Assa Zachary Welsh adalah seorang pewaris tunggal Welsh Company yang sudah sangat lama menginginkan seorang Alyssa. Gadis yang selalu memenuhi mimpi-mimpinya. Tepat di depan matanya kini Alyssa berbaring dengan tenang setelah dokter datang dan merawatnya lagi.
“Helga! bisakah kau menggantikan pakaiannya dengan pakaian tidur agar dia bisa beristirahat dengan nyenyak?"Helga menghela lelah nafasnya. Sejak kedatangan Alyssa, tuan mudanya itu belum juga pergi ke perusahaan untuk bekerja. Ketika Alyssa pingsan di depan mansions Assa langsung memerintahkan pengawalnya membawa Alyssa ke rumah yang ada di belakang mansion dan meminta dokter keluarganya untuk datang tanpa tetapi.“Baiklah tapi, setelah ini Anda harus berjanji untuk pergi ke kantor, Tuan Muda.”“Bukankah ada ayah di sana? Lalu untuk apa aku datang?”Assa tidak bisa dibujuk seperti anak kecil yang jika diiming-imingi permen maka, akan langsung menurut. Helga sudah kehabisan alasan untuk disampaikan pada tuan besarnya perihal putra semata wayangnya yang enggan melangkahkan kakinya untuk ke kantor.“Hari ini Anda pertemuan dengan Mark and Moo Enterprises, Tuan Muda. Jika Anda tidak datang maka, perjanjian dengan mereka akan otomatis batal dan perusahaan akan merugi lebih dari lima ratus pounds, dan saya tidak ingin disalahkan untuk hal ini.”Ucapan Helga berhasil membuat Assa terkekeh. Wanita itu sejak kecil tak pernah bosan merecoki hidupnya. “Helga, kau bukan sekretarisku, jadi tidak perlu ikut campur urusan pekerjaan. Tugasmu adalah di rumah.”Helga melirik pada seseorang yang berdiri di ambang pintu, Argo sekretaris seorang Assa yang datang ke rumah hanya agar bisa membawa tuannya itu ke kantor, tapi gagal karena Assa lebih betah memandangi lelapnya Alyssa di tempat tidur, maka berakhirlah Argo dengan memohon pada Helga untuk membujuk Assa.Argo yang di ambang pintu merapatkan kedua telapak tangannya di atas dada sebagai tanda memohon pada Helga agar Assa mau pergi ke kantor. Argo yang lebih muda dari Assa itu sering kali kalah berdebat dengan tuannya.Lagi-lagi Helga dibuat menghela nafas lelah. “Baik kalau begitu, saya akan kembali ke kediaman tuan besar dan tidak akan mengurus Anda ataupun Alyssa lagi. Selamanya!”Ancam Helga berhasil membuat Assa berdiri. “Hah! Kau seperti ibu, pandai mengancam. Baiklah aku akan pergi, tapi rawat Alyssa baik-baik. Dia harus tetap ada di sini.”Helga tersenyum menang, “Tentu. Dengan senang hati, Tuan Muda. Sekarang silahkan ikut Argo dan pergilah ke kantor.”Jelas saja Assa langsung berpaling menatap Argo yang tersenyum canggung padanya. Assa menggerutu. “Kalian berdua benar-benar bersekongkol untuk menjatuhkan ku.”“Kalau saya berusaha menjatuhkan Tuan Muda, mungkin sudah sejak lama saya dorong Anda dari balkon rumah Anda yang megah ini,” komentar Argo menanggapi ucapan Assa.“Sudahlah, ayo pergi.”Ketukan-ketukan sepatu Assa nyaring terdengar mengisi ruangan. Argo berjalan di sisi membuka gadget berisi daftar kegiatan Assa. “Sebelum rapat dengan Mark and Moo lebih dulu Anda ada kunjungan ke yayasan tuan muda,”“Hmmm,” balas Assa malas.