Share

The Sun

Author: UmiLovi
last update Last Updated: 2023-05-25 12:10:25

"Sudah tidur, Briy??" Sebuah suara lembut mengagetkan Brisya yang sedang serius membaca buku diktatnya.

Brisya akhirnya di terima di Universitas Negeri melalui jalur PMDK di jurusan Akuntansi.

"Belum, Ibuk. Brisya masih belajar," sahut Brisya sambil menutup buku diktatnya dan beranjak menghampiri Bu Shila yang sudah duduk di tempat tidurnya.

"Ibu capek, ya? Mau Brisya pijat?" tanya Brisya melihat Bu Shila yang terlihat lelah.

Bu Shila menggeleng dan menatap salah satu putri Panti yang paling ia sayang.

"Ibu mau ngasih sesuatu sama kamu," ucap Bu Shila lirih, merogoh saku dasternya dan menyodorkan sebuah kalung berliontin inisial huruf "B".

"Ini milikmu, Brisya kecil saat pertama kali tiba di rumah ini memakainya," lanjut Bu Shila lugas, sambil meletakkan kalung itu di telapak tangan Brisya.

"Apa kamu ingat sesuatu??" tanya Bu Shila penasaran saat Brisya hanya tertegun melihat kalung itu.

Brisya mengawasi Bu Shila dan menggeleng. Ia bahkan lupa pernah memakai kalung ini di lehernya.

"Yang Brisya inget, seseorang yang Briy panggil dengan sebutan mami menurunkan Briy di depan Panti, itu saja," sahut Brisya sedih. Ia benci mengingat masa lalunya. Tidak ada yang indah di sana. Tidak ada yang harus Brisya kenang.

Bu Shila memeluk Brisya pelan. "Aku Ibumu, Nak. Siapapun yang mengantarmu ke sini, kamu tetaplah anak kami, " ucap Bu Shila tepat di telinga Brisya. "Anak Bu Shila dan Bu Rahmi yang cantik, yang manis, yang baik hati," lanjut Bu Shila lembut.

Brisya menatap langit-langit kamarnya cepat, ia menahan air matanya agar tak tumpah. Ia benci menangis.

"Kami tidak pernah menawarkanmu pada orang tua manapun, karena bagi kami semua yang ada di sini, kamu adalah matahari. Kamu selalu bersinar di antara kami, kamu membawa keceriaan di sini," terang Bu Shila pelan, mengurai peluknya dan mengusap pipi Brisya lembut.

Brisya tersenyum dan balas mengelus pipi Bu Shila. " Makasih, Ibuk. Briy nggak butuh kalung itu, Ibuk buang aja ke tempat sampah, Brisya kecil yang make kalung itu sudah mati," putus Brisya mantap, ia tidak ingin lagi terkurung di masa lalunya yang suram.

****************

Setiap hari selama berangkat kuliah, Brisya menunggu Aji menjemputnya. Mereka berdua berangkat dan pulang kuliah bersama- sama.

Aji masuk Universitas yang sama melalui jalur khusus. Dengan orang tuanya yang kaya raya, apapun bisa ia lakukan tanpa harus repot-repot ikut tes pendaftaran.

Dan pagi ini, Brisya sudah berdiri di depan Panti dan sudah siap berangkat kuliah. Sekilas ia melirik jam tangan mungilnya, jam 8 pagi. Semalam Aji bilang akan menjemputnya jam 8.

Hembusan semilir angin mengurai rambut Brisya yang panjang. Beruntung hari ini ia memakai sweater, untuk berjaga-jaga semisal hujan agar ia tidak kedinginan karena sepertinya musim hujan sudah mulai datang.  Pandangan Brisya tiba-tiba tertuju pada bangunan lusuh di samping Panti. Sebuah Ruko yang kotor tak berpenghuni. Sekilas Brisya ingat pernah masuk ke dalam Ruko itu saat ia masih kecil.

Brisya berjalan mendekat, hatinya tiba-tiba menghangat. Ada sesuatu yang berusaha ia ingat, akan tetapi tidak bisa. Ruko dua lantai yang terlihat suram, gelap dan tak terawat.

