Home / Romansa / Oh, My Grim / Ruang Rahasia

Share

Ruang Rahasia

Author: elhrln
last update Last Updated: 2021-06-25 18:03:26

Suara dentingan menyambut ketika tombol pada lift berpendar di angka tiga. Beberapa orang yang berdiri berdempetan di depan Chloe mulai melangkahkan kakinya ke luar lift, kemudian menyebar ke arah yang berbeda. Sementara Chloe bergerak ke arah kiri mengikuti seorang lelaki yang sempat menoleh ke arahnya. Chloe tebak, lelaki ini juga memiliki urusan yang sama dengannya.

Ini adalah kali pertama Chloe datang ke lantai tiga gedung jurusannya, setelah saat orientasi kemarin hanya berada di lantai dua—tempat dimana aula sekaligus ruang para dosen berada. Sedangkan lantai tiga hingga lantai lima diperuntukkan untuk ruang kelas kuliah dan lantai enam difungsikan khusus untuk beberapa laboratorium jurusan.

Usai beberapa langkah terlewati, Chloe berbelok masuk ke salah satu ruangan. Menemukan deretan bangku kuliah berwarna hijau yang tampak begitu kontras dengan ruangan yang bernuansa putih. Entah kenapa Chloe masih merasa mual setiap kali melihat deretan kursi. Bokongnya seperti menolak untuk duduk.

“Hai, gue Mike.”

Lelaki berkacamata yang sebelumnya satu lift dengan Chloe tahu-tahu menjulurkan tangannya. Oleh karena Chloe tidak ingin dicap buruk, jadi Chloe pun membalas jabatan tangannya.

“Chloe,” ujar Chloe tersenyum singkat, lalu memilih duduk di kursi di depan Mike.

“Lo yang kemarin berdiri sendirian di aula bukan sih?”

Chloe memutar bola matanya seraya menghela napas. Kelihatannya Chloe cukup terkenal di angkatannya. Terkenal karena aksinya yang tiba-tiba saja berdiri mematung di tengah-tengah acara perkenalan dosen berlangsung.

Chloe dengan malas menoleh ke arah Mike. “Hehe, iya.”

“Selamat pagi,” sapa seorang dosen wanita yang menjadi pembimbing akademik Chloe selama berkuliah di jurusan matematika Universitas Seirios.

Beruntung dosennya datang di waktu yang tepat, karena Chloe tahu kalau Mike masih akan melanjutkan basa-basi perkenalannya—yang mungkin saja—dengan cara membahas apa yang terjadi dengan dirinya ketika di aula. Padahal Chloe sudah tidak ingin mengingatnya lagi, sebab itu sungguh memalukan.

Selama dosen pembimbing akademik menjelaskan, sebanyak tujuh orang lainnya yang ada di dalam ruangan, tampak begitu serius mendengarkan. Di akhir penjelasan, Chloe beserta yang lainnya diberikan sebuah map berisikan daftar mata kuliah selama empat tahun dan semacam kartu untuk menuliskan mata kuliah yang akan diambil setiap semesternya. Dilihatnya satu per satu detail mata kuliah yang akan dilaluinya selama kurang lebih empat bulan ke depan. Kemudian Chloe mulai menulis mata kuliah yang memang sudah dipaketkan untuk mahasiswa semester satu.

Tidak ada yang membuat Chloe terkejut, kecuali satu hal. Kenyataan bahwa dia harus bertemu dengan Juan di dalam kelas seawal ini.  

Tanpa sadar Chloe mengusap wajahnya dengan frustasi.

“Chloe, kenapa? Ngga enak badan?” tanya Mike agak berbisik. Tubuhnya dimajukan sedikit mendekati Chloe.

“Ah, ngga kok. Cuma ngantuk.”

“Kenapa? Emangnya semalam ngga bisa tidur?”

Chloe mengerutkan keningnya. Menyipitkan tatapannya dan menggigit bibir bagian dalam. Merasa ada yang aneh dengan lelaki berkacamata yang baru saja dia kenal. Cara memulai pertemanannya agak membuat Chloe risih. Bersikap seolah-olah mereka berdua sudah begitu dekat.

