Sayangnya, Chloe tidak bisa dengan lantang mengatakan bahwa memang seperti itu yang Chloe pikirkan.
Bayang-bayang Juan yang mengerutkan dahi, menyeringai jahil, atau tertawa mengejek—meskipun belum pernah sama sekali Juan memperlihatkan bagaimana rupanya ketika dia tertawa—sudah langsung hadir di dalam kepala sesaat sebelum Chloe benar-benar bicara. Daripada malu sendiri karena dibilang terlalu percaya diri, jadi alangkah baiknya perkataannya diurungkan saja.
“Yaudah, Pak. Apa pun itu alasannya, makasih banyak.”
Chloe langsung memelesat pergi ke dalam asrama tanpa perlu tahu bagaimana reaksi Juan. Bagi Chloe, cukup tahu satu hal saja kalau hari ini sungguh merupakan hari yang kacau. Setiap hari dimana ada mata kuliah kalkulus, pasti akan berakhir kacau. Chloe berani jamin.
***
Buktinya hari-hari selain hari kalkulus selalu berjalan mulus tanpa hambatan. Memang terkadang sempat berpapasan dengan Juan ketika Chloe sedang mampi
Tiga puluh menit sebelumnya.Juan melepas sabit yang tersampir di punggung dan dilemparkan begitu saja ke atas tempat tidur. Bagaikan sihir, sabit besar itu perlahan mengecil menjadi seukuran gantungan kunci yang siap dibawa ke mana pun. Bersamaan dengan itu pula pakaian serba hitamnya sudah berganti menjadi celana training abu-abu dan kaus oblong putih. Alhasil, kini Juan telah kembali menjadi seorang dosen matematika yang disegani oleh para mahasiswa.Diiringi helaan napas berat, Juan duduk di atas tempat tidur asrama khusus dosen Universitas Seirios. Menggaruk kasar bagian kepala dan mengusap wajahnya berkali-kali. Lelah, karena hari ini dirinya kebagian tugas penjemputan sebanyak empat arwah. Dua di antaranya tidak mudah. Penuh drama yang itu-itu saja. Sampai Juan ingat berapa kali dia menguap selama menunggu drama penjemputan berakhir. Membuat Juan penasaran perihal apa susahnya menerima takdir? Mudah memang bicara. Padahal dia sendiri tidak pernah merasa
Chloe merasa jantungnya kembali memompa. Udara dingin juga terasa mengalir masuk dari lubang hidung selagi paru-parunya mengembang. Kelopak matanya juga mulai berkedut. Telinganya pun berhasil menangkap suara-suara walaupun samar. Jari-jari kaki maupun tangan sudah bisa digerakkan meski terbatas.Masih hidup? Hatinya bertanya pada diri sendiri.Chloe berusaha memerintahkan saraf-sarafnya untuk bekerja lebih maksimal lagi. Sampai tiba saatnya kelopak matanya benar-benar terbuka dan cahaya terang secepat jutaan kilometer per jam memelesat masuk menyerang kedua matanya.Cahaya ini lagi, pikir Chloe.“Oh, udah sadar rupanya,” ujar seseorang yang masih tampak kabur.Lambat laun penglihatan Chloe membaik. Usai matanya mengerjap beberapa kali, Chloe akhirnya menemukan sesosok lelaki tinggi berpakaian hitam berdiri di sampingnya. Dia membungkuk mendekatkan wajah, kemudian tangannya mulai mengibas-ngibas di depan mata Chloe.
