Siang hari usai pemakaman kedua kakak mereka. Michael dan Belevia masih berdiam diri ketika kembali ke Puri Lombardy. Balita lucu Bianca Elenora bergantian digendong, namun paman mafia selalu mendominasi mencoba merebut perhatiannya.
Belevia dan Bianca ditempatkan berdekatan kamar Michael. Asisten Natasha telah diperintahkan menyiapkan seluruh keperluan adik perempuan Nicholas Dupuis dan keponakan.
Sebuah kamar khusus bayi berinterior cantik dipenuhi banyak mainan mahal di sudut kamar. Boneka kecil dan besar, ayunan kuda poni, buku-buku dongeng, peralatan menggambar dan menulis, blok alphabet dari kayu, hingga miniatur istana boneka.
"Bianca, hati-hati nanti kamu terjatuh," seru Belevia melarang.
Lagi lagi protesnya keras terdengar sesaat memasuki kamar disediakan sang paman untuk keponakan. Sangat berbeda reaksi bocah perempuan lucu berlarian senang meraih sebuah boneka lebih besar darinya memeluk erat sambil tertawa riang gembira.
Raut kesal terlukis di wajah adik Nicholas tak terbendung, dan berkata, "Kau sungguh keterlaluan, Michael! Sengaja memanjakan Bianca padahal kami tak mau berlama-lama tinggal di sini!"
Kamar balita berisi ranjang kecil, sofa dan meja minimalis seukuran anak-anak serta lemari memuat pakaian baru dan kotak mainan besar. Terlalu mewah bagi bocah mungil tak sepadan pernah diberikan oleh ayah dan ibunya sendiri.
"Biarkan saja ponakanku bermain di sini, lantainya sudah dilapisi karpet tebal membuatnya aman bila terjatuh, dan radio monitor memantau aktivitasnya saat terbangun di malam hari." Michael menjelaskan agar Belevia tak terlalu khawatir.
Pengasuh Gina mulai dipekerjakan dan dibantu para pelayan di Puri Lombardy. Pengawalnya sepanjang waktu mengawasi di halaman dan teras belakang. Sang pewaris ingin putri Michelle Delano Carleone dan Nicholas Dupuis hidup bahagia, aman dan nyaman berkecukupan saat tinggal di kediamannya.
"Sore ini kami kembali ke Perancis, Bianca tinggal bersamaku bukan di rumah ini." Belevia menolak kebaikan adik Michelle yang penuh propaganda. Mafia kejam dan kasar belum menikah tak pantas mengasuh seorang bayi sendirian.
Puri Lombardy bukan tempat layak membesarkan Bianca Elenora. Pamannya lebih sering pergi berbisnis ke luar kota maupun luar negeri daripada di rumah untuk merawatnya.
Seketika itu juga lengan Belevia ditarik seenaknya saja oleh Michael, diseret keluar dari kamar Bianca sedang asyik bermain aneka ragam mainan baru di atas karpet ditemani pengasuh Gina.
"Kita berbicara di kamarku saja," ajak Michael menuju kamar utama. "Selama ini aku bosan mendengarkan keluhan dan rengekanmu. Baru sehari kau di sini, kepalaku makin pening dibuatnya!"
Belevia menolak ajakannya apalagi berduaan berada di kamar pribadi sang mafia. Semakin dia meronta makin kencang cengkraman pria brengsek. "Grr Michael, lepaskan tanganku, aku mau pulang sekarang," tampiknya marah. "Urusan kita sudah selesai saat pemakaman kakakku tadi!"
Adik Michelle bukanlah pria baik hati. Perlakuan terhadap dokter anak itu sungguh kelewatan. Pintu kamarnya ditutup rapat-rapat, perdebatan mereka tak didengar oleh siapapun termasuk ponakan.
Dibalik pintu berdiri tegak sambil berkacak pinggang dan mulai memaki kesal. "Dengarkan baik-baik, dasar gadis manja dan bodoh, kau tak tahu arti bahaya mengancam di sekelilingmu huh?!"
"Apa maksud perkataanmu itu?"
