Suara Assa terdengar seperti sebuah rayuan manis dari penyair yang membaca setiap untaian kata-kata cinta yang melenakan hati pendengarnya. Rupa parasnya seperti lukisan nyata yang dicipta seniman paling handal di muka bumi. Senyum tipisnya serupa Oase di tengah gurun.
Alyssa terpana untuk sesaat, tapi seluruh kewarasannya kembali membawa Alyssa berpijak pada kenyataan bahwa tujuannya menemui Assa adalah untuk membereskan hutang-hutang ayahnya.“Se-selamat pagi Tuan,” balas Alyssa dengan terbata-bata.Assa tersenyum tipis melihat kegugupan Alyssa. “Duduklah, kita bicarakan apa yang ingin kau sampaikan sambil sarapan.”Alyssa setuju, dan Helga segera menarik kursi untuk Alyssa duduk berhadapan dengan Assa. Setelahnya Helga menepuk tangannya, lalu beberapa pelayan datang membawakan sarapan untuk mereka. Lagi-lagi Alyssa dibuat takjub dengan tempat yang sekarang diinjaknya.Aneka makanan untuk sarapan tersaji. Alyssa disuguhi wafel dengan taburan gula halus, madu dan juga potongan strawberry. Meski perutnya terasa lapar, tapi Alyssa tampak tidak begitu berselera. Dalam pikirannya dia ingin segera menyelesaikan semuanya segera.“Dari semalam saya memikirkan semua kejanggalan di sini. Sambutan terhadap saya terlalu berlebihan. Apakah Anda sudah mengetahui bahwa saya akan datang ke tempat ini?”Assa mengangguk. “Benar.”“Baik kalau begitu saya tidak perlu menjelaskan panjang lebar tujuan saya datang ke sini. Hanya saja kenapa ayah meminta saya untuk datang menemui Anda dalam urusan hutangnya?”“Karena saya atasannya.”“Dan Anda setuju melunasi hutang ayah begitu saja? Saya tidak yakin.”Pertanyaan itu kini mengubah raut wajah Assa yang ramah menjadi misterius. Senyum yang tercipta adalah senyum yang berhasil membuat Alyssa ngeri menatapnya. Assa duduk tegak menatap Alyssa dengan sorot mata tajam. Biru bola matanya seperti lautan yang tenang, tapi sangat dalam dan mampu menenggelamkan siapapun tanpa bisa kembali ke permukaan.“Seperti yang kamu tahu bahwa tidak ada yang gratis di dunia ini.”“Ma-maksud Anda?”“Kamu tentu tahu bahwa ayahmu itu gemar sekali bermain judi. Dia kalah saat melawan musuhnya. Lalu dia datang meminta bantuan saya, tapi dia tidak mempunyai apa-apa sebagai jaminannya, jadi saya tidak melunasi hutang-hutangnya dengan segera. Itu sebabnya para penagih hutang itu datang ke rumahmu.”Alyssa mendengarkan dengan baik, menunggu Assa melanjutkan kalimatnya, tapi pria itu justru makan dengan tenangnya. Alyssa menghela nafas, dia kembali mengajukan pertanyaan.“Anda tahu siapa para penagih hutang itu?”“Tentu saja. Mereka adalah orang suruhan saingan bisnisku. Kemarin siang ayahmu menghubungiku dan menjadikan dirimu sebagai jaminannya, tapi dia sadar kau tidak akan mau jika langsung berterus terang. Itulah sebabnya dia menulis surat yang mengarahkanmu datang ke tempat ini, Alyssa.”Sekarang semuanya jadi masuk akal. “Jika saya adalah jaminan, lalu apa yang akan Anda lakukan terhadap saya?”“Mengurungmu di tempat ini sampai ayahmu kembali.”Alyssa teringat semalam dia melihat ayahnya. “Ke mana ayah saya pergi?”“Itu rahasia.”“Saya anaknya. Apa tidak boleh tahu?”“Sejak kapan kau menjadi anaknya, Alyssa?”Pertanyaan Assa membuat Alyssa termenung kembali pada kisah yang lalu. Samuel Moore tak pernah menganggapnya seorang anak. Pertanyaan Assa membuat ulu hatinya terasa perih.