“Rapat akan dimulai setelah makan siang, dan dijadwalkan selesai pukul tiga sore. Setelahnya Anda harus menghadiri Gala Dinner dan menerima penghargaan dari Genius Youth.”Assa berhenti melangkah dan berbalik memandang Argo dengan sengit. “Kau sama saja tidak bisa diajak bekerja sama,” lalu kembali berjalan.“Maaf Tuan tapi, saya sudah bekerja sama dengan Anda ketika saya berusia lima tahun.”“Ah! Iya benar, kau bocah yang lima tahun lebih muda dariku tapi, kau juga lebih banyak mengatur hidupku seperti Helga.”Argo hanya mendengarkan ocehan Assa sambil terus berjalan. Sedangkan hitam sudah menunggu mereka. Assa masuk dan duduk di belakang, sementara Argo di depan bersama sopir pribadi Assa, Jeff.“Jeff, jangan dengarkan apa pun yang diucapkan oleh Argo,” ucap Assa begitu duduk nyaman di belakang.“Saya mungkin tidak mendengarkan ucapan Argo tapi, saya mendengarkan ucapan tuan besar,” balas Jeff yang membuat Argo terkekeh dan tentu Assa menggeram kesal karena Jack tidak membelanya.***Welsh Company sebuah korporasi layanan keamanan swasta itu mempunyai dua gedung yang menjulang tinggi. Assa bukanlah seorang anak yang bersembunyi di balik kekayaan orang tuanya. Apa yang diwariskan padanya memang sangat pantas untuk Assa yang juga seorang lulusan militer. Assa piawai memainkan senjata, membahas taktik dan juga mahir berkelahi.Hanya saja rupanya menipu. Wajah Assa terlalu terlihat muda untuk pria berusia tiga puluh dua tahun tapi, kharismanya sebagai seorang pemimpin jelas tidak terelakkan. Assa terlalu memesona dalam setiap langkahnya. Tak sedikit wanita langsung jatuh hati padanya.Bahkan ketika kakinya menapaki lobi gedung banyak sorot mata langsung tertuju padanya. Assa melirik Argo. “Bukankah sudah aku peringatkan untuk menusuk mata mereka yang masih menatapku seperti itu?”Argo tersenyum kecil. “Jika semua mata yang ada di sini ditusuk maka, siapa yang bekerja untuk Welsh, Tuan Muda?”“Sialan.”“Kita langsung ke ruang rapat, semua sudah menunggu.”“Hmmm,”Ruang rapat berada di lantai lima. Begitu sampai di depan lift, Argo dengan cekatan langsung menekan angka tersebut, dan masuk begitu lift terbuka. Assa sedikit mengambil jarak dari Argo.“Kenapa?” tanya Argo kesal.“Kau tahu sendiri bukan bahwa di luar sana ada banyak isu yang mengatakan kalau kita berkencan. Aku tidak mau itu merusak image-ku.”“Kalaupun aku harus berkencan dengan lelaki, tentu itu bukan Anda, Tuan Muda.”“Ya, sebaiknya memang jangan aku.”Mereka sampai di lantai lima, melangkah menuju ruang rapat. Dua pengawal di depan pintu membukakan pintu untuk Assa dan Argo. Semua sudah duduk menunggu kedatangan mereka. Assa langsung mengambil tempat tapi, suara retakan kaca mengalihkan perhatian.Argo yang menyadari ada sebuah peluru menembus kaca gedung itu langsung mendorong kursi Assa agar tak mengenai tuan mudanya itu. Keduanya terjatuh di lantai dengan suara yang nyaring. Gerakan refleks Argo itu menghasilkan sebuah tenaga yang kuat hingga keduanya membentur dinding dengan keras.Prang!Peluru itu mengenai vas di atas meja dekat di dinding. Semua mata menatap kaget dengan kejadian secepat kilat itu. Kedua pengawal di luar langsung masuk begitu mendengar kegaduhan dari dalam. Keduanya dengan sigap membantu Assa dan Argo berdiri.Assa berdiri, tajam matanya menatap keluar jendela. Ada gedung lainnya di sana. “Sam, cari tahu siapa yang berusaha membunuh saya hari ini!” perintahnya pada Sam salah satu pengawalnya.