Belevia membalas tidak terima sikap yang kasar beradu pandangan tajam. Michael selalu menjadi pemenang karena dia akhirnya sering memalingkan wajah sedikit malu terpesona ketampanannya.
"Michelle dan Nicholas bukan tewas karena kecelakaan tunggal tapi sabotase, mereka dikejar musuh keluarga sejak dulu!" ungkap Michael berterus terang. "Kaulah sasaran berikut setelah keluar dari rumah sakit menuju kediamanmu menjemput keponakanku, Bianca!"
Aa-apa! Bola mata Belevia melebar tak percaya. "Kau berdusta, sungguh tak yakin semua ucapanmu, memang kau sengaja menahan kami berdua supaya tetap tinggal di Milan."
"Terserah apa katamu," sungut Michael emosi. "Sekarang kalian berdua tanggung jawabku. Michelle pasti tak bahagia di alam sana jika tahu aku menyia-nyiakan putrinya dan adik ipar yang menyebalkan!"
Hah! Belevia semakin berang dikatakan seperti itu. "Aku dan Bianca dapat mengurus diri sendiri tanpa campur tangan darimu, toh selama ini kau pun tidak pernah tahu keberadaan kami!"
Senyum Michael malah mengejek dokter anak cantik berani melawan semua kehendaknya, dan membiarkan gadis itu mempertahankan pendapat yang salah. Kemudian duduk di atas ranjang empuk mengamati seluruh keindahan tubuh adik Nicholas di depan mata.
"Michelle tak pernah tahu jika selama beberapa bulan ini dalam pantauanku. Leo selalu mengawasi dari jauh kemanapun dia dan suaminya pergi, namun jejak putrinya tidak diketahui sebelumnya karena selalu dititipkan di rumahmu!" cecar Michael geram.
Andai dia tahu kakaknya memiliki seorang anak tak segan Michael meminta kembali ke Puri Lombardy walau harus bersama suami yang tak disukai. Nicholas berhasil merebut cinta Michelle dan meninggalkan seluruh kenangan keluarga demi hidup bersama pria dari kalangan biasa bukan keluarga mafia kaya raya.
"Kau seperti membenci kakakku dan Michelle sejak mereka menikah?" selidik Belevia.
"Hmm ... kau memang benar!" Michael menjawab jujur, "Michelle dijodohkan Benigno, putra keluarga mafia, tapi dia kabur tak menyukai pilihan orang tuaku setelah mereka juga tewas kecelakaan."
Oh, apa yang sesungguhnya terjadi pada keluarga pria ini?! Belevia makin bertanya-tanya.
Puri Lombardy begitu luas sejauh mata memandang. Halaman depan dipenuhi taman di desain begitu apik. Bangunan puri klasik dibangun berabad-abad lalu. Pemandangan danau Como indah walau Belevia sempat melihat dari balik kaca ketika melintasi tadi pagi berangkat dan pulang dari pemakaman kakak mereka.
Belevia belum pernah menjejakkan kaki di sana namun keinginan besarnya kembali ke rumah kecil di Perancis Selatan, bukan di Milan Utara di mana berada sekarang. Lalu mencoba meluluhkan hati sang pewaris yang tak beranjak ketika menghampiri sedang berpangku tangan.
"Itukah alasan membenci kakakmu sendiri tanpa mempedulikan kebahagiaan bersama pria yang dicintainya?" desak Belevia ingin tahu. "Karena kakakku Nicholas tak layak mendampingi Michelle, bukan orang kaya atau penguasa di negeri ini?"
Betapa hinanya Nicholas di mata Michael bila alasan utama tak menyukainya karena harta. Kakaknya pekerja keras, selalu membantu meneruskan pendidikan menjadi seorang dokter yang dicita-citakan sejak kecil.
Belevia kian membenci, terlebih sang pewaris terdiam tak mau menjawab pertanyaan semakin membenarkan keberadaannya dan Bianca akan menjadi beban berikutnya.