Ddinnn dinnnn!!!

Brisya terlonjak, suara klakson mobil membuyarkan lamunannya. Ia berbalik dan mendapati mobil Aji sudah berada di belakangnya. Ia pun segera berlari mendekat dan membuka pintu mobil.

"Lagi lihat apa sampe serius begitu?" tanya Aji heran saat Brisya sudah duduk di sampingnya dan memasang seatbelt.

"Nggak tahu, aku kaya familiar aja dengan bangunan itu."

"Iyalah familiar, 21 tahun kamu tinggal di sebelahnya!" potong Aji terkekeh.

Brisya menolehi Aji serius. "Aku mencoba mengingat sesuatu tapi nggak bisa, seseorang pernah tinggal di sana, aku manggil dia kakak, tapi dia pergi," ucap Brisya cepat.

"Dia mati?"

"Nggak. Dia pergi, nggak tahu ke mana, tapi dia janji mau kembali lagi ke sini," potong Brisya.

Aji meliriknya tak suka, "Kakak itu cowok apa cewek?" selidiknya cemburu.

Brisya melirik Aji keki. "Cowo," sahutnya lirih.

"Terus? Kamu ngarep dia balik buat apa??"

"Aku nggak ngarep, Ji, aku kan tadi cuma cerita sama kamu."

"Tapi nada bicaramu tadi, kaya ngarep banget buat dia balik ke sini," potong Aji kesal. Sepagi ini suasana hatinya sudah di buat kacau oleh Brisya.

"Yaudahlah, Ji, terserah kamu!" ucap Brisya kesal dengan respon Aji yang tiba-tiba jadi jutek.

Aji menepikan mobilnya perlahan. "Briy, liat aku," perintah Aji kesal.

Brisya tak bergeming, ia memandang lurus ke luar kaca mobil.

Aji menarik tangan Brisya dengan cepat, berharap Brisya menurutinya.

"Awww, sakit, Ji," desis Brisya kesakitan dengan cekalan Aji yang kasar.

"Lihat aku makanya!!" teriak Aji emosi, Brisya menatap Aji cepat.

"Jangan pernah bahas laki-laki manapun di depanku, paham!" perintah Aji serius.

Brisya masih tak bergeming, ia menatap Aji dalam. Aji yang selalu kasar saat ia marah dan tak segan menyakiti Brisya.

"Paham, nggak!?" tanya Aji masih emosi.

Brisya berpaling, akan tetapi dengan sigap Aji menarik dagunya agar menatap pria itu lagi.

"Aku nggak suka kamu kasar gini, Ji!" rutuk Brisya kesal, menepis tangan Aji di dagunya.

Namun, Aji masih menahan kedua tangan mungil itu dengan kasar. Tatapannya masih penuh emosi. Nafasnya berderu menahan amarah. Ia menatap Brisya lekat-lekat, dari ujung rambut sampai bibirnya yang mungil dan tipis. Semua di tubuh Brisya membuat darahnya menghangat. Tiba-tiba Aji mendekat ke bibir itu dan melumatnya tanpa berpikir panjang.

Brisya tak sanggup menghindar karena Aji menahan kedua tangannya. Ia hanya bisa terdiam pasrah saat bibir Aji menghisap bibirnya dengan kasar.

Beberapa saat setelahnya.

Mobil Aji kembali melaju dengan perlahan. Brisya diam membisu. Meski ia menyayangi Aji, bukan berarti pria itu bisa berbuat sesuka hati padanya. Brisya sedih harus mengingat momen firstkissnya di lakukan dengan kasar seperti tadi.

"Maaf, Briy," desis Aji memohon, tangannya menggenggam tangan Brisya yang dingin dan memerah bekas cekalan tangan Aji tadi.

Brisya masih terdiam. Ia tak tahu harus berbuat apa. Sudah terlalu banyak kebaikan Aji yang ia terima. Tak sampai hati Brisya membenci Aji hanya karena kejadian tadi. Ia selalu lemah di hadapan Aji.

"Briy, I'm sorry ..." ulang Aji memelas, kali ini dengan mencium telapak tangan Brisya berkali-kali.