“Tapi dia tetap ayah saya.”“Tidak ada seorang ayah yang menjadikan anaknya sebuah jaminan."Lagi-lagi Assa menghantam dengan kenyataan tentang ayahnya. “Tapi Anda tidak bisa menahan saya di sini tanpa persetujuan dari saya.”“Saya tidak perlu persetujuan kamu.”“Saya tidak akan tinggal di sini!” Alyssa membanting garpu di tangannya, lalu mendorong kursi dan berdiri. “Anda tidak bisa mengatur hidup seseorang hanya karena sebuah hutang.”Assa hanya tersenyum, kembali makan dengan tenang dan membiarkan Alyssa berlalu. Gadis itu melepas alas kakinya, berjalan menuju kamar yang semalam ditempatinya untuk mengambil tasnya. Tidak akan berlama-lama dia berada di tempat asing itu. Walaupun menyuguhkan kemewahan tapi, Alyssa tidak merasa nyaman.“Sialan! Aku bukan boneka yang bisa dimanfaatkan oleh orang-orang tak bertanggung jawab, ataupun oleh ayahku sendiri.”Alyssa menggerutu masuk ke kamar dan segera mengganti pakaiannya. Begitu selesai Alyssa keluar dari kamar. Ranselnya kembali tersampir di punggung. Saat melewati meja makan, Alyssa melihat Assa yang masih duduk tenang menghabiskan sarapannya. Tak ada yang melarang Alyssa keluar dari mansions itu.Sampai di keluar dan berjalan menuju gerbang yang terasa sangat jauh, semua pengawal yang dilewatinya hanya diam membiarkan Alyssa melangkah. Hanya saja tiba-tiba Alyssa merasa dirinya sangat pusing. Perutnya terasa sakit, rasa mual menjalar seiring dengan kepalanya yang berdenyut hebat dan semua gelap. Alyssa ambruk begitu saja tanpa sempat ada yang menahannya.***Sayup-sayup alunan Greensleeves menyapa pendengaran Alyssa. Di tengah-tengah kepalanya yang terasa berat suara piano itu mendamaikan hatinya. Pandangannya sedikit mengabur, belum sempurna benar sadarnya. sejenak Alyssa terdiam, menyelami setiap simfoni yang masih mengalun.Alyssa mengumpulkan kesadaran. Matanya memindai ke sisi, lalu sedikit beranjak dari tidurnya melihat ke segala ruang. Kamar yang terlampau luas untuk bisa dijelajahi. Sadar kini Alyssa bahwa tangannya ditusuk jarum infus. Dalam satu tarikan nafas jarum itu ditarik lepas dari tangannya.kakinya dibawa turun menapaki karpet hangat di bawah tempat tidur. Kaki telanjangnya terasa hangat begitu menyentuh karpet serupa darah yang mengering itu. Jelas ini adalah kamar yang berbeda. Suara piano menuntun Alyssa keluar dari kamar mencari dari mana alunan nada indah itu berasal.Kepala Alyssa kembali berdenyut, nyaris limbung dirinya. Alyssa berpegangan pada anak tangga. Satu persatu dituruninya. Setiap anak tangga dilapisi karpet yang bagian tepi kiri dan kanannya disulam benang emas. Semakin Alyssa turun, semakin jelas suara piano terdengar di telinga.Di sana, di tengah ruangan Assa duduk bermain piano seperti seorang yang bersahabat dengan pianonya. Dilihat dari sisi, mata Alyssa menangkap kesempurnaan rupa Assa. hidungnya tajam melekuk tanpa cela. Tubuh dalam balutan jas itu piawai mengikuti setiap alunan lagu yang dibawakannya.Alyssa mendekat, berdiri di sisi piano. “Saya di mana?”Pertanyaan Alyssa menghentikan permainan Assa. Pria itu menatap Alyssa tenang. “Kau seharusnya tetap di tempat tidur.”“Saya terbangun karena permainan pianomu yang buruk.”Assa tersenyum. “Benarkah? Padahal gadis-gadis begitu memuja permainan pianoku.”“Saya tidak.”