"Sebaiknya kami pulang sore ini ke Perancis, kau bebas menjadi dirimu sendiri tanpa mencampuri kehidupan ponakanmu, anggaplah Bianca tak pernah ada sebelumnya!" Keputusannya sudah bulat. Pekerjaan di rumah sakit sudah menunggu tak bisa mengambil cuti lama, dan harus membesarkan Bianca di tangan sendiri.
Baru saja hendak beranjak berdiri sontak lengan Belevia ditahan Michael yang menatap penuh ancaman. "Kau tak dapat pergi kemana-mana lagi, tempat kalian di Puri Lombardy! Aku harus menjamin keamanan kalian untuk selanjutnya!" Dia tak mau main-main dalam hidupnya, kehilangan Michelle sudah cukup baginya.
"Hey, aku manusia bebas, kau tak berhak menentukan hidupku!" Belevia menepis genggaman erat pria kasar dan brengsek seolah-olah berkuasa atas dirinya.
Brukk! Secara sengaja Michael menarik kencang menjatuhkan dokter anak di atas ranjang, menahan dengan kedua tangan mengunci Belevia di bawah tubuh yang kekar. "Aku peringatkan terakhir kali, kulakukan semua sekarang ini demi keselamatan hidup kalian. Musuh Delano Carleone mengincar kau dan ponakanku!"
Belevia memalingkan wajah darinya namun Michael mendesak mendengarkan ucapannya lagi. "Mereka tak pernah menyisakan satu anggota keluarga demi mewarisi tahta kekuasaan dan kekayaan kecuali merebutnya, walaupun harus saling menumpahkan darah, kau paham itu?!"
Dokter anak itu memberontak kuat dari rengkuhan Michael. Namun sang mafia bersikukuh tak mau melepas. Nafas menderu di antara mereka berdua. Kedekatan terjadi lebih membahayakan daripada ancaman musuh.
Sungguh Michael Delano Carleone lebih berbahaya bagi Belevia Avryl. Mereka hanya Om dan Tante Bianca Elenora putri Michelle dan Nicholas yang tak pernah memiliki hubungan apapun sebelum pertemuan kemarin di rumah sakit.
Tiada lagi keinginan mengetahui lebih jauh tentang sang pewaris dan keluarganya kembali. Bugh! Kepalan tangan Belevia memukul dada berotot. "Arghh, menyingkirlah dariku, kau itu berat, tubuhmu membuat sesak nafas!" jeritnya kencang.
Pria itu malah menatap lekat terpaku menelusuri hingga ke bibir tipis Belevia Avryl. Suasana yang luar biasa mencekam jika mereka tak mampu menghentikan semua ini maka sulit bagi adik Nicholas Dupuis keluar dari Puri Lombardy.
Michael!
Pintu kamar terbuka lebar. Damien berteriak memanggil putra Delano Carleone, melongok terkejut melihat pemandangan dua orang dewasa sedang berada di atas ranjang. "Oh sorry, ku pikir kau sendirian di kamar."
"Brengsek, ada apa kau mencariku?" Michael menoleh tajam tanpa sekalipun ingin melepaskan pelukan ke Belevia yang gelisah ditatap pengawal setia keluarga. Suasana intim berubah kaku gara-gara kedatangannya.
Kesempatan bagi dokter anak berontak lebih keras di saat sang mafia lengah. Huff! Sekuat tenaga menyingkir dari tubuh berat di atasnya lalu beranjak berdiri merapikan diri bergegas keluar kamar tanpa melihat mereka sedang tersenyum simpul padanya.
Sialan kau Michael! Umpat Belevia pelan.
Sikap adik Michelle membuatnya malu di depan pengawal Damien. Mereka berdua kepergok di atas ranjang, dan kejadian tadi menyakiti perasaan. Rencananya semakin kuat diam-diam Belevia dan Bianca meninggalkan Milan Utara tanpa diketahui sang mafia. Dan hanya tinggal menunggu waktu yang tepat.
