Home / CEO / On CEO's Bed / 6. Nasib Alyssa

Share

6. Nasib Alyssa

Author: Yellowflies
last update Last Updated: 2023-07-26 10:31:32

Assa menarik nafas, lalu menghembuskan perlahan berusaha untuk tenang menghadapi kaburnya Alyssa. Pria itu benar-benar tak habis pikir dengan Alyssa. “Dia belum jauh, Argo perintahkan semuanya untuk mencari Alyssa. Bagi menjadi dua tim, gunakan juga anjing pelacak.”

“Baik Tuan Muda!” Argo bergegas melaksanakan perintah Assa. Dia keluar dari mansion dan menghampiri para penjaga.

Mereka langsung rapi berdiri tegak siap menerima perintah dari Argo. “Kita bagi menjadi dua tim. Cari Alyssa di hutan dan juga perkebunan, bawa beberapa anjing pelacak. Pastikan Alyssa ditemukan sebelum malam.”

“Siap!”

Karena begitu sudah terlatih mereka langsung bisa membagi tim, menyebar sesuai dengan apa yang diperintahkan. Sementara Assa tengah duduk di ruang tamu sambil mengganti sepatunya. Argo geleng kepala melihat tingkah tuannya itu.

“Di luar mereka sedang tergesa mencari Alyssa, tapi Anda masih santai begini?”

Assa berdiri, melepas jasnya. “Kamu pikir akan nyaman masuk ke hutan dengan sepatu kerja. Mencari Alyssa memang utama, tapi juga saya harus memastikan keadaan diri saya aman.”

“Apa tidak sekalian saja Anda menggunakan pakaian safari, Tuan?”

“Saran yang bagus, tapi saya tidak suka pakaian safari,” timpal Assa lalu melangkah keluar. Argo mengikutinya. “Saya jamin sepatu mahal kamu itu akan rusak begitu masuk hutan.”

“Bukankah ini seharusnya darurat? Kenapa Anda masih santai, Tuan? Anjing pelacak sudah melolong di dalam hutan.”

Assa tersenyum kecil berjalan menuju ke hutan. “Saya sudah sangat tahu daerah kekuasaan saya sendiri, Argo. Bahkan kamu tahu saya tidak pernah tersesat di hutan itu.”

Kaki Assa berhenti melangkah, dia melihat ke langit yang sudah hampir gelap. Lalu mengatur waktu berapa lama dia harus menemukan Alyssa, setelah pengatur waktu selesai Assa kembali melangkah. Ada jalan setapak di hutan yang biasa dilewatinya. Jika di susuri jalan itu akan membawanya ke sebuah sungai, tapi jelas Assa yakin Alyssa tidak mengarah ke sana.

Lagi-lagi Assa berhenti melangkah, Argo yang di belakangnya juga ikut berhenti. “Apa ada sesuatu?” tanya Argo.

Sebab Assa belum terlalu dalam masuk ke hutan dia masih bisa melihat mansion-nya, lalu ke arah kanan ada jalan raya yang sering dilaluinya. “Saya akan menyusuri tepi hutan, kamu bergabunglah dengan yang lain.”

“Apa Anda tidak akan butuh bantuan saya?”

“Jangan meragukan saya, Argo.”

“Baiklah Tuan Muda kalau begitu selamat berjalan-jalan,” timpal Argo lantas segera saja dia meninggalkan Assa seorang diri.

Assa berjalan menyusuri tepi hutan. Pepohonan yang menjulang tinggi tumbuh dengan rapat. Jika tidak ada jalan raya di sisi hutan mungkin sekarang sudah benar-benar gelap. Assa memasang lampu-lampu jalan di sisi kiri dan kanan, sebagian cahaya menerangi hutan.

Terasa sangat lembab dan dingin. Juga posisi tanah di hutan yang tidak rata membuat Assa harus melangkah berhati-hati. Daun-daun yang diinjak kakinya berisik berbunyi, Assa suka dengan sensasinya. Langkah Assa kembali berhenti ketika melihat tetes darah pada daun-daun yang diinjaknya.