"Aku janji, nggak akan pernah kasar kaya gini lagi sama kamu."

"Jangan janji, kalo kamu nggak bisa tepati."

"Nggak, aku pasti tepatin janjiku. Aku bersumpah!"

"Stop it, aku nggak suka denger kata-kata itu," potong Brisya dingin.

Aji menurut dan kembali serius dengan kemudinya.

"Nanti nggak usah pulang bareng dulu, aku lagi pengin sendiri."

"Briyyyy, plisss, jangan gini, aku minta maaf, Briy. Aku nyesel!!" pinta Aji memohon. Nada suaranya meninggi lagi.

Brisya menolehinya ragu, wajah Aji memerah. Saat Aji menolehinya juga, Brisya mendapati bola mata pria itu juga memerah dan berkaca-kaca, Aji terlihat sangat frustasi.

"Besok kamu bisa jemput aku seperti biasa, aku cuma pengin pulang sendiri dulu nanti."

"Briy, nggak! Kamu nggak boleh pulang sendirian, aku akan ngerasa nggak berguna jadi laki-laki kalo ninggalin kamu sendirian," tukas Aji lagi, suaranya bergetar menahan tangis.

"Nggak usah nangis, lah, kamu itu cowok! Malu, tahu!" perintah Brisya kesal.

Namun, air mata Aji tak terbendung lagi. "Makanya maafin aku, aku salah, aku janji nggak akan ngulangin lagi," ucap Aji memohon. "Jangan tinggalin aku, plis ..." lanjutnya mengiba dengan air mata berlinang.

Brisya membuang nafasnya berat. Ia tak sampai hati melihat Aji memohon seperti itu.

"Yaudah, aku juga minta maaf, ya ..." ucap Brisya pelan, menghapus air mata di pipi Aji dan mengelus bahunya pelan.

Aji menarik tangan Brisya dan menciuminya berkali-kali sebagai ungkapan terima kasih. Sejak dulu Aji selalu kesulitan untuk mengontrol emosi di saat-saat tertentu, sifat temperamennya akan muncul bila ia merasa terancam, diacuhkan, dan cemburu. Dan semakin ia sayang pada seseorang, maka sifat temperamennya akan membuat ia jadi overprotektif dan posesif.

**********

Related chapters

  • Om, I Love You!!   Have Fun

    Hari berlalu seperti biasa, tidak ada sehari pun dilalui Brisya tanpa Aji kecuali saat mereka sedang libur kuliah.Sejak kejadian first kiss itu, Aji selalu melakukannya lagi dan lagi dan tak pernah bisa Brisya tolak. Namun di balik sifat Aji yang kasar, ia adalah sosok yang penyayang. Mungkin karena Aji adalah putra tunggal dari keluarga kaya raya maka segala yang ia mau harus ia dapatkan. Ia menjadi egois dan brutal saat keinginannya tak terpenuhi."Aku laper, Briy, kita berhenti makan dulu, yuk!" pinta Aji sambil membelokkan mobilnya ke sebuah restoran.Usai memarkir mobilnya, Aji segera berhambur keluar dan membukakan pintu mobil untuk Brisya."Yukk!" ajaknya halus seraya menggandeng Brisya masuk.Brisya hanya menurut dan mengikuti Aji yang langsung memilih tempat duduk untuk mereka berdua. "Kamu mau makan apa, Briy?" tawar Aji saat waitress membawakan menu."Aku nggak lapar, kamu aja yang makan ya, aku minum aja.""Kan, kamu, kan! Nggak usah diet, kamu sudah sekurus tiang listri

    Last Updated : 2023-10-24
  • Om, I Love You!!   You!!

