Kedatangan salah satu anak Onta membuat Oncom dan Gita bahagia karena sama sekali tidak menyangka. Tadi pagi Andra berkata anak Onta satu itu sedang dalam perjalanan pulang setelah urusannya selesai hingga ia pamit kembali untuk off dalam grup, tidak menyangka pulang yang dimaksud adalah pada dua wanita kesayangannya.
"Wa'alikum," jawab semua yang ada di gazebo kompak."Ayah!" teriak Ibrahim sebelum Oncom dan Gita.Ayah adalah panggilan Ibrahim pada Hendrik, ya dokter muda dengan kesibukan yang melebihi para Anak Onta nya yang lain karena ingin terus belajar untuk melupakan semua rasa sakit yang ia miliki dari kehilangan. Termasuk kehilangan kebebasan pada dua wanita kesayangannya."Aduh, anak Ayah udah besar."Hendrik menyambut kedatangan Ibrahim dengan pelukan. Mengangkat tubuh mungil itu untuk ia terbangkan layaknya layang-layang. Ibrahim bukan hanya anak Gita dan Hanif tapi anak para Anak Onta juga. Jika diibaratkan cinta mereka buWanita mana yang tidak iri melihat kehidupan Oncom dan juga Gita yang sangat disayang para pangeran. Kedua perempuan itu tidak cantik hingga rasanya tidak cocok mendapatkan semua kemudahan hidup. Mereka tertawa bahagia dengan mengajak semua yang ada di sana termasuk Firda dan juga Marsih.Saat orang lain sibuk dengan obrolan Firda memilih mengabadikan setiap pergerakan yang ada dengan sangat hati-hati karena takut ketauan, termasuk saat Oncom berpelukan dengan Hendrik dan juga Gita. Siapa tau foto itu akan berguna nanti. "Besok kita ke dokter ya kebetulan temen gue dinas di RS daerah sini," ucap Hendrik.Gazebo sudah kembali bersih dan rapi hingga membuat nyaman untuk mengobrol. Ibu Nyai sudah pulang karena ada tamu tinggal mereka delapan orang karena Juragan juga dibawa kabur oleh para santri untuk bermain. "Minggu kemaren udah gue males keluar rumah tau," keluh Oncom yang memang selalu berada di dalam rumah selama satu minggu terakhir.
"Enggak usah macem-macem, Sayang. Ngurus lu berdua aja gue repot apalagi kudu nambah satu. Bisa-bisa pasien gue terbengkalai," balas Hendrik tanpa sedikitpun basa-basi untuk menyetujui."Ini yang disebut dokter perlu ke dokter," timpal Gita."Ruqyah aja enggak sih, Tads?" tanya Hanif."Cocok sih," jawab Naufal membuat mereka tertawa kecuali Marsih dan Firda.Rasanya ingin meledak saat sampai di rumah karena panas yang menjalar di sekujur tubuh. Kobaran api cemburu semakin menggebu saat melihat laki-laki yang dicintai sangat memanjakan istrinya. Berulang kali bertanya tentang kelebihan apa yang dimiliki oleh Oncom hingga bisa dicintai oleh Naufal secara ugal-ugalan. Firda tidak pernah mendapatkan jawaban yang bisa meyakinkan dirinya tentang alasan Naufal yang begitu mencintai istrinya. Menurutnya aneh karena seharusnya dia yang mendapatkan itu semua, tidak ada satu hal pun yang bisa dibandingkan dari dirinya dengan wanita yang bahkan namanya saja hanya seonggok sampah dari tempe. "Sab
Tiga hari ditemani oleh sahabatnya membuat Oncom begitu semangat menjalani hari walau mereka tidak keluar dari area pesantren karena Oncom yang benar-benar tidak ingin keluar dari rumah. Hari ini ia harus kembali kesepian karena para sahabatnya harus pulang terutama Hendrik."Mommy, Aa pulang dulu ya. Nanti Aa ke sini lagi buat nengok adek bayi. Sayang jangan nakal ya di perut Mommy nanti Aa balik lagi," pesan Ibrahim tepat di depan perut Oncom."Hati-hati ya, Sayang. Maaf enggak bisa ajak Aa jalan-jalan," balas Oncom merasa bersalah. Anak kecil yang begitu menyukai pantai selama tiga hari itu tidak ia ajak ke tempat favoritnya karena Hendrik yang tidak mengizinkan. Sebagai dokter walaupun bukan ahli kandungan Hendrik mengetahui bagaimana kondisi fisik Oncom yabg terlihat selalu mengatur napas lelah meski hamil muda."Enggak apa-apa, Mommy. Yang penting dedek bayinya sehat," balas Ibrahim penuh pengertian.Oncom mencium seluruh wajah ana
Firda datang setelah mobil yang dikendarai oleh Hanif keluar dari pesantren. Oncom dan Naufal masih di sana untuk berbincang masalah calon anak mereka. Membawa masakan yang sudah dibuatnya dengan penuh semangat dan cinta agar rasanya sampai pada hati mereka semua. Wanita itu berjalan sambil tersenyum lembut pada setiap orang yang ia temui. "Assalamu'alaikum, Ibu, Abah, Ustadz, Teteh sama Laila."Sapanya satu persatu pada mereka yang ada di sana. Sebelum sampai ke hadapan mereka tadi Firda sempat menarik napas pelan untuk meredakan kecemburuan atas sikap Naufal pada istrinya."Waalaikumsalam," jawab mereka kompak."Ada apa, Teh?" tanya Bu Nyai yang memang selalu menyebutnya teteh."Ini Bu Firda masak khusus buat Ibu sama Abah. Mohon diterima ya," jawab Firda memberikan wadah berisi garang asem ayam."Waduh dalam rangka apa ini?" tanya Abah Yai."Firda lagi kangen sama orang tua, Bah. Ibu sama Abah udah Firda anggap orang