“Baik Tuan Muda!”Argo memungut peluru yang jatuh di lantai bersama pecahan keramik dari vas bunga. “SS two, V seven Subsonic.”Assa mendekati Argo, dia mengulurkan tangannya agar Argo memberikan peluru itu padanya. Argo meletakan itu di telapak tangan Assa sambil berdiri. Lalu kedua mata mereka menatap pada yang menghadiri rapat hari ini.Berjalan ke meja rapat Assa berkata pada semua yang datang hari ini. “Terima kasih untuk sambutannya. Ini membuat saya harus mengeluarkan uang lagi untuk mengganti kaca gedung dengan kaca anti peluru,” mata Assa lalu tajam memandang pada pemilik Mark and Moo. “Rapat kita lanjutkan.”Salah satu dari mereka berkata. “Apa tidak sebaiknya ditunda dulu dan menyelidiki siapa yang melakukan hal itu pada Anda?”“Tidak perlu, ada Sam dan juga Wolf yang akan melakukan itu untukku. Tugasku adalah menyelesaikan pekerjaan hari ini.”Assa kemudian memberikan peluru itu pada Sam. Wolf melakukan tugasnya menggunakan teropong mengamati gedung yang jaraknya satu kilo meter di seberang sana. Itu adalah gedung yang belum selesai dibangun. Di sana hanya terlihat senjata yang digunakan untuk menembak Assa tanpa ada tuannya.Seseorang dalam rapat meremas tangannya sendiri karena kesal. Seseorang yang sejak tadi tak lepas dari mata seorang Argo.Daun-daun bergoyang saling bergesekan begitu angin menyapa mereka. Sesekali ranting yang sudah terlalu panjang itu mengetuk-ngetuk kaca. Mengusik lelapnya Alyssa. Kembali terbangun dalam keadaan yang jauh lebih. Tidak lagi merasakan denyutan hebat seperti semula di kepalanya.Alyssa menggerakkan kepalanya ke kiri melihat pada ranting yang mengetuk-ngetuk kaca jendelanya. “Apa kau ingin masuk? Sebaiknya jangan, jika kau masuk sepertinya tidak akan bisa keluar.”Alyssa frustasi hingga mengajak ranting pohon bicara. Pelan-pelan dia bergerak bangun, bersandar pada kepala ranjang lalu melihat tangannya yang kembali ditusuk jarum guna menyalurkan cairan ke tubuhnya.Dua pelayan masuk dengan mendorong troli makanan. Membawanya mendekat pada Alyssa. “Kalian siapa?”Salah satu dari mereka menjawab. “Kami pelayan Anda, Nona.”“Maksudku, nama kalian siapa?”“Saya Bertha, dan dia adalah Diana. Kami ditugaskan untuk menjaga dan merawat Nona.”“Termasuk mengganti pakaianku ini?” tanya Alyssa lagi s
Assa menarik nafas, lalu menghembuskan perlahan berusaha untuk tenang menghadapi kaburnya Alyssa. Pria itu benar-benar tak habis pikir dengan Alyssa. “Dia belum jauh, Argo perintahkan semuanya untuk mencari Alyssa. Bagi menjadi dua tim, gunakan juga anjing pelacak.”“Baik Tuan Muda!” Argo bergegas melaksanakan perintah Assa. Dia keluar dari mansion dan menghampiri para penjaga. Mereka langsung rapi berdiri tegak siap menerima perintah dari Argo. “Kita bagi menjadi dua tim. Cari Alyssa di hutan dan juga perkebunan, bawa beberapa anjing pelacak. Pastikan Alyssa ditemukan sebelum malam.”“Siap!”Karena begitu sudah terlatih mereka langsung bisa membagi tim, menyebar sesuai dengan apa yang diperintahkan. Sementara Assa tengah duduk di ruang tamu sambil mengganti sepatunya. Argo geleng kepala melihat tingkah tuannya itu.“Di luar mereka sedang tergesa mencari Alyssa, tapi Anda masih santai begini?”Assa berdiri, melepas jasnya. “Kamu pikir akan nyaman masuk ke hutan dengan sepatu kerja. M
Alyssa menggeliat di atas tempat tidur, tapi sesuatu terasa membebani perutnya. Matanya melihat pada tangan kekar yang menjadi alasan berat di atas perutnya. Alyssa menyingkirkan tangan itu dengan kasar tapi, Assa kembali memeluknya. Lebih erat.“Lepaskan saya!”“Bukan kamu sendiri yang semalam minta dipeluk?”Mata Alyssa kian terbuka lebar. “Ahahaha! Itu tidak mungkin, saya tidak pernah meminta siapapun memeluk saya.”Assa melepaskan pelukannya, lalu bergerak untuk bisa duduk bersandar pada kepala ranjang. “Semalam kamu bermimpi, kamu menangis dan minta dipeluk.”Apa yang Assa katakan tidak bisa langsung dipercayai Alyssa, tapi pikirannya mengingat sesuatu. Semalam memang mimpi buruknya datang menghantuinya lagi setelah sekian lama tapi, apakah benar sampai menangis dan minta dipeluk. “Anda pasti mengarang cerita,” ujar Alyssa mengelak pernyataan Assa akan dirinya semalam.“Apa perlu aku tunjukkan rekaman kamera dari kamar ini?”Alyssa langsung duduk begitu mendengar ada kamera di
Alyssa merasa kondisinya jauh lebih. Perutnya juga sudah diisi penuh. Alyssa masih mengibarkan bendera perang baik pada Helga ataupun pada Bertha dan juga Diana. Sejak pagi Alyssa sangat menyusahkan ketiganya. Mulai dari makan yang katanya tidak mau, tapi akhirnya Alyssa meminta makanan yang tidak ada. Mau tidak mau Bertha dan Diana meminta chef di rumah untuk memasak ulang, tapi Alyssa ingin mereka bertiga yang memasak.Entah itu soal rasanya ataupun soal porsinya. Selain soal makanan Alyssa juga protes perihal air yang disiapkan Diana untuk mandi. “Saya ingin mandi susu dengan taburan kelopak bunga mawar dan harus berjumlah seratus tangkai.”Diana memberitahu hal itu pada Helga, dan tentu saja apa yang Alyssa mau dituruti, tapi ketika bak mandi sudah siap seperti yang diminta, Alyssa lagi-lagi protes karena katanya airnya terlalu dingin. Alyssa ingin mandi dengan air hangat.Tujuannya jelas ingin membuat mereka lelah dengan tingkahnya lalu dibebaskan tapi, tentu saja hal itu tidak a
Ada seorang wanita baik hati yang mau meminjamkan Alyssa ponsel sehingga gadis itu bisa menghubungi Jane dan meminta tolong pada mantan pacar ayahnya itu untuk dijemput. Jane bersedia menjemput Alyssa. Sekarang Alyssa duduk di dekat bangku taman. Dia bersembunyi di antara pohon-pohon sebab takut Assa bisa menemukannya.Alyssa menunggu dengan cemas kedatangan Jane. Di setiap kali ada mobil melintas dia akan buru-buru bersembunyi tapi, mobil yang melintas kali ini adalah mobil Jane sehingga Alyssa keluar dari persembunyiannya. Jane menghentikan mobilnya di tepi jalan dekat taman.“Astaga! Alyssa!” seru Jane begitu keluar dari mobil dan mendapati Alyssa yang kacau.“Aku akan jelaskan tapi, tolong sekarang kita pergi dulu.”“Baiklah,” ujar Jane dan segera kembali masuk ke mobil. Jane benar-benar terlihat khawatir dengan kondisi Alyssa. “Apa kau sudah makan?”“Belum.”Satu-satu yang sekarang Jane pikirkan adalah memberi Alyssa makan. Mobilnya melaju cepat mencari restoran cepat saji yang m
Assa duduk tenang di kursinya melihat pada rekaman kamera pengawas yang ada di beberapa jalan dan juga toko-toko. Setelah semalaman baru diketahui kini keberadaan Alyssa. Pria itu memerintahkan Sam dan Wolf untuk mengawasi Alyssa dari kejauhan. Dua orang itu melaporkan tentang dengan siapa Alyssa tinggal.Assa sedikit tenang begitu mendengar informasi tentang Dastan, Pria pemilik toko kelontong itu yatim piatu sejak kecil, dibesarkan oleh neneknya dan mengurus toko warisan orang tuanya. Tidak ada catatan kriminal tentang Dastan, hal itu yang membuat Assa tenang. Jadi untuk satu atau dua hari dia akan membiarkan Alyssa bebas dahulu.Fokus Assa sekarang adalah menyelidiki Jane dan juga tiga penagih hutang itu. Argo menemani Assa, juga memberitahu beberapa hal terkait orang yang tengah Assa selidiki. Seperti yang sudah-sudah mereka tidak akan melepaskan lawan dengan begitu mudah.“Jadi Jane adalah mantan kekasih Samuel yang sengaja dipacari untuk mencari informasi tentang kebakaran gudan
Semula Alyssa berpikir tentang Assa yang akan langsung membawanya kembali, tapi ini sudah beberapa hari sejak Alyssa melihat Sam dan Wolf ada di depan toko Dastan, tapi Assa tak kunjung menampakkan diri untuk membawanya pulang. Bahkan sudah dua hari ini Sam dan Wolf tidak terlihat di depan toko. Terhitung sudah enam hari Alyssa menetap di tempat Dastan. Alyssa juga sudah kenal dengan Elizabeth, wanita yang Dastan sebut nenek. Alyssa cepat akrab dengan Elizabeth yang hari ini sengaja datang ke tempat Dastan dengan membawa makanan yang dibuat khusus untuk Alyssa. Wanita tua itu sangat senang mengetahui ada seorang gadis yang tinggal bersama cucunya. “Rasanya senang ada cucu perempuan di rumah karena bisa diajak memasak atau menyulam. Tidak seperti Dastan yang selalu sibuk dengan dunianya,” ujar Elizabeth saat memasak bersama Alyssa di dapur. Sedangkan Dastan ada di depan menjaga toko. “Bukankah nenek mempunyai Mia sebagai cucu perempuan?” Alyssa menimpali ucapan Elizabeth sembari me
Meski dirasa tak tentu jalan hidupnya kini, Alyssa berusaha mencerna jalan takdir hidupnya. Setelah kejadian siang di toko Dastan ada rasa takut yang membuat Alyssa lebih berhati-hati dalam bertindak. Namun dia tetap menuntut sebuah penjelasan dari Assa.Alyssa duduk di hadapan Assa, di ruang kerja pria itu setelah menerobos masuk. “Saya ingin bicara.”“Silakan.”“Setelah melewati hari yang mengenaskan, saya rasa Anda pasti tahu sesuatu tentang mereka dan juga Jane. Tolong beritahu saya agar saya punya alasan untuk tetap tinggal di sini dan tidak berusaha kabur lagi.”Sejenak Assa berpikir. Tajam matanya memperhatikan detail ekspresi Alyssa. Wajah gadis itu terlihat lembut auranya tapi, sorot matanya menuntut sebuah ketegasan, dan Assa hampir tidak pernah menemukan pancaran aura sebagus Alyssa.“Bagian mana dulu yang ingin kau tahu?”Sejak kabur dari rumah Jane, wanita itulah yang paling membuat Alyssa penasaran. “Jane, kenapa d