“Dia yang menciderai pernikahan kita, Bay. Aku berusaha untuk keluarga, tapi dia?” Ajisaka berjalan ke arah kaca yang menampilkan pemandangan elok gedung berbaris di kota megapolitan itu.
“Aku mengerti, Ji. Lebih baik, selain membujuk Rara, kamu juga mengintimidasi Sabrina. Sebab kalau tidak, bukan tidak mungkin, usaha mendekati Rara sia-sia.” Bayu menepuk pundak Ajisaka.
“Pak, saya butuh tanda tangan Bapak segera.” Ajisaka dan Bayu kompak menoleh. Sejak kapan Rara ada di sana? Ajisaka mengusap wajah dengan kasar.
“Oh, iya.” Bayu berjalan meninggalkan meja untuk membubuhkan tanda tangan ke dokumen yang Rara bawa. “Ra, kalian bicara sebentar di sini. Aku akan keluar. Masalah tidak baik berlarut-larut, jangan menduga-duga.” Rara akan menolak, namun Bayu sudah berbalik dan keluar dari ruangan, mengunci pintunya dan membawa kunci ruangan tersebut.
“Ck, belajar menjadi pria sejati. Aku masih lajang, masak begitu cara melamarnya?” Rara bangkit dan ingin keluar ruangan Bayu, tapi tidak bisa karena di kunci.“Hanya Bayu yang bisa membebaskanmu.” Ajisaka menangkap lengan Rara. Bayu datang membuka pintu. Ajisaka gelagapan dengan posisinya yang kurang menguntungkan baginya. Lelaki berparas tampan itu menggeruk kepala belakangnya, kemudian kembali duduk di sofa. “Aku tunggu,” ucap Rara. Dia berlalu meninggalkan ruangan Bayu.“Coba aku tebak, kalian baikan?” Ajisaka hanya tersenyum malu, bagai anak gadis yang mendapatkan lamaran dari seorang pria.“Belum, tapi lebih baik. Aku butuh bantuan ide darimu.” Bayu mengedikkan bahu.“Katakan,” ucap Bayu.“Dia minta lamaran yang romantis. Kau tahu sendiri, aku tidak bisa romantis.&rdquo
“Suasana romantis, perkataan romantis, perasaan romantis, akan membuat wanita bahagia dan mengenangnya seumur hidup. Wanita itu menyukai hal-hal yang berbau romantis. Mereka sangat suka dipuji dan dimanjakan.” Ajisaka mengerutkan kening.“Bukan itu terkesan menggombal?”“Wanita suka itu.” Aji mengangguk.Mereka sibuk dengan rencana mereka, ada banyak bunga yang sudah disusun dari mulai masuk ke rumah, hingga depan rumah. Rencana lamaran akan diadakan di depan rumah Rara sendiri. Konsepnya, tentu saja hanya Han yang tahu. Aji hanya menjalankan perannya sesuai dengan skrip. Mereka berdua menjalankan peran masing-masing.“Hufff … butuh perjuangan.” Handoyo terkekeh mendengar sedikit keluh dari Ajisaka.“Tentu saja, aku sama ibunya dulu, bukan hanya sekali. Namun berkali-kali. Yang ke lima belas, baru mau menerima. Itu juga
“Jangan seperti ayah, suka menggombal.” Rara mulai menguap dagingnya. Sedangkan Ajisaka merasa, Handoyo memang benar. Aura Rara keluar setelah dia mengumandangkan kata-kata romantis.“Aku akan memberikan kata-kata romantis setiap hari jika kau menginginkannya, Cinta.” Ajisaka mengangkat garpunya dan memberikan kepada Rara. Rara menyambut daging itu dengan mulutnya. Rasanya sangat bahagia. Mereka makan sampai kenyang. Setelahnya, Ajisaka mengeluarkan cincin lagi. Dia berjongkok dan memegang tangan Rara.“Ra, aku sudah berusaha untuk menjadi sedikit romantis. Hmmm, pertanyaanku kali ini masih sama. Apakah kamu mau menikah denganku?”HeningHanya suara gesekan biola dari tape recorder yang terdengar. Keringat Ajisaka mengucur. Dia sangat takut kalau Rara tidak menerimanya.“Apakah ucapanmu itu sungguh-sungguh? Kamu belum mengenalku secara de
Sebagai informasi, karena Ojol Menantu CEO Seasion I sudah selesai, maka akan Meyyis lanjut dengan season II, cerita tentang anak-anak mereka.Diceritakan, Davin dan Devan adalah anak kembar dari Bayu dan Eliana. Wajahnya sangat mirip dan sangat populer. Namun keduanya memiliki sifat yang bertolak belakang. Devan dengan gayanya ytang cool dan ramah pada semua orang, sedang Davin dengan gayanyanya yang cuek, pendiam dan cenderung tertutup. Namun, Davin lebih taat aturan ketimbang Devan. Devan sering kali membuat masalah, namun Davin selalu membantunya. Mereka juga sering kali bertukar peran. Devan dan Davin sangat populer di sekolah. Hampir semua perempuan mengidolakannya.Sedangkan anak Irwan dan Nilam perempuan. Dia adalah anak yang cenderung manja, oleh karena itu mereka berdua sering kali melindungi dia. Mereka sengaja memilih rumah yang satu kompleks, karena nenek dan kakek mereka tidak mengijinkan untuk pindah jauh. Syafira Aila I
POV Devan“Devan! Masya Allah … kamu masih tidur?” Mama berteriak, seperti biasa, aku akan meringkuk lagi masuk ke dalam selimut. Untuk lari pagi bagiku merupakan suatu siksaan. Olahraga, mengapa harus sepagi ini? Aku biasa olahraga, tapi siang sampai sore.“Mama, apaan, sih?” Lebih baik aku masuk kembali ke dalam selimut dan menutup seluruh tubuhku. Sudah biasa juga mama ngomel mirip gerbong kereta ekspres. Nggak putus-putus.“Apaan? Bangun dan mandi. Kamu itu, lihat Davin sudah pergi lari pagi dengan Aila. Bangun!” Mama Eliana menarik selimutku. Sepertinya, Davin baru saja kembali.“Devan! Mau bangun tidak? Mama hitung, kalau nggak bangun ….” Seperti biasa, mama akan mengancam.“Iya, iya Mamaku yang seksi. Aku bangun!” Aku bangkit dan memeluk mama.“Jaga tingkahmu, kamu sudah gede. Buruan mandi!” Mam
“Papa percaya kalian. Makanlah dan cepatlah pergi. Satu supir untuk kalian bertiga. Papa tidak mengijinkan Devan nyetir di jalan raya sebelum memiliki SIM.” Papa tahu yang aku pikirkan. Ya, sudahlah … menurut saja.***Meyyis_GN***POV DavinSeperti biasa, saat pagi hari aku, papa dan Aila akan pergi lari pagi. Mama mengatur keperluan rumah tangga, sedang Devan kembali molor. Aku termasuk yang demokratis. Pilihannya kalau dia mau tidur lagi. Tidak ada yang aneh dengan lari pagi kali ini. Namun aku tersenyum ketika melihat seorang gadis berambut panjang kuncir kuda. Kenapa aku merasa dia berbeda. Sedikit ceroboh tapi lucu. Anak perempuan itu menabrak sebuah gerobak dan meminta maaf pada pemilik gerobak.Belum ada sepuluh menit dari dia abrak gerobak, sekarang dia kesandung dan jatuh. “Eh, hati-hati.” Aku hanya berkata dalam hati. Dia sudah bangun lagi. Aku yang akan
POV DAVINTahukah kalian, selalu saja Devan menjadi pusat perhatian. Aku kadang merasa geli dengan tingkahnya. Dia selalu saja tebar pesona. Aku jijik melihatnya.“Van, lo nggak kapok minggu lalu pulang dengan badan bau jus jambu. Otakmu tinggal setengah senti.” Aku meninggalkan dia yang sedang menggombali cewek-cewek. Namun satu yang menjadi perhatianku. Itu, Gadis Pagi? Ya, itu dia. Sungguh mempesona, tingkahnya membuat aku … berhenti sejenak. Dia yang aku cari. Bagai malaikat yang datang dengan sayapnya yang mengembang.“Awas!” Namun terlambat, dia sudah terpeleset dan terjatuh tepat menindih Devan, sehingga mereka berdua terjebur di selokan sekolah.“Kau? Kurang ajar! Dasar mesum!” Aku mendengar gadis itu mengumpat dejadi-jadinya. Aku mengulurkan tangan.“Bangunlah!” Dia terlihat bingung. Menilik k
Layar komputer sudah terpampang jelas. Setelahnya, mencari data itu lewat web sekolah. Aku mencari data siswa baru. Ada beberapa data siswa baru. Yang mana? Untung saja, ada fotonya. Aku tersenyum melihatnya. Ternyata, tidak susuh mencarinya.“Daniela Falisha? Cukup menarik.” Aku mencetak dokumen itu. Baiklah, aku akan mendekatimu.***Meyyis***POV DEVANGila memang ini bocah. Aku sampai kotor semua. Padahal tadinya sudah sangat pede. Tiba-tiba ada salah satu siswa menabrakku. Aku sudah sering menerima trik semacam itu, pasti bocah ini sengaja menabrakku. Trik murahan.“Kau? Kurang ajar! Dasar mesum!” Apa? Kenapa jadi dia yang mengumpat? Sialan! Aduh, sakit banget lagi dia menindihku, sudah gitu pinggangku juga terbentur pojokan dari selokan itu. Untung saja, tidak ada airnya. Tapi tetap saja kotor. Tunggu! Anak ini … seperti