Semakin meyakinkan diri jika dirinya harus mendapatkan hati calon mertuanya terlebih dahulu seperti yang dilakukan oleh Oncom sebelum mendapatkan anaknya. Setelah mengetahui jika Oncom hamil perasaan Firda semakin tidak karuan dan kebenciannya pun bertambah pada wanita itu. Ia takut semakin tidak memiliki kesempatan untuk hidup berdampingan dengan Naufal karena anak yang ada di dalam kandungan wanita itu. Apalagi Naufal yang semakin sulit untuk ditemui karena lebih banyak menghabiskan waktu di dalam rumah melayani istrinya yang manja. Namun, dengan kehamilan Oncom membuat Firda lebih leluasa dalam mendekatkan diri pada calon mertuanya karena madunya tidak diperbolehkan untuk mengikuti kegiatan Bu Nyai oleh Naufal. "Assalamu'alaikum, Ibu. Jadi kita ke kondangannya?" tanya Firda begitu sampai di kediaman Ibu Nyai.Menggunakan alasan yang sama ingin mengenal dan mengetahui adat di kampung tersebut kali ini Firda diajak oleh Bu Nyai untuk menghadiri undangan
Memasak bersama-sama setelah memiliki keluarga masing-masing adalah salah satu list yang sudah direncanakan sedari muda oleh Oncom dan Gita. Sebenarnya bukan hanya mereka berdua tapi dengan para istri anak onta juga, tapi hal itu belum bisa terwujud karena belum adanya waktu untuk berkumpul bersama."Emang boleh ya makan jengkol lagi hamil?" tanya Naufal karena Gita sedang memasak jengkol balado."Boleh kalau udah delapan bulan baru enggak boleh dan jangan berlebihan," jawab Gita dengan tangan yang tetap aktif menggoreng bumbu untuk makanan kesukaan mereka semua."Berarti aman ya?" tanya Naufal lagi memastikan."Aman elahh tenang aja, pengalaman nih, Bos!" balas Gita membuat mereka tertawa.Tugas para lelaki sudah selesai kini Naufal dan Hanif sedang mempersiapkan tempat untuk makan mereka. Hanif membersihkan selembar daun pisang yang masih lengkap dengan tangkainya, sedangkan Naufal memetik jeruk peras yang kebetulan sedang berbuah lebat
Gita bertanya menggunakan ekor matanya tanpa terlihat oleh siapapun tentang Firda yang ikut dengan Oncom dan yang lainnya yang dijawab dengan senyum miring oleh Oncom. Beruntung gazebo yang dibeli Naufal cukup besar hingga bisa menampung orang cukup banyak."Assalamu'alaikum," ucap mereka kompak."Waalaikumsalam."Naufal, Gita dan Hanif langsung mengambil tangan Bu Nyai untuk bersalaman. Laila langsung mengambil tangan kakaknya dan Gita untuk ia cium sedangkan pada Hanif ia meletakkan tangan di dada. Untuk Firda dan Marsih sendiri hanya tersenyum dan meletakkan tangan di depan dada juga. "Abi Aa beli ini tadi. Banyak 'kan gelembungnya," ujar Ibrahim entah pada Abi yang mana. "Mommy juga dibeliin ini Bi sama Juragan cantik ya."Oncom menunjukkan jepitan rambut pemberian Ibrahim yang membuat mata Naufal berbinar."Wah! Cantik banget. Terus Abi dibeliin apa?" tanya Naufal yang membuat anak kecil itu menepuk jidat pelan."Aa lupa enggak beliin buat, Abi. Maaf ya, Abi. Nanti kalau ada la
Kedatangan salah satu anak Onta membuat Oncom dan Gita bahagia karena sama sekali tidak menyangka. Tadi pagi Andra berkata anak Onta satu itu sedang dalam perjalanan pulang setelah urusannya selesai hingga ia pamit kembali untuk off dalam grup, tidak menyangka pulang yang dimaksud adalah pada dua wanita kesayangannya. "Wa'alikum," jawab semua yang ada di gazebo kompak."Ayah!" teriak Ibrahim sebelum Oncom dan Gita.Ayah adalah panggilan Ibrahim pada Hendrik, ya dokter muda dengan kesibukan yang melebihi para Anak Onta nya yang lain karena ingin terus belajar untuk melupakan semua rasa sakit yang ia miliki dari kehilangan. Termasuk kehilangan kebebasan pada dua wanita kesayangannya. "Aduh, anak Ayah udah besar."Hendrik menyambut kedatangan Ibrahim dengan pelukan. Mengangkat tubuh mungil itu untuk ia terbangkan layaknya layang-layang. Ibrahim bukan hanya anak Gita dan Hanif tapi anak para Anak Onta juga. Jika diibaratkan cinta mereka bu
Wanita mana yang tidak iri melihat kehidupan Oncom dan juga Gita yang sangat disayang para pangeran. Kedua perempuan itu tidak cantik hingga rasanya tidak cocok mendapatkan semua kemudahan hidup. Mereka tertawa bahagia dengan mengajak semua yang ada di sana termasuk Firda dan juga Marsih.Saat orang lain sibuk dengan obrolan Firda memilih mengabadikan setiap pergerakan yang ada dengan sangat hati-hati karena takut ketauan, termasuk saat Oncom berpelukan dengan Hendrik dan juga Gita. Siapa tau foto itu akan berguna nanti. "Besok kita ke dokter ya kebetulan temen gue dinas di RS daerah sini," ucap Hendrik.Gazebo sudah kembali bersih dan rapi hingga membuat nyaman untuk mengobrol. Ibu Nyai sudah pulang karena ada tamu tinggal mereka delapan orang karena Juragan juga dibawa kabur oleh para santri untuk bermain. "Minggu kemaren udah gue males keluar rumah tau," keluh Oncom yang memang selalu berada di dalam rumah selama satu minggu terakhir.