“Alyssa terluka?” tanyanya pada diri sendiri. Mengikuti jejak yang ditinggalkan Assa semakin cepat melangkah. Bagaimanapun dia khawatir akan kondisi Alyssa.

“Tuan Muda di sini ada sebuah kain penuh dengan darah!” seru salah satu pengawal yang melakukan pencarian.

Assa bergegas menghampiri. Pengawal itu menunjukkan robekan kain yang berlumur darah, terlihat sekali itu masih sangat baru. “Cari lebih jeli lagi, dia tidak akan mungkin jauh.”

Mereka kembali bergerak menyisir hutan. Tiga anjing pelacak yang dikerahkan melaju lebih dahulu. Langit sudah menggelap, senter-senter yang dibawa penjaga dinyalakan menerangi langkah mereka. Assa meminta satu pada pengawalnya agar dia bisa berjalan lebih mudah di antara kegelapan yang menyelimuti.

***

Jauh di dalam hutan Alyssa mulai kehilangan arah. Langkahnya kian tak pasti tanpa arah. Nafasnya sudah memburu, tenaganya kian menipis. Jalannya tanpa panduan, gelap membuat langkahnya diraba-raba. Kakinya terasa sakit akibat jatuh dan ujung ranting sebuah pohon menyobek betisnya.

Ujung roknya disobek untuk membalut lukanya. Alyssa mulai bingung, dia duduk pada baru besar. Tak ada air untuk diminum. Tidak ada juga cahaya sebagai pelita. Suara lolongan Anjing membuat Alyssa ketakutan. Seumur hidupnya baru kali ini menerobos hutan dalam pekat malam.

“Seharusnya aku tetap melangkah di sisi hutan. Jika sudah begini, aku harus bagaimana? Ya Tuhan tolong selamatkan aku,” ucapnya memohon.

Suara-suara lolongan Anjing kian terasa mendekat, bersamaan dengan cahaya dari senter yang menyoroti. Alyssa kembali bergerak dengan sedikit merunduk agar cahaya senter yang mengarah padanya tidak mengenai dirinya. Dari batu besar itu, Alyssa bersembunyi di antara pohon dan semak-semak.

Tiga Anjing pelacak itu berhenti di sekitar Alyssa. Lampu senter sangat terang di sekitar. Alyssa bahkan bisa melihat Assa dari tempat persembunyiannya. Dia menutup mulutnya sendiri hanya agar suara nafasnya tidak terdengar tapi, soalnya satu Anjing mengendus aroma Alyssa sambil melompat ke arah semak.

“Arrrgh!” Alyssa menjerit tatkala Anjing itu mengenai dirinya.

Satu pengawal mendekat, menarik tali kekang Anjingnya. Assa berdiri melihat pada Alyssa yang duduk di tanah dengan penampilan yang sangat kacau. “Masih mau bersembunyi?”

Alyssa menggeleng. Dia cukup takut dengan situasi sekarang, ketika Assa meraih tubuhnya dalam gendongan Alyssa memberontak. “Lepaskan aku! Aku mau pulang!”

“Iya, saya juga akan membawamu pulang,”

“Pulang ke rumahku, bukan rumahmu,” balas Alyssa, lalu memukuli dada Assa habis-habisan. “Tolong biarkan aku pulang.”

Assa tak mengindahkan ucapan Alyssa. Tetap berjalan dengan bantuan penerangan dari para pengawalnya yang membawa senter. Argo menggeleng tak percaya bahwa tuannya itu akan sepeduli itu dengan seorang gadis. Sejauh yang Argo ingat Assa selalu menghindari para gadis yang mendekati.

Suara Alyssa kian terdengar lirih, Assa melihat pada gadis dalam gendongan tangannya. “Pingsan?” Assa menoleh pada Argo yang berada di sisi kiri, sedikit ke belakang. “Hubungi dokter.”

“Baik, Tuan,” Argo merogoh ponselnya, meski di tengah hutan sinyal ponsel cukup baik. Dibantu penerangan dari senter Argo menghubungi dokter pribadi keluarga Welsh.

