“Tidak, kamu tidak salah. Dia sudah salah paham dari dulu. Begini hancur keadaan rumah tangga keluargaku. Makanya aku benci menikah.” Aku melepaskan pelukanku.
“Baiklah, aku tidak akan lagi mengatakan tentang menikah. Tapi, masih boleh ‘kan kita dekat?” Aku mengangguk. Jika dia berubah ingin cari orang lain, aku akan melepaskannya.
***Meyyis***
POV DAVIN
Setelah gagal melamar Shasha, mengantarnya pulang. Bohong kalau tidak kecewa. Tapi, aku mengahrgai keputusannya. Trauma memang tidak dapat dipaksa. Semakin aku memaksanya, bukan tidak mungakin, wanitaku itu akan semakin tidak nyaman. Aku tidak mau, dia meras jenuh nantinya. Biarkan, semua berjalan ala kadarnya dulu. Yang penting, masih dalam kendliku.
Aku berjalan gontai masuk ke rumah orang tuaku. Saat seperti ini, aku butuh Devan. Kembaranku itu, akan menenangkanku. “Tumben kemari?” Dia
“Tidaklah, aku sudah siap ditolak. Sudah jangan dipikirkan. Aku bisa mengejarmu lebih giat. Maafkan aku, terlambat tahu. Sekarang tidur, kalau tidak, aku datang untuk menemanimu tidur, mau?” Tentu aku hanya bercanda.“Apaan, sih? Da … see you.” Aku tersenyum, dia pasti sudah gugup.***Meyyis***POV DAVINIngin jadi kekasih yang menyenangkan, tentu harus totalitas ‘kan? Aku akan menjamputnya hari ini. Biarkan dia meliht, bahwa aku perhatian dan menyayanginya dengan tulus. Tidak akan pudar walau dia menolakku.“Pagi, Cantik.” Dia melonjak ketika melihatku di depan pintu.“Pak Davin? Saya kaget, kenapa ada di sini?” Aku tersenyum mendengar pertanyaannya. Dengan tangan kiri, membukakan pintu.“Silakan, Tuan Putri. Aku menjemputmu.” Dia terlihat sangat gugup aku tahu itu da
“Kembali ke mejamu, atau aku akan menghabiskan pagi ini hanya bermesraan denganmu.” Dia mendorong dadaku, aku memberikan bekal satu ciuman di kening kepadanya. Wanitaku itu berlari menuju kubikannya. Baiklah, dia mau main slow, aku akan ladenin walau jujur aku sudah ingin memeluknya sebagai istriku***Meyyis***POV SHASHA“Pagi, Cantik.” Masya Allah, aku melonjak karena Davin ada di depan rumahku. Apa-apaan dia? datang bagai hantu, selalu saja“Pak Davin? Saya kaget, kenapa ada di sini?” Lihat senyumnya itu? Aku seperti ingin mencakar wajahnya, walau kuakui, sangat mencintainya.“Silakan, Tuan Putri. Aku menjemputmu.” Semoga dia tidak mengetahui jika aku sangat gugup, ini gila. Dia mencondongkan tubuh, mau apa dia? Ya Tuhan, aku hanya memejamkan mata, sungguh sangat gila, dia bisa sedekat ini. Oh, dia hanya meraih sabuk pengaman? Ya Tuhanku
“Kembali ke mejamu, atau aku akan menghabiskan pagi ini hanya bermesraan denganmu.” Aku mendorong dadanya, dia memberikan bekal satu ciuman di kening. Aku berlari menuju kubikan walau ini sangat sulit, aku menenangkan diri kali ini.***Meyyis***POV SHASHAKaki mungilku berlari tunggang-langgang menjauh darinya. Davin yang sekarang mirip srigala dengan taring panjang. sangat menakutkan. Karena tidak hati-hati, bahkan menabrak meja, menimbulkan luka gores pada lutut. Aku meringis.“Kamu ngapain lari-lari, sih? Kayak gak ada kerjaan saja.” Rani memperingatkanku.“Paling digangguin Kak Davin, iya ‘kan?” Perkataan Syafira hanya di balas senyum olehku.“Benarkah?” tanya Rani.“Tidak ada yang membuat Kak Shasha kalang kabut, selain CEO dingin itu. Kak, entar aku kasih trik untuk
“Bukankah begini lebih terlihat jelas?” Apa-apaan dia? Bisa-bisanya berjalan tidak konsentrasi dengan memandangku. Ya Tuhan, sedekat ini. Wajahnya sungguh mulus. Jangankan bekas jerawat. Pori-porinya saja tidak terlihat. Lelaki ini sungguhkah heteroseksual? Suka bersolek. Kami otomatis berhenti di lobi.“Kau bisa puas memandang,” bisiknya, membuat bulu meremang, saat kami sudah duduk di mobil, bagian jok belakang. Dia menyuruh supir menjalankan mobil.***Meyyis***POV DAVINAku tertawa melihat wanita yang paling ingin aku dekati itu berlari jatuh bangun. Dia begitu ingin menjauhiku, tapi masih saja aku yang menang. Tidak akan dia bisa lari dariku. Demi apa pun, aku tidak akan membiarkannya. Dia sudah menutup pintu, sedangkan aku sudah puas mengerjainya kali ini.Seperginya Shasha, memeriksa dokumen lain. Ada banyak yang harus dipersiapkan. Besok, investor akan dat
