Michael tak membiarkan Belevia sendirian sejak saat ini, mengikuti kemanapun dia pergi. Dan di dalam mobil berdua saja membuat raut wajah gadis cantik itu semakin masam membenci.
"Pergilah, kau pasti punya kesibukan lain daripada mengawasiku seperti ini!" gerutu Belevia tak senang selalu dicurigai bagai penjahat yang menculik keponakan sendiri.
Sungguh keterlaluan perlakuan mafia brengsek dari ruang praktek rumah sakit sampai ke area parkir mobil, tangannya tak berhenti diseret seperti bagasi.
Tak ada jawaban. Cuma kepulan asap putih dari mulut Michael dibiarkan keluar jendela.
Dia sangat menikmati perjalanan. Di belakangnya, dua buah mobil pengawal mendampingi mereka. Damien, Leo, Milano, Bernie dan Bruno bersiap siaga melindungi sang pewaris serta kerabatnya.
"Kenapa kau tak pulang saja ke Puri Lombardy, kehadiranmu di sini sangat mengganggu kehidupan aku dan Bianca!" Belevia menghentak kemudi saking kesalnya.
Di sampingnya, sang pewaris Delano Carleone malah tersenyum sinis menghadapi kebencian dokter anak itu padanya. Dasar bedebah kau, Michael! Makin marah dia dibuatnya.
Akhirnya sang pewaris membuka percakapan. "Kenapa kita tak pulang ke rumah menjemput Bianca, kembali ke Milan Utara. Kau sekarang hendak pergi kemana?"
"Aku ingin ke kantor pengacara," jawab Belevia jujur.
Mata sang pewaris menatap tajam. "Hmm ... kau ingin melawanku?"
"Bila perlu!" tampik gadis itu sekenanya.
"Coba saja kau berani lakukan itu, pengacaramu akan aku habisi sebelum berani mengajukan tuntutan hukum padaku!"
Ancaman Michael terdengar sangat sungguh-sungguh.
Belevia langsung melengos. Mafia itu salah paham, namun adik bungsu Nicholas masih tetap menyimpan serangan mengejutkan lainnya.
"Aku ingin mengurus harta wasiat milik mendiang Nicholas dan Michelle agar dapat diberikan ke putrinya, Bianca Elenora!"
Oh, okay! Sang pewaris kembali bersikap tenang.
"Michelle mendapat bagian besar dari warisan orang tua kami, sekarang milik Bianca Elenora. Kau tak perlu khawatir tentang masa depannya, aku Om-nya mengurusi seluruh kebutuhan ponakanku sampai dia dewasa dan menikah."
Dokter anak itu tak meragukan kekayaan yang dimiliki klan keluarga Delano Carleone.
Bianca Elenora, cucu perempuan pertama dari Michelle Delano Carleone dan Nicholas Dupuis mendapatkan bagian harta terbesar tak bisa dibayangkan siapapun juga.
Dalam 30 menit perjalanan keduanya kembali diam. Akhirnya tiba di sebuah kantor, Belevia tak mengajaknya turun. Michael terlebih dulu membuka pintu dan mengikutinya lagi.
Dasar mafia gila!
Belum lagi kelima pengawal mengawasi mereka dari kejauhan. Mengenakan jas, kacamata hitam, penampilan mereka persis dengan sang pewaris.
Namun Michael tetap yang paling tampan dan elegan dari para pria kasar tersebut.
Belevia harus menahan diri ketika berada di rumah sakit tadi, pandangan wanita dari staff dan keluarga pasien penuh kecemburuan. Genggaman Michael di tangan sang dokter yang menyebabkan semua hal itu.
Kali ini memilih bergegas masuk sendirian ke kantor pengacara tanpa mau didampingi brengsek itu lagi. Ini urusan keluarganya, pria itu tak perlu ikut campur lagi.
"Selamat siang, Nona, kau sudah ditunggu di dalam," sapa sekretaris menyambut tamu yang baru saja tiba, membuka pintu untuknya.
Suara seruan gembira dari dalam terdengar kencang ketika melihat seseorang yang dinanti pun datang.