Mungkinkah itu yang dinamakan memakan buah simalakama untuk keluarga Naufal terutama kedua orang tuanya. Maksud Ibu dan Abah Yai memperlakukan Firda dengan baik karena kasian pada perempuan itu yang merindukan kasih sayang keluarga karena hidupnya sebatang kara. Namun, tidak pernah menyangka jika kebaikan mereka disalahgunakan oleh Firda dengan permintaan yang tidak mungkin mereka kabulkan. Istri untuk Naufal hanya satu dan hanya seorang Arini Wulandari yang berhak untuk itu, tidak pernah terpikir sedikitpun dalam otak untuk merestui Naufal menikah lagi apalagi sampai mereka yang meminta. Poligami memang tidak dilarang oleh agama, tapi dalam silsilah keluarga mereka tidak ada yang namanya memiliki pasangan lebih dari satu. "Ibu, Abah, Firda mau jujur kalau selama ini Firda sangat mencintai ustadz Naufal dan Firda juga yakin sebaliknya. Selama ini Ustadz Naufal hanya pura-pura bahagia untuk menyenangkan Ibu sama Abah. Firda juga yakin kalau Ibu sama Abah pasti lebih setuju kalau Fird
Firda tidak bisa menjawab pertanyaan Abah Yai karena tidak ada satupun hal yang menunjukkan jika Naufal terpaksa atau tidak bahagia dengan pernikahannya. Sikap dan perlakuan Naufal semuanya menunjukkan jika betapa laki-laki itu menjaga dan mencintai istrinya. "Maaf, Abah. Sebelumnya dia juga pernah mempertanyakan pernikahan Ofal dan mengungkapkan isi hatinya. Itulah sebabnya Ofal kurang setuju saat Marsih meminta izin untuk dia tinggal di sini. Bukannya menuduh tapi apa yang dia lakukan sama keluarga kita itu buat narik perhatian dan simpati kita semua," ujar Naufal karena Firda tidak mampu menjawab."Tapi secara logika enggak mungkin kalau kamu cinta sama dia, Fal. Kalian enggak sebanding kamu lebih cocok sama aku," sela Firda keukeh dengan keyakinannya.Naufal tersenyum miring mendengar selaan Firda, siapa dia hingga berani memantaskan seseorang hanya menurut pandangannya saja. Satu hal yang tidak Naufal sukai dari Firda adalah sifat sombong dan selalu
Naufal tidak habis pikir dengan apa yang diungkapkan Firda. Apakah perlakuannya pada Oncom terlihat terpaksa sedangkan ia melakukan dengan penuh cinta. Naufal selalu mengusahakan kebahagiaan istrinya dalam hal apa pun dan dengan gampangnya Firda mengatakan jika itu hanya pura-pura. Naufal mempercepat langkahnya, ia tidak sabar ingin menemui istrinya untuk menenangkan hati dan pikiran. Rasa marah menyeruak yang terus diiringi istighfar dalam hati. Saat seperti ini hanya dengan memeluk istrinya perasaan laki-laki itu akan tenang. Hal yang paling Naufal takutkan adalah Oncom mendengar atau mengetahui apa yang baru saja terjadi. Oncom pasti salah paham apalagi dalam keadaan hamil super sensitif seperti saat ini."Assalamu'alaikum, Sayang."Sebelum masuk dan mengucapkan salam Naufal menarik napas terlebih dahulu untuk menetralkan perasaan. Mengukir senyum sebelum ia bertemu kekasih halalnya yang kini lebih banyak menghabiskan waktu di belakang rumah."Waalaikumsalam. Aa dari mana kok lama
Oncom memicingkan mata saat melihat Firda berjalan dengan koper besar di tangannya. Mau ke mana wanita itu dengan koper yang bisa ia pastikan berisi pakaian karena terlihat cukup berat. Apalagi saat melihat matanya sedikit bengkak seperti habis menangis. "Mau ke mana, Teh?" tanya Oncom saat wanita itu berjalan ke arahnya."Saya mau pamit, Ustadzah. Maaf kalau saya punya salah sehat-sehat ya buat kandungannya," balas wanita itu.Tiba-tiba saja Firda memeluk Oncom dengan mengusap perutnya. Ia tidak menyangka jika wanita itu akan melakukan hal tersebut. Apa yang terjadi padanya hingga memutuskan untuk pergi dari pesantren? Apakah ia sudah kehilangan minat pada Naufal?"Mau ke mana?" tanya Oncom heran."Belajar saya udah selesai, Ustadzah. Saya harus mengejar mimpi lagi.""Oh... Ya udah selamat buat kelulusannya dan semoga apa yang diimpikan segera tercapai ya."Oncom tidak tahu apa impian Firda, tapi ia berharap semoga bai