Mereka terus berjalan beberapa meter untuk bisa keluar dari hutan. Di dekat pintu samping Helga, Bertha dan Diana menunggu cemas. Saat melihat Assa dan yang lainnya keluar dari hutan Helga segera menghampiri. Kondisi Alyssa jelas tidak baik-baik saja.

“Bertha siapkan kamar,” titahnya pada Bertha. “Dan Diana, siapkan air hangat.”

“Baik!”

Bertha dan Diana segera melakukan tugas mereka. Assa menghentikan langkahnya di depan Helga. “Helga, kau akan berurusan denganku setelah ini.”

“Saya mengerti, Tuan.”

Assa segera membawa Alyssa masuk. Membawa Alyssa ke kamarnya, dan membaringkannya di atas tempat tidur. “Ganti pakaiannya, dan bersihkan lukanya.”

Bertha dan Diana mengambil alih, lalu Assa keluar dari kamar. Di depan pintu ada Helga. “Ini yang terakhir Helga, jangan sampai dia kabur lagi. Di luar sana banyak yang mengincar nyawanya. Sampai Samuel kembali, dia harus tetap aman di sini. Kau mengerti?”

“Iya, Tuan.”

“Jika dokter Hendrick datang, kau temani dia memeriksa kondisi Alyssa. Saya masih ada urusan.”

“Baik.”

Assa menjauh dari kamarnya. Dia menghampiri Argo yang menunggunya di ruang tamu. “Tuan hasil penyelidikan sudah keluar.”

“Kita bicara di ruang kerja,” Assa berkata sambil melangkah ke ruang kerjanya. Argo mengikuti langkahnya dari belakang.

Begitu sampai, Assa langsung duduk dan Argo menunjukkan sesuatu dari layar ponselnya. “Namanya Matthew, dia mantan sniper tentara Nasional yang dikeluarkan karena kasus narkotika, tapi saat ditanya siapa yang memerintah dia tidak menjawab. Dia meminum sebuah pil yang membuatnya meninggal di tempat.”

“Cara jitu untuk tutup mulut. Kau bakar saja mayatnya, dan terus selidiki jejak digital yang mungkin dia tinggalkan.”

“Baik, sedang kami jalankan!” balas Argo sebelum kemudian keluar dari ruang kerja Assa, menyisakan tuannya seorang diri merenung di sana.

Related chapters

  • On CEO's Bed   7. Sangkar Emas

    Alyssa menggeliat di atas tempat tidur, tapi sesuatu terasa membebani perutnya. Matanya melihat pada tangan kekar yang menjadi alasan berat di atas perutnya. Alyssa menyingkirkan tangan itu dengan kasar tapi, Assa kembali memeluknya. Lebih erat.“Lepaskan saya!”“Bukan kamu sendiri yang semalam minta dipeluk?”Mata Alyssa kian terbuka lebar. “Ahahaha! Itu tidak mungkin, saya tidak pernah meminta siapapun memeluk saya.”Assa melepaskan pelukannya, lalu bergerak untuk bisa duduk bersandar pada kepala ranjang. “Semalam kamu bermimpi, kamu menangis dan minta dipeluk.”Apa yang Assa katakan tidak bisa langsung dipercayai Alyssa, tapi pikirannya mengingat sesuatu. Semalam memang mimpi buruknya datang menghantuinya lagi setelah sekian lama tapi, apakah benar sampai menangis dan minta dipeluk. “Anda pasti mengarang cerita,” ujar Alyssa mengelak pernyataan Assa akan dirinya semalam.“Apa perlu aku tunjukkan rekaman kamera dari kamar ini?”Alyssa langsung duduk begitu mendengar ada kamera di