***
Michael mengetuk jari jemari di atas meja kerja. Pikirannya sibuk mengatur rencana hidup Bianca dan Belevia selama berada di bawah pengawasannya.Sementara informasi Damien begitu mengejutkan, pengawal itu menemukan pelaku pembunuhan terhadap Michelle Delano Carleone dan Nicholas Dupuis."Kau yakin orang itu pelaku yang sama telah menghabisi papa dan mammaku juga?"Sang mafia muda makin tak sabar memburunya secepat mungkin.Damien mengiyakan."Memang orang yang sama, namun belum aku ketahui keparat itu bekerja untuk mafia yang mana, musuh Tuan Delano Carleone begitu banyak sejak berhasil mengubah bisnis haram menjadi legal di perusahaan yang kau pimpin sekarang."Kursi besar diputar Michael menghadap ke kaca jendela, seraya berguman."Musuh memang membenci Papa Delano ketika berubah drastis tak mau lagi menjalani bisnis kotor mereka dan menganggapnya sebagai pengkhianat."Pengawal senior Damien mengangguk.Itulah alasan sebenarnya Tuan dan Nyonya Delano Carleone terbunuh di hari yang
Pesawat yang membawa Michael dan tiga pengawal mendarat mulus di kota Nice, Perancis Selatan. Lokasinya cukup jauh dari tempat kejadian yang menewaskan kakaknya Michelle. "Di mana informanmu, Damien?" "Aubert Bailey berada di sebuah cafe di tengah kota, kita segera menuju ke sana." Dua mobil telah menanti kedatangan mereka di bandara. Damien memerintahkan pengawal dari perusahaan cabang di Perancis menjemput dan mengantarkan mereka sampai tujuan. Bruno dan Bernie mengangguk hormat sang pewaris Michael Delano Carleone, menyiapkan segala sesuatu dibutuhkan selama berada di kota ini. Kendaraan meluncur begitu tenang di sepanjang perjalanan terlihat pemandangan indah laut Mediterania. Nice termasuk kota termahal di dunia bagi konglomerat, artis hingga bangsawan. Kapal pesiar megah berjejer di dermaga dari ukuran kecil hingga besar dan berfasilitas mewah dengan bar, teater, kolam renang hingga landasan helikopter di atas dak kapal. Michael memiliki beberapa dari kapal tersebut dan di
"Tante Belevia-aa, kita mau kemana?" Bianca menoleh ke kanan dan kiri kebingungan setelah merasa bukan berada di Puri Lombardy lagi.Sebelumnya mereka pergi berbelanja di Milan, tapi sekarang sudah berada di Marseille di Perancis Selatan. Dua negara yang dilintasi hanya beberapa jam saja.Bianca Elenora masih kecil untuk memahami semua, dan tertidur karena kelelahan dalam perjalanan panjang. Sebuah taksi mengantar mereka ke tujuan kota berikutnya lewat jalan darat.Cupp! Belevia mengecup lembut kening ponakannya."Sayang, kita pulang ke rumah sendiri, bukankah tadi kamu bilang ingin kembali ke Perancis?"Bianca mengangguk-anggukkan kepala. "Aku mau ketemu Mama dan Papa! Mereka pulang hari ini ya kan, Tante Belevia?!"Mata kecilnya berbinar terang, mengerjap-ngerjap senang.Tak kuasa Belevia menjawab. Hatinya berduka memeluk erat keponakan tersayang. Dia belum memberi tahu ayah dan ibu Bianca sudah tiada.Di pemakaman orang tuanya, Bianca tak menangis sama sekali, sibuk bermain boneka