“Ya benar. Alyssa tidak,” Assa berdiri menyejajarkan posisinya dengan Alyssa walaupun tetap Assa jauh lebih tinggi. “Alyssa yang manis ini tengah marah rupanya.”“Tolong lepaskan saya.”“Tidak dengan kondisi yang sekarang.”Sial! Alyssa merasakan kembali denyutan hebat di kepalanya. Tubuhnya sedikit terhuyung tapi, tangan kekar Assa meraih pinggangnya lebih cepat. Menahan Alyssa agar tidak terjatuh menyentuh lantai marmer berharga ratusan juta itu.“Lepaskan saya,” pinta Alyssa lemah. “Saya mohon.”Assa lebih memilih membopong Alyssa dengan tangan-tangan kekarnya. Tak peduli pada pukulan lemah yang Alyssa layangkan pada dadanya. “Diamlah! Alyssa, kalau tidak kau bisa jatuh.”Tenaga Alyssa tak sebanding, meski ingin memberontak kuat, tapi kondisinya jelas tidak mendukung. Alyssa berpasrah ketika Assa membawanya kembali ke kamar. Meletakkannya dengan hati-hati ke tempat tidur.“Saya ingin pulang,” lirihnya lagi.“Di sini rumahmu, Alyssa,” balas Assa sebelum menjauhkan diri dari Alyssa. Pria itu merogoh ponselnya menghubungi seseorang.Alyssa tersadar dirinya kini sudah terjebak.Assa Zachary Welsh adalah seorang pewaris tunggal Welsh Company yang sudah sangat lama menginginkan seorang Alyssa. Gadis yang selalu memenuhi mimpi-mimpinya. Tepat di depan matanya kini Alyssa berbaring dengan tenang setelah dokter datang dan merawatnya lagi.“Helga! bisakah kau menggantikan pakaiannya dengan pakaian tidur agar dia bisa beristirahat dengan nyenyak?"Helga menghela lelah nafasnya. Sejak kedatangan Alyssa, tuan mudanya itu belum juga pergi ke perusahaan untuk bekerja. Ketika Alyssa pingsan di depan mansions Assa langsung memerintahkan pengawalnya membawa Alyssa ke rumah yang ada di belakang mansion dan meminta dokter keluarganya untuk datang tanpa tetapi. “Baiklah tapi, setelah ini Anda harus berjanji untuk pergi ke kantor, Tuan Muda.”“Bukankah ada ayah di sana? Lalu untuk apa aku datang?”Assa tidak bisa dibujuk seperti anak kecil yang jika diiming-imingi permen maka, akan langsung menurut. Helga sudah kehabisan alasan untuk disampaikan pada tuan besarnya perihal pu
Daun-daun bergoyang saling bergesekan begitu angin menyapa mereka. Sesekali ranting yang sudah terlalu panjang itu mengetuk-ngetuk kaca. Mengusik lelapnya Alyssa. Kembali terbangun dalam keadaan yang jauh lebih. Tidak lagi merasakan denyutan hebat seperti semula di kepalanya.Alyssa menggerakkan kepalanya ke kiri melihat pada ranting yang mengetuk-ngetuk kaca jendelanya. “Apa kau ingin masuk? Sebaiknya jangan, jika kau masuk sepertinya tidak akan bisa keluar.”Alyssa frustasi hingga mengajak ranting pohon bicara. Pelan-pelan dia bergerak bangun, bersandar pada kepala ranjang lalu melihat tangannya yang kembali ditusuk jarum guna menyalurkan cairan ke tubuhnya.Dua pelayan masuk dengan mendorong troli makanan. Membawanya mendekat pada Alyssa. “Kalian siapa?”Salah satu dari mereka menjawab. “Kami pelayan Anda, Nona.”“Maksudku, nama kalian siapa?”“Saya Bertha, dan dia adalah Diana. Kami ditugaskan untuk menjaga dan merawat Nona.”“Termasuk mengganti pakaianku ini?” tanya Alyssa lagi s