    Matahari sudah hampir tinggi. Brisya sedang membereskan sisa piring makan anak-anak Panti yang berantakan, saat tiba-tiba ponselnya berbunyi.Siapa lagi yang menelfonnya kalo bukan Aji. Hanya nomor dia yang ada di ponsel Brisya."Halo?" sapa Brisya cepat."Halo, Briy, hari ini ke mana?"Brisya meletakkan piring yang ia tenteng di meja karena kerepotan membawanya dengan satu tangan. "Hari ini aku bersih bersih Panti. Ada apa, Ji?" tanya Brisya penasaran."Hmm gapapa, sih. Aku pengin ngajak kamu jalan sebenernya, aku mau cari oleh-oleh buat oma. Hari Senin besok aku berangkat.""Yahhh, besok aja gimana?""Besok aku mulai packing, Briy," sahut Aji kecewa. "Aku pengin puas-puasin bareng kamu hari ini, besok aku udah sibuk," lanjutnya tak bersemangat.Brisya mendesah sedih. "Yaudah, 2 jam lagi jemput aku, ya? Aku mau lanjutin bersih-bersih Panti dulu dan nyelesain ini secepatnya.""Asyikkk, okey! Aku jemput kamu jam 10, ya!!"Brisya tersenyum lega mendengar suara itu ceria lagi. "Okey, bye!

    Last Updated : 2023-10-24
  • Om, I Love You!!   It's You!!

    "Dia Haris! Kakak yang dulu tinggal di ruko sebelah," lanjut Bu Shila dengan penuh semangat.Jantung Brisya seolah berhenti berdetak, kakak yang tinggal di ruko? Kakak yang dulu pergi dan membuatnya kesepian? Jadi, lelaki yang sedari tadi ia panggil 'Om' itu adalah kakak Haris?!Tanpa rasa canggung, Haris merentangkan kedua tangannya untuk memeluk Brisya. Namun Brisya tak bergeming. Entah kenapa hatinya jadi sakit, seperti teriris-iris. Alih-alih bahagia karena bisa berjumpa dengan kakak yang dulu selalu ada untuknya, kini Brisya malah merasa kesal dan marah. Saat Brisya masih diam tak bergerak, Haris akhirnya memilih untuk mendekat dan memeluk gadisnya dengan erat. Brisya sampai menahan bernafas karena kaget. Pelukan ini, ya, pelukan ini yang selama ini ia rindukan. Pelukan yang berbeda dengan milik Aji. Brisya masih tak bergerak, tubuhnya membeku dalam dekapan Haris. Setelah cukup lama berpelukan, Haris lantas mengurai dekapannya dan menangkup wajah mungil Brisya dengan kedua tang

    Last Updated : 2023-10-24
  • Om, I Love You!!   Silly

    Pagi itu, tidur nyenyak Brisya terganggu saat ponselnya berdering dengan nyaring. Tak terbiasa mendengar ponselnya berbunyi di pagi hari, Brisya lekas bangkit dan membuka mata. Tangannya meraba ponsel yang semalam ia selipkan di bawah bantal. Aji is calling ..."Halo.""Briy, aku berangkat, ya," ucap suara Aji di ujung sana, sedikit terdengar lemah dan parau.Sambil bersandar di ranjang, Brisya menghembuskan nafasnya sedih dan berujar,"Iya, hati-hati ya kamu, jangan lupa kabari aku kalo udah sampe.""Okey Briy, I love you."Brisya menggigit bibirnya kelu. "Love you too, Ji," desisnya tak bersuara sebelum kemudian sambungan telepon mereka terputus. Brisya memandang ponselnya sedih. Sebulan ke depan ia harus mandiri. Ia juga harus segera mencari perusahaan untuk tempatnya magang. Tak ingin membuang waktu, Brisya lekas beranjak turun dari ranjang dan masuk ke kamar mandi. Hari ini ia harusnya ke kampus untuk menyerahkan data perusahaan tempatnya magang. Namun ia bahkan tidak punya i

