Beranda / Romansa / Oh, My Grim / Malapetaka Orientasi

Share

Malapetaka Orientasi

Penulis: elhrln
last update Terakhir Diperbarui: 2021-06-19 17:27:46

Kamar nomor 27. Di mana kamar nomor 27. Batin Chloe bertanya-tanya.

“Tuh, di depan!” seru Grace yang ada di belakang Chloe. Dia terlihat sibuk menggeret dua buah koper—yang sebenarnya bukan miliknya—di kanan dan kirinya.

Huft. Lelah. Menaiki tangga hingga ke lantai empat memang bukanlah hal yang disukai Chloe. Terlebih masih harus berjalan beberapa langkah lagi hingga akhirnya sampai tepat di depan sebuah kamar dengan papan nomor 27 terpasang pada pintu.

Dan kini saatnya mengetes fungsi dari kunci yang sebelumnya diberikan oleh penjaga loket. Tak sampai lima detik, pintu kamar pun berhasil terbuka.

Tampaklah ruangan kecil bercat putih polos yang berisikan dua tempat tidur, dua lemari dan dua meja belajar. Semuanya masih tampak kosong. Perlahan Chloe melangkah masuk, diikuti dengan Grace. Mengamati satu per satu ruangan yang selama empat tahun ke depan akan menjadi tempat tinggalnya sementara. Mulai memikirkan harus didekor seperti apa agar terkesan lebih fresh.

Chloe meletakkan tas ransel dan tote bag-nya di atas tempat tidur yang dekat dengan jendela.

“Ini emang bakal cuma gue yang nempatin?” tanya Chloe yang sedang mengecek isi dari dalam lemari.

“Oh, ngga. Harusnya berdua. Tapi tadi kata petugasnya, temen kamar lo emang belom dateng. Paling nanti sore atau malem,” jelas Grace sambil merebahkan diri di tempat tidur satunya. Tidak peduli seprainya akan jadi berantakan.

“Terus, lo di kamar berapa?”

“Lantai enam. Mau itu di nomor berapa pun, gue yakin lo ngga bakal mau main ke sana, soalnya lo mesti harus naik dua lantai lagi dan lo paling males sama hal itu.”

“Haha! Tau aja,” sahut Chloe membenarkan. Grace memang tahu betul apa yang Chloe suka dan tidak suka.

Tiba-tiba Grace melompat bangun. Mengagetkan Chloe yang tengah mengecek pemandangan apa yang bisa dirinya lihat melalui jendela yang ada dekat dengan tempat tidur pilihannya. Rupanya hanyalah pemandangan taman belakang asrama.

Okay, selamat beres-beres deh. Gue ada perlu sebentar.”

“Yah, lo ngga mau bantuin gue? Nanggung banget cuma bantuin bawa doang.”

“Dih, ngelunjak,” cibir Grace membuka pintu. “Eh, Chloe ...”

“Hmm,” balas Chloe malas.

“Gue seneng bisa liat lo lagi,” ujar Grace tersenyum seraya menutup pintu.

Chloe bergeming seketika. Sebenarnya Chloe sudah tidak ingin mengingat hal itu lagi, hanya saja setelah mendengar ucapan Grace barusan, tahu-tahu pikirannya kembali melayang ke momen dimana harusnya dirinyalah yang pergi ke akhirat. Kalau benar begitu, Chloe tidak akan ada di sini dan Grace tidak akan pernah melihat dirinya lagi.

Seketika di dalam kepala Chloe, muncul pikiran baru berupa sebuah pertanyaan. Apakah dirinya akan menceritakan apa yang sebenarnya terjadi pada Grace?

Merasa kesadarannya telah terenggut oleh momen tak menyenangkan itu, dengan segera Chloe mengibas-ngibaskan kepalanya. Berharap dengan begitu, ingatan tentang momen kelamnya ikut rontok, berjatuhan, gugur, hilang, lenyap dari kepala. Namun, yang ada Chloe justru berubah pusing.

Ada baiknya dirinya beralih saja pada aktivitas membereskan segala barang bawaan yang ada di dalam koper maupun tas. Lumayan untuk menghabiskan waktu, sekaligus mengalihkan pikiran agar tidak memikirkan hal yang itu-itu saja. Mulai dari berbagai model pakaian yang satu per satu dimasukkan ke dalam lemari, laptop serta buku-buku bacaan diletakkan di atas meja, sampai boneka juga bantal kesayangan diletakkan di atas tempat tidur.  