Assa menarik nafas, lalu menghembuskan perlahan berusaha untuk tenang menghadapi kaburnya Alyssa. Pria itu benar-benar tak habis pikir dengan Alyssa. “Dia belum jauh, Argo perintahkan semuanya untuk mencari Alyssa. Bagi menjadi dua tim, gunakan juga anjing pelacak.”“Baik Tuan Muda!” Argo bergegas melaksanakan perintah Assa. Dia keluar dari mansion dan menghampiri para penjaga. Mereka langsung rapi berdiri tegak siap menerima perintah dari Argo. “Kita bagi menjadi dua tim. Cari Alyssa di hutan dan juga perkebunan, bawa beberapa anjing pelacak. Pastikan Alyssa ditemukan sebelum malam.”“Siap!”Karena begitu sudah terlatih mereka langsung bisa membagi tim, menyebar sesuai dengan apa yang diperintahkan. Sementara Assa tengah duduk di ruang tamu sambil mengganti sepatunya. Argo geleng kepala melihat tingkah tuannya itu.“Di luar mereka sedang tergesa mencari Alyssa, tapi Anda masih santai begini?”Assa berdiri, melepas jasnya. “Kamu pikir akan nyaman masuk ke hutan dengan sepatu kerja. M
Alyssa menggeliat di atas tempat tidur, tapi sesuatu terasa membebani perutnya. Matanya melihat pada tangan kekar yang menjadi alasan berat di atas perutnya. Alyssa menyingkirkan tangan itu dengan kasar tapi, Assa kembali memeluknya. Lebih erat.“Lepaskan saya!”“Bukan kamu sendiri yang semalam minta dipeluk?”Mata Alyssa kian terbuka lebar. “Ahahaha! Itu tidak mungkin, saya tidak pernah meminta siapapun memeluk saya.”Assa melepaskan pelukannya, lalu bergerak untuk bisa duduk bersandar pada kepala ranjang. “Semalam kamu bermimpi, kamu menangis dan minta dipeluk.”Apa yang Assa katakan tidak bisa langsung dipercayai Alyssa, tapi pikirannya mengingat sesuatu. Semalam memang mimpi buruknya datang menghantuinya lagi setelah sekian lama tapi, apakah benar sampai menangis dan minta dipeluk. “Anda pasti mengarang cerita,” ujar Alyssa mengelak pernyataan Assa akan dirinya semalam.“Apa perlu aku tunjukkan rekaman kamera dari kamar ini?”Alyssa langsung duduk begitu mendengar ada kamera di
Alyssa merasa kondisinya jauh lebih. Perutnya juga sudah diisi penuh. Alyssa masih mengibarkan bendera perang baik pada Helga ataupun pada Bertha dan juga Diana. Sejak pagi Alyssa sangat menyusahkan ketiganya. Mulai dari makan yang katanya tidak mau, tapi akhirnya Alyssa meminta makanan yang tidak ada. Mau tidak mau Bertha dan Diana meminta chef di rumah untuk memasak ulang, tapi Alyssa ingin mereka bertiga yang memasak.Entah itu soal rasanya ataupun soal porsinya. Selain soal makanan Alyssa juga protes perihal air yang disiapkan Diana untuk mandi. “Saya ingin mandi susu dengan taburan kelopak bunga mawar dan harus berjumlah seratus tangkai.”Diana memberitahu hal itu pada Helga, dan tentu saja apa yang Alyssa mau dituruti, tapi ketika bak mandi sudah siap seperti yang diminta, Alyssa lagi-lagi protes karena katanya airnya terlalu dingin. Alyssa ingin mandi dengan air hangat.Tujuannya jelas ingin membuat mereka lelah dengan tingkahnya lalu dibebaskan tapi, tentu saja hal itu tidak a
Ada seorang wanita baik hati yang mau meminjamkan Alyssa ponsel sehingga gadis itu bisa menghubungi Jane dan meminta tolong pada mantan pacar ayahnya itu untuk dijemput. Jane bersedia menjemput Alyssa. Sekarang Alyssa duduk di dekat bangku taman. Dia bersembunyi di antara pohon-pohon sebab takut Assa bisa menemukannya.Alyssa menunggu dengan cemas kedatangan Jane. Di setiap kali ada mobil melintas dia akan buru-buru bersembunyi tapi, mobil yang melintas kali ini adalah mobil Jane sehingga Alyssa keluar dari persembunyiannya. Jane menghentikan mobilnya di tepi jalan dekat taman.“Astaga! Alyssa!” seru Jane begitu keluar dari mobil dan mendapati Alyssa yang kacau.“Aku akan jelaskan tapi, tolong sekarang kita pergi dulu.”“Baiklah,” ujar Jane dan segera kembali masuk ke mobil. Jane benar-benar terlihat khawatir dengan kondisi Alyssa. “Apa kau sudah makan?”“Belum.”Satu-satu yang sekarang Jane pikirkan adalah memberi Alyssa makan. Mobilnya melaju cepat mencari restoran cepat saji yang m