Jadi, respons Chloe pada pertanyaan Mike hanyalah berupa senyuman tipis tanpa mengucapkan kalimat apa pun, setelah itu beralih pada kartu bimbingannya. Secepat mungkin Chloe mengisi kolom-kolom kosong pada kartunya, lalu beranjak pergi untuk memperoleh tanda tangan dosen pembimbing akademik.

Entah semacam gerak reflek atau bukan, setelah dosen mempersilakan Chloe pergi meninggalkan ruang kelas, dia justru menoleh sejenak ke arah Mike. Mike pun membalas tatapan Chloe dengan lengkungan senyum yang menurutnya menyeramkan.

Rambut-rambut halus di sekujur tubuh Chloe berdiri serentak. Sudah melangkah keluar ruangan pun bahunya masih bergidik bukan main. Memang kuliah di Seirios ini merupakan waktu yang tepat pula untuk melepas predikat jomlo, tapi yang Chloe ingin bukan lelaki menyeramkan dan sok dekat seperti itu juga.

Dikarenakan tidak ada keperluan lain selain bimbingan akademik—yang rupanya begitu singkat—Chloe memutuskan untuk langsung kembali ke asrama untuk mempersiapkan kuliah perdananya esok hari. Hanya saja, saat pintu lift terbuka di lantai dua—bertepatan dengan beberapa mahasiswa melangkah masuk ke dalam lift—Chloe melihat sosok khas Juan dengan rambut gondrong sebahunya yang tengah melintas tepat di depan lift. Sigap Chloe menekan tombol ‘pintu terbuka’ pada lift, kemudian pergi memelesat keluar dan langsung melipir menempel pada tembok.

Dari balik tembok, Chloe menjulurkan sedikit kepalanya, hingga hanya satu mata saja yang ditugaskan untuk mengamati gerak-gerik Juan. Jujur saja Chloe tidak berpikir panjang atas tindakannya yang lebih tampak seperti seorang pencopet yang diam-diam sedang mengintai mangsanya.  Namun, sesuai dengan niat yang telah dicetuskan kemarin, bahwa mulai hari ini, Chloe akan mulai mencari bukti bahwa Juan adalah grim reaper yang dia temui. Dikarenakan Chloe hanya akan bertemu dengan Juan di dalam gedung jurusan, maka dari itu setiap kali dia bertemu—contohnya seperti kebetulan yang terjadi sekarang ini—sebisa mungkin Chloe akan berusaha menggunakan kesempatan yang ada semaksimal mungkin untuk mencari informasi.

Juan pun menghilang di balik tembok yang tak jauh dari tempat Chloe berada. Entah apa yang harus Chloe cari atau entah apa yang akan Chloe temukan ketika mengikuti Juan hingga ke balik tembok itu, yang terpenting bagi Chloe adalah lakukan saja. Anggaplah apa yang ditemukan di sana adalah bonus untuk Chloe, namun mampu membungkam mulut pedas sang dosen.

Alhasil, Chloe keluar dari persembunyian dengan sikap senatural mungkin. Melewati lorong lantai dua yang begitu sepi dikarenakan perkuliahan belum berlangsung. Lalu dengan cepat bermanuver ke sebuah lorong kecil dimana terdapat sebuah pintu tertutup di ujung jalan.

Ruang rahasia grim reaper! Pikir Chloe demikian. Mungkin Juan mengganti pakaiannya dengan kostum serba hitam di dalam sana. Mungkin Juan menyimpan aksesoris sabitnya di dalam sana. Pastinya Chloe akan memergokinya dan membuatnya mati kutu!

Chloe berlari-lari kecil nan pelan menuju pintu ruang rahasia itu. Sebuah pintu geser cokelat tanpa gagang pintu. Tak lupa terlebih dulu mengeluarkan ponsel dari dalam saku celana jeans guna mengabadikan momen penting kalau-kalau Juan masih mengelak atas bukti yang Chloe dapatkan.

Tepat di depan pintu, Chloe membungkukkan badannya. Mencoba untuk mengintip dari celah lubang kunci. Terlihat di dalam hanyalah berupa cahaya kuning terang, sisanya buram, karena jarak pandang Chloe melalui lubang kunci tidak begitu maksimal.

