berbalik setelah berteriak diikuti Juna dari belakang.Semua orang disana mulai berbisik-bisik.Kyle kemudian mendekat dan menepuk pundak Aeron karena merasa bersalah dengan perkataan kasar Ayahnya ditambah ini di tempat umum. Tapi bagaimanapun ayahnya ada benar juga bahwa Aeron harus menjauhi Katya."Sudahlah, seperti yang kukatakan dulupadamu sekarang akan ku katakan sekali lagi. Lupakan Katya, lanjutkan hidupmu Aeron." dan Kyle pun pergi dari sana.Aeron terdiam, harapannya untuk bertemu Katya musnah karena tidak ada yang mau membantunya. Dia hanya ingin bertemu dengan wanita yang ia cintai, Kenapa semua orang menentangnya. Apa salahnya dengan hubungan mereka? batin Aeron.Aeron tersenyum miring dan terduduk.Ada rasa sesak di dadanya. Sakit, itu yang ia rasakan sekarang. Ia juga tidak mau seperti ini, tapi ia tidak
Bali Hospital "kau siapa?" Katya melihat Aeron dan bertanya seakan mereka baru pertama kali bertemu. Aeron mengerutkan keningnya,"Jangan bercanda Katya!" sungut Aeron. "Aku tidak bercanda, kau siapa?" tanyanya lagi dengan kesal." apa kita pernah bertemu?" lanjut Katya dengan wajah datar. Aeron menatap Katya kemudian melirik kearah Kyle seraya bertanya. "Kyle?!" gumam Aeron menyorot Kyle meminta penjelasan. Katya ikut menoleh pada kakaknya, "Apa dia salah satu temanku atau teman kakak?" Sebelum Kyle sempat menjawab, seorang dokter mendekati mereka. " Keluarga Robert Martin?" tanya sang dokter.Mereka semua mengalihkan pandangannya pada dokter. "Saya anaknya dok, bagaimana keadaan Ayah saya?" tanya Katya. Dokter itu tersenyum, "Saya akan jelaskan diruangan, mari ikut saya." "Kau ikut bersama dokter, nanti aku menyusul." Kyle mengusap punggung Katya. Tanpa menunggu Katya me
Dharmawangsa Ballroom Hotel. Katya yang hamil besar terpaksa ikut suaminya untuk menghadiri pesta tahunan kumpulan pengusaha se-Asia tenggara ini. Awalnya Katya menolak datang, karena tidak percaya diri dengan bentuk tubuhnya. tapi Aeron tidak ingin datang sendirian dan memutuskan tidak akan hadir apabila Katya tidak ikut hadir. Dan mau tidak mau Katya ikut karena ini acara tahunan yang sangat penting dikalangan pengusaha muda seperi Aeron. Dengan berbalut gaun putih yang cukup terbuka dibagian atas. Katya berjalan bergandengan dengan Aeron menuju tempat acara. Katya berjalan pelan karena perutnya yang cukup besar. "Siapa yang memilihkan baju ini?" Aeron melirik pada Katya yang menggandengnya. Aeron memegang Katya dengan erat seakan tidak mau terpisahkan. "Kak Dini, kenapa? Apa tidak bagus ya?" Katya melihat dirinya sendiri, pakaian yang dikenakannya cukup mewah dan elegan pikirnya. Kemudian ia melihat pada Aeron
International Hospital Katya sudah masuk kedalam ruang perawatan, Dan beberapa saat lalu Dokter Dini sudah memeriksa keadaan Katya. Yang membuat lega Aeron adalah hasil pemeriksaan Katya dan Kandungannya. ternyata Katya hanya demam biasa dan Ia dianjurkan bedrest total dan tidak boleh stress. Aeron yang setia menunggui Katya dirumah sakit membuat Katya semakin merasa bersalah. Ia sendiri yang pergi meninggalkan suami dan anaknya. Malah ia yang sakit karena tertekan dan jadi stress ditempat persembunyiannya. Dan lagi, Aeron dengan lapang dada selalu memaafkannya, ia tidak menyalahkan Katya karena pergi begitu saja meninggalkan dirinya dan juga Axel. Bahkan ia tidak menggungkit kejadian itu lagi didepannya. I
Aeron sedang dalam perjalanan menuju tempat Katya bersama Kyle dan mang Ujang, Sopir mereka. Axel sedari tadi menanyakan Aeron dan menanyakan apa sudah menemukan Mommynya juga. Keadaan Axel sangat memprihatinkan, setelah kepergian Katya yang mendadak sekarang Axel selalu menelponnya. Menjadi lebih cerewet menyuruhnya agar cepat pulang, menanyakan kabarnya dan lebih protektif. Menanyakan apakah ia akan pulang atau tidak setelah mencari ibunya. Mungkin didalam diri Axel sendiri ia tidak ingin ditinggal sendirian. Setelah Katya pergi, ia juga tidak mau ditinggal Aeron ayahnya. Ada rasa takut bahwa orang tuanya akan pergi meninggalkannya. Sudah satu jam mereka di perjalanan, akhirnya mereka sampai disebuah rumah besar minimalis. Kyle sedikit tertegun, dulu ia ingat sekali pernah tinggal dirumah ini. "Mang Ujang bukankah ini rumah kami yang dulu?" Tanya Kyle. "Ia den, ini rumah den Kyle dan non Katya yang dulu sebelum pindah kerumah yang sekarang."