    Last Updated : 2023-07-26
  • On CEO's Bed   8. Kabur Lagi

    Alyssa merasa kondisinya jauh lebih. Perutnya juga sudah diisi penuh. Alyssa masih mengibarkan bendera perang baik pada Helga ataupun pada Bertha dan juga Diana. Sejak pagi Alyssa sangat menyusahkan ketiganya. Mulai dari makan yang katanya tidak mau, tapi akhirnya Alyssa meminta makanan yang tidak ada. Mau tidak mau Bertha dan Diana meminta chef di rumah untuk memasak ulang, tapi Alyssa ingin mereka bertiga yang memasak.Entah itu soal rasanya ataupun soal porsinya. Selain soal makanan Alyssa juga protes perihal air yang disiapkan Diana untuk mandi. “Saya ingin mandi susu dengan taburan kelopak bunga mawar dan harus berjumlah seratus tangkai.”Diana memberitahu hal itu pada Helga, dan tentu saja apa yang Alyssa mau dituruti, tapi ketika bak mandi sudah siap seperti yang diminta, Alyssa lagi-lagi protes karena katanya airnya terlalu dingin. Alyssa ingin mandi dengan air hangat.Tujuannya jelas ingin membuat mereka lelah dengan tingkahnya lalu dibebaskan tapi, tentu saja hal itu tidak a

    Last Updated : 2023-07-26
  • On CEO's Bed   9. Tersesat

    Ada seorang wanita baik hati yang mau meminjamkan Alyssa ponsel sehingga gadis itu bisa menghubungi Jane dan meminta tolong pada mantan pacar ayahnya itu untuk dijemput. Jane bersedia menjemput Alyssa. Sekarang Alyssa duduk di dekat bangku taman. Dia bersembunyi di antara pohon-pohon sebab takut Assa bisa menemukannya.Alyssa menunggu dengan cemas kedatangan Jane. Di setiap kali ada mobil melintas dia akan buru-buru bersembunyi tapi, mobil yang melintas kali ini adalah mobil Jane sehingga Alyssa keluar dari persembunyiannya. Jane menghentikan mobilnya di tepi jalan dekat taman.“Astaga! Alyssa!” seru Jane begitu keluar dari mobil dan mendapati Alyssa yang kacau.“Aku akan jelaskan tapi, tolong sekarang kita pergi dulu.”“Baiklah,” ujar Jane dan segera kembali masuk ke mobil. Jane benar-benar terlihat khawatir dengan kondisi Alyssa. “Apa kau sudah makan?”“Belum.”Satu-satu yang sekarang Jane pikirkan adalah memberi Alyssa makan. Mobilnya melaju cepat mencari restoran cepat saji yang m

    Last Updated : 2023-08-05
  • On CEO's Bed   10. Sementara

    Assa duduk tenang di kursinya melihat pada rekaman kamera pengawas yang ada di beberapa jalan dan juga toko-toko. Setelah semalaman baru diketahui kini keberadaan Alyssa. Pria itu memerintahkan Sam dan Wolf untuk mengawasi Alyssa dari kejauhan. Dua orang itu melaporkan tentang dengan siapa Alyssa tinggal.Assa sedikit tenang begitu mendengar informasi tentang Dastan, Pria pemilik toko kelontong itu yatim piatu sejak kecil, dibesarkan oleh neneknya dan mengurus toko warisan orang tuanya. Tidak ada catatan kriminal tentang Dastan, hal itu yang membuat Assa tenang. Jadi untuk satu atau dua hari dia akan membiarkan Alyssa bebas dahulu.Fokus Assa sekarang adalah menyelidiki Jane dan juga tiga penagih hutang itu. Argo menemani Assa, juga memberitahu beberapa hal terkait orang yang tengah Assa selidiki. Seperti yang sudah-sudah mereka tidak akan melepaskan lawan dengan begitu mudah.“Jadi Jane adalah mantan kekasih Samuel yang sengaja dipacari untuk mencari informasi tentang kebakaran gudan