"Ini dipasang di sini, ya?"

Telinga Chloe samar-samar menangkap obrolan dari arah berlawanan. Ditambah dengan suara berisik yang nyaring. Sesekali suaranya begitu ngilu seakan-akan mengikis lapisan gendang telinga. Chloe pun terpaksa memutar tubuhnya untuk mengecek ke belakang. Rupanya seseorang tengah memosisikan semacam tangga lipat aluminium di siku-siku tembok yang mengarah ke lorong tempatnya kini. Lalu seseorang itu menaiki tangga lipat dan memasang sebuah papan yang jika Chloe amati, papan itu bertuliskan kata ‘toilet’ dengan anak panah ke arah pintu yang berada tepat di depan Chloe.

Mengetahui itu, bola mata Chloe melebar.

Saat itu pula pintu mulai berderak.

Masih dalam keadaan membungkuk, Chloe pun kembali menoleh ke arah pintu bersamaan dengan pintu yang terbuka menyamping. Membuat wajah Chloe—terutama kedua matanya—berhenti menatap ke suatu bagian yang semestinya tidak dia tatap dalam jarak sedekat itu.

Shit! Umpatnya seraya menutup mata.

Chloe merasakan aliran darah menghilang dari wajahnya. Bahkan air liur terasa begitu sulit tertelan dikarenakan tenggorokannya mendadak mengering. Otot-otot punggungnya juga seketika kaku sehingga begitu sulit untuk mengembalikan posisi tubuhnya agar kembali tegak. Berbeda dengan lututnya. Kedua lututnya justru terasa lemas. Inginnya langsung berlari secepat yang dia bisa, namun apa daya, bukannya mulut Juan yang terbungkam, justru Chloe lah yang tak bisa berkata-kata.

               

Related chapters

  • Oh, My Grim   Peringatan Pertama

    “Maaf Pak, itu betul toilet laki-laki kan, ya?” Pertanyaan itu bergaung di dalam rongga telinga Chloe. “Iya betul. Perempuan ini cuma ….” Kedua mata Chloe dan Juan bertemu. “… salah ruangan.” Di sela-sela suara debaran jantungnya yang makin menjadi-jadi, Chloe masih sempat mendengar suara pergerakan tangga lipat aluminium di belakangnya. Saking paniknya, Chloe berharap orang di belakangnya tidak benar-benar pergi dan meninggalkan dirinya hanya berdua dengan Juan dalam situasi yang teramat canggung. Juan meletakkan kedua tangannya ke dalam saku celana. Saking dekatnya, Chloe bisa melihat rambut-rambut halus tersebar rata di sekitar lengan Juan dikarenakan lengan kemejanya tergulung hingga siku. “Masih betah diam di situ?” tanya Juan menanggapi posisi Chloe yang masih membungkuk memandangi area pinggang ke bawah miliknya. Mendengar pertanyaan bernada sarkastis itu, perlahan Chloe menegakkan posisi tubuhnya yang tak seberapa tinggi jika d

    Last Updated : 2021-06-26
  • Oh, My Grim   Penanggung Jawab Kelas

    Semalam, setelah mengecek ulang jadwal kuliahnya di hari ini, Chloe justru tidak bisa tidur.Sepanjang malam yang dilakukannya hanyalah telentang memandangi langit-langit kamar—yang membuat Chloe ingin menempelkan hiasan bintang-bintang glow in the dark di atas sana—sambil mengetuk-ngetuk jari-jari yang saling berkaitan satu sama lain di atas dada.Entah apa tepatnya yang menjadikan Chloe tidak bisa tidur, sebab ada begitu banyak hal yang berseliweran di dalam kepalanya dan Chloe tidak bisa memilih satu saja yang bisa disalahkan sebagai penyebab insomnia-nya. Mulai dari memikirkan mamanya, papanya, beasiswanya, bagaimana dirinya menceritakan semuanya pada Grace, hingga memikirkan Juan.Bahkan seorang Juan yang notabene adalah seseorang yang baru saja dikenal Chloe beberapa hari belakangan pun, ikut berkontribusi dalam penghalang tidur malamnya. Dan pastinya, bukan memikirkan tentang wajahnya yang tampan, bola matanya yang jernih, tubuhnya ya