"Belevia, akhirnya kau kembali ke sini juga!" teriak seorang pria sambil memeluknya erat.
Gadis itu berusaha melepaskan pelukan sahabat kakaknya secepat mungkin, merasa risih dan jengah. Pria brengsek kedua yang sangat merepotkan hidupnya.
"Aku datang bukan untuk reuni, Aubert!"
"Tenanglah sayang, duduklah dan kita minum dulu."
Aubert Bailey menyuruh sekretaris membawa minuman untuk mereka. Lalu duduk mendekat di atas meja kerja, sementara adik Nicholas di kursi tamu berusaha menjauhinya.
"Sungguh aku turut berduka cita atas kehilangan kakakmu yang juga sahabatku."
"Terima kasih Aubert, tapi kau yang mengetahui segala aset kepemilikan mendiang Nicholas dan Michelle sebelumnya."
"Ya, kau betul, memang kenapa dengan semua itu?"
"Alihkan semua warisan itu menjadi milik putrinya, hanya itu yang aku minta."
Tidak menjadi masalah bagi Aubert mengubahnya. Ahli waris satu-satunya jatuh ke tangan Bianca Elenora. Tapi tak semudah itu karena balita itu masih kecil tak mampu menjaga dan mengelola.
Belevia Avryl, tantenya yang memegang semua warisan tersebut sampai bocah kecil itu menjadi dewasa.
"Surat wasiat itu memang ada, Nicholas sempat menggantinya beberapa bulan lalu, menunjuk kau langsung sebagai walinya."
Aubert menjelaskan keseluruhan isi wasiat dihadapan adik sahabatnya. Lepas sudah kemelut yang ada di benak Belevia selama ini. Kakaknya memang sangat teliti dan sempurna.
"Kau siapkan saja surat-suratnya biar aku tandatangani membuat kedudukanku semakin jelas di mata hukum, dan Bianca terlindungi di masa depannya."
"Tunggu beberapa saat mengurusnya, bila sudah selesai aku datang menemuimu sambil makan malam."
"Aku sangat sibuk tak sempat makan malam denganmu, hubungi saja biar ku ambil surat-suratnya di kantor."
Belevia beranjak menghindari pria yang tak disukai yang belakangan ini terus mengganggu. Namun berhenti melangkah sejenak, bertanya hal penting lainnya ke pengacara.
"Oya, apa aku bisa mengadopsi putri Nicholas?" Menatap pengacara itu dalam-dalam.
Senyum licik Aubert Bailey terselip di bibir mendekati dokter cantik segera menjadi miliknya, bukan pria lain! Nicholas pasti setuju rencananya. Sejak setahun lalu meminta pendapat sahabatnya, supaya hubungan Aubert Bailey dan Belevia Avryl berakhir di pelaminan.
Gadis itu mengacuhkan terus menerus membuatnya semakin penasaran.
"Kau tidak dapat mengadopsi putri kakakmu sendiri, kecuali ... "
"Kecuali apa?" desak Belevia tak sabar lagi. Pria itu sedang memainkan perasaannya.
"Pengadilan pasti menunjuk ke sebuah keluarga asuh atau dinas sosial mewakili negara agar putri Nicholas mendapat perlindungan penuh."
Itulah ketentuan rumit yang berlaku saat ini, kadang kala bertahun-tahun mendapatkan ijin adopsi walaupun dari kerabatnya sendiri. Pengacara Aubert Bailey telah mempelajari sebelumnya ketika Nicholas dan Michelle tewas karena kecelakaan, dan membuatnya leluasa mendekati Belevia Avryl dengan berbagai cara.
"Tapi aku bagian keluarganya, tantenya. Statusku sangat jelas begitupun karirku sebagai dokter anak di rumah sakit!"
"Tidak akan bisa, seorang anak harus diasuh sebuah keluarga, tidak boleh orang tua tunggal atau seseorang yang belum menikah."
Sial! Rutuk Belevia dalam hati.
Tiba-tiba saja Aubert memeluknya mengatakan maksud dan tujuan sikap licik pengacara itu secara gamblang. Kesempatan emas tak akan pernah datang dua kali. Dokter dan pengacara, perpaduan yang sempurna.