Michael tak membiarkan Belevia sendirian sejak saat ini, mengikuti kemanapun dia pergi. Dan di dalam mobil berdua saja membuat raut wajah gadis cantik itu semakin masam membenci."Pergilah, kau pasti punya kesibukan lain daripada mengawasiku seperti ini!" gerutu Belevia tak senang selalu dicurigai bagai penjahat yang menculik keponakan sendiri.Sungguh keterlaluan perlakuan mafia brengsek dari ruang praktek rumah sakit sampai ke area parkir mobil, tangannya tak berhenti diseret seperti bagasi.Tak ada jawaban. Cuma kepulan asap putih dari mulut Michael dibiarkan keluar jendela.Dia sangat menikmati perjalanan. Di belakangnya, dua buah mobil pengawal mendampingi mereka. Damien, Leo, Milano, Bernie dan Bruno bersiap siaga melindungi sang pewaris serta kerabatnya."Kenapa kau tak pulang saja ke Puri Lombardy, kehadiranmu di sini sangat mengganggu kehidupan aku dan Bianca!" Belevia menghentak kemudi saking kesalnya.Di sampingnya, sang pewaris Delano Carleone malah tersenyum sinis menghad
Damien segera mengambil alih mobil Belevia. Gadis itu mengalami ketakutan karena motif busuk pengacara yang tak lain sahabat Nicholas ternyata berani berbuat nista padanya. Sang mafia Michael Delano Carleone menggenggam jari jemari Belevia memberi kekuatan dan kehangatan yang dibutuhkannya. Tak sampai hati dia memarahi kebodohan adik Nicholas setelah kejadian tadi. Andai saja mereka tak mengikuti sampai ke kantor pengacara keparat itu, mungkin ceritanya akan berbeda. Michael dapat menyesal selamanya karena tak dapat melindungi adik ipar Michelle Delano Carleone. "Damien!" serunya keras menakutkan. "Ya, Michael, ada apa?" Pengawal senior menoleh sebentar lalu fokus mengemudi lagi, memasang telinga baik-baik menyimak setiap perintah dari sang pewaris. "Suruh Bernie dan Bruno mencari tahu tentang bajingan Aubert Bailey! Apa yang dilakukan di Nice tadi pagi, dan mengapa sampai tahu kepulangan Belevia dan Bianca ke Marseille?!" "Aku melihat sebelumnya, Aubert sedang menerima telepon,
"Pengawalku hanya menerima perintah dariku, kau duduk tenang atau pilih aku lempar dirimu dari mobilmu sendiri!" gertak Michael agar gadis itu terdiam. Adik Nicholas Dupuis bersikeras menghempas cengkraman adik Michelle Delano Carleone. "Tapi ini kesempatan mengetahui lebih banyak tentang pelaku yang membuat Nicholas dan Michelle tewas. Aku tidak rela atas kematian mereka, bila kejadian itu sungguh bukan kecelakaan biasa!" "Diamlah Belevia, itu urusanku, jangan turut campur!" Michael membentak kasar kehilangan kesabaran. "Kenapa kau diam saja, apa kau takut dengan Aubert Bailey?" kecam Belevia kesal. Hap! Sengaja, sang pewaris menangkap leher jenjang gadis itu, menangkup dagu tirus untuk berhadapan langsung ke wajahnya. "Jangan pernah merendahkan kemampuanku, Belevia! Kau hanya gadis bodoh lebih baik tak tahu apa-apa. Aubert Bailey ingin menggodamu, menikahimu dan merampas harta kekayaan milik kakakmu!" "Grr-- Michael, lepaskan tanganmu, kau menyakitiku!" jeritnya terus memukul
"Om Michael!" pekik kegembiraan dari mulut kecil Bianca Elenora. Bocah kecil itu berlari kencang menyambut kedatangan adik mamanya, meminta digendong seperti biasanya. Kedua tangannya menepuk pipi pamannya ditumbuhi janggut dan kumis tipis. "Duh, ponakan Om Michael yang manja!" sindir sang pewaris sengaja di depan Belevia. Menggendong, mencium lembut kedua pipi gembul menggemaskan replika Michelle saat kecil dulu. Michael terlihat sangat bahagia melupakan perseteruan siang tadi. Dokter pediatric itu langsung memandang sebal. Ponakannya senang sekali bersama sang mafia begitu dekat dengannya. Padahal baru beberapa jam saja tak bertemu meninggalkan kota Milan. Grr ... kau itu paman mafia yang kasar dan angkuh! Desisnya pelan. Tanpa disuruh masuk pun Michael sudah menghambur ke dalam rumah kecil milik Belevia Avryl. Pengasuh Gemma beranjak pulang sesaat melihat tamunya pernah membentak mereka kemarin. Pria mengerikan termasuk para pengawal kekar yang datang bersamanya. Wajah-wajah