    Last Updated : 2021-06-27
  • Oh, My Grim   Pertanyaan Pamungkas

    “Kenapa? Apa ada yang salah sama ucapan gue?”Bermodalkan seringai yang menyeramkan serta tatapan mata yang kosong, Mike perlahan-lahan makin mendekati Chloe, sementara Chloe makin menempelkan punggungnya pada pintu darurat. Berharap dirinya memiliki kekuatan tersembunyi seperti mampu menyerap ke dalam pintu yang padat, kemudian muncul di sisi yang lain.Perasaan Chloe sungguh tidak enak. Agak mual. Seakan sekumpulan organ di dalam tubuhnya tahu bahwa akan ada hal buruk yang menimpanya saat itu juga apabila dirinya tak kunjung membuka pintu. Namun, jari-jarinya yang sudah menggenggam erat gagang pintu, mendadak kaku. Tidak bisa diajak bekerja sama. Terlebih seperti ada yang tidak beres dengan pita suaranya. Ingin rasanya berteriak, tapi suaranya justru teredam, bukannya keluar dengan lantang.“Chloe … hei, Chloe,” panggil Mike berkali-kali. “Chloe, lo ngga apa-apa?” tanyanya lagi dengan raut wajah panik. Aura menakutkan

    Last Updated : 2021-06-28
  • Oh, My Grim   Obrolan dengan Rekan Kerja

    Sepasang sepatu boots hitam berderap pelan di atas aspal. Berjalan menembus keramaian tanpa seorang pun menyadari keberadaannya. Diperhatikannya orang-orang di sekitar yang hanya berdiam diri, saling berbisik, memotret, merekam, tanpa ada niatan membantu—ada, lima orang, setidaknya. Satunya tampak sedang menelepon. Mungkin menelepon rumah sakit terdekat untuk meminta agar segera mengirimkan ambulans.“Hei, Juan,” sapa seorang lelaki yang tiba-tiba muncul dari seberang jalan. Lelaki yang berpenampilan sama dengannya.“Bareng lo ternyata.”“Aduh, sibuk banget kayaknya sampai ngga sempat liat di aplikasi siapa yang ikutan jemput.”Juan menyeringai tipis sambil melihat ponselnya yang menampilkan deretan informasi perihal orang yang akan dijemputnya kali ini. Seorang remaja perempuan berumur tujuh belas tahun yang masih mengenakan seragam sekolah. Juan menggelengkan kepala melihatnya.“Uhh, sw

    Last Updated : 2021-06-29
  • Oh, My Grim   Chat Perdana Dosen

    Jadi, Chloe harus mengabari Juan via apa? Telepon kah? SMS? Atau mungkin chat?Sebuah kartu nama milik Juanito Alexander masih dipuntir-puntir di jemarinya. Tak henti-hentinya dipandangi sambil merebahkan diri di atas tempat tidur selagi menunggu Grace membeli camilan larut malam di kantin asrama. Masih ingat betul bagaimana rupa muka Grace ketika Chloe meminta untuk dibelikan mie instan saja.Lagi pula, apakah Juan menunggu kabar darinya? Apakah Chloe akan dimarahi apabila tidak langsung mengabari Juan nomor ponselnya? Membayangkan seberapa penting nomornya bagi Juan, membuat bibir Chloe mengulas senyuman tipis. Sampai dirinya tidak sadar kalau Grace sudah mengamatinya yang tengah senyum-senyum sendiri sejak beberapa detik lalu.“Kesambet apaan lo?” tanya Grace agak takut.Diletakkannya kantong belanjaan di atas karpet, kemudian ikut duduk di sana. Disusul Chloe yang dengan cekatan bangkit dari posisinya.“Apaan nih?&rdq

    Last Updated : 2021-06-30
  • Oh, My Grim   Insiden Kantin

    “Pak, bakso merconnya satu ya. Ngga perlu pakai mie kuning, jadi mie bihun aja. Kalau boleh sawinya banyakin ya, Pak, tapi daun sawinya aja. Jangan pakai tangkainya. Oh, sama jangan lupa taburin bawang goreng.”Bapak penjual bakso mengangkat jempol kanannya ke arah Chloe. Terlalu sibuk menyendok beberapa bakso dari dalam panci besar, sampai tidak ada waktu untuk menoleh. Merasa pesanannya telah tersampaikan dengan baik, Chloe pun pergi. Pipinya berangsur memanas akibat terhempas sekumpulan uap panas dari dalam panci.Chloe melewati beberapa bangku dan meja makan yang bertebaran di kantin pusat, sampai akhirnya berhenti pada salah satu meja kosong yang tak jauh dari penjual aneka soto. Di situlah Chloe menemukan Grace yang tampak begitu tak sabaran menunggu pesanan sotonya. Entah soto jenis apa yang dia pesan, yang pasti yang porsinya banyak, sebab dia sudah mengeluh lapar sejak beberapa jam yang lalu.Di atas meja, Chloe meletakkan

    Last Updated : 2021-07-01
  • Oh, My Grim   Tentang Firasat Buruk

    Pernah merasakan meninggal dua kali?Jika pernah, Chloe ingin tahu bagaimanakah rasanya? Apakah terasa lebih baik atau justru lebih buruk? Dengan begitu Chloe bisa lebih bersiap untuk menghadapi setiap kejadian buruk yang menimpanya. Contohnya seperti saat ini.Aura ceria, semangat, riang, kesal, muram yang sebelumnya menghiasi hari demi hari mendadak lenyap seperti uap yang keluar dari tubuh. Lewat sedetik saja, sudah pasti untuk yang kedua kalinya, Chloe melihat tubuhnya sendiri tergeletak tak bernyawa di bawah bongkahan batang kayu besar. Lewat sedetik saja, sudah pasti malaikat maut kembali muncul di sampingnya dan siap mengantarnya ke akhirat yang tak jadi dia datangi sebelumnya.Dan nyatanya memang sudah ada grim reaper yang datang menemui Chloe. Namun anehnya, kali ini sang grim reaper justru datang untuk menyelamatkan nyawanya.“Chloe!” panggil seseorang yang lebih kepada membentak.Chloe terlonjak dalam

    Last Updated : 2021-07-02
  • Oh, My Grim   Malam Naas Dies Natalis

    Sayangnya, Chloe tidak bisa dengan lantang mengatakan bahwa memang seperti itu yang Chloe pikirkan.Bayang-bayang Juan yang mengerutkan dahi, menyeringai jahil, atau tertawa mengejek—meskipun belum pernah sama sekali Juan memperlihatkan bagaimana rupanya ketika dia tertawa—sudah langsung hadir di dalam kepala sesaat sebelum Chloe benar-benar bicara. Daripada malu sendiri karena dibilang terlalu percaya diri, jadi alangkah baiknya perkataannya diurungkan saja.“Yaudah, Pak. Apa pun itu alasannya, makasih banyak.”Chloe langsung memelesat pergi ke dalam asrama tanpa perlu tahu bagaimana reaksi Juan. Bagi Chloe, cukup tahu satu hal saja kalau hari ini sungguh merupakan hari yang kacau. Setiap hari dimana ada mata kuliah kalkulus, pasti akan berakhir kacau. Chloe berani jamin.***Buktinya hari-hari selain hari kalkulus selalu berjalan mulus tanpa hambatan. Memang terkadang sempat berpapasan dengan Juan ketika Chloe sedang mampi

    Last Updated : 2021-07-02

Latest chapter

  • Oh, My Grim   Satu Permintaan Juan (End)

    Mau tak mau Chloe datang menghampiri Juan demi menuntaskan rasa penasarannya yang sudah telanjur terpancing. Juan pun sengaja membiarkan pintu kamarnya terbuka. Membiarkan Chloe masuk tanpa perlu repot-repot membuka pintu.Awalnya Chloe mengira Juan sudah langsung merebahkan diri di atas tempat tidurnya, tapi ternyata dia masih sibuk mengecek ponsel. Chloe hendak lanjut melangkah setelah sempat berhenti di ambang pintu, tapi pergerakan Juan setelahnya entah kenapa membuat Chloe mengurungkan niatnya itu. Juan dengan santai melempar ponselnya ke atas tempat tidur, kemudian melepas hoodie yang dipakai. Sempat membuat Chloe berdengap, dikarenakan berpikir Juan tidak sedang mengenakan apa pun lagi di balik hoodie-nya, tapi ternyata di

  • Oh, My Grim   Mungkinkah?