"Menikahlah denganku, Belevia, kemudian mengadopsi Bianca Elenora menjadi putri kita berdua."
Jaminan warisan harta Nicholas Dupuis diturunkan ke Aubert Bailey tanpa diketahui adiknya sama sekali. Dan pernikahan mereka hanya kamuflase belaka.
Aa-apa! Belevia menghentak keras dada Aubert, tapi pria itu tak bergeming.
"Lepaskan tanganmu, atau aku akan berteriak keras!"
Pengacara keparat itu tak mau melepaskan malah ingin mencium, memaksakan kehendaknya. Adik Nicholas mencoba melarikan diri namun semua sia-sia.
Bugh!
Satu pukulan kencang menghantam ke wajah pengacara yang berbuat tidak senonoh ke adik sahabat sendiri. Tubuh Aubert Bailey ikut melayang jatuh ke lantai yang keras, tak menduga tiba-tiba saja seorang pria datang menyelamatkan Belevia. Masuk ke ruang kantor tepat waktu di saat ingin mencumbu gadis itu.
Michael Delano Carleone!
Sang Pewaris klan mafia terkenal di Milan Utara ternyata masih berada di Perancis setelah pertemuan mereka di kota Nice tadi pagi.
Sialan kau, Michael! Umpat Aubert menggelegar.
Dia mencoba bangkit berdiri menghadapi pria memukul begitu keras hingga hidungnya patah dan berdarah. Diambilnya tisu kering di atas meja menutupi luka, namun darah segar itu terus mengalir membasahi kemeja putih pengacara itu.
"Aku sangat jelas mendengar percakapan kalian berdua di luar tadi. Kau sengaja mengambil keuntungan dari bisnis Nicholas selama ini, dan membujuk adiknya untuk menikahimu agar bisa mengadopsi Bianca!"
Keparat kau, Aubert!
Michael berdiri tegak, meraih tangan Belevia untuk berdiri di belakang. Melindungi dari pengacara bajingan yang ingin menodai gadis itu.
Damien dan Milano sudah berdiri di depan pintu. Teriakan histeris sekretaris melihat bossnya dilukai orang asing membuat gempar para pengawal sang pewaris yang langsung berlari ke dalam gedung.
"Aku tak ada urusan denganmu! Belevia itu kekasihku, baru saja aku meminangnya menjadi istriku. Hanya itu, Bianca dapat terlindungi dari pamannya sendiri, mafia yang kasar dan kejam!"
Bugh!
Pukulan kedua mengenai pelipis Aubert.
Belevia menjerit menutupi wajah di belakang punggung paman Bianca. Dua pria sedang baku hantam namun tidak seimbang. Kekuatan sang pewaris Michael Delano Carleone tak terkalahkan, tanpa pengawalnya mampu menjatuhkan lawan.
Kali ini pengacara keparat itu tak bisa bangun menantang sang mafia muda lagi.
Hinaan yang diucapkan tadi pagi masih terngiang dibenak Michael. Dua pukulan keras belum pantas baginya, lain waktu dia akan melenyapkan hidup pengacara itu selamanya.
"Ayo kita pulang Belevia, jangan mau berurusan apapun lagi dengannya!" Bahu gadis itu dirangkul Michael keluar dari kantor sialan.
Masih terdengar suara kesakitan Aubert Bailey di sepanjang mereka berjalan menuju ke mobil. Damien dan Milano menambahkan pukulan sebagai peringatan terakhir.
Dua senjata sempat ditodongkan ke wajah pengecut yang ciut atas ancaman mereka berdua. Dan Aubert langsung merunduk memohon maaf atas kesalahannya.
Bugh! Bonus akhir, gagang senjata Damien memukul ke wajah brengsek itu lagi. Nasib Aubert Bailey sudah tamat pingsan di tempat.
Belevia Avryl adik dari Nicholas Dupuis, adik ipar Michelle Delano Carleone dan Tante Bianca Elenora. Tidak ada seorangpun boleh menyentuh gadis itu selama dalam perlindungan sang mafia Michael Delano Carleone.