Assa duduk tenang di kursinya melihat pada rekaman kamera pengawas yang ada di beberapa jalan dan juga toko-toko. Setelah semalaman baru diketahui kini keberadaan Alyssa. Pria itu memerintahkan Sam dan Wolf untuk mengawasi Alyssa dari kejauhan. Dua orang itu melaporkan tentang dengan siapa Alyssa tinggal.Assa sedikit tenang begitu mendengar informasi tentang Dastan, Pria pemilik toko kelontong itu yatim piatu sejak kecil, dibesarkan oleh neneknya dan mengurus toko warisan orang tuanya. Tidak ada catatan kriminal tentang Dastan, hal itu yang membuat Assa tenang. Jadi untuk satu atau dua hari dia akan membiarkan Alyssa bebas dahulu.Fokus Assa sekarang adalah menyelidiki Jane dan juga tiga penagih hutang itu. Argo menemani Assa, juga memberitahu beberapa hal terkait orang yang tengah Assa selidiki. Seperti yang sudah-sudah mereka tidak akan melepaskan lawan dengan begitu mudah.“Jadi Jane adalah mantan kekasih Samuel yang sengaja dipacari untuk mencari informasi tentang kebakaran gudan
Semula Alyssa berpikir tentang Assa yang akan langsung membawanya kembali, tapi ini sudah beberapa hari sejak Alyssa melihat Sam dan Wolf ada di depan toko Dastan, tapi Assa tak kunjung menampakkan diri untuk membawanya pulang. Bahkan sudah dua hari ini Sam dan Wolf tidak terlihat di depan toko. Terhitung sudah enam hari Alyssa menetap di tempat Dastan. Alyssa juga sudah kenal dengan Elizabeth, wanita yang Dastan sebut nenek. Alyssa cepat akrab dengan Elizabeth yang hari ini sengaja datang ke tempat Dastan dengan membawa makanan yang dibuat khusus untuk Alyssa. Wanita tua itu sangat senang mengetahui ada seorang gadis yang tinggal bersama cucunya. “Rasanya senang ada cucu perempuan di rumah karena bisa diajak memasak atau menyulam. Tidak seperti Dastan yang selalu sibuk dengan dunianya,” ujar Elizabeth saat memasak bersama Alyssa di dapur. Sedangkan Dastan ada di depan menjaga toko. “Bukankah nenek mempunyai Mia sebagai cucu perempuan?” Alyssa menimpali ucapan Elizabeth sembari me
Kabar kelahiran putra dari Assa Zachary meramaikan media berita dan menjadi trending topic utama di kota London. Bahkan kabar tersebut sampai ke telinga Eliot dan Alfredo yang berada di penjara, dua pria itu meratapi nasibnya yang nelangsa. Mungkin baru terasa Setelah sekian lama berbuat jahat lalu menerima hukuman dari Tuhan. Proses keadilan benar-benar berjalan dengan baik tidak ada satupun yang menyalahi aturan atau melanggar keadilan itu sendiri. Assa juga berhasil mengambil alih perusahaan Edmund sehingga tidak akan berani melakukan apa yang ingin dilakukannya yaitu membantu Eliot bebas dari penjara. Lalu kabar lainnya datang dari Lena, wanita itu berusaha untuk menyakiti dirinya sendiri. Dia melompat dari lantai dua sehingga menyebabkan dirinya keguguran. Walaupun demikian nyawanya masih bisa diselamatkan namun Lena mengalami kelumpuhan total mendengar kabar itu tentu saja membuat Alisha menjadi sedih, meskipun Lena beberapa kali berusaha menghancurkan hidupnya dan juga Assa.