    Last Updated : 2023-10-25
  • Om, I Love You!!   Meet Up

    Beberapa hari ini, Brisya tidak melihat mobil Haris terparkir di depan ruko. Terakhir kali, ia melihat Haris saat mengantarnya ke kampus.Diam-diam Brisya merasa bersalah, ia menyesal sudah bersikap jahat pada Haris waktu itu. Dia ingin meminta maaf, tapi tak sekalipun ia bertemu lagi dengannya."Ada apa, Briy, dari tadi Ibu lihat kamu melamun terus." Bu Shila tiba-tiba sudah duduk di depan Brisya di tepian ranjang anak asuhnya.Brisya mengawasi wanita, yang sudah ia anggap sebagai ibunya sendiri itu, dengan sedih. "Briy jahat nggak sih, Buk?" tanyanya lirih.Bu Shila mengawasi Brisya bingung. "Jahat sama siapa?" Ia malah balik bertanya.Dalam diam, Brisya menarik napasnya dalam, lalu menghembuskan perlahan. Berharap rasa bersalahnya menguap bersama karbondioksida yang ia lepaskan. "Terakhir kali ketemu om Haris, Brisya marah-marah sama dia, sempet ngebentak juga."Bu Shila masih bingung dengan penjelasan Brisya. Ia merenggangkan posisi duduknya agar lebih nyaman. "Tempo hari om Ha

    Last Updated : 2023-10-26
  • Om, I Love You!!   Who are you?

    Raut wajah Haris berubah serius, ia menatap Brisya dan duduk bersila agar lebih santai."Kamu mau aku menjawab apa, Briy?" Haris balik bertanya dengan lembut, akan tetapi Brisya hanya mengangkat kedua bahunya dengan santai. "Apa tidak ada yang kamu ingat sedikit pun tentang aku?" tanya Haris lagi, Brisya menggeleng ragu."Yang ada diingatanku cuma rumah ini pernah di tinggali seseorang, yang dulu sering memberiku permen, tapi kemudian dia pergi," ucap Brisya lirih, ia melirik Haris yang masih memandangnya sendu."Apalagi yang kamu ingat?""Barbie! Dia memberiku boneka barbie," tukas Brisya cepat.Barbie??Haris terbelalak surprise namun detik berikutnya ia kembali tenang. "Apa yang membuatmu nggak yakin kalo itu aku?"Brisya terdiam, hanya karena ia tidak ingat wajah Haris semasa kecil dulu, bukan berarti laki-laki yang duduk di depannya ini adalah orang jahat. Haris selalu berbuat baik selama bertemu dengannya."Maaf," ucap Brisya lirih sembari memilin ujung T-shirt-nya dengan keki.

    Last Updated : 2023-10-26
  • Om, I Love You!!   Drowning

    Brisya dan Haris mulai dekat kembali sejak kejadian di hari itu. Seolah hendak menebus kesalahannya yang telah meninggalkan Brisya di masa lalu, saat ini Haris selalu berusaha ada untuknya. Ia mempercepat ijin usaha rukonya untuk dijadikan kantor ketika tahu Brisya sedang kesulitan mencari perusahaan untuk magang.Pagi ini, Haris sudah berpakaian rapi. Ia berencana untuk menginterview beberapa orang yang nantinya akan ia jadikan staf di kantor kecilnya. Meski masih terbilang pemula, namun Haris ingin segala sesuatunya sempurna. Ia ingin pekan depan ia sudah mulai membuka kantor biro Arsitek. Entah laku atau tidak di kota kecil, yang pasti Haris hanya ingin cepat membantu Brisya menyelesaikan program magangnya.Saat hendak turun ke lantai 1, ponsel Haris bergetar di saku celananya.Vega is calling... Haris menghembuskan nafasnya jengah, sepagi ini Vega sudah menerornya."Hallo.""Honey, aku sudah menyelesaikan beberapa urusanku di sini. Besok aku nyusul kamu ke--""Jangan!" sela Haris

    Last Updated : 2023-10-26
  • Om, I Love You!!   Feeling Guilty

    Pagi ini Brisya bangun dengan malas-malasan. Hari ini ia sudah ada janji dengan Haris. Tapi entah kenapa ia jadi enggan untuk berangkat. Pertengkarannya dengan Aji semalam membuatnya cemas. Ia takut berbuat kesalahan lagi."Briy." Suara Bu Shila tiba-tiba datang mengagetkan Brisya yang tengah melamun, wanita paruh baya itu sudah berdiri di pintu sembari mengawasi putri asuhnya."Ya, Bu?" sahut Brisya lirih sambil beranjak duduk dengan malas."Ada Haris di depan, katanya sudah janjian sama kamu?" Bu Shila mengawasi Brisya yang masih berantakan dengan muka bantal dan rambut acak-acakan.Beberapa detik Brisya menarik napasnya bimbang. "Cepetan mandi, gih, kasian Haris kalo kelamaan nunggu," perintah Bu Shila saat Brisya masih diam mematung.Sekali lagi Brisya menghembuskan napasnya berat dan mulai beranjak dari tempat tidurnya. "Yaudah suruh tunggu bentar, Bu, Brisya mandi dulu."30 menit kemudian, Brisya keluar dari kamar dengan ogah-ogahan, ia memastikan ponselnya sudah masuk ke dala