"Buatkan aku makan malam, Belevia!" Perintah sang pewaris sebelum menutup mata dengan satu tangan."Ku lihat Damien dan Milano memasak sesuatu di dapur. Kau itu, bukan tuan rumah yang baik, membiarkan pengawalku mengambil minuman sendiri huh!" Apa-apaan ini! Dengus Belevia marah. Seenaknya saja Michael menyuruh di rumah miliknya sendiri! Baru saja ingin membalas tapi pria brengsek itu malah berpura-pura tidur membalikan punggung darinya.Sialnya, dia memang harus menyiapkan makan malam bagi Bianca, mau tidak mau untuk komplotan mafiosi Sicilia. Sungguh menyebalkan sekali. Bergegas Belevia pergi ke dapur bertemu kedua pengawal yang tersenyum dan menunduk hormat padanya. Damien melirik ke Milano agar pergi, dia dan adik ipar Michelle butuh berbicara sejenak sekaligus memasak makanan untuk mereka. "Nona, biarkan aku yang membantumu." "Hmm-- memangnya kau bisa memasak?" Terdengar Belevia meragukan kemampuannya. Pengawal senior itu mengangkat bahu. "Aku tak bisa membuktikan semua itu,
Perjalanan pulang dari rumah sakit diiringi rasa galau. Pengawal Damien melirik ke kaca melihat situasi aneh terjadi dalam diri istri Michael yang berada di belakang kursi pengemudi. "Kau tak apa-apa, Nyonya Delano?" sidiknya penasaran. "Apakah ada masalah?" "Entahlah," jawabnya gusar memalingkan keluar jendela. "Mungkin Michael pernah bilang padamu ingin pergi berbulan madu, semua orang membicarakan pernikahan kami di rapat tadi. Dokter Henry pun hampir percaya rumor bersiap mengubah wakil pimpinan rumah sakit ke Dokter Carlotta." Tegas Damien menggeleng ikut kebingungan. "Suamimu tak pernah mengatakannya, darimana pihak rumah sakit tahu soal kalian pergi berlibur merayakan usai pernikahan berminggu-minggu berlalu?" Kesibukan di kantor Michael dan Belevia hampir tidak sempat keluar dari Eropa, apalagi setelah menghadapi pengadilan Perancis Selatan demi merebut hak asuh putri Michelle dan Nicholas dari keparat Aubert Bailey. "Sesuatu sedang terjadi dalam kepemimpinan rumah sakit," t
Menyelinap di kamar pasien kosong, Carlotta dan Justino membicarakan kejadian akhir pekan di klub malam. Michael dan Belevia memang berseteru namun hingga pagi ini belum ada kabar selanjutnya. Harapan mereka pasangan itu bercerai secepatnya. "Sungguh sial, istrinya memergoki mencium Michael malam itu," sungut Carlotta. "Seandainya aku segera membawa pulang maka ceritanya akan berbeda." "Uhmm .. masalahmu sama denganku," umpat Justino. "Belevia pergi meninggalkanku di meja bar, pengawal dan penjaga klub malam menghajarku sampai babak belur." Masih terlihat memar di wajah walaupun sudah dikompres beberapa kali dalam dua hari tetap saja lebam itu tak hilang juga. Keduanya merasakan kesialan yang serupa. "Kita tidak bisa tinggal diam," desak Carlotta tak sabar. "Gunakan akalmu agar Michael cemburu memisahkan mereka." Jas putih Justino dicengkram kuat. Desah nafas memburu, nafsunya mengalahkan logika. Bayangan meraih kekuasaan putra Delano Carleone tanpa harus berbagi dengan dokter Belevi