Danadyaksa Family Mansion. Sudah seminggu Aeron mencari Katya kemana-kemana, bahkan ia sudah menelpon orang-orang yang mungkin berhubungan dengan Katya di masa lalu dan juga sekembalinya ia dari Perancis beberapa bulan ini. Ia sudah mencari ditempat-tempat yang mungkin didatangi Katya. Beberapa hotel dan apartment di Jakarta yang bisa ia jadikan tempat tinggal. Aeron juga menyisir perumahan Katya Perumahan Aeron bahkan sekitaran Apartment tempat tinggal mereka. Aeron sampai menanyai orang kantor Katya, kalau-kalau Katya datang atau menemui seseorang di kantornya baru baru ini dan hasilnya nihil. Aeron bahkan menelpon tante Katya, Tante Reva, di Perancis. "Tante
Anandamaya Resident Apartment.Aeron pulang dengan cepat, setelah mendapat telpon dari Axel bahwa ibunya tidak ada di apartment."Axel.. Axel.."Aeron masuk kemudian memanggil Axel yang menghampirinya dengan cepat."Mommy tidak ada, Daddy.." ujar Axel Terlihat kecemasan di wajah anaknya.Aeron ikut cemas karena tidak biasanya Katya pergi tanpa memberitahunya. Setelah mengecek ponselnya tadi di dalam mobil yang ternyata Katya sempat menelponnya tapi Aeron menelpon balik sudah tidak aktif.Pelayan mendekat pelan pada Aeron. Dan ia langsung menatap tajam padanya."Bag
¤ Kamu ada waktu? Saya perlu bicara denganmu tentang perusahaan.• Ada Apa?¤ Bukankah kau mengincar aset Hartono? aku akan menawarkan semuanya padamu.• Dimana kita akan bertemu?¤ Hotel Hyatt.•Kenapa harus di Hotel?¤ Perusahaan Hartono sedang mengadakan rapat disana.• Baiklah, tunggu 1 jam lagi, saya kesana.Aeron yang sedang melihat laporannya terhenti karena ada sms masuk dari Biyan Hartono."Ria, apa Sore ini saya ada waktu kosong?""Apa bapak akan pergi?""Saya akan menemui seseorang sore ini dan ingin pulang kerumah tepat waktu." Jawabnya sambil melihat jam di pergelangan tanganya.Ria yang berdiri di samping Aeron langsung melihat jadwal atasannya di Ipadnya."Hari ini jadwal anda kebetulan kosong pak dimulai dari jam 4 sore nanti.""Kalau begitu saya akan pergi jam 4, nanti tolong siapkan mobilnya.""Baik pak," kem
Hartono Family Mansion.Sabina memegang beberapa majalah bisnis dengan sangat marah, bahkan ia telah lebih dulu melempar Ipadnya kelantai dan layar rusak seketika.Ayahnya Harry Hartono datang karena mendengar keributan diruang keluarga mereka."Ada apa ini?!" Teriaknya pada Sabina dan Biyan yang berada diruangan tersebut dengan wajah murung.Tidak lama Sabina melihat ayahnya dan meneteskan air mata."Kau kenapa sayang?" Harry mendekati Sabina dan mulai memeluk putrinya yang menangis.Sedangkan Biyan mengeluarkan ponsel dan membuka halaman berita disana.Tentang pernikahan Aeron Danadyaksa dan Katya Cessa Martin serta terlihat foto romantis mereka berciuaman saat acara ulang tahun perusahaan Diers Global."Semua berita hari ini tentang mereka berdua." Biyan mengeram kesal."Dan Sabina sakit hati melihat mereka di pesta malam itu berciuman dan terlihat mesra, padahal sebelumnya Sabinalah yang akan bertuna
Dharmawangsa Ballroom Hotel.Setelah acara utama akhirnya mereka bisa menikmati pesta dan makan makanan yang telah disediakan.Katya yang sedari tadi hanya duduk dan mendengarkan sekarang sudah mulai pegal dan mengelus perutnya dengan refleks. Aeron sedikit melirik dan mendekatkan wajahnya. "Kenapa? Apa ada yang sakit?" Tanya Aeron berbisik ditelinga Katya. Ia terlihat sedikit khawatirKatya menggeleng pelan. "Aku hanya ingin berjalan-jalan sebentar." Jawabnya kemudian berdiri."Mau kemana?""Aku ke Toilet.""Tunggu, aku temani!" Aeron sudah setengah berdiri tapi ditahan Katya, "tidak perlu, kau jaga saja Axel disini." Katyapun langsung pergi dari meja keluar ballroom.Katya berjalan melewati meja yang berisi orang orang dan melihatnya dengan tatapan kagum karena kecantikannya.Didalam toilet
Dharmawangsa Ballroom Hotel Para tamu sudah mulai berdatangan ke sebuah Ballroom Hotel ternama di Jakarta. Mereka akan menghadiri Ulang tahun perusahaan Diers Global yang telah berdiri hampir 50 tahun lamanya semenjak kakek buyut Aeron Danadyaksa mendirikan Diers Global. Disalah satu meja bulat disana, sudah berkumpul para rekan bisnis dari Diers Global. Seperti perwakilan perusahaan ayah Katya yang diwakilkan oleh Kyle Martin dan Dokter Dini. Ada juga Nino Fernandez dari Harold Inc. Dan juga kakak beradik Hartono sebagai perwakilan perusahaan ayah mereka. Tepat di meja samping mereka, meja untuk para pemilik perusahaan Diers Global. Diatas meja sudah tertulis nama nama siapa saja yang akan menempati kursi tersebut. "Kakak, lihat nama diatas meja itu." Sabina menunjukan sesuatu pada Biyan dengan dagunya. Otoma