    Last Updated : 2023-10-26

Latest chapter

  • Om, I Love You!!   Season II : That Day!

    Sejak satu jam yang lalu, Aji berdiri dengan gelisah di pintu menuju altar yang akan menjadi tempatnya mengucapkan sumpah pada Tuhan. Pernikahan yang tak terencana dan dipersiapkan dalam tempo waktu singkat membuat acara itu tak semewah seharusnya. Tak apa, Aji tak lagi menginginkan pernikahan mewah namun berakhir di tengah jalan seperti pernikahannya yang terdahulu. Stevany pun demikian, ia bukan tipe wanita ribet yang terlalu mementingkan detail. Baginya, inti dari pernikahan adalah janji yang diucapkan pada Tuhan, bukan gaun, dekorasi, catering dan lain-lain. Ia hanya membeli gaun seadanya di desainer langganan Mama Aji, bukan gaun custom seperti milik Brisya dulu. Semua keluarga di Sydney dan Melbourne datang untuk menyaksikan pernikahan sederhana itu. Pun Bu Shila dan orang tua Brisya tak luput dari undangan Aji. Ia ingin momen indahnya kali ini disaksikan oleh semua orang yang berharga dihidupnya. Lantunan musik terdengar saat Stevany datang digandeng oleh Thomas. Aji yang men

  • Om, I Love You!!   Season II : Will You Be Mine?

    "Kamu mencintaiku?" tanya Aji lirih di telinga Stevany yang sedang terpejam di ranjangnya. Semalam, mereka berdua melampiaskan kerinduan yang selama ini tertahan. Aji tak membiarkan Stevany beristirahat barang sedetikpun, seolah tubuhnya yang tak sempat beristirahat seharian kemarin tak pernah lelah menjelajahi tiap jengkal tubuh gadisnya. Aji seperti kesetanan, memiliki Stevany yang merupakan perempuan pertama yang ia tiduri dalam keadaan perawan seolah anugerah yang tak akan pernah ia sia-siakan lagi. Stevany menggeliat di balik selimut tebal yang menutupi tubuh mereka berdua. Tanpa sadar sesuatu yang sedang tegang di bawah sana tersenggol hingga membuat Stevany terbelalak. Ia menoleh cepat pada Aji yang sedang tersenyum nakal menatapnya. "Aku menginginkannya lagi, Stev. Tolong aku," rengek Aji seraya merapatkan tubuhnya pada Stevany hingga junior yang mulai aktif itu menggesek di antara pahanya.Stevany memejamkan matanya gugup. Padahal semalam ia sudah seperti wanita binal, tap

  • Om, I Love You!!   Season II : Mine!

    Aji mendapatkan penerbangan pagi di keesokan harinya. Ia benar-benar lupa bila hari ini adalah hari besar Zunita. Beruntung Mamanya menelefon semalam, bila tidak, mungkin Aji akan kembali sibuk membantu Freya di kantor Ekspedisi. Jam 4 sore, pesawat yang ditumpangi Aji baru saja landing. Ia lebih dulu pulang ke apartemen untuk mandi dan berganti pakaian. Saat akan berangkat, ia lupa bila mobilnya ada di rumah papa dan mamanya. Alhasil, Aji datang ke acara Zunita dengan mengendarai taksi. Sepanjang perjalanan, suasana hatinya yang sempat memburuk selama di Sydney jadi semakin kacau balau. Ia pasti akan bertemu Brisya dan Haris di acara resepsi itu. Sudah lama sekali sejak ia bertemu mereka terakhir kali, entahlah apakah Aji akan sanggup melihat wanita yang pernah sangat ia cintai itu lagi. "Stop, Pak. Terima kasih!" Aji menyodorkan selembar uang seratus ribuan pada supir taksi dan bergegas membuka pintu. Ia keluar dan merapikan jasnya tanpa memperhatikan sosok yang berdiri mematung

  • Om, I Love You!!   Season II : Here in Sydney

    Usai menulis surat untuk Stevany, Aji bergegas turun dan bersiap untuk pergi. Tak lupa ia mengirimkan pesan pada gadis itu untuk berpamitan dan langsung memblokir nomornya dari daftar kontak. Setidaknya hanya hal ini yang nantinya akan menjadi kenangan terakhir untuk Stevany, gadis itu harus melupakannya agar bisa kembali bangkit. Harus. Dengan hati hancur, Aji menarik kopernya keluar dari rumah Nenek Chloe. Ia tak memiliki tujuan, kembali ke Sydney mungkin adalah satu-satunya pilihan. Saat sedang berjalan sambil merenung, ponsel di saku celananya bergetar. Dengan lemas, Aji merogohnya dan membaca nama yang tertera di layar. Freya is calling ..."Halo," sapa Aji suntuk."Aji, aku sedang dalam perjalanan menuju bandara. Aku akan pulang duluan ke Sydney, apa kamu masih lama berada di Melbourne?" cerocos Freya tanpa jeda.Aji tersenyum lega. "Aku juga sedang perjalanan menuju bandara, Frey. Baiklah, sampai jumpa di rumah Nenek!" janjinya."Oke, baiklah. Sampai jumpa!"Tit. Aji memasuk

  • Om, I Love You!!   Season II : Zunita & Hendri Wedding

    Hari minggu pun tiba, semalam Stevany mendapat surat undangan yang dikirim melalui chat oleh Brisya. Acara pernikahan Hendri dan Zunita, diadakan di hotel berbintang di Jakarta. Sejak pagi, Stevany sudah berada di Jakarta. Ia berencana membeli gaun terlebih dahulu lantas ke salon untuk dirias. Acaranya jam 3 sore, jadi masih ada banyak waktu untuk bersiap-siap. Stevany bahkan lupa bila ia pernah trauma untuk datang ke acara pernikahan, namun kini ia malah sangat antusias. Ia ingin tampil secantik mungkin di acara itu. Brisya memberi tahunya bila Aji pasti muncul karena pernikahan ini adalah acara spesial asisten pribadi Mamanya yang sudah dianggap keluarga sendiri oleh mereka. Diam-diam Stevany menjadi sangat penasaran seperti apa keluarga Aji, apakah nanti mereka akan memperlakukan Stevany dengan baik bila mengenalnya?? Stevany sudah kenal dengan Oma Donita yang sangat ramah dan gaul seperti Nenek Chloe. Semoga saja keluarga di Jakarta juga sebaik keluarga di Sydney, Stevany memba

  • Om, I Love You!!   Season II : Meet My Family

    Di dalam pesawat menuju Jogja, Stevany sedang berpikir keras. Perkataan Brisya kemarin selalu saja terngiang-ngiang di telinganya. "Kalo kamu mau ketemu Aji, datanglah hari minggu esok lusa. Aku akan memberimu alamatnya. Berdandanlah yang cantik. Aku yakin Aji akan datang di hari itu!" Ia memang akan berada di Indonesia selama seminggu kedepan. Bahkan mungkin bisa saja lebih lama bila ia tak kunjung bertemu dengan Aji. Kemarin Brisya memberi alamat dan nomor ponsel Mama Aji pada Stevany. Hanya untuk berjaga-jaga semisal nantinya Aji tak muncul di hari minggu esok lusa. Pesawat pun akhirnya landing di Bandara Udara Adisutjipto dengan selamat. Stevany lekas mengambil kopernya begitu melihatnya keluar dari bagasi. Sedikit terburu-buru karena ia sudah sangat tak sabar untuk bertemu Papa dan Maminya hari ini. Stevany sudah sangat rindu pada keduanya. Dari Bandara, ia bertolak ke kediaman kedua orang tuanya dengan menaiki taksi. Sepanjang jalan, Stevany tak hentinya tersenyum menyaksika