    Beberapa minggu kemudian.Alex dan Grace benar. Chloe harus bangkit dan harus berpikir positif. Terlebih semakin bertambahnya hari, semakin banyak pula kemajuan kabar yang diberikan oleh Alex. Chloe harus yakin bahwa Juan akan kembali. Meski terkadang rasa rindu benar-benar menguras air matanya, tapi Chloe bisa menghadapinya dan kembali beraktivitas seperti biasa. Tidak peduli celotehan dan celetukan yang tak enak didengar berseliweran di telinga kanan dan kirinya. Chloe berusaha mengabaikan itu semua.Namun, tetap tidak bisa dipungkiri bahwa hatinya berangsur waswas ketika tahu waktu satu bulan akan usai. Pertanyaan-pertanyaan yang dulu pernah menggerayangi pikirannya kini kembali bermunculan. Bagaimana jika bukti-bukti yang ada tidak cukup kuat untuk membuat Juan kembali? Bagaimana jika Juan sungguh-sungguh tidak kembali? Bagaimana jika Chloe di

  • Oh, My Grim   Juan Pasti Kembali

    "Chloe, ayo dong. Lo jangan terus-terusan nangis begini. Gue harus lakuin apa biar seenggaknya lo berhenti nangis, lo bangun dari tempat tidur, dan yang paling penting … lo mau makan."Grace sudah tidak tahu lagi harus bersikap seperti apa dalam menghadapi Chloe yang benar-benar kacau. Tidak mau makan. Tidak mau kuliah pula. Terlebih ketika dirinya tahu ada banyak orang yang menyalahkan dirinya atas kepergian Juan.Selang dua hari tanpa tanda-tanda kehadiran Juan di ruang kuliah, Alex mau tak mau mengirimkan surat permohonan pengunduran diri Juan sebagai dosen Seirios dikarenakan suatu hal yang mendesak, dimana Alex sengaja tidak menyebutkan detail alasannya. Mulai saat itu timbul banyak spekulasi yang semuanya menjurus pada satu sumber, yaitu Chloe. Orang-orang mulai menyangkutpautkan kepergian Juan yang tiba-tiba dengan Chloe. Lebih tepatnya dengan hub

  • Oh, My Grim   Memberi Tahu Chloe

    Aneh. Tidak biasanya Juan pergi begitu lama. Memang Chloe tidak sedang menunggu Juan di suatu tempat. Chloe hanya sedang menunggu kabar dari lelaki itu sejak siang tadi. Sejak dimana Juan memberikan Chloe kejutan yang sungguh-sungguh membuatnya terkejut, bahkan hingga sekarang masih terasa bagaimana rasanya. Memang baru berjalan beberapa jam, tapi tetap saja tidak biasanya Juan mengabaikan Chloe begitu lama hanya karena sedang pergi menemui Alex.Chloe bolak-balik mengecek ponselnya sambil berbaring di atas tempat tidur.Chloe : Apa obrolan kalian sangat penting?Akhirnya Chloe bertanya itu dan chat tersebut tampaknya tidak benar-benar terkirim, sebab masih tertanda ceklis satu. Benar-benar an

  • Oh, My Grim   Hukuman untuk Juan

    Juan melangkah santai melewati pintu Gedung Malaikat Maut usai mengantarkan satu arwah di siang hari yang terik. Berjalan melenggang tanpa tau apa yang terjadi. Bahkan beberapa pasang mata yang memperhatikannya di lobi gedung pun tidak cukup membuatnya terusik.Tak jauh di depannya, Alex berjalan menghampiri. Bola matanya bergulir memandangi Juan dari ujung kepala hingga ujung kaki."Kenapa?" tanya Juan tak paham. "Jangan ikut-ikutan yang lain. Lihat gue kayak lihat siapa aja," cetusnya.Alex menatap dengan tatapan kosong."Ju …," panggilnya. "Lo … ada yang cari lo."Juan mengernyit. "Siapa?"Tiba-tiba saja dua sosok berjubah dan bertudung hitam yan