Paling tidak butuh tiga puluh menit hingga sampai pada tahap memastikan semuanya dalam keadaan rapi dan enak dipandang. Setelah dirasa cukup, waktunya beristirahat sejenak. Chloe membaringkan tubuh mungilnya dan membiarkan punggungnya mulai beradaptasi dengan tempat tidur yang bukan tempat tidur biasanya. Kemudian mengambil ponsel untuk mengirimkan chat pada papanya. Setidaknya untuk mengurangi rasa kesepian keduanya.

Tiba-tiba ada seseorang yang mengetuk pintu kamar Chloe. Mungkinkah itu teman kamarnya yang datang? Chloe segera membukakan pintu untuknya.

Surprise!”

Grace muncul dengan tas besar di punggung dan satu tas lainnya yang sudah tergeletak di depan pintu kamar. Tanpa penjelasan panjang lebar, Chloe tentu saja sudah tahu apa maksudnya.

“Sial,” sambut Chloe dengan umpatan.

***

Setelah melalui malam yang terasa singkat, akhirnya Chloe berhasil melewati malam pertamanya di kamar yang baru. Lebih tepatnya di kamar asrama Universitas Seirios. Seperti mimpi memang dirinya dapat masuk di universitas yang memang terkenal bagus dan terkenal banyak peminatnya. Memperoleh beasiswa pula. Menjadi suatu kebanggaan tersendiri untuk Chloe. Oleh karena itu, apapun rintangannya, Chloe berjanji akan berkuliah dengan sungguh-sungguh. Dimulai dari hari ini. Hari dimana masa orientasi mahasiswa baru berlangsung. 

“Tenang aja. Ngga bakal ada aksi senioritas di sini. Pokoknya selama masa orientasi itu lo cuma duduk manis di dalam auditorium pusat dan lo tinggal dengerin aja wejangan-wejangan dari pak rektor dan para petinggi Seirios lainnya. Habis acara universitas selesai, baru deh lo masuk ke aula jurusan dan dikenalin lagi sama dosen-dosen yang ngajar.”

Grace—penghuni asrama lama yang secara sengaja meminta pindah ke kamar nomor 27—menjelaskan rangkuman agenda masa orientasi dengan begitu lancar dan Chloe sangat berterima kasih atas penjelasan teman sekamarnya itu.

“Makasih loh spoiler-nya. Apa gue ngga perlu ikut orientasi aja? Jadi tinggal dengar penjelasan lebih detailnya dari lo?” tanya Chloe yang sudah siap menjalani orientasi pertamanya. Tinggal ditambah sentuhan terakhir, yaitu parfum.

“Ya, jangan dong. Katanya lo sekalian mau cari cowok? Justru masa orientasi ini waktu yang tepat buat lo bisa ngobrol basa-basi sama cowok yang lo incar.”

Mendengar ucapan Grace barusan, kepala Chloe mengangguk-angguk. Hanya saja …

“Eh, ngeselin! Kok lo malah ngajarin gue hal yang ngga bener sih?!” protes Chloe seraya melayangkan boneka emoji miliknya pada Grace yang malah tertawa sambil terus mengunyah chiki.

“Udah sana jalan. Dosen kita ganteng-ganteng kok.”

“Terus?” tanya Chloe yang tengah mengoles bibirnya sekali lagi dengan lipstik. “Maksudnya kalau ganteng bisa bikin semangat kuliah, gitu? Atau bisa dipacarin? Paling-paling juga udah pada di atas 40 tahun.”

“Hihihi. Eh, tapi ada kok yang muda, ganteng, tapi rada jutek. Namanya Pak—”

“Ah, udah. Gue jalan dulu,” sergah Chloe memotong perkataan Grace.

Have fun, ya!”

***

Tanpa sadar setengah hari telah berlalu. Rupanya penjelasan Grace pada Chloe tentang masa orientasi memang kurang lengkap. Harusnya dia memberi tahu juga kalau perkenalan universitas di auditorium pusat saja pelaksanaannya hampir empat jam! Sampai-sampai bagian pangkal paha di sebelah belakang—atau sebutan terkenalnya yaitu bokong—terasa panas akibat dibuat duduk berjam-jam. Sesekali Chloe izin pergi ke toilet, tetap tidak hilang rasa panasnya.