  • Om, I Love You!!   Season II : Welcome to Indonesia

    Bandar Udara Internasional Soekarno–Hatta. Stevany tiba di Indonesia tepat jam 1 siang. Ia lekas menarik kopernya dan mencegat taksi di luar. Dua hari yang lalu, Stevany berusaha mencari keberadaan dan kontak Brisya. Ia mencari di medsos manapun, dan beruntung bisa menemukan akun Instagramnya. Brisya masih mengingat Stevany, sempat mengobrol berbasa-basi di DM hingga akhirnya hari ini sudah membuat janji untuk bertemu. Stevany melarang Nenek Chloe memberi tahu Papanya bila ia berkunjung ke Indonesia, ia berencana akan memberi suprise pada mereka besok. Hari ini Stev sudah memiliki jadwal untuk menyelesaikan urusannya dengan Brisya. Namun lebih dulu, Stevany cek in di hotel yang sudah ia booking sejak kemarin.Usai beristirahat sebentar di hotel, Stevany bersiap-siap untuk pergi menemui Brisya di jam 4 sore. Mereka berdua sudah setuju untuk bertemu di Cafe yang berada tak jauh dari rumah Brisya. Cafe Lovable. Stevany tiba lebih dulu, suasana Cafe yang syahdu dengan musik mengalun

  • Om, I Love You!!   Season II : It's Hurt

    Sudah hari keenam sejak Aji pergi dan Stevany kehilangan jejak. Ponselnya masih tak aktif dan tidak ada yang tahu ke mana Aji pergi. Bahkan Oma Donita dan Tante Wilma sekalipun. Aji seperti lenyap ditelan bumi. Hari ini Nenek Chloe pulang, Stevany menjemputnya ke bandara. Selama di Melbourne, ia jarang sekali mengendarai mobil sedan klasik milik Papanya semasa muda. Hanya untuk keperluan mendesak saja Stevany membawanya, selebihnya ia kerapkali menaiki angkutan umum ke manapun pergi. "Apa kamu sudah bertemu dengan Aji?" tanya Nenek Chloe. Mereka berdua sedang dalam perjalanan pulang dari bandara. "Belum, Nek. Sepertinya dia memang sengaja pergi dan tak ingin melihatku lagi.""Kenapa begitu? Bukannya kalian dulu pernah bekerja di tempat yang sama?""Dia mantan Bosku, Nek. Aku yang bekerja padanya." Stevany menyela dan menoleh pada Nenek Chloe sekilas.Nenek Chloe manggut-manggut seraya berpikir sejenak. "Apa dulu kalian juga sempat berpacaran? Tatapannya terlihat berbeda padamu, Ste

  • Om, I Love You!!   Season II : Losing You

    Suasana hati Stevany yang tadinya riang usai menghabiskan makan siang kiriman Jared, kini mendadak suram setelah membaca pesan dari Aji. Seketika itu dadanya terasa sakit, jadi Aji akan benar-benar pergi setelah semalam ia mengusirnya? Ada sedikit rasa sesal di hati Stevany, sejujurnya ia masih ingin menikmati waktu lebih lama bersama Aji. Bukankah sekarang mantan bosnya itu sudah sendiri? Ia bukan lagi pria beristri, kan? Jadi mengapa begitu terburu-buru dan malah menuruti perkataannya yang sedang dirundung emosi! Stevany memencet icon telefon pada sudut atas pesan chat itu. Tersambung, namun tak diangkat. Tiga kali Stevany mencoba, namun tetap tak diangkat oleh Aji. "Hiiih!" Stevany menggeram. Ia mengawasi layar ponselnya yang masih menyambungkan panggilan ke nomor Aji. Stevany bangkit dari kursi dan berjalan mondar-mandir sembari memijat keningnya yang kini berdenyut pusing. Debaran di dadanya masih terasa hingga kini, perutnya pun seketika jadi mulas. "Angkat, dong! Ck," deca

DMCA.com Protection Status