“Kau bisa puas memandang,” bisikku. Aku membukakan pintu, melindungi kepalanya dan kami duduk di bagian belakang. Tanganku meraih dagunya, untuk kami saling memandang sebelum supir menjalankan mobil. Aku tahu, hatinya sudah kebat-kebit. Terdengar detak jantungnya juga tidak beraturan. Tanganku reflek meraih seat belt, untuk mengunci tubuhnya. Dia masih diam tidak bereaksi. Ternyata, cara ini manjur membuat dia diam tidak berkutik. Baiklah, aku pertahankan sampai restoran nanti.***Meyyis***POV DAVINSepertinya, memberinya makan malam romantis setiap hari tidak juga cukup untuk utnuk megungkapkan rasa ini. Dia terlihat tersipu. Aku tahu, rasa harunya sudah membuncah. Tapi, harus lebih sabar untuk menunggunya setuju menikah.“Kamu boros,” ucap Shasha.“Untukmu tidak masalah. Silakan.” Tanganku menarikkan kursi untuknya.&ldq
“Dia bisa tidur hanya dengan begini? Dasar pelor.” Aku meletakkan mesin pengering rambut di meja rias, kemudian membaringkan tubuhnya. Mengangkat sedikit kaki panjangnya, agar lurus di atas tempat tidur.***Meyyis***“Kamu boros,” ucapku. Minggu ini dia full mensetting makan malam romantic untukku. Jujur, senang … tapi bukankah ini membuang biaya? Lagi pula, kalau keseringan jadi tidak spesial.“Untukmu tidak masalah. Silakan.” Tangannya menarikkan kursi untukku. Ah, bagai berpacaran dengan pangeran. Tapi, dia memang pangeran. Kesuksesannya setara dengan pangeran. Tidak hanya dukungan dari orang tuanya, tapi perusahaannya sendiri juga jalan.“Romantis itu, bukan acara candle dinner seperti ini. Aku tunjukkan nanti.” Apa yang dia pikirkan? Kenapa mesam-mesem seperti itu. Mataku terbelalak. Dia pasti memikirkan hal yang jorok.
“Ada hal-hal yang bisa dilakukan sendiri, tapi memilih untuk dilakukan pasangannya. Bukankah itu romantic yang kamu maksud?” Akursenyum, ih memang dia sangat romantic. Aku menyukainya, tapi mengapa masih ragu untuk ke pernikahan. Rasanya rakut dan cemas. Ini enak banget, membuat aku menguap panjang. memejamkan mata sepertinya tidak masalah. Sambil menunggu dia mengeringkan rambut. Ma, aku merindukanmu. Sekarang, ada yang menggandikanmu megeringkan rambut. Setelah itu, tidak tahu apa yang terjadi. Aku sudah berkelana ke alam mimpi.***Meyyis***POV SHASHAHari libur ini, perencanaan jatuh pada pergi ke rumah mama. Sepert halnya menantu yang berkunjung ke rumah mertua, Davin sangat repot. Dia berbelanja sangat banyak, sehingga bagasi penuh.“Untuk apa semua itu? Mama hanya tinggal sendiri dengan suster.” Davin hanya senyum menjawab tanyaku. Jujur sedikit sebal. Terkadang dia mem
“Tapi, Ma. Setiap kali menyinggung pernikahan, aku akan berkeringat hebat.” Mama hanya mengangguk.“Itu penyakit, konsultasi ke dokter. Mau mama temani?” Aku menggeleng.***Meyyis***POV DAVINHari libur ini, tidak ada dalam rencana. Tapi, kali ini akan aku pergunakan untuk dekat dengan mama mertua. Jika dekat dengannya, siapa tahu Shasha luluh mau menikah secepatnya. Aku akan menyembuhkan traumanya dan mengatakan bahwa pernikahan itu nyata dan menyanangkan. Untuk pertama kali berkunjung, tentu harus memabawa banyak hadiah. Seorang ibu, sepertinya bahan makanan saja. Aku mengajak Shasha berbelanja. Tumben, wanitaku itu menurut tanpa protes.“Untuk apa semua itu? Mama hanya tinggal sendiri dengan suster.” Aku hanya senyum menjawab tanyanya. Dia kelihatan sebal, tapi tambah manis kalau begitu. Aku jadi sangat suka menggodanya. Kami