Belum cukup sampai di sana penyiksaan bagi Chloe. Masih ada agenda selanjutnya yang merupakan perkenalan jurusan. Lagi-lagi pemandangan deretan kursi disuguhkan ketika Chloe dan lainnya masuk ke dalam sebuah aula yang terdapat di dalam gedung jurusan matematika. Chloe seratus persen yakin, bahwa peserta orientasi yang lain pasti sama mengeluhnya.

Chloe menempati kursi yang ada di deretan paling depan. Tentunya untuk bisa melihat dengan jelas wajah para dosen yang akan mengajarinya nanti. 

Satu per satu para dosen muncul dari pintu samping panggung setiap kali namanya dipanggil oleh mc. Menampilkan senyuman hangat, kepala yang menunduk ramah, lambaian tangan, raut wajah datar … eh.

Entah apa yang terjadi, Chloe merasa waktu seketika terhenti, kemudian kembali dan menemukan dirinya tengah berdiri seorang diri di tengah-tengah sekian puluh orang mahasiswa baru jurusan matematika yang sedang duduk serapi-rapinya di kursi masing-masing. Membuat mc bertanya pada Chloe apakah dirinya baik-baik saja. Tentu tidak sedang baik-baik saja, karena Chloe merasa amat sangat malu. Terlebih semua pasang mata tertuju padanya.

Chloe pun kembali duduk pada kursinya. Kaku bak manekin yang terpajang di banyak pusat perbelanjaan. Wajahnya menunduk, matanya tak berani menatap ke depan saat mc sedang memperkenalkan seorang dosen pria berambut sebahu yang baru saja muncul dengan raut wajah datar.

“Jadi, Pak Juanito Alexander ini adalah dosen termuda yang sekaligus menjabat sebagai pembina kemahasiswaan di jurusan kita. Keren, kan? Yang perempuan udah pada bisik-bisik nih, yaa? Hahaha tenang aja. Di semester satu ini kalian juga bakal ketemu Pak Juan kok. Tepuk tangan dulu dong buat Pak Juan,” jelas mc diikuti dengan beragam jenis suara tepukan yang menggema di dalam aula.  

Di saat mc beralih memperkenalkan dosen lainnya, Chloe pun berusaha memberanikan diri setidaknya menggulirkan bola matanya untuk melihat sosok dosen bernama Juan yang sudah duduk di kursi di atas panggung.

Wajah yang tirus. Tulang rahang yang menonjol dan kokoh. Postur tubuh yang tinggi. Tatapan mata yang … shit! Chloe langsung berpaling lagi saat dosen itu tiba-tiba saja menoleh ke arahnya. Seakan tahu ada seorang mahasiswa baru yang memandanginya dengan begitu penasaran.

Tidak salah lagi, pikir Chloe demikian.

Tidak salah lagi kalau itu adalah wajah dari moderator yang Chloe lihat di dalam flyer seminar kemarin.

Tidak salah lagi kalau itu juga merupakan wajah milik grim reaper yang berpenampilan seperti gangster!

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Kikiw
welkom tu neraka dunia Chloe wkwk
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Oh, My Grim   Surprise!

    Kedua kaki Chloe bergetar hebat selama acara perkenalan jurusan berlangsung. Lebih tepatnya setelah mc memperkenalkan seorang dosen bernama Juanito Alexander. Sampai-sampai perempuan yang duduk di sebelah Chloe meminta dirinya untuk segera izin pergi ke toilet saja, karena melihat kakinya yang terus-menerus bergetar layaknya sedang menahan ingin buang air kecil. Merasa kalau itu adalah ide yang bagus untuk menenangkan hati juga pikiran, jadi Chloe beranjak dari posisinya dan melangkah keluar dari aula secepat mungkin. Pasti cuma mirip, batin Chloe berkata. Iya betul. Pasti cuma mirip. Chloe menangkup kucuran air yang keluar dari dalam keran wastafel. Membasuh wajahnya beberapa kali, kemudian memosisikan kedua tangannya bertopang pada meja wastafel. Dadanya bergerak kembang kempis menghirup udara. Dan untuk yang terakhir kalinya, diambilnya udara begitu dalam, lalu dihembuskan perlahan melalui mulut. Barulah setelah itu napasnya mula

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-20
  • Oh, My Grim   Obrolan Malam