“Makasih,” ucap Chloe mencoba menghilangkan rasa malunya.“Nah, begitu kan lebih baik,” ujar Juan menghela napas lega. “Itu adalah ucapan yang terdengar lebih wajar setelah tau nyawa kamu berhasil diselamatkan oleh seseorang,” lanjutnya dimana Chloe merasa canggung apabila pembicaraan Juan menjurus ke arah yang tidak dia ingin.Juan hendak berbalik pergi di saat Chloe kembali menghentikan langkahnya.“Lalu pertanyaan saya yang satunya?”“Apa lagi?” tanya Juan sedikit geram. “Besok-besok kan masih bisa.”Chloe berpaling menunduk. “Saya cuma mau tau aja,” ujarnya pelan, “kenapa Bapak selalu aja ada di saat saya lagi dalam bahaya? Okelah yang pertama sewaktu saya hampir kejatuhan pohon mungkin Bapak memang cuma kebetulan lewat—yah, meskipun sulit juga buat saya percaya—tapi sekarang? Grace bilang kalau Bapak tiba-tiba aja muncul dan langsung terjun ny
Ternyata Juan tidak terlalu buruk.Jika Grace tahu kalau Chloe sempat-sempatnya memikirkan hal semacam itu, sudah pasti Grace akan menggelengkan kepala dan meminta Chloe untuk segera pergi ke psikiater. Jangankan Grace, Chloe sendiri saja juga agak bingung kenapa pikiran tersebut tahu-tahu tercetus di kepalanya. Padahal Chloe yakin, setelah segala bentuk perlakuan dan perkataan tak terduga yang Juan berikan hari ini, besoknya dosen itu pasti langsung berubah ketus padanya. Walau begitu, tetap saja Chloe tidak bisa menyangkal jika kalimat Juan—yang mengatakan bahwa dia ada untuk Chloe di waktu yang tepat—benar-benar telah berhasil membuat hatinya mencelus. Menyetel kembali ingatan tentang bagaimana cara Juan menatap serta bagaimana nada bicara Juan saat mengucapkan kalimat itu juga telah berhasil membuat Chloe jadi senyum-senyum sendiri.Sial, hatinya menggumam malu sambil membenamkan wajah ke dalam dua telapak tangan. Namun, langsung berdeham
Baru kali ini Chloe merasa tidak antusias menghadapi hari Sabtu dan Minggu. Biasanya dua hari itu dihabiskan hanya untuk berbaring di tempat tidur, membaca buku, menonton film, atau mendengar musik—hanya mendengar saja, tidak bernyanyi, karena kalau sampai bernyanyi sudah pasti Grace akan melemparinya dengan benda apa pun itu yang dia punya—namun, kali ini mau tak mau dihabiskan dengan mengikuti kegiatan pelatihan kepemimpinan yang diselenggarakan oleh himpunan. Beruntung Grace ikut. Jika tidak, pasti Chloe akan merasa bosan.Yup. Chloe akhirnya memutuskan untuk ikut dalam pelatihan itu dan dia harus menegaskan dengan susah payah pada Grace, bahwa bukan karena kehadiran si bapak pembinalah dia menarik kembali ucapannya.Sebanyak dua buah bus terparkir berderet di halaman sebuah vila—entah vila apa, Chloe sama sekali tidak tahu dan tidak mau tahu juga. Para anggota himpunan tampak kompak menggunakan jaket himpunan model semi parka berwarna abu
Suara Grace kembali menggema dari arah halaman vila. Meminta para peserta pelatihan untuk kembali berkumpul di aula. Chloe beserta dengan dua perempuan yang sebelumnya bersimpati padanya—Marie dan Thea—berbondong-bondong pergi bersama dengan peserta perempuan lainnya menuju aula. Rupanya mereka berdua cukup asyik juga. Lebih menyenangkan dari yang Chloe pikir. Dan, kebetulannya adalah salah satu dari mereka, yaitu Thea, juga mendaftar sebagai sekretaris seperti halnya Chloe.Sebelum agenda pemberian materi dimulai, para peserta diminta untuk terlebih dulu menyelesaikan makan malamnya. Andai para panitia acara tahu, jika materi diberikan setelah makan malam, itu justru akan membuat para peserta—termasuk Chloe—tidak akan fokus karena sudah terlanjur mengantuk.“Jangan harap di sini ada mie instan,” celetuk Grace saat Chloe tengah mengambil lauk seorang diri. Sengaja memilih paling akhir, karena malas mengantri panjang.Chloe ter