Rumah sakit bersalin Kasih Maria menjadi tempat Alyssa melakukan proses persalinannya. Assa, suaminya memberikan royal room layaknya sebuah hotel berbintang lima. Ruang bersalin itu mempunyai ruang tamu dengan set televisi, lalu juga ada kamar lainnya untuk siapapun yang datang menjenguk. Dibandingkan memikirkan tentang persalinan, Alyssa lebih merasa bahwa dirinya sedang melakukan staycation di sebuah hotel mewah. Segala fasilitas terbaik untuk golongan very very important person siap untuk Alyssa gunakan selama proses persalinan nanti. Sesuai rencana Alyssa akan melakukan persalinan secara normal jika tidak ada kendala, hari ini atau paling lambat besok pagi Alyssa sudah melahirkan. Wanita yang baru pertama kali akan melahirkan itu merasakan was-was yang luar biasa, tapi mertuanya Lucy datang untuk memberikan semangat padanya. Selain Lucy, Alyssa juga kedatangan Belinda beserta Leonidas. Kepada Belinda, Leonidas bercerita bahwa dia sangat ingin melihat bayi dalam kandungan Alyssa
Hanna duduk memandangi bunga-bunga yang mulai bermekaran di halaman rumahnya, dia merenungkan banyak hal terutama hubungannya dengan Jeff selama ini. Hanna berburuk sangka terhadap pria itu. Jeff memang begitu brengsek di matanya, namun ketika Jeff menyelamatkan ibunya dengan segera tanpa memikirkan apapun membuat Hanna berpikir dua kali tentang Jeff. Hanna menemukan sisi baik dari seorang Jeff yang selama ini dianggapnya seperti iblis. Benar memang bahwa manusia tidak selalu baik dan tidak melulu buruk. Berkat bantuan Jeff juga keadaan ibunya sekarang sudah jauh lebih baik. Rumah Sakit mahal itu memberikan pelayanan yang terbaik sesuai dengan jumlah uang yang dikeluarkan. Jika diminta untuk mengembalikan, maka Hana tak akan pernah Sanggup. Margaret ibu kandung Hanna keluar dari dalam rumah dengan membawa sesuatu di tangan kanannya, paper bag berwarna biru muda itu berisi kue yang pagi tadi dibuatnya Margaret kemudian berkata kepada Hana. "Hanna Tolong antarkan ibu bertemu dengan Je
Waktu berlalu begitu cepat, beberapa bulan terlewati sudah. Perasaan lega juga tengah dirasakan keluarga Mark. Mereka hari ini memutuskan untuk pindah rumah ke tempat yang lebih tenang, dimana Leonidas bisa bermain dengan senang. Belinda sudah menyelesaikan segala urusannya dengan sang mantan suami si calon perdana menteri yang gagal, dan Mark perusahaannya sudah tidak terikat apapun lagi dengan perusahaan milik Edmund. Kabar terakhir yang Mark dengar tentang perusahaan itu adalah, beberapa investor menarik saham mereka terkait dengan kasus yang melibatkan kembaran Edmund.Lalu untuk putrinya—Jane wanita itu sekarang menenggelamkan dirinya dengan kesibukan di perusahaan. Mark seringkali cemas melihat keadaan Jane yang sekarang, namun dia tahu bahwa semua itu adalah proses kehidupan yang kelak akan menguatkan Jane. Hal terpenting bagi Mark dan Belinda adalah mereka tetap selalu ada kapanpun Jane membutuhkan mereka. Pelan-pelan wanita itu menata hati dan hidupnya setelah ditinggal pergi
Bali, Indonesia.“Arggggh!!” Alyssa berteriak melepaskan segala penat dan dukanya di tepi pantai yang biru. Mereka benar-benar pergi ke Bali untuk menikmati bulan madunya. Lucy menyiapkan terbaik untuk mereka. Penginapan di Ubud yang hijau dan tenang, namun sore ini mereka tengah berjalan-jalan di pantai terdekat dengan tempat penginapan mereka. Wangi pasir dan angin laut membuat Alyssa merasakan ketenangan yang luar biasa.Jika selama di London dia harus selalu dengan mantelnya, namu di sini Alyssa bisa memamerkan perutnya yang membulat. Hangat matahari yang dirasakannya jauh berbeda dengan hangat matahari di London. Suasana yang baru, tempat yang baru menjadikan Alyssa seperti manusia yang baru lagi. Dia tersenyum memandang Assa.Kaki-kakinya menapaki pasir putih tanpa alas kaki, merasakan tekstur pasir yang lembut dan juga membiarkan ombak menyentuh kakinya, lalu menarik serta pasir ke laut. Sepasang suami istri itu berjalan-jalan sambil bergandengan tangan menyusuri pantai yang s
Hari ini Assa dan juga Alyssa mengantarkan keluarga Satoshi ke bandara. Mereka akan kembali ke Jepang, begitu pula dengan Takeda. Segala hal yang terjadi selama mereka di London adalah sebuah kebahagiaan dan kejutan yang tak pernah mereka duga-duga. Tuan dan Nyonya Fujiwara tak henti mengucapkan terima kasih, dan juga belasungkawa yang tulus pada Alyssa. mereka berpesan pada Assa untuk selalu mendampingi Alyssa. “Jagalah dia dengan baik,” pesan nyonya Fujiwara pada Assa. “Baik, aku akan melakukannya dengan senang hati. Jaga kesehatanmu, lain waktu aku akan datang berkunjung lagi ke Jepang.”“Datanglah kapanpun kau mau,” ungkap tuan Fujiwara yang berada di sisi mereka.Lalu Aoyama dan Sora memeluk Alyssa bergantian. Sora berkata pada Alyssa. “Bibi beritahu aku jika anakmu sudah lahir.”“Tentu saja, aku pasti akan memberitahu. Kalau perlu kau akan dijemput oleh paman Assa untuk datang lagi ke sini.”“Naik Jet milik paman Assa lagi?” tanya Sora jenaka.“Pasti, dia akan menjemputmu.”“H
Telepon Lena semalam rupanya membuat Assa merasa resah. Dia khawatir Lena membocorkan apa yang sudah terjadi antara dirinya dan wanita itu, maka sebelum Alyssa tahu dari mulut Lena hari ini juga Assa berniat member tahu Alyssa. Pria itu keluar dari kamarnya menghampiri Aoyama dan Sora yang tengah bermain di ruang keluarga.Assa bertanya pada mereka. “Apakah kalian melihat bibi Alyssa?”“Bibi Alyssa kedatangan seorang tamu wanita. Dia ada di ruang tamu sekarang,” jawab Aoyama jelas.Assa ingin tahu siapa tamu wanita yang dimaksud oleh Aoyama, maka dia menghampiri. Langkah Assa terhenti ketika melihat orang yang paling dikenalnya menangis tersedu di hadapan Alyssa yang bungkam. Di atas meja ada beberapa lembar foto yang membuatnya tersentak kaget. Itu adalah foto percintaan dirinya dan Lena beberapa minggu yang lalu.“Sialan kau Lena!” Assa berseru sambil berjalan mendekati Lena, namun Alyssa menahan Assa.“Jangan lakukan apapun padanya.”“Alyssa dengarkan aku.”“Aku akan mendengarkanmu
Kematian Samuel menyisakan luka yang begitu dalam, meski Alyssa berusaha merelakan namun kematian itu membuat Alyssa menjadi lebih banyak diam. Terkadang Assa memergoki istrinya itu melamun seorang diri. Sayangnya hari ini Assa tak bisa berlama-lama menemani Alyssa. Dia harus segera menemukan Argo sebelum pria itu kembali bertindak lebih jauh. Assa bahkan meminta keluarga Satoshi untuk tinggal lebih lagi di Mansionnya. Dia tidak hal-hal buruk terjadi pada mereka.Di sinilah sekarang Assa berada. Di markas milik Wolf dan Sam. Mereka akan bergerak mala mini setelah mengetahui lokasi terakhir Argo berada. Pihak kepolisian melacak mereka keberadaan Argo lebih dahulu, tapi Assad an yang lainnya akan mencegat Argo sebelum polisi sampai. Ada Sergio yang sudah siap dengan senjatanya. Beberapa pisau ada di antara kakinya, dua senjata api disiapkan. Walaupun sebenarnya Sergio lebih suka menggunakan senjata tajam untuk menghabisi musuhnya.“Kemungkinan besar polisi akan melewati jalanan ke arah
Jane dipersilahkan masuk untuk melihat jenazah Samuel di kamar mayat setelah proses otopsi selesai. Ada petugas yang menenamaninya, membantu Jane mengeluarkan jenazah tersebut dari lemari pendingin mayat. Tubuh Samuel ditutupi kain putih. Langkah Jane terasa berat ketika mendekatinya, seperti ada ribuan ton batu yang dirantai di kakinya. Begitu berdiri tepat di sisi, kini giliran tangannya yang berat terangkat untuk membuka kain putih itu.Gemetar sudah tangannya, tubuhnya pun seperti tak merasakan apa-apa lagi. Jane tidak langsung membuka kain itu ketika tangannya menyentuh ujungnya. Dia mengatur nafasnya sendiri, berusaha sekuat mungkin untuk melihat apa yang akan dilihatnya. Perlahan, mili demi mili kain itu disingkap Jane dengan tangannya yang gemetar hebat. Begitu wajah Samuel jelas terlihat, maka hanya air mata yang mewakilkan segala kesakitan yang Jane rasakan sekarang. Dia tidak bisa berkata-kata lagi. Bibirnya gemetar, kakinya lunglai, dan Jane menjatuhkan kepalanya di atas t