    Grace, gue harusnya udah meninggal. Grace, lo harus percaya sama gue. Pak Juan itu mirip banget sama grim reaper yang ditugasin bawa gue ke akhirat! Dan gue merasa kalau itu emang dia!Grace, gue harus gimana?Segala bentuk kalimat pernyataan dan kalimat pertanyaan berkecamuk di dalam kepala Chloe. Membuat semacam rentetan daftar yang Chloe sendiri pun tahu bahwa dia tidak bisa mengatakan hal semacam itu pada Grace. Akan dibilang apa dia nantinya? Gila? Stres? Atau mungkin efek kelelahan? Memang Grace akan mendengarkan cerita Chloe hingga tuntas—karena pada dasarnya Grace adalah seorang pendengar yang baik—namun setelah itu Chloe yakin, kalau teman sekamarnya itu akan langsung memintanya untuk segera periksa ke rumah sakit.Suara jentikan jari seketika berhasil menarik perhatian Chloe dari semangkuk mie instan di atas meja. Lupa kalau dia sedang berada di kantin asrama untuk makan malam.“Wah, jadi dari

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-23
  • Oh, My Grim   Ruang Rahasia

    Suara dentingan menyambut ketika tombol pada lift berpendar di angka tiga. Beberapa orang yang berdiri berdempetan di depan Chloe mulai melangkahkan kakinya ke luar lift, kemudian menyebar ke arah yang berbeda. Sementara Chloe bergerak ke arah kiri mengikuti seorang lelaki yang sempat menoleh ke arahnya. Chloe tebak, lelaki ini juga memiliki urusan yang sama dengannya.Ini adalah kali pertama Chloe datang ke lantai tiga gedung jurusannya, setelah saat orientasi kemarin hanya berada di lantai dua—tempat dimana aula sekaligus ruang para dosen berada. Sedangkan lantai tiga hingga lantai lima diperuntukkan untuk ruang kelas kuliah dan lantai enam difungsikan khusus untuk beberapa laboratorium jurusan.Usai beberapa langkah terlewati, Chloe berbelok masuk ke salah satu ruangan. Menemukan deretan bangku kuliah berwarna hijau yang tampak begitu kontras dengan ruangan yang bernuansa putih. Entah kenapa Chloe masih merasa mual setiap kali melihat deretan kursi. Bokongnya

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-25
  • Oh, My Grim   Peringatan Pertama

    “Maaf Pak, itu betul toilet laki-laki kan, ya?” Pertanyaan itu bergaung di dalam rongga telinga Chloe. “Iya betul. Perempuan ini cuma ….” Kedua mata Chloe dan Juan bertemu. “… salah ruangan.” Di sela-sela suara debaran jantungnya yang makin menjadi-jadi, Chloe masih sempat mendengar suara pergerakan tangga lipat aluminium di belakangnya. Saking paniknya, Chloe berharap orang di belakangnya tidak benar-benar pergi dan meninggalkan dirinya hanya berdua dengan Juan dalam situasi yang teramat canggung. Juan meletakkan kedua tangannya ke dalam saku celana. Saking dekatnya, Chloe bisa melihat rambut-rambut halus tersebar rata di sekitar lengan Juan dikarenakan lengan kemejanya tergulung hingga siku. “Masih betah diam di situ?” tanya Juan menanggapi posisi Chloe yang masih membungkuk memandangi area pinggang ke bawah miliknya. Mendengar pertanyaan bernada sarkastis itu, perlahan Chloe menegakkan posisi tubuhnya yang tak seberapa tinggi jika d

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-26
  • Oh, My Grim   Penanggung Jawab Kelas

    Semalam, setelah mengecek ulang jadwal kuliahnya di hari ini, Chloe justru tidak bisa tidur.Sepanjang malam yang dilakukannya hanyalah telentang memandangi langit-langit kamar—yang membuat Chloe ingin menempelkan hiasan bintang-bintang glow in the dark di atas sana—sambil mengetuk-ngetuk jari-jari yang saling berkaitan satu sama lain di atas dada.Entah apa tepatnya yang menjadikan Chloe tidak bisa tidur, sebab ada begitu banyak hal yang berseliweran di dalam kepalanya dan Chloe tidak bisa memilih satu saja yang bisa disalahkan sebagai penyebab insomnia-nya. Mulai dari memikirkan mamanya, papanya, beasiswanya, bagaimana dirinya menceritakan semuanya pada Grace, hingga memikirkan Juan.Bahkan seorang Juan yang notabene adalah seseorang yang baru saja dikenal Chloe beberapa hari belakangan pun, ikut berkontribusi dalam penghalang tidur malamnya. Dan pastinya, bukan memikirkan tentang wajahnya yang tampan, bola matanya yang jernih, tubuhnya ya