"Enggak usah macem-macem, Sayang. Ngurus lu berdua aja gue repot apalagi kudu nambah satu. Bisa-bisa pasien gue terbengkalai," balas Hendrik tanpa sedikitpun basa-basi untuk menyetujui."Ini yang disebut dokter perlu ke dokter," timpal Gita."Ruqyah aja enggak sih, Tads?" tanya Hanif."Cocok sih," jawab Naufal membuat mereka tertawa kecuali Marsih dan Firda.Rasanya ingin meledak saat sampai di rumah karena panas yang menjalar di sekujur tubuh. Kobaran api cemburu semakin menggebu saat melihat laki-laki yang dicintai sangat memanjakan istrinya. Berulang kali bertanya tentang kelebihan apa yang dimiliki oleh Oncom hingga bisa dicintai oleh Naufal secara ugal-ugalan. Firda tidak pernah mendapatkan jawaban yang bisa meyakinkan dirinya tentang alasan Naufal yang begitu mencintai istrinya. Menurutnya aneh karena seharusnya dia yang mendapatkan itu semua, tidak ada satu hal pun yang bisa dibandingkan dari dirinya dengan wanita yang bahkan namanya saja hanya seonggok sampah dari tempe. "Sab
Tiga hari ditemani oleh sahabatnya membuat Oncom begitu semangat menjalani hari walau mereka tidak keluar dari area pesantren karena Oncom yang benar-benar tidak ingin keluar dari rumah. Hari ini ia harus kembali kesepian karena para sahabatnya harus pulang terutama Hendrik."Mommy, Aa pulang dulu ya. Nanti Aa ke sini lagi buat nengok adek bayi. Sayang jangan nakal ya di perut Mommy nanti Aa balik lagi," pesan Ibrahim tepat di depan perut Oncom."Hati-hati ya, Sayang. Maaf enggak bisa ajak Aa jalan-jalan," balas Oncom merasa bersalah. Anak kecil yang begitu menyukai pantai selama tiga hari itu tidak ia ajak ke tempat favoritnya karena Hendrik yang tidak mengizinkan. Sebagai dokter walaupun bukan ahli kandungan Hendrik mengetahui bagaimana kondisi fisik Oncom yabg terlihat selalu mengatur napas lelah meski hamil muda."Enggak apa-apa, Mommy. Yang penting dedek bayinya sehat," balas Ibrahim penuh pengertian.Oncom mencium seluruh wajah ana
Firda datang setelah mobil yang dikendarai oleh Hanif keluar dari pesantren. Oncom dan Naufal masih di sana untuk berbincang masalah calon anak mereka. Membawa masakan yang sudah dibuatnya dengan penuh semangat dan cinta agar rasanya sampai pada hati mereka semua. Wanita itu berjalan sambil tersenyum lembut pada setiap orang yang ia temui. "Assalamu'alaikum, Ibu, Abah, Ustadz, Teteh sama Laila."Sapanya satu persatu pada mereka yang ada di sana. Sebelum sampai ke hadapan mereka tadi Firda sempat menarik napas pelan untuk meredakan kecemburuan atas sikap Naufal pada istrinya."Waalaikumsalam," jawab mereka kompak."Ada apa, Teh?" tanya Bu Nyai yang memang selalu menyebutnya teteh."Ini Bu Firda masak khusus buat Ibu sama Abah. Mohon diterima ya," jawab Firda memberikan wadah berisi garang asem ayam."Waduh dalam rangka apa ini?" tanya Abah Yai."Firda lagi kangen sama orang tua, Bah. Ibu sama Abah udah Firda anggap orang