Share

Tertidur

“Kau bisa puas memandang,” bisikku. Aku membukakan pintu, melindungi kepalanya dan kami duduk di bagian belakang. Tanganku meraih dagunya, untuk kami saling memandang sebelum supir menjalankan mobil. Aku tahu, hatinya sudah kebat-kebit. Terdengar detak jantungnya juga tidak beraturan. Tanganku reflek meraih seat belt, untuk mengunci tubuhnya. Dia masih diam tidak bereaksi. Ternyata, cara ini manjur membuat dia diam tidak berkutik. Baiklah, aku pertahankan sampai restoran nanti.

***Meyyis***

POV DAVIN

Sepertinya, memberinya makan malam romantis setiap hari tidak juga cukup untuk utnuk megungkapkan rasa ini. Dia terlihat tersipu. Aku tahu, rasa harunya sudah membuncah. Tapi, harus lebih sabar untuk menunggunya setuju menikah.

“Kamu boros,” ucap Shasha.

“Untukmu tidak masalah. Silakan.” Tanganku menarikkan kursi untuknya.

&ldq

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status