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-27
  • Oh, My Grim   Pertanyaan Pamungkas

    “Kenapa? Apa ada yang salah sama ucapan gue?”Bermodalkan seringai yang menyeramkan serta tatapan mata yang kosong, Mike perlahan-lahan makin mendekati Chloe, sementara Chloe makin menempelkan punggungnya pada pintu darurat. Berharap dirinya memiliki kekuatan tersembunyi seperti mampu menyerap ke dalam pintu yang padat, kemudian muncul di sisi yang lain.Perasaan Chloe sungguh tidak enak. Agak mual. Seakan sekumpulan organ di dalam tubuhnya tahu bahwa akan ada hal buruk yang menimpanya saat itu juga apabila dirinya tak kunjung membuka pintu. Namun, jari-jarinya yang sudah menggenggam erat gagang pintu, mendadak kaku. Tidak bisa diajak bekerja sama. Terlebih seperti ada yang tidak beres dengan pita suaranya. Ingin rasanya berteriak, tapi suaranya justru teredam, bukannya keluar dengan lantang.“Chloe … hei, Chloe,” panggil Mike berkali-kali. “Chloe, lo ngga apa-apa?” tanyanya lagi dengan raut wajah panik. Aura menakutkan

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-28
  • Oh, My Grim   Obrolan dengan Rekan Kerja

    Sepasang sepatu boots hitam berderap pelan di atas aspal. Berjalan menembus keramaian tanpa seorang pun menyadari keberadaannya. Diperhatikannya orang-orang di sekitar yang hanya berdiam diri, saling berbisik, memotret, merekam, tanpa ada niatan membantu—ada, lima orang, setidaknya. Satunya tampak sedang menelepon. Mungkin menelepon rumah sakit terdekat untuk meminta agar segera mengirimkan ambulans.“Hei, Juan,” sapa seorang lelaki yang tiba-tiba muncul dari seberang jalan. Lelaki yang berpenampilan sama dengannya.“Bareng lo ternyata.”“Aduh, sibuk banget kayaknya sampai ngga sempat liat di aplikasi siapa yang ikutan jemput.”Juan menyeringai tipis sambil melihat ponselnya yang menampilkan deretan informasi perihal orang yang akan dijemputnya kali ini. Seorang remaja perempuan berumur tujuh belas tahun yang masih mengenakan seragam sekolah. Juan menggelengkan kepala melihatnya.“Uhh, sw

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-29
  • Oh, My Grim   Chat Perdana Dosen

    Jadi, Chloe harus mengabari Juan via apa? Telepon kah? SMS? Atau mungkin chat?Sebuah kartu nama milik Juanito Alexander masih dipuntir-puntir di jemarinya. Tak henti-hentinya dipandangi sambil merebahkan diri di atas tempat tidur selagi menunggu Grace membeli camilan larut malam di kantin asrama. Masih ingat betul bagaimana rupa muka Grace ketika Chloe meminta untuk dibelikan mie instan saja.Lagi pula, apakah Juan menunggu kabar darinya? Apakah Chloe akan dimarahi apabila tidak langsung mengabari Juan nomor ponselnya? Membayangkan seberapa penting nomornya bagi Juan, membuat bibir Chloe mengulas senyuman tipis. Sampai dirinya tidak sadar kalau Grace sudah mengamatinya yang tengah senyum-senyum sendiri sejak beberapa detik lalu.“Kesambet apaan lo?” tanya Grace agak takut.Diletakkannya kantong belanjaan di atas karpet, kemudian ikut duduk di sana. Disusul Chloe yang dengan cekatan bangkit dari posisinya.“Apaan nih?&rdq

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-30

Bab terbaru

  • Oh, My Grim   Satu Permintaan Juan (End)

    Mau tak mau Chloe datang menghampiri Juan demi menuntaskan rasa penasarannya yang sudah telanjur terpancing. Juan pun sengaja membiarkan pintu kamarnya terbuka. Membiarkan Chloe masuk tanpa perlu repot-repot membuka pintu.Awalnya Chloe mengira Juan sudah langsung merebahkan diri di atas tempat tidurnya, tapi ternyata dia masih sibuk mengecek ponsel. Chloe hendak lanjut melangkah setelah sempat berhenti di ambang pintu, tapi pergerakan Juan setelahnya entah kenapa membuat Chloe mengurungkan niatnya itu. Juan dengan santai melempar ponselnya ke atas tempat tidur, kemudian melepas hoodie yang dipakai. Sempat membuat Chloe berdengap, dikarenakan berpikir Juan tidak sedang mengenakan apa pun lagi di balik hoodie-nya, tapi ternyata di

  • Oh, My Grim   Mungkinkah?

    Beberapa minggu kemudian.Alex dan Grace benar. Chloe harus bangkit dan harus berpikir positif. Terlebih semakin bertambahnya hari, semakin banyak pula kemajuan kabar yang diberikan oleh Alex. Chloe harus yakin bahwa Juan akan kembali. Meski terkadang rasa rindu benar-benar menguras air matanya, tapi Chloe bisa menghadapinya dan kembali beraktivitas seperti biasa. Tidak peduli celotehan dan celetukan yang tak enak didengar berseliweran di telinga kanan dan kirinya. Chloe berusaha mengabaikan itu semua.Namun, tetap tidak bisa dipungkiri bahwa hatinya berangsur waswas ketika tahu waktu satu bulan akan usai. Pertanyaan-pertanyaan yang dulu pernah menggerayangi pikirannya kini kembali bermunculan. Bagaimana jika bukti-bukti yang ada tidak cukup kuat untuk membuat Juan kembali? Bagaimana jika Juan sungguh-sungguh tidak kembali? Bagaimana jika Chloe di

  • Oh, My Grim   Juan Pasti Kembali

    "Chloe, ayo dong. Lo jangan terus-terusan nangis begini. Gue harus lakuin apa biar seenggaknya lo berhenti nangis, lo bangun dari tempat tidur, dan yang paling penting … lo mau makan."Grace sudah tidak tahu lagi harus bersikap seperti apa dalam menghadapi Chloe yang benar-benar kacau. Tidak mau makan. Tidak mau kuliah pula. Terlebih ketika dirinya tahu ada banyak orang yang menyalahkan dirinya atas kepergian Juan.Selang dua hari tanpa tanda-tanda kehadiran Juan di ruang kuliah, Alex mau tak mau mengirimkan surat permohonan pengunduran diri Juan sebagai dosen Seirios dikarenakan suatu hal yang mendesak, dimana Alex sengaja tidak menyebutkan detail alasannya. Mulai saat itu timbul banyak spekulasi yang semuanya menjurus pada satu sumber, yaitu Chloe. Orang-orang mulai menyangkutpautkan kepergian Juan yang tiba-tiba dengan Chloe. Lebih tepatnya dengan hub

  • Oh, My Grim   Memberi Tahu Chloe

    Aneh. Tidak biasanya Juan pergi begitu lama. Memang Chloe tidak sedang menunggu Juan di suatu tempat. Chloe hanya sedang menunggu kabar dari lelaki itu sejak siang tadi. Sejak dimana Juan memberikan Chloe kejutan yang sungguh-sungguh membuatnya terkejut, bahkan hingga sekarang masih terasa bagaimana rasanya. Memang baru berjalan beberapa jam, tapi tetap saja tidak biasanya Juan mengabaikan Chloe begitu lama hanya karena sedang pergi menemui Alex.Chloe bolak-balik mengecek ponselnya sambil berbaring di atas tempat tidur.Chloe : Apa obrolan kalian sangat penting?Akhirnya Chloe bertanya itu dan chat tersebut tampaknya tidak benar-benar terkirim, sebab masih tertanda ceklis satu. Benar-benar an

  • Oh, My Grim   Hukuman untuk Juan

    Juan melangkah santai melewati pintu Gedung Malaikat Maut usai mengantarkan satu arwah di siang hari yang terik. Berjalan melenggang tanpa tau apa yang terjadi. Bahkan beberapa pasang mata yang memperhatikannya di lobi gedung pun tidak cukup membuatnya terusik.Tak jauh di depannya, Alex berjalan menghampiri. Bola matanya bergulir memandangi Juan dari ujung kepala hingga ujung kaki."Kenapa?" tanya Juan tak paham. "Jangan ikut-ikutan yang lain. Lihat gue kayak lihat siapa aja," cetusnya.Alex menatap dengan tatapan kosong."Ju …," panggilnya. "Lo … ada yang cari lo."Juan mengernyit. "Siapa?"Tiba-tiba saja dua sosok berjubah dan bertudung hitam yan