Berani menyentuhnya lagi sama dengan mati!
***
Damien segera mengambil alih mobil Belevia. Gadis itu mengalami ketakutan karena motif busuk pengacara yang tak lain sahabat Nicholas ternyata berani berbuat nista padanya. Sang mafia Michael Delano Carleone menggenggam jari jemari Belevia memberi kekuatan dan kehangatan yang dibutuhkannya. Tak sampai hati dia memarahi kebodohan adik Nicholas setelah kejadian tadi. Andai saja mereka tak mengikuti sampai ke kantor pengacara keparat itu, mungkin ceritanya akan berbeda. Michael dapat menyesal selamanya karena tak dapat melindungi adik ipar Michelle Delano Carleone. "Damien!" serunya keras menakutkan. "Ya, Michael, ada apa?" Pengawal senior menoleh sebentar lalu fokus mengemudi lagi, memasang telinga baik-baik menyimak setiap perintah dari sang pewaris. "Suruh Bernie dan Bruno mencari tahu tentang bajingan Aubert Bailey! Apa yang dilakukan di Nice tadi pagi, dan mengapa sampai tahu kepulangan Belevia dan Bianca ke Marseille?!" "Aku melihat sebelumnya, Aubert sedang menerima telepon,
"Pengawalku hanya menerima perintah dariku, kau duduk tenang atau pilih aku lempar dirimu dari mobilmu sendiri!" gertak Michael agar gadis itu terdiam. Adik Nicholas Dupuis bersikeras menghempas cengkraman adik Michelle Delano Carleone. "Tapi ini kesempatan mengetahui lebih banyak tentang pelaku yang membuat Nicholas dan Michelle tewas. Aku tidak rela atas kematian mereka, bila kejadian itu sungguh bukan kecelakaan biasa!" "Diamlah Belevia, itu urusanku, jangan turut campur!" Michael membentak kasar kehilangan kesabaran. "Kenapa kau diam saja, apa kau takut dengan Aubert Bailey?" kecam Belevia kesal. Hap! Sengaja, sang pewaris menangkap leher jenjang gadis itu, menangkup dagu tirus untuk berhadapan langsung ke wajahnya. "Jangan pernah merendahkan kemampuanku, Belevia! Kau hanya gadis bodoh lebih baik tak tahu apa-apa. Aubert Bailey ingin menggodamu, menikahimu dan merampas harta kekayaan milik kakakmu!" "Grr-- Michael, lepaskan tanganmu, kau menyakitiku!" jeritnya terus memukul
"Om Michael!" pekik kegembiraan dari mulut kecil Bianca Elenora. Bocah kecil itu berlari kencang menyambut kedatangan adik mamanya, meminta digendong seperti biasanya. Kedua tangannya menepuk pipi pamannya ditumbuhi janggut dan kumis tipis. "Duh, ponakan Om Michael yang manja!" sindir sang pewaris sengaja di depan Belevia. Menggendong, mencium lembut kedua pipi gembul menggemaskan replika Michelle saat kecil dulu. Michael terlihat sangat bahagia melupakan perseteruan siang tadi. Dokter pediatric itu langsung memandang sebal. Ponakannya senang sekali bersama sang mafia begitu dekat dengannya. Padahal baru beberapa jam saja tak bertemu meninggalkan kota Milan. Grr ... kau itu paman mafia yang kasar dan angkuh! Desisnya pelan. Tanpa disuruh masuk pun Michael sudah menghambur ke dalam rumah kecil milik Belevia Avryl. Pengasuh Gemma beranjak pulang sesaat melihat tamunya pernah membentak mereka kemarin. Pria mengerikan termasuk para pengawal kekar yang datang bersamanya. Wajah-wajah
"Buatkan aku makan malam, Belevia!" Perintah sang pewaris sebelum menutup mata dengan satu tangan."Ku lihat Damien dan Milano memasak sesuatu di dapur. Kau itu, bukan tuan rumah yang baik, membiarkan pengawalku mengambil minuman sendiri huh!" Apa-apaan ini! Dengus Belevia marah. Seenaknya saja Michael menyuruh di rumah miliknya sendiri! Baru saja ingin membalas tapi pria brengsek itu malah berpura-pura tidur membalikan punggung darinya.Sialnya, dia memang harus menyiapkan makan malam bagi Bianca, mau tidak mau untuk komplotan mafiosi Sicilia. Sungguh menyebalkan sekali. Bergegas Belevia pergi ke dapur bertemu kedua pengawal yang tersenyum dan menunduk hormat padanya. Damien melirik ke Milano agar pergi, dia dan adik ipar Michelle butuh berbicara sejenak sekaligus memasak makanan untuk mereka. "Nona, biarkan aku yang membantumu." "Hmm-- memangnya kau bisa memasak?" Terdengar Belevia meragukan kemampuannya. Pengawal senior itu mengangkat bahu. "Aku tak bisa membuktikan semua itu,
Malam menjelang larut di sebuah kota kecil di Perancis Selatan di saat Michael selesai menemani Bianca dan membaca buku dongeng kesukaan. Kelopak mata kecil perlahan terpejam mendengarkan suara paman yang pandai menirukan suara banyak tokoh cerita membuatnya kelelahan tertawa gembira. Bianca Elenora merasa nyaman dan aman tertidur di dalam buaian sang mafia begitu sayang dan perhatian padahal baru beberapa hari bertemu langsung memberikan segala untuknya. Kecupan lembut di kening mengantar balita itu ke mimpi yang indah melupakan kesedihan atas kehilangan ayah ibunya untuk sementara ini. Raut wajah Belevia mengamati di depan pintu bagaimana Michael memperlakukan ponakan mereka sepenuh hati. Lampu tidur kecil dinyalakan di samping ranjang kecil. Cahaya berpendar berputar memantulkan gambar hewan di dinding kamar balita. Di luar kamar dia mendesak sang mafia untuk pergi besok pagi dari kediamannya. "Aku tak ingin kau berada di sini lagi, pergilah kami tak membutuhkan kehadiranmu!"
Esok pagi. "Gemma, aku titip Bianca," pesan Belevia sudah berpakaian rapi dan sarapan lalu bergegas mengambil kunci mobil keluar dari kediamannya. "Aku ikut denganmu!" Michael selesai menyuapi Bianca, mengecup keningnya lalu diserahkan ke pengasuh. Dokter pediatric itu menatap kesal. "Ada perlu apa kau pergi di rumah sakit, aku tak perlu pengawal, hidupku baik-baik saja sampai sekarang." Sang pewaris mengacuhkan malah menyuruh Damien mengantarkan mereka. Sementara Bernie dan Bruno tetap di rumah mengawasi putri Michelle. Pengawal Leo dan Milano ditugaskan ke Marseille mengambil berkas perusahaan milik Nicholas Dupuis, sang pewaris ingin memeriksa seluruh aset yang diwariskan ke Bianca Elenora. Setengah jam perjalanan ke rumah sakit tak ada pembicaraan lagi. Gadis itu sedang sibuk membaca dokumen penting mengenai kasus pasien ditangani olehnya. Michael terus mendampingi dokter anak sampai ke ruang praktek. Belevia protes keras, melirik tajam ketika membuka pintu ruang prakteknya.
Dasar bodoh kalian!Makian Alain Wood terus menerus sepanjang malam memarahi anak buah tak becus bekerja. Sasaran mereka lolos begitu saja, selamat tanpa terluka dan meninggalkan Perancis Selatan terbang langsung ke Milan Utara."Siapa yang mengirimkan paket ke rumah adik Nicholas tadi?" bentaknya kuat-kuat.Pengawal senior, Constantine menunduk malu. Pengantar paket bagian anak buahnya mengirim hadiah berisi peledak di dalam kotak yang diterima pengasuh putri Nicholas Dupuis sore tadi.Meledak tepat waktu namun sasaran utama Belevia dan Michael termasuk Bianca gagal dihabisi. Dua mobil melaju kencang menjauhi rumah terbakar hebat tiada tersisa lagi. Tugas mereka gagal total dipermalukan intuisi sang pewaris Michael Delano Carleone."Kalau begitu, biar aku yang membalas langsung ke Milan," sahut Constantine menyakinkan Alain Wood agar menyerahkan tanggung jawab yang belum selesai.Duar-rr! Satu timah panas melesat tepat di kening pengawal senior Constantine."Sudah terlambat, brengsek
Sedu sedan tangis Belevia Avryl tak mau berhenti sepanjang perjalanan menuju Milan.Dia benar-benar terluka kehilangan segalanya dalam sekejap mata. Rumah kecil nan asri hancur berkeping-keping tidak dapat diselamatkan lagi.Semua miliknya hilang, musnah. Karirnya sebagai dokter anak ditinggalkan begitu saja di Perancis Selatan.Sekarang ponakan dan dirinya dibawa paksa pulang ke Puri Lombardy oleh sang mafia yang kejam.Wajahnya terus dipalingkan ke jendela tak mau menatap orang-orang berada di sekeliling.Masa gelap bagi Belevia, tiada tempat bernaung membesarkan dan merawat balita itu serta membiayai hidup mereka berdua kecuali mengikuti perintah Michael Delano Carleone.Sungguh dia merasa hidup tak adil baginya.Lirikan Michael sama terluka dengan Belevia. Lalu beranjak menyerahkan Bianca Elenora tertidur pulas dalam buaian ke tangan Damien pengawal kepercayaan keluarga.Ehem! Deheman kecil membuyarkan lamunan gadis itu."Belevia, ini yang terbaik bagimu dan Bianca kembali ke Puri
Perjalanan pulang dari rumah sakit diiringi rasa galau. Pengawal Damien melirik ke kaca melihat situasi aneh terjadi dalam diri istri Michael yang berada di belakang kursi pengemudi. "Kau tak apa-apa, Nyonya Delano?" sidiknya penasaran. "Apakah ada masalah?" "Entahlah," jawabnya gusar memalingkan keluar jendela. "Mungkin Michael pernah bilang padamu ingin pergi berbulan madu, semua orang membicarakan pernikahan kami di rapat tadi. Dokter Henry pun hampir percaya rumor bersiap mengubah wakil pimpinan rumah sakit ke Dokter Carlotta." Tegas Damien menggeleng ikut kebingungan. "Suamimu tak pernah mengatakannya, darimana pihak rumah sakit tahu soal kalian pergi berlibur merayakan usai pernikahan berminggu-minggu berlalu?" Kesibukan di kantor Michael dan Belevia hampir tidak sempat keluar dari Eropa, apalagi setelah menghadapi pengadilan Perancis Selatan demi merebut hak asuh putri Michelle dan Nicholas dari keparat Aubert Bailey. "Sesuatu sedang terjadi dalam kepemimpinan rumah sakit," t
Menyelinap di kamar pasien kosong, Carlotta dan Justino membicarakan kejadian akhir pekan di klub malam. Michael dan Belevia memang berseteru namun hingga pagi ini belum ada kabar selanjutnya. Harapan mereka pasangan itu bercerai secepatnya. "Sungguh sial, istrinya memergoki mencium Michael malam itu," sungut Carlotta. "Seandainya aku segera membawa pulang maka ceritanya akan berbeda." "Uhmm .. masalahmu sama denganku," umpat Justino. "Belevia pergi meninggalkanku di meja bar, pengawal dan penjaga klub malam menghajarku sampai babak belur." Masih terlihat memar di wajah walaupun sudah dikompres beberapa kali dalam dua hari tetap saja lebam itu tak hilang juga. Keduanya merasakan kesialan yang serupa. "Kita tidak bisa tinggal diam," desak Carlotta tak sabar. "Gunakan akalmu agar Michael cemburu memisahkan mereka." Jas putih Justino dicengkram kuat. Desah nafas memburu, nafsunya mengalahkan logika. Bayangan meraih kekuasaan putra Delano Carleone tanpa harus berbagi dengan dokter Belevi
Matahari bersinar menerangi kamar. Hari mulai beranjak siang ketika Michael terbangun mendengar dering gawai mengganggu tidur mereka. Tak sengaja tangannya bergerak membuat kepala Belevia sedikit terusik. Huff-! Manik biru Michael melirik wajah cantik istri tertidur lelap lagi. Putri mereka di Puri Lombardy sedang menghubungi menanyakan keberadaan orang tuanya. "Papa ada di mana, sekarang?!" jerit Bianca. "Mama juga tidak ada di kamarnya!" Terdengar nada kesal dan kecewa dari suara balita saat mereka tidak ada waktu makan pagi tadi. "Hai sayang," sapanya pelan. "Kau sudah sarapan?" "Iya, tapi aku tak menemukan Papa dan Mama, memangnya sekarang ada di mana?" desak Bianca lagi. "Maafkan sayang, Papa dan Mama sedang menginap di hotel," jawab Michael jujur. "Bukankah kamu ingin punya adik bayi secepatnya?" Yes-! Terdengar keras pekik gembira balita di ujung sambungan gawai. Melonjak-lonjak kesenangan hampir saja menjatuhkan gawai milik Paman Damien bila tak segera diambil alih. Suara
Sikap Michael Delano Carleone di luar dugaan. Tubuh mungil Belevia Avryl direngkuh dibopong keluar dari klub malam saat itu juga. Mereka harus menyelesaikan masalah di tempat yang lebih tenang. "Michael, cepat turunkan aku!" seru Belevia memukuli punggung suami. "Tidak, kita harus bicara soal ancamanmu tadi," balas Michael kesal. "Seenaknya saja kau menamparku, seolah dirimu tak bersalah mengapa akhirnya aku pergi mencari hiburan di sini!" Oh, tidak! Giliran Belevia merasa ketakutan sang mafia membalas dendam atas sikapnya di ruang VVIP tadi. "Aku mau pulang sendiri!" desaknya sesaat mereka tiba di lobi menunggu porsche hitam suaminya datang. "Ya, kita pulang bersama-sama!" tegas Michael menerima kunci mobil dari penjaga dan langsung meletakkan tubuh istrinya di kursi lalu memasangkan seatbelt erat. Wajah pias adik Nicholas Dupuis makin rona memerah akibat mabuk dan emosi. Kesadarannya menghilang yang tinggal hanya kemarahan semata. Di depan pintu lobi, Damien memandang bingung. Se
"Andai aku tahu kau suka pergi ke klub malam, tadi sore kita tidak perlu berseteru," bisik Justino di samping Belevia sedang duduk meneguk tandas segelas minuman. Hampir saja dia tak mampu menelan saliva ketika memandang istri cantik mempesona milik sang pewaris Delano Carleone. "Pergilah, aku tak perlu ditemani siapapun!" Belevia geram. "Biarkan aku sendiri di sini!" "Wow! Ternyata kau masih menyimpan kekesalan padaku, ayolah kita nikmati saja malam ini dengan minum dan berdansa," tukas Justino memesan tambahan minuman mereka berdua. Lirikan tajam adik Nicholas Dupuis tak berarti bagi lawan bicara. Pria itu senang mencari masalah cuma untuk meraih puncak karirnya di rumah sakit. Setelah beberapa minggu mereka bekerja di tempat yang sama terus mengamati Belevia penuh seksama. "Justino, aku peringatkan kau terakhir kali," ancamnya tegas. "Michael dan pengawalnya segera bertindak bila kau berani macam-macam lagi denganku!" "Belevia, tenangkan dirimu dulu, jujur aku menyukaimu dari aw