Matahari bersinar menerangi kamar. Hari mulai beranjak siang ketika Michael terbangun mendengar dering gawai mengganggu tidur mereka. Tak sengaja tangannya bergerak membuat kepala Belevia sedikit terusik. Huff-! Manik biru Michael melirik wajah cantik istri tertidur lelap lagi. Putri mereka di Puri Lombardy sedang menghubungi menanyakan keberadaan orang tuanya. "Papa ada di mana, sekarang?!" jerit Bianca. "Mama juga tidak ada di kamarnya!" Terdengar nada kesal dan kecewa dari suara balita saat mereka tidak ada waktu makan pagi tadi. "Hai sayang," sapanya pelan. "Kau sudah sarapan?" "Iya, tapi aku tak menemukan Papa dan Mama, memangnya sekarang ada di mana?" desak Bianca lagi. "Maafkan sayang, Papa dan Mama sedang menginap di hotel," jawab Michael jujur. "Bukankah kamu ingin punya adik bayi secepatnya?" Yes-! Terdengar keras pekik gembira balita di ujung sambungan gawai. Melonjak-lonjak kesenangan hampir saja menjatuhkan gawai milik Paman Damien bila tak segera diambil alih. Suara
Sikap Michael Delano Carleone di luar dugaan. Tubuh mungil Belevia Avryl direngkuh dibopong keluar dari klub malam saat itu juga. Mereka harus menyelesaikan masalah di tempat yang lebih tenang. "Michael, cepat turunkan aku!" seru Belevia memukuli punggung suami. "Tidak, kita harus bicara soal ancamanmu tadi," balas Michael kesal. "Seenaknya saja kau menamparku, seolah dirimu tak bersalah mengapa akhirnya aku pergi mencari hiburan di sini!" Oh, tidak! Giliran Belevia merasa ketakutan sang mafia membalas dendam atas sikapnya di ruang VVIP tadi. "Aku mau pulang sendiri!" desaknya sesaat mereka tiba di lobi menunggu porsche hitam suaminya datang. "Ya, kita pulang bersama-sama!" tegas Michael menerima kunci mobil dari penjaga dan langsung meletakkan tubuh istrinya di kursi lalu memasangkan seatbelt erat. Wajah pias adik Nicholas Dupuis makin rona memerah akibat mabuk dan emosi. Kesadarannya menghilang yang tinggal hanya kemarahan semata. Di depan pintu lobi, Damien memandang bingung. Se
"Andai aku tahu kau suka pergi ke klub malam, tadi sore kita tidak perlu berseteru," bisik Justino di samping Belevia sedang duduk meneguk tandas segelas minuman. Hampir saja dia tak mampu menelan saliva ketika memandang istri cantik mempesona milik sang pewaris Delano Carleone. "Pergilah, aku tak perlu ditemani siapapun!" Belevia geram. "Biarkan aku sendiri di sini!" "Wow! Ternyata kau masih menyimpan kekesalan padaku, ayolah kita nikmati saja malam ini dengan minum dan berdansa," tukas Justino memesan tambahan minuman mereka berdua. Lirikan tajam adik Nicholas Dupuis tak berarti bagi lawan bicara. Pria itu senang mencari masalah cuma untuk meraih puncak karirnya di rumah sakit. Setelah beberapa minggu mereka bekerja di tempat yang sama terus mengamati Belevia penuh seksama. "Justino, aku peringatkan kau terakhir kali," ancamnya tegas. "Michael dan pengawalnya segera bertindak bila kau berani macam-macam lagi denganku!" "Belevia, tenangkan dirimu dulu, jujur aku menyukaimu dari aw
Malam telah larut Belevia membereskan berkas-berkas penting di atas meja. Tugas sebagai wakil pimpinan rumah sakit berikut dokter praktik menyita banyak waktu hingga melupakan anak dan suami. Rasa bersalah mendera karena dia sendiri memaksa kembali berkarir bukan cuma berumah tangga bersama sang pewaris Delano Carleone. Ketika membuka kamar terlihat pengawal Damien lalu lalang di depan pintu. "Hai, kenapa kau belum tidur?" tegur Belevia heran. "Di mana Michael, bukankah kalian tadi sedang membicarakan bisnis?" "Maaf mengganggu, Nyonya," ujar Damien sopan. "Ku pikir Michael sedang bersamamu saat ini." "Tidak, aku baru selesai mengerjakan berkas rumah sakit," gelengnya kuat. "Memangnya ada apa?" Sial-! Umpat pengawal senior. "Aku harus segera membawa adik Michelle pulang dari klub malam jika tidak dia akan meracau di sana," kata Damien cemas. "Sungguh berbahaya baginya karena banyak wanita jalang mengincar sampai detik ini." "Aa-paa!" teriak Belevia terkejut. "Tunggu aku ganti baju