  • Oh, My Grim   Kebahagiaan Chloe

    Pak Juan : Chloe, saya ada penjemputan. Sepertinya kamu harus makan siang sendiri hari ini.Tidak boleh mengeluh, pikir Chloe. Menjemput arwah adalah tugas utama Juan, Chloe tidak bisa melarangnya. Lagi pula, apa bisa Chloe yang merupakan seorang manusia ini melarang malaikat maut menjemput arwahnya? Sekilas sempat terpikirkan juga oleh Chloe bagaimana jika malaikat maut tidak datang untuk menjemput arwahnya? Apa malaikat maut tersebut akan dihukum? Hukuman macam apa yang bisa diterima malaikat maut?Chloe bersama dengan beberapa mahasiswa lainnya menyudahi agenda pertemuan dengan dosen pembimbing akademik sebelum memasuki semester baru. Menerima wejangan dari sang dosen untuk mengambil mata kuliah yang diajar oleh dosen selain Juan, seperti yang pernah Juan katakan. Namun, tidak ja

  • Oh, My Grim   Jalani Apa Adanya

    Sejak saat itu, Chloe merasa bahwa hidupnya telah benar-benar berubah. Memiliki Juan tentunya merupakan satu dari sekian banyak hal mustahil, yang justru membuat Chloe merasakan bahwa sebenarnya tidak ada hal yang mustahil. Tidak peduli orang-orang membicarakan hubungannya seperti apa, yang terpenting dirinya dan Juan menjalani atas dasar suka sama suka. Bahkan lebih dari itu. Tidak ada paksaan dan tidak ada setting-an.“Chloe, bagaimana kalau saya tiba-tiba menghilang?”Dari posisi kepala bersandar di kursi mobil, Chloe sontak menoleh. Kepalanya bergulir dari pemandangan laut—di kala malam hari yang ada di sampingnya—kemudian ke arah Juan.“Apa maksudnya Pak Juan tanya begitu?” tanya Chloe. &ld

  • Oh, My Grim   Terjadi Juga

    Berpikir bahwa semua ini telah selesai? Tentu saja belum.Di saat cerita-cerita dalam film yang penuh drama seperti ini kebanyakan berakhir dengan bahagia, cerita dalam hubungan Chloe dan Juan ini justru rasa-rasanya tidak ingin ada kebahagiaan. Sebab sekalinya kebahagiaan itu datang, kesedihan akan dengan cepat mengambil alih. Bagaimana tidak? Di saat Chloe bahagia, Juan justru menghilang darinya. Bahkan dengan terpaksa diam-diam Juan berharap jangan pernah Chloe mengungkapkan kebahagiaannya.Setelah mengetahui kenyataan bahwa sang iblis telah menerima hukuman akibat tindakannya, Chloe akhirnya kembali menjalani hari-harinya seperti biasa. Melihatnya kembali ceria sepanjang waktu—hingga lewat beberapa hari, beberapa minggu, beberapa bulan—memberikan kebahagiaan tersendiri untuk Juan."Paling nanti

  • Oh, My Grim   Perkara Aturan

    Setelah satu hari izin tidak menghadiri kuliah dikarenakan kondisi yang masih belum memungkinkan, akhirnya hari yang tidak ditunggu-tunggu Chloe pun tiba.Di sepanjang perjalanan dari lobi gedung jurusan hingga ke lantai ruang kuliah, tak henti-hentinya bisikan, gumaman, serta sorot mata tajam mengiringi langkah Chloe. Grace yang ikut berjalan di sebelahnya pun sampai menengok ke kanan juga ke kiri untuk paling tidak memberi isyarat pada para penggosip agar menghentikan kegiatan tidak penting mereka. Tampaknya, berita terkait hubungan sahabatnya dengan sang dosen benar-benar sudah tersebar dengan begitu cepat ke seantero Seirios.“Ya udah sih. Udah ngga bakal dilirik sama Pak Juan, terus bisa apa? Mereka mau apa?” gerutu Grace saat berada di dalam lift. Chloe yang dihadapi dengan situasi semacam itu, Grace-lah yang geram.

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status