Malam telah larut Belevia membereskan berkas-berkas penting di atas meja. Tugas sebagai wakil pimpinan rumah sakit berikut dokter praktik menyita banyak waktu hingga melupakan anak dan suami. Rasa bersalah mendera karena dia sendiri memaksa kembali berkarir bukan cuma berumah tangga bersama sang pewaris Delano Carleone. Ketika membuka kamar terlihat pengawal Damien lalu lalang di depan pintu. "Hai, kenapa kau belum tidur?" tegur Belevia heran. "Di mana Michael, bukankah kalian tadi sedang membicarakan bisnis?" "Maaf mengganggu, Nyonya," ujar Damien sopan. "Ku pikir Michael sedang bersamamu saat ini." "Tidak, aku baru selesai mengerjakan berkas rumah sakit," gelengnya kuat. "Memangnya ada apa?" Sial-! Umpat pengawal senior. "Aku harus segera membawa adik Michelle pulang dari klub malam jika tidak dia akan meracau di sana," kata Damien cemas. "Sungguh berbahaya baginya karena banyak wanita jalang mengincar sampai detik ini." "Aa-paa!" teriak Belevia terkejut. "Tunggu aku ganti baju
Laporan Damien cukup jelas bagi Michael begitupun kesaksian dari anak buahnya, Milano. "Sebenarnya apa yang terjadi dengan mereka berdua," tanyanya curiga. "Belevia telah berselingkuh dariku?" "Tidak Tuan, sikap Nyonya Belevia begitu marah dan muak saat dokter Justino lancang menyentuh bahunya," bela Milano cepat tak ingin membuat sang mafia gusar karena laporan mereka. "Kau ingat percakapan yang dibicarakan mereka sebelumnya?" Mata biru Michael Delano Carleone berkilat tajam bagai pedang. Kesalahan utama dilakukan Milano tidak menemani setiap saat istrinya membutuhkan pengawalan membiarkan kejadian itu terdengar olehnya. "Tak semua, tapi terakhir Nyonya mengancam untuk menceritakan prilaku busuk dokter bajingan itu padamu, disitulah datang menemui sampai ke ruang kantor dan pulang ke Puri Lombardy." Wajah Milano tunduk malu. Sebelumnya dia melapor ke pengawal senior Damien diteruskan malam ini juga ke sang mafia untuk mencari jalan keluar demi keselamatan istri dan adik Nicholas D
"Papa Michael, kapan aku memiliki adik bayi?" rajuk Bianca Elenora di sela makan malam. "Papa dan Mama 'kan sudah janji sejak lama!" Bibirnya tertekuk cemberut tak mau menghabisi isi piringnya lagi. Giliran sang mafia kebingungan menjawab, menoleh ke arah Belevia yang juga tertegun atas pertanyaan dan permintaan putri mereka. Bagaimana memiliki bayi jika mereka tak pernah melakukan hubungan suami istri sampai detik ini. "Aku mau bayi kembar, Papa!" desak Bianca lagi. "Semuanya harus berasal dari perut Mama!" Hah! Kelopak mata Michael dan Belevia membelalak lebar. Putri mereka mulai pintar berbicara beradu debat dengan orang tuanya, dan tak lama akan bersekolah. "Baiklah, sayang," sahut sang pewaris Delano Carleone mengakhiri ketegangan. "Nanti Papa dan Mama berdiskusi dulu karena keluarga di sini tak satupun memiliki keturunan kembar." "Michael," bisik Belevia mengalihkan perhatian. "Keluarga Mama memiliki saudara kembar tapi mereka jarang bertemu karena bermukim di Spanyol dan Jer
"Nyonya Belevia," sapa Milano penuh hormat. "Apa sudah waktunya untuk pulang?" "Tunggu sebentar," sergahnya terburu-buru menahan pengawal diam berdiri di luar ruang praktik. "Aku harus mengambil mantel dan berkas dulu di ruang atas untuk dibawa pulang." Milano menggeleng, mendebat istri sang mafia. "Sebaiknya aku temani Nyonya ke lantai atas sesuai perintah Tuan Michael agar menjagamu kemanapun kau pergi." Grr-- dasar konyol! Ruang praktik dan kantor wakil kepala rumah sakit hanya beda dua lantai. Belevia merasa dikekang suaminya sendiri, diamati kebebasan selama bekerja pengawal suruhan Michael Delano Carleone. "Aku baik-baik saja, kau terlalu kaku dan baku terhadap aturan suamiku!" lontarnya kesal pergi meninggalkan seorang diri. Jubah putih praktik masih dikenakan segera diganti mantel hangat mengusir hawa dingin musim salju ini. Terlihat semburat wajah kesal pengawal setia keluarga Delano Carleone sambil melirik jam tangan menanti dirinya kembali. Rumah sakit besar yang terke