  • Oh, My Grim   Kebahagiaan Chloe

    Pak Juan : Chloe, saya ada penjemputan. Sepertinya kamu harus makan siang sendiri hari ini.Tidak boleh mengeluh, pikir Chloe. Menjemput arwah adalah tugas utama Juan, Chloe tidak bisa melarangnya. Lagi pula, apa bisa Chloe yang merupakan seorang manusia ini melarang malaikat maut menjemput arwahnya? Sekilas sempat terpikirkan juga oleh Chloe bagaimana jika malaikat maut tidak datang untuk menjemput arwahnya? Apa malaikat maut tersebut akan dihukum? Hukuman macam apa yang bisa diterima malaikat maut?Chloe bersama dengan beberapa mahasiswa lainnya menyudahi agenda pertemuan dengan dosen pembimbing akademik sebelum memasuki semester baru. Menerima wejangan dari sang dosen untuk mengambil mata kuliah yang diajar oleh dosen selain Juan, seperti yang pernah Juan katakan. Namun, tidak ja

  • Oh, My Grim   Jalani Apa Adanya

    Sejak saat itu, Chloe merasa bahwa hidupnya telah benar-benar berubah. Memiliki Juan tentunya merupakan satu dari sekian banyak hal mustahil, yang justru membuat Chloe merasakan bahwa sebenarnya tidak ada hal yang mustahil. Tidak peduli orang-orang membicarakan hubungannya seperti apa, yang terpenting dirinya dan Juan menjalani atas dasar suka sama suka. Bahkan lebih dari itu. Tidak ada paksaan dan tidak ada setting-an.“Chloe, bagaimana kalau saya tiba-tiba menghilang?”Dari posisi kepala bersandar di kursi mobil, Chloe sontak menoleh. Kepalanya bergulir dari pemandangan laut—di kala malam hari yang ada di sampingnya—kemudian ke arah Juan.“Apa maksudnya Pak Juan tanya begitu?” tanya Chloe. &ld

  • Oh, My Grim   Terjadi Juga

    Berpikir bahwa semua ini telah selesai? Tentu saja belum.Di saat cerita-cerita dalam film yang penuh drama seperti ini kebanyakan berakhir dengan bahagia, cerita dalam hubungan Chloe dan Juan ini justru rasa-rasanya tidak ingin ada kebahagiaan. Sebab sekalinya kebahagiaan itu datang, kesedihan akan dengan cepat mengambil alih. Bagaimana tidak? Di saat Chloe bahagia, Juan justru menghilang darinya. Bahkan dengan terpaksa diam-diam Juan berharap jangan pernah Chloe mengungkapkan kebahagiaannya.Setelah mengetahui kenyataan bahwa sang iblis telah menerima hukuman akibat tindakannya, Chloe akhirnya kembali menjalani hari-harinya seperti biasa. Melihatnya kembali ceria sepanjang waktu—hingga lewat beberapa hari, beberapa minggu, beberapa bulan—memberikan kebahagiaan tersendiri untuk Juan."Paling nanti

  • Oh, My Grim   Perkara Aturan

    Setelah satu hari izin tidak menghadiri kuliah dikarenakan kondisi yang masih belum memungkinkan, akhirnya hari yang tidak ditunggu-tunggu Chloe pun tiba.Di sepanjang perjalanan dari lobi gedung jurusan hingga ke lantai ruang kuliah, tak henti-hentinya bisikan, gumaman, serta sorot mata tajam mengiringi langkah Chloe. Grace yang ikut berjalan di sebelahnya pun sampai menengok ke kanan juga ke kiri untuk paling tidak memberi isyarat pada para penggosip agar menghentikan kegiatan tidak penting mereka. Tampaknya, berita terkait hubungan sahabatnya dengan sang dosen benar-benar sudah tersebar dengan begitu cepat ke seantero Seirios.“Ya udah sih. Udah ngga bakal dilirik sama Pak Juan, terus bisa apa? Mereka mau apa?” gerutu Grace saat berada di dalam lift. Chloe yang dihadapi dengan situasi semacam itu, Grace-lah yang geram.

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status