Daun-daun bergoyang saling bergesekan begitu angin menyapa mereka. Sesekali ranting yang sudah terlalu panjang itu mengetuk-ngetuk kaca. Mengusik lelapnya Alyssa. Kembali terbangun dalam keadaan yang jauh lebih. Tidak lagi merasakan denyutan hebat seperti semula di kepalanya.
Alyssa menggerakkan kepalanya ke kiri melihat pada ranting yang mengetuk-ngetuk kaca jendelanya. “Apa kau ingin masuk? Sebaiknya jangan, jika kau masuk sepertinya tidak akan bisa keluar.”Alyssa frustasi hingga mengajak ranting pohon bicara. Pelan-pelan dia bergerak bangun, bersandar pada kepala ranjang lalu melihat tangannya yang kembali ditusuk jarum guna menyalurkan cairan ke tubuhnya.Dua pelayan masuk dengan mendorong troli makanan. Membawanya mendekat pada Alyssa. “Kalian siapa?”Salah satu dari mereka menjawab. “Kami pelayan Anda, Nona.”“Maksudku, nama kalian siapa?”“Saya Bertha, dan dia adalah Diana. Kami ditugaskan untuk menjaga dan merawat Nona.”“Termasuk mengganti pakaianku ini?” tanya Alyssa lagi sambil mengangkat gaun tidurnya.“Agar Nona bisa tidur dengan nyenyak,” jawab Diana.Lalu Bertha menyiapkan meja lipat, dan diletakan itu di dekat tempat tidur Alyssa. “Saya akan menyuapi Nona.”“Panggil saja saya Alyssa, saya bukan nona kalian.”“Maaf Nona,” permintaan maaf sebagai bentuk bahwa Bertha tidak bisa memenuhi permintaan Alyssa.“Saya bisa makan sendiri tapi, kalian keluar saja. Saya tidak suka makan sambil diawasi.”“Baik Nona.”Alyssa dibiarkan sendiri. Kedua pelayan itu keluar dari kamar. Sebelum membuka tutup hidangan lebih dahulu Alyssa memastikan kamarnya sudah benar-benar sepi. Pelan-pelan penutup hidangan dibuka, Alyssa kagum melihat apa yang dihidangkan untuknya.“Wanginya benar-benar enak,” lirihnya kemudian mengambil sendok untuk mencicipi kuah dari sup jamur paling mahal itu. “Rasanya benar-benar enak. Oke Alyssa, kamu harus makan yang banyak agar punya tenaga untuk kabur.”Tutup-tutup makanan lainnya dibuka satu per satu oleh Alyssa. Semua dicicipi Alyssa makan dengan gembira. Saat tengah menyuapkan sup ke mulutnya, Helga masuk menemuinya. Wanita itu membungkuk hormat.“Maaf Nona, ada yang ingin saya sampaikan.”Alyssa meletakan sendoknya. “Baiklah.”Helga mendekat, meletakan sebuah map di atas tempat tidur Alyssa. “Ini adalah kontrak yang harus Anda tanda tangani.”“Kontrak apa?”“Pembayaran hutang ayah Anda.”Tangan Alyssa yang semula ingin mengambil sendok beralih mengambil map tersebut. Dia membaca isinya dengan suara lantang. “Assa Zachary Welsh akan melunasi hutang dari Samuel Moore jika Alyssa Moore menetap di Mansion pribadi Assa Zachary sampai misi Samuel Moore selesai. Jika Alyssa tidak bersedia maka, Assa Zachary akan menyerahkan Alyssa pada pihak ketiga yaitu orang yang meminjamkan uang pada Samuel Moore.”Alyssa menghempas kertas di tangannya ke tempat semula. Kini tangannya benar-benar mengambil sendok, dan memakan makanannya dengan rakus. Helga yang melihat itu diam, tapi sambil tersenyum tipis.“Tuan Muda meminta Anda segera menandatanganinya sebelum dia pulang. Saya permisi, Nona,” ucap Helga sebelum melangkahkan kakinya keluar.Alyssa benar-benar dibuat kesal oleh kelakuan pria yang baru saja dikenalnya itu.***Diberikan keleluasaan Alyssa setelah infusnya habis, dia keluar dari kamar dan berjalan-jalan di halaman mansion dengan ditemani Bertha dan Diana. Kedua pelayan pribadi itu mengekorinya.Alyssa kesal, dan berbalik. “Apakah kalian tidak punya pekerjaan lain sampai harus mengikutiku seperti ini?”“Kami menjaga Nona,” jawab Diana.“Saya tidak akan kabur, tempat ini terlalu luas,” timpal Alyssa kemudian kembali melangkah.Ada pagar putih yang menjadi pembatas antara halaman mansion dan perkebunan anggur yang terbentang luas di depan mata. Alyssa berdecak kagum dengan apa yang terjadi di depan matanya, tapi Alyssa sadar benar bahwa kekagumannya tidak bisa berlama-lama.Dia berbalik mendapati Bertha dan Diana yang berdiri tak jauh darinya, mengawasinya. Helaan nafas terdengar, dia tahu ini akan sulit. "Bertha saya mau ke kamar mandi. Dimana yang paling dekat? Kalau ke kamar terlalu jauh, saya bisa ngompol.""Mari Nona, ikut dengan saya," Bertha berjalan di depan menunjukkan arah pada Alyssa yang mengekorinya. Di belakang Alyssa ada Diana yang tak memberi jeda untuk setiap langkah yang diambil Alyssa.Bertha membawa Alyssa pada kamar mandi tamu yang terletak di lantai dasar. "Silahkan Nona.""Terima kasih, Bertha."Alyssa masuk ke kamar mandi dan menguncinya. Dia langsung mendekati ventilasi udara yang cukup tinggi untuk dipanjat, tapi posisi ventilasi udara tersebut tepat di bawah closet duduk. Alyssa melepas alas kakinya dan mulai naik ke atas closet.Ventilasi yang dikunci hanya dengan menggunakan spring knip itu memudahkan Alyssa untuk membukanya. Tidak terlalu lebar ukurannya, tapi badan Alyssa yang mungil itu sudah masuk setengahnya. Kepalanya menoleh ke kiri dan ke kanan yang tampak sepi, kemudian Alyssa menjatuhkan alas kakinya ke rumput. Kakinya yang berpijak pada closet tak sengaja menekan tombol flush sampai dia kaget sendiri.Sedikit kesusahan Alyssa membawa tubuhnya untuk benar-benar bisa keluar. Rasa tak peduli meski harus bagian kepala lebih dulu yang jatuh ke atas rumput di luar.Bruk!"Argh!" Alyssa mendarat dengan tidak sempurna, ingin menjerit karena tangannya tertimpa badannya sendiri tapi, tidak ada waktu.Lurus di depannya adalah ladang anggur. Di sisi ladang ada jalan yang menjadi akses keluar masuk mansion. Alyssa tidak akan melewati jalan itu tapi, dia mengambil jalan ke arah hutan yang berada di sisi ladang anggur tapi, tetap bisa melihat jalan sebagai patokannya keluar.Alas kakinya kembali dipakai. Alyssa berjalan menyusuri hutan, sesekali bersembunyi ketika jarak pepohonan terlalu renggang yang bisa saja membuat dirinya terlihat dari jalan utama.Ketika sebuah mobil terlihat dari kejauhan, buru-buru Alyssa menyembunyikan dirinya di antara pohon dan semak belukar. Merasa lega ketika mobil itu sudah lewat. Hanya saja Alyssa tidak tahu berapa panjang jalan yang harus ditempuhnya dengan berjalan kaki.Sementara itu Assa baru saja kembali dari kantornya. Mobil yang dilihat Alyssa adalah miliknya. Orang yang pertama kali menyambutnya adalah Helga. Mobil Assa langsung berhenti di mansion yang berada di belakang mansion lainnya."Alyssa bagaimana?" tanyanya sambil melepaskan ikatan dasi, lalu melemparnya sembarangan dan Helga memungut itu."Sedang berjalan-jalan dengan Bertha dan Diana."Assa masuk, lalu melepas jasnya dan kembali dilempar. Helga kembali memungutnya. Kebiasaan yang tak pernah berubah. Lengan kemejanya digulung. Saat hendak menuju kamarnya, Assa berhenti ketika melihat Bertha dan Diana berdiri di koridor yang menjadi penghubung menuju kamar mandi tamu."Sedang apa kalian berdiri di situ?""Nona berada di kamar mandi, Tuan," jawab Bertha.Kening Assa berkerut. "Sejak kapan?"Bertha dan Diana saling berpandangan karena menyadari bahwa Alyssa terlalu lama di kamar mandi. Keterdiaman kedua asisten rumah tangganya itu membuat Assa segera menghampiri pintu kamar mandi yang tertutup. Dia mengetuknya."Alyssa, kau di dalam?"Tidak ada jawaban dari sana. Hanya hening. "Argo!"Argo yang dipanggil langsung berlari mendengar titah tuannya. "Saya Tuan.""Tendang pintunya.""Kenapa harus ditendang?""Saya bilang tendang ya tendang. Saya takut Alyssa pingsan lagi.""Oh, begitu. Baiklah."Assa mundur memberi ruang pada Argo untuk menendang pintunya, tapi yang Argo lakukan justru tangannya mengeluarkan pistol dan menembak lubang kunci dengan senjatanya.Dor!Satu tembakan itu cukup membuat telinga pengang. Assa geram. "Itu namanya ditembak, bukan ditendang, Argo.”"Hemat tenaga," balas Argo santai, dia mendorong pintunya. "Silakan masuk Tuan Muda."dan betapa terperangahnya Assa ketika masuk tak mendapati Alyssa. "Sial! Dia kabur!"Assa menarik nafas, lalu menghembuskan perlahan berusaha untuk tenang menghadapi kaburnya Alyssa. Pria itu benar-benar tak habis pikir dengan Alyssa. “Dia belum jauh, Argo perintahkan semuanya untuk mencari Alyssa. Bagi menjadi dua tim, gunakan juga anjing pelacak.”“Baik Tuan Muda!” Argo bergegas melaksanakan perintah Assa. Dia keluar dari mansion dan menghampiri para penjaga. Mereka langsung rapi berdiri tegak siap menerima perintah dari Argo. “Kita bagi menjadi dua tim. Cari Alyssa di hutan dan juga perkebunan, bawa beberapa anjing pelacak. Pastikan Alyssa ditemukan sebelum malam.”“Siap!”Karena begitu sudah terlatih mereka langsung bisa membagi tim, menyebar sesuai dengan apa yang diperintahkan. Sementara Assa tengah duduk di ruang tamu sambil mengganti sepatunya. Argo geleng kepala melihat tingkah tuannya itu.“Di luar mereka sedang tergesa mencari Alyssa, tapi Anda masih santai begini?”Assa berdiri, melepas jasnya. “Kamu pikir akan nyaman masuk ke hutan dengan sepatu kerja. M
Alyssa menggeliat di atas tempat tidur, tapi sesuatu terasa membebani perutnya. Matanya melihat pada tangan kekar yang menjadi alasan berat di atas perutnya. Alyssa menyingkirkan tangan itu dengan kasar tapi, Assa kembali memeluknya. Lebih erat.“Lepaskan saya!”“Bukan kamu sendiri yang semalam minta dipeluk?”Mata Alyssa kian terbuka lebar. “Ahahaha! Itu tidak mungkin, saya tidak pernah meminta siapapun memeluk saya.”Assa melepaskan pelukannya, lalu bergerak untuk bisa duduk bersandar pada kepala ranjang. “Semalam kamu bermimpi, kamu menangis dan minta dipeluk.”Apa yang Assa katakan tidak bisa langsung dipercayai Alyssa, tapi pikirannya mengingat sesuatu. Semalam memang mimpi buruknya datang menghantuinya lagi setelah sekian lama tapi, apakah benar sampai menangis dan minta dipeluk. “Anda pasti mengarang cerita,” ujar Alyssa mengelak pernyataan Assa akan dirinya semalam.“Apa perlu aku tunjukkan rekaman kamera dari kamar ini?”Alyssa langsung duduk begitu mendengar ada kamera di
Alyssa merasa kondisinya jauh lebih. Perutnya juga sudah diisi penuh. Alyssa masih mengibarkan bendera perang baik pada Helga ataupun pada Bertha dan juga Diana. Sejak pagi Alyssa sangat menyusahkan ketiganya. Mulai dari makan yang katanya tidak mau, tapi akhirnya Alyssa meminta makanan yang tidak ada. Mau tidak mau Bertha dan Diana meminta chef di rumah untuk memasak ulang, tapi Alyssa ingin mereka bertiga yang memasak.Entah itu soal rasanya ataupun soal porsinya. Selain soal makanan Alyssa juga protes perihal air yang disiapkan Diana untuk mandi. “Saya ingin mandi susu dengan taburan kelopak bunga mawar dan harus berjumlah seratus tangkai.”Diana memberitahu hal itu pada Helga, dan tentu saja apa yang Alyssa mau dituruti, tapi ketika bak mandi sudah siap seperti yang diminta, Alyssa lagi-lagi protes karena katanya airnya terlalu dingin. Alyssa ingin mandi dengan air hangat.Tujuannya jelas ingin membuat mereka lelah dengan tingkahnya lalu dibebaskan tapi, tentu saja hal itu tidak a
Ada seorang wanita baik hati yang mau meminjamkan Alyssa ponsel sehingga gadis itu bisa menghubungi Jane dan meminta tolong pada mantan pacar ayahnya itu untuk dijemput. Jane bersedia menjemput Alyssa. Sekarang Alyssa duduk di dekat bangku taman. Dia bersembunyi di antara pohon-pohon sebab takut Assa bisa menemukannya.Alyssa menunggu dengan cemas kedatangan Jane. Di setiap kali ada mobil melintas dia akan buru-buru bersembunyi tapi, mobil yang melintas kali ini adalah mobil Jane sehingga Alyssa keluar dari persembunyiannya. Jane menghentikan mobilnya di tepi jalan dekat taman.“Astaga! Alyssa!” seru Jane begitu keluar dari mobil dan mendapati Alyssa yang kacau.“Aku akan jelaskan tapi, tolong sekarang kita pergi dulu.”“Baiklah,” ujar Jane dan segera kembali masuk ke mobil. Jane benar-benar terlihat khawatir dengan kondisi Alyssa. “Apa kau sudah makan?”“Belum.”Satu-satu yang sekarang Jane pikirkan adalah memberi Alyssa makan. Mobilnya melaju cepat mencari restoran cepat saji yang m
Assa duduk tenang di kursinya melihat pada rekaman kamera pengawas yang ada di beberapa jalan dan juga toko-toko. Setelah semalaman baru diketahui kini keberadaan Alyssa. Pria itu memerintahkan Sam dan Wolf untuk mengawasi Alyssa dari kejauhan. Dua orang itu melaporkan tentang dengan siapa Alyssa tinggal.Assa sedikit tenang begitu mendengar informasi tentang Dastan, Pria pemilik toko kelontong itu yatim piatu sejak kecil, dibesarkan oleh neneknya dan mengurus toko warisan orang tuanya. Tidak ada catatan kriminal tentang Dastan, hal itu yang membuat Assa tenang. Jadi untuk satu atau dua hari dia akan membiarkan Alyssa bebas dahulu.Fokus Assa sekarang adalah menyelidiki Jane dan juga tiga penagih hutang itu. Argo menemani Assa, juga memberitahu beberapa hal terkait orang yang tengah Assa selidiki. Seperti yang sudah-sudah mereka tidak akan melepaskan lawan dengan begitu mudah.“Jadi Jane adalah mantan kekasih Samuel yang sengaja dipacari untuk mencari informasi tentang kebakaran gudan
Semula Alyssa berpikir tentang Assa yang akan langsung membawanya kembali, tapi ini sudah beberapa hari sejak Alyssa melihat Sam dan Wolf ada di depan toko Dastan, tapi Assa tak kunjung menampakkan diri untuk membawanya pulang. Bahkan sudah dua hari ini Sam dan Wolf tidak terlihat di depan toko. Terhitung sudah enam hari Alyssa menetap di tempat Dastan. Alyssa juga sudah kenal dengan Elizabeth, wanita yang Dastan sebut nenek. Alyssa cepat akrab dengan Elizabeth yang hari ini sengaja datang ke tempat Dastan dengan membawa makanan yang dibuat khusus untuk Alyssa. Wanita tua itu sangat senang mengetahui ada seorang gadis yang tinggal bersama cucunya. “Rasanya senang ada cucu perempuan di rumah karena bisa diajak memasak atau menyulam. Tidak seperti Dastan yang selalu sibuk dengan dunianya,” ujar Elizabeth saat memasak bersama Alyssa di dapur. Sedangkan Dastan ada di depan menjaga toko. “Bukankah nenek mempunyai Mia sebagai cucu perempuan?” Alyssa menimpali ucapan Elizabeth sembari me
Meski dirasa tak tentu jalan hidupnya kini, Alyssa berusaha mencerna jalan takdir hidupnya. Setelah kejadian siang di toko Dastan ada rasa takut yang membuat Alyssa lebih berhati-hati dalam bertindak. Namun dia tetap menuntut sebuah penjelasan dari Assa.Alyssa duduk di hadapan Assa, di ruang kerja pria itu setelah menerobos masuk. “Saya ingin bicara.”“Silakan.”“Setelah melewati hari yang mengenaskan, saya rasa Anda pasti tahu sesuatu tentang mereka dan juga Jane. Tolong beritahu saya agar saya punya alasan untuk tetap tinggal di sini dan tidak berusaha kabur lagi.”Sejenak Assa berpikir. Tajam matanya memperhatikan detail ekspresi Alyssa. Wajah gadis itu terlihat lembut auranya tapi, sorot matanya menuntut sebuah ketegasan, dan Assa hampir tidak pernah menemukan pancaran aura sebagus Alyssa.“Bagian mana dulu yang ingin kau tahu?”Sejak kabur dari rumah Jane, wanita itulah yang paling membuat Alyssa penasaran. “Jane, kenapa d
Hal pertama yang Alyssa rasakan ketika membuka matanya adalah hembus nafas Assa yang tidur mendekapnya. Alyssa tidak langsung beranjak atau menjauh dari Assa. Dia sedikit memiringkan posisi tidurnya guna bisa melihat rupa Assa lebih dekat dan jelas. Ada keinginan untuk membelai wajah itu namun Alyssa mengurungkan niatnya ketika mata Assa terbuka.“Apa kau sedang mengagumiku?”“Tidak,” jawab Alyssa cepat.Assa tersenyum, tentu saja tidak percaya. Tangannya menarik pinggang Alyssa mendekat. “Mengaku saja, Alyssa.”“Aku baru saja bangun saat kau bangun,” balas Alyssa sembari tangannya berusaha menyingkirkan lengan Assa dari pinggangnya.Tapi Assa kian menarik mendekat bahkan tanpa ragu mencium bibir Alyssa. Memberikan tekanan manis di atas bibir mungil itu. “Itu hukuman untuk rubah kecil yang nakal.”Mata Alyssa mengerjap lucu, syok bercampur kesal menjadi satu seketika. Assa yang menyadari Alyssa masih terbengong itu menjentikkan j