    Last Updated : 2023-08-05
  • On CEO's Bed   11. Membawa Pulang

    Semula Alyssa berpikir tentang Assa yang akan langsung membawanya kembali, tapi ini sudah beberapa hari sejak Alyssa melihat Sam dan Wolf ada di depan toko Dastan, tapi Assa tak kunjung menampakkan diri untuk membawanya pulang. Bahkan sudah dua hari ini Sam dan Wolf tidak terlihat di depan toko. Terhitung sudah enam hari Alyssa menetap di tempat Dastan. Alyssa juga sudah kenal dengan Elizabeth, wanita yang Dastan sebut nenek. Alyssa cepat akrab dengan Elizabeth yang hari ini sengaja datang ke tempat Dastan dengan membawa makanan yang dibuat khusus untuk Alyssa. Wanita tua itu sangat senang mengetahui ada seorang gadis yang tinggal bersama cucunya. “Rasanya senang ada cucu perempuan di rumah karena bisa diajak memasak atau menyulam. Tidak seperti Dastan yang selalu sibuk dengan dunianya,” ujar Elizabeth saat memasak bersama Alyssa di dapur. Sedangkan Dastan ada di depan menjaga toko. “Bukankah nenek mempunyai Mia sebagai cucu perempuan?” Alyssa menimpali ucapan Elizabeth sembari me

    Last Updated : 2023-08-05
  • On CEO's Bed   Menerima

    Meski dirasa tak tentu jalan hidupnya kini, Alyssa berusaha mencerna jalan takdir hidupnya. Setelah kejadian siang di toko Dastan ada rasa takut yang membuat Alyssa lebih berhati-hati dalam bertindak. Namun dia tetap menuntut sebuah penjelasan dari Assa.Alyssa duduk di hadapan Assa, di ruang kerja pria itu setelah menerobos masuk. “Saya ingin bicara.”“Silakan.”“Setelah melewati hari yang mengenaskan, saya rasa Anda pasti tahu sesuatu tentang mereka dan juga Jane. Tolong beritahu saya agar saya punya alasan untuk tetap tinggal di sini dan tidak berusaha kabur lagi.”Sejenak Assa berpikir. Tajam matanya memperhatikan detail ekspresi Alyssa. Wajah gadis itu terlihat lembut auranya tapi, sorot matanya menuntut sebuah ketegasan, dan Assa hampir tidak pernah menemukan pancaran aura sebagus Alyssa.“Bagian mana dulu yang ingin kau tahu?”Sejak kabur dari rumah Jane, wanita itulah yang paling membuat Alyssa penasaran. “Jane, kenapa d

    Last Updated : 2023-08-16
  • On CEO's Bed   Permintaan

    Hal pertama yang Alyssa rasakan ketika membuka matanya adalah hembus nafas Assa yang tidur mendekapnya. Alyssa tidak langsung beranjak atau menjauh dari Assa. Dia sedikit memiringkan posisi tidurnya guna bisa melihat rupa Assa lebih dekat dan jelas. Ada keinginan untuk membelai wajah itu namun Alyssa mengurungkan niatnya ketika mata Assa terbuka.“Apa kau sedang mengagumiku?”“Tidak,” jawab Alyssa cepat.Assa tersenyum, tentu saja tidak percaya. Tangannya menarik pinggang Alyssa mendekat. “Mengaku saja, Alyssa.”“Aku baru saja bangun saat kau bangun,” balas Alyssa sembari tangannya berusaha menyingkirkan lengan Assa dari pinggangnya.Tapi Assa kian menarik mendekat bahkan tanpa ragu mencium bibir Alyssa. Memberikan tekanan manis di atas bibir mungil itu. “Itu hukuman untuk rubah kecil yang nakal.”Mata Alyssa mengerjap lucu, syok bercampur kesal menjadi satu seketika. Assa yang menyadari Alyssa masih terbengong itu menjentikkan j

    Last Updated : 2023-08-16
  • On CEO's Bed   Kekacauan Alyssa

    Kehadiran Alyssa di mansion milik Assa Zachary menjadi warna berbeda. Tempat yang biasanya kaku dan selalu terlihat tegang itu, kini terasa konyol. Seperti ketika pagi-pagi Alyssa berdebat dengan Bertha dan Diana di dapur, lalu tak berselang lama Alyssa berdebat dengan tukang kebun.Alyssa meminta sedikit lahan kosong pada tukang kebun untuknya bisa menanam beberapa bunga selagi menunggu greenhouse yang diinginkan selesai dibangun. Tukang kebun menyarankan Alyssa untuk mengisi polybag dengan tanah dan menanam bibitnya di polybag yang berisi tanah itu agar ketika green house-nya Alyssa tinggal memindahkannya tapi, Alyssa kukuh ingin menanam langsung di tanah."Bukankah nanti akan Nona pindahkan ke green house? Jadi sebaiknya Nona menggunakan media polybag dulu,” tutur si tukang kebun yang lebih paham cara menanam dibandingkan Alyssa.Alyssa menatap tukang kebun itu dengan tajam. “Apa saya bilang kalau nanti bunganya akan dipindahkan?”Tukang kebun

    Last Updated : 2023-08-17

Latest chapter

  • On CEO's Bed   147. Ending

    Kabar kelahiran putra dari Assa Zachary meramaikan media berita dan menjadi trending topic utama di kota London. Bahkan kabar tersebut sampai ke telinga Eliot dan Alfredo yang berada di penjara, dua pria itu meratapi nasibnya yang nelangsa. Mungkin baru terasa Setelah sekian lama berbuat jahat lalu menerima hukuman dari Tuhan. Proses keadilan benar-benar berjalan dengan baik tidak ada satupun yang menyalahi aturan atau melanggar keadilan itu sendiri. Assa juga berhasil mengambil alih perusahaan Edmund sehingga tidak akan berani melakukan apa yang ingin dilakukannya yaitu membantu Eliot bebas dari penjara. Lalu kabar lainnya datang dari Lena, wanita itu berusaha untuk menyakiti dirinya sendiri. Dia melompat dari lantai dua sehingga menyebabkan dirinya keguguran. Walaupun demikian nyawanya masih bisa diselamatkan namun Lena mengalami kelumpuhan total mendengar kabar itu tentu saja membuat Alisha menjadi sedih, meskipun Lena beberapa kali berusaha menghancurkan hidupnya dan juga Assa.

  • On CEO's Bed   146. Kelahiran Sang Pewaris

    Rumah sakit bersalin Kasih Maria menjadi tempat Alyssa melakukan proses persalinannya. Assa, suaminya memberikan royal room layaknya sebuah hotel berbintang lima. Ruang bersalin itu mempunyai ruang tamu dengan set televisi, lalu juga ada kamar lainnya untuk siapapun yang datang menjenguk. Dibandingkan memikirkan tentang persalinan, Alyssa lebih merasa bahwa dirinya sedang melakukan staycation di sebuah hotel mewah. Segala fasilitas terbaik untuk golongan very very important person siap untuk Alyssa gunakan selama proses persalinan nanti. Sesuai rencana Alyssa akan melakukan persalinan secara normal jika tidak ada kendala, hari ini atau paling lambat besok pagi Alyssa sudah melahirkan. Wanita yang baru pertama kali akan melahirkan itu merasakan was-was yang luar biasa, tapi mertuanya Lucy datang untuk memberikan semangat padanya. Selain Lucy, Alyssa juga kedatangan Belinda beserta Leonidas. Kepada Belinda, Leonidas bercerita bahwa dia sangat ingin melihat bayi dalam kandungan Alyssa

  • On CEO's Bed   145. Kisah Jeff dan Hanna

    Hanna duduk memandangi bunga-bunga yang mulai bermekaran di halaman rumahnya, dia merenungkan banyak hal terutama hubungannya dengan Jeff selama ini. Hanna berburuk sangka terhadap pria itu. Jeff memang begitu brengsek di matanya, namun ketika Jeff menyelamatkan ibunya dengan segera tanpa memikirkan apapun membuat Hanna berpikir dua kali tentang Jeff. Hanna menemukan sisi baik dari seorang Jeff yang selama ini dianggapnya seperti iblis. Benar memang bahwa manusia tidak selalu baik dan tidak melulu buruk. Berkat bantuan Jeff juga keadaan ibunya sekarang sudah jauh lebih baik. Rumah Sakit mahal itu memberikan pelayanan yang terbaik sesuai dengan jumlah uang yang dikeluarkan. Jika diminta untuk mengembalikan, maka Hana tak akan pernah Sanggup. Margaret ibu kandung Hanna keluar dari dalam rumah dengan membawa sesuatu di tangan kanannya, paper bag berwarna biru muda itu berisi kue yang pagi tadi dibuatnya Margaret kemudian berkata kepada Hana. "Hanna Tolong antarkan ibu bertemu dengan Je

  • On CEO's Bed   144. Keluarga Mark

    Waktu berlalu begitu cepat, beberapa bulan terlewati sudah. Perasaan lega juga tengah dirasakan keluarga Mark. Mereka hari ini memutuskan untuk pindah rumah ke tempat yang lebih tenang, dimana Leonidas bisa bermain dengan senang. Belinda sudah menyelesaikan segala urusannya dengan sang mantan suami si calon perdana menteri yang gagal, dan Mark perusahaannya sudah tidak terikat apapun lagi dengan perusahaan milik Edmund. Kabar terakhir yang Mark dengar tentang perusahaan itu adalah, beberapa investor menarik saham mereka terkait dengan kasus yang melibatkan kembaran Edmund.Lalu untuk putrinya—Jane wanita itu sekarang menenggelamkan dirinya dengan kesibukan di perusahaan. Mark seringkali cemas melihat keadaan Jane yang sekarang, namun dia tahu bahwa semua itu adalah proses kehidupan yang kelak akan menguatkan Jane. Hal terpenting bagi Mark dan Belinda adalah mereka tetap selalu ada kapanpun Jane membutuhkan mereka. Pelan-pelan wanita itu menata hati dan hidupnya setelah ditinggal pergi

  • On CEO's Bed   143. Bulan Madu

    Bali, Indonesia.“Arggggh!!” Alyssa berteriak melepaskan segala penat dan dukanya di tepi pantai yang biru. Mereka benar-benar pergi ke Bali untuk menikmati bulan madunya. Lucy menyiapkan terbaik untuk mereka. Penginapan di Ubud yang hijau dan tenang, namun sore ini mereka tengah berjalan-jalan di pantai terdekat dengan tempat penginapan mereka. Wangi pasir dan angin laut membuat Alyssa merasakan ketenangan yang luar biasa.Jika selama di London dia harus selalu dengan mantelnya, namu di sini Alyssa bisa memamerkan perutnya yang membulat. Hangat matahari yang dirasakannya jauh berbeda dengan hangat matahari di London. Suasana yang baru, tempat yang baru menjadikan Alyssa seperti manusia yang baru lagi. Dia tersenyum memandang Assa.Kaki-kakinya menapaki pasir putih tanpa alas kaki, merasakan tekstur pasir yang lembut dan juga membiarkan ombak menyentuh kakinya, lalu menarik serta pasir ke laut. Sepasang suami istri itu berjalan-jalan sambil bergandengan tangan menyusuri pantai yang s

  • On CEO's Bed   142. Semua Hal Berlalu

    Hari ini Assa dan juga Alyssa mengantarkan keluarga Satoshi ke bandara. Mereka akan kembali ke Jepang, begitu pula dengan Takeda. Segala hal yang terjadi selama mereka di London adalah sebuah kebahagiaan dan kejutan yang tak pernah mereka duga-duga. Tuan dan Nyonya Fujiwara tak henti mengucapkan terima kasih, dan juga belasungkawa yang tulus pada Alyssa. mereka berpesan pada Assa untuk selalu mendampingi Alyssa. “Jagalah dia dengan baik,” pesan nyonya Fujiwara pada Assa. “Baik, aku akan melakukannya dengan senang hati. Jaga kesehatanmu, lain waktu aku akan datang berkunjung lagi ke Jepang.”“Datanglah kapanpun kau mau,” ungkap tuan Fujiwara yang berada di sisi mereka.Lalu Aoyama dan Sora memeluk Alyssa bergantian. Sora berkata pada Alyssa. “Bibi beritahu aku jika anakmu sudah lahir.”“Tentu saja, aku pasti akan memberitahu. Kalau perlu kau akan dijemput oleh paman Assa untuk datang lagi ke sini.”“Naik Jet milik paman Assa lagi?” tanya Sora jenaka.“Pasti, dia akan menjemputmu.”“H

  • On CEO's Bed   141. Kejutan Luar Biasa

    Telepon Lena semalam rupanya membuat Assa merasa resah. Dia khawatir Lena membocorkan apa yang sudah terjadi antara dirinya dan wanita itu, maka sebelum Alyssa tahu dari mulut Lena hari ini juga Assa berniat member tahu Alyssa. Pria itu keluar dari kamarnya menghampiri Aoyama dan Sora yang tengah bermain di ruang keluarga.Assa bertanya pada mereka. “Apakah kalian melihat bibi Alyssa?”“Bibi Alyssa kedatangan seorang tamu wanita. Dia ada di ruang tamu sekarang,” jawab Aoyama jelas.Assa ingin tahu siapa tamu wanita yang dimaksud oleh Aoyama, maka dia menghampiri. Langkah Assa terhenti ketika melihat orang yang paling dikenalnya menangis tersedu di hadapan Alyssa yang bungkam. Di atas meja ada beberapa lembar foto yang membuatnya tersentak kaget. Itu adalah foto percintaan dirinya dan Lena beberapa minggu yang lalu.“Sialan kau Lena!” Assa berseru sambil berjalan mendekati Lena, namun Alyssa menahan Assa.“Jangan lakukan apapun padanya.”“Alyssa dengarkan aku.”“Aku akan mendengarkanmu

  • On CEO's Bed   140. Membalas Luka

    Kematian Samuel menyisakan luka yang begitu dalam, meski Alyssa berusaha merelakan namun kematian itu membuat Alyssa menjadi lebih banyak diam. Terkadang Assa memergoki istrinya itu melamun seorang diri. Sayangnya hari ini Assa tak bisa berlama-lama menemani Alyssa. Dia harus segera menemukan Argo sebelum pria itu kembali bertindak lebih jauh. Assa bahkan meminta keluarga Satoshi untuk tinggal lebih lagi di Mansionnya. Dia tidak hal-hal buruk terjadi pada mereka.Di sinilah sekarang Assa berada. Di markas milik Wolf dan Sam. Mereka akan bergerak mala mini setelah mengetahui lokasi terakhir Argo berada. Pihak kepolisian melacak mereka keberadaan Argo lebih dahulu, tapi Assad an yang lainnya akan mencegat Argo sebelum polisi sampai. Ada Sergio yang sudah siap dengan senjatanya. Beberapa pisau ada di antara kakinya, dua senjata api disiapkan. Walaupun sebenarnya Sergio lebih suka menggunakan senjata tajam untuk menghabisi musuhnya.“Kemungkinan besar polisi akan melewati jalanan ke arah

  • On CEO's Bed   139. Luka Tanpa Kata

    Jane dipersilahkan masuk untuk melihat jenazah Samuel di kamar mayat setelah proses otopsi selesai. Ada petugas yang menenamaninya, membantu Jane mengeluarkan jenazah tersebut dari lemari pendingin mayat. Tubuh Samuel ditutupi kain putih. Langkah Jane terasa berat ketika mendekatinya, seperti ada ribuan ton batu yang dirantai di kakinya. Begitu berdiri tepat di sisi, kini giliran tangannya yang berat terangkat untuk membuka kain putih itu.Gemetar sudah tangannya, tubuhnya pun seperti tak merasakan apa-apa lagi. Jane tidak langsung membuka kain itu ketika tangannya menyentuh ujungnya. Dia mengatur nafasnya sendiri, berusaha sekuat mungkin untuk melihat apa yang akan dilihatnya. Perlahan, mili demi mili kain itu disingkap Jane dengan tangannya yang gemetar hebat. Begitu wajah Samuel jelas terlihat, maka hanya air mata yang mewakilkan segala kesakitan yang Jane rasakan sekarang. Dia tidak bisa berkata-kata lagi. Bibirnya gemetar, kakinya lunglai, dan Jane menjatuhkan kepalanya di atas t

DMCA.com Protection Status