Laporan Damien cukup jelas bagi Michael begitupun kesaksian dari anak buahnya, Milano. "Sebenarnya apa yang terjadi dengan mereka berdua," tanyanya curiga. "Belevia telah berselingkuh dariku?" "Tidak Tuan, sikap Nyonya Belevia begitu marah dan muak saat dokter Justino lancang menyentuh bahunya," bela Milano cepat tak ingin membuat sang mafia gusar karena laporan mereka. "Kau ingat percakapan yang dibicarakan mereka sebelumnya?" Mata biru Michael Delano Carleone berkilat tajam bagai pedang. Kesalahan utama dilakukan Milano tidak menemani setiap saat istrinya membutuhkan pengawalan membiarkan kejadian itu terdengar olehnya. "Tak semua, tapi terakhir Nyonya mengancam untuk menceritakan prilaku busuk dokter bajingan itu padamu, disitulah datang menemui sampai ke ruang kantor dan pulang ke Puri Lombardy." Wajah Milano tunduk malu. Sebelumnya dia melapor ke pengawal senior Damien diteruskan malam ini juga ke sang mafia untuk mencari jalan keluar demi keselamatan istri dan adik Nicholas D
"Papa Michael, kapan aku memiliki adik bayi?" rajuk Bianca Elenora di sela makan malam. "Papa dan Mama 'kan sudah janji sejak lama!" Bibirnya tertekuk cemberut tak mau menghabisi isi piringnya lagi. Giliran sang mafia kebingungan menjawab, menoleh ke arah Belevia yang juga tertegun atas pertanyaan dan permintaan putri mereka. Bagaimana memiliki bayi jika mereka tak pernah melakukan hubungan suami istri sampai detik ini. "Aku mau bayi kembar, Papa!" desak Bianca lagi. "Semuanya harus berasal dari perut Mama!" Hah! Kelopak mata Michael dan Belevia membelalak lebar. Putri mereka mulai pintar berbicara beradu debat dengan orang tuanya, dan tak lama akan bersekolah. "Baiklah, sayang," sahut sang pewaris Delano Carleone mengakhiri ketegangan. "Nanti Papa dan Mama berdiskusi dulu karena keluarga di sini tak satupun memiliki keturunan kembar." "Michael," bisik Belevia mengalihkan perhatian. "Keluarga Mama memiliki saudara kembar tapi mereka jarang bertemu karena bermukim di Spanyol dan Jer
"Nyonya Belevia," sapa Milano penuh hormat. "Apa sudah waktunya untuk pulang?" "Tunggu sebentar," sergahnya terburu-buru menahan pengawal diam berdiri di luar ruang praktik. "Aku harus mengambil mantel dan berkas dulu di ruang atas untuk dibawa pulang." Milano menggeleng, mendebat istri sang mafia. "Sebaiknya aku temani Nyonya ke lantai atas sesuai perintah Tuan Michael agar menjagamu kemanapun kau pergi." Grr-- dasar konyol! Ruang praktik dan kantor wakil kepala rumah sakit hanya beda dua lantai. Belevia merasa dikekang suaminya sendiri, diamati kebebasan selama bekerja pengawal suruhan Michael Delano Carleone. "Aku baik-baik saja, kau terlalu kaku dan baku terhadap aturan suamiku!" lontarnya kesal pergi meninggalkan seorang diri. Jubah putih praktik masih dikenakan segera diganti mantel hangat mengusir hawa dingin musim salju ini. Terlihat semburat wajah kesal pengawal setia keluarga Delano Carleone sambil melirik jam tangan menanti dirinya kembali. Rumah sakit besar yang terke