Di bawah langit malam yang menaunginya, Chloe terus melangkahkan kaki mengikuti Mike yang berjarak tiga langkah di depannya. Sengaja memberi cukup jarak, agar apabila Mike hendak bertindak macam-macam padanya, dia bisa langsung berbalik lari secepat mungkin menuju vila.Chloe berdengap ketika sadar di hadapannya kini sudah terpampang hamparan pepohonan berbatang besar serta sekumpulan semak belukar yang tampak tak terurus. Suasananya gelap, dingin, sepi, dan tentunya menyeramkan. Tidak ada tanda-tanda keberadaan anggota himpunan seperti yang diceritakan Mike sebelumnya. Suara Grace yang nyaring pun nyaris tak terdengar. Jujur sebagian hatinya menolak untuk melanjutkan. Ditambah lagi dengan semakin Chloe membawa dirinya masuk ke dalam hutan, semakin bergaung pula suara Juan di telinganya. Entah kenapa.Suara renyah patahan ranting berhasil membuyarkan lamu
Shit! Juan sontak bangun dari tidurnya. Menyambar hoodie yang tersampir di kursi beserta dengan aksesoris sabit miliknya yang tergeletak di atas meja. Untuk kali ini dia pastikan dirinya tidak lupa memakai sepatu sebagai alas kaki.Sambil mengenakan hoodie, Juan hendak terus berlari kalau saja Sam—sang ketua himpunan—tidak muncul di area kamarnya dan menyapanya.“Eh, Pak Juan, udah mau pulang, Pak?” tanyanya agak membungkuk sewaktu menyapa. “Soalnya tumben Pak Juan habis kasih sambutan ngga langsung pulang,” lanjutnya tersenyum.Juan berdeham. Merilekskan anggota
Mau tak mau Chloe datang menghampiri Juan demi menuntaskan rasa penasarannya yang sudah telanjur terpancing. Juan pun sengaja membiarkan pintu kamarnya terbuka. Membiarkan Chloe masuk tanpa perlu repot-repot membuka pintu.Awalnya Chloe mengira Juan sudah langsung merebahkan diri di atas tempat tidurnya, tapi ternyata dia masih sibuk mengecek ponsel. Chloe hendak lanjut melangkah setelah sempat berhenti di ambang pintu, tapi pergerakan Juan setelahnya entah kenapa membuat Chloe mengurungkan niatnya itu. Juan dengan santai melempar ponselnya ke atas tempat tidur, kemudian melepas hoodie yang dipakai. Sempat membuat Chloe berdengap, dikarenakan berpikir Juan tidak sedang mengenakan apa pun lagi di balik hoodie-nya, tapi ternyata di
Beberapa minggu kemudian.Alex dan Grace benar. Chloe harus bangkit dan harus berpikir positif. Terlebih semakin bertambahnya hari, semakin banyak pula kemajuan kabar yang diberikan oleh Alex. Chloe harus yakin bahwa Juan akan kembali. Meski terkadang rasa rindu benar-benar menguras air matanya, tapi Chloe bisa menghadapinya dan kembali beraktivitas seperti biasa. Tidak peduli celotehan dan celetukan yang tak enak didengar berseliweran di telinga kanan dan kirinya. Chloe berusaha mengabaikan itu semua.Namun, tetap tidak bisa dipungkiri bahwa hatinya berangsur waswas ketika tahu waktu satu bulan akan usai. Pertanyaan-pertanyaan yang dulu pernah menggerayangi pikirannya kini kembali bermunculan. Bagaimana jika bukti-bukti yang ada tidak cukup kuat untuk membuat Juan kembali? Bagaimana jika Juan sungguh-sungguh tidak kembali? Bagaimana jika Chloe di
"Chloe, ayo dong. Lo jangan terus-terusan nangis begini. Gue harus lakuin apa biar seenggaknya lo berhenti nangis, lo bangun dari tempat tidur, dan yang paling penting … lo mau makan."Grace sudah tidak tahu lagi harus bersikap seperti apa dalam menghadapi Chloe yang benar-benar kacau. Tidak mau makan. Tidak mau kuliah pula. Terlebih ketika dirinya tahu ada banyak orang yang menyalahkan dirinya atas kepergian Juan.Selang dua hari tanpa tanda-tanda kehadiran Juan di ruang kuliah, Alex mau tak mau mengirimkan surat permohonan pengunduran diri Juan sebagai dosen Seirios dikarenakan suatu hal yang mendesak, dimana Alex sengaja tidak menyebutkan detail alasannya. Mulai saat itu timbul banyak spekulasi yang semuanya menjurus pada satu sumber, yaitu Chloe. Orang-orang mulai menyangkutpautkan kepergian Juan yang tiba-tiba dengan Chloe. Lebih tepatnya dengan hub
Aneh. Tidak biasanya Juan pergi begitu lama. Memang Chloe tidak sedang menunggu Juan di suatu tempat. Chloe hanya sedang menunggu kabar dari lelaki itu sejak siang tadi. Sejak dimana Juan memberikan Chloe kejutan yang sungguh-sungguh membuatnya terkejut, bahkan hingga sekarang masih terasa bagaimana rasanya. Memang baru berjalan beberapa jam, tapi tetap saja tidak biasanya Juan mengabaikan Chloe begitu lama hanya karena sedang pergi menemui Alex.Chloe bolak-balik mengecek ponselnya sambil berbaring di atas tempat tidur.Chloe : Apa obrolan kalian sangat penting?Akhirnya Chloe bertanya itu dan chat tersebut tampaknya tidak benar-benar terkirim, sebab masih tertanda ceklis satu. Benar-benar an
Juan melangkah santai melewati pintu Gedung Malaikat Maut usai mengantarkan satu arwah di siang hari yang terik. Berjalan melenggang tanpa tau apa yang terjadi. Bahkan beberapa pasang mata yang memperhatikannya di lobi gedung pun tidak cukup membuatnya terusik.Tak jauh di depannya, Alex berjalan menghampiri. Bola matanya bergulir memandangi Juan dari ujung kepala hingga ujung kaki."Kenapa?" tanya Juan tak paham. "Jangan ikut-ikutan yang lain. Lihat gue kayak lihat siapa aja," cetusnya.Alex menatap dengan tatapan kosong."Ju …," panggilnya. "Lo … ada yang cari lo."Juan mengernyit. "Siapa?"Tiba-tiba saja dua sosok berjubah dan bertudung hitam yan
Pak Juan : Chloe, saya ada penjemputan. Sepertinya kamu harus makan siang sendiri hari ini.Tidak boleh mengeluh, pikir Chloe. Menjemput arwah adalah tugas utama Juan, Chloe tidak bisa melarangnya. Lagi pula, apa bisa Chloe yang merupakan seorang manusia ini melarang malaikat maut menjemput arwahnya? Sekilas sempat terpikirkan juga oleh Chloe bagaimana jika malaikat maut tidak datang untuk menjemput arwahnya? Apa malaikat maut tersebut akan dihukum? Hukuman macam apa yang bisa diterima malaikat maut?Chloe bersama dengan beberapa mahasiswa lainnya menyudahi agenda pertemuan dengan dosen pembimbing akademik sebelum memasuki semester baru. Menerima wejangan dari sang dosen untuk mengambil mata kuliah yang diajar oleh dosen selain Juan, seperti yang pernah Juan katakan. Namun, tidak ja
Sejak saat itu, Chloe merasa bahwa hidupnya telah benar-benar berubah. Memiliki Juan tentunya merupakan satu dari sekian banyak hal mustahil, yang justru membuat Chloe merasakan bahwa sebenarnya tidak ada hal yang mustahil. Tidak peduli orang-orang membicarakan hubungannya seperti apa, yang terpenting dirinya dan Juan menjalani atas dasar suka sama suka. Bahkan lebih dari itu. Tidak ada paksaan dan tidak ada setting-an.“Chloe, bagaimana kalau saya tiba-tiba menghilang?”Dari posisi kepala bersandar di kursi mobil, Chloe sontak menoleh. Kepalanya bergulir dari pemandangan laut—di kala malam hari yang ada di sampingnya—kemudian ke arah Juan.“Apa maksudnya Pak Juan tanya begitu?” tanya Chloe. &ld
Berpikir bahwa semua ini telah selesai? Tentu saja belum.Di saat cerita-cerita dalam film yang penuh drama seperti ini kebanyakan berakhir dengan bahagia, cerita dalam hubungan Chloe dan Juan ini justru rasa-rasanya tidak ingin ada kebahagiaan. Sebab sekalinya kebahagiaan itu datang, kesedihan akan dengan cepat mengambil alih. Bagaimana tidak? Di saat Chloe bahagia, Juan justru menghilang darinya. Bahkan dengan terpaksa diam-diam Juan berharap jangan pernah Chloe mengungkapkan kebahagiaannya.Setelah mengetahui kenyataan bahwa sang iblis telah menerima hukuman akibat tindakannya, Chloe akhirnya kembali menjalani hari-harinya seperti biasa. Melihatnya kembali ceria sepanjang waktu—hingga lewat beberapa hari, beberapa minggu, beberapa bulan—memberikan kebahagiaan tersendiri untuk Juan."Paling nanti
Setelah satu hari izin tidak menghadiri kuliah dikarenakan kondisi yang masih belum memungkinkan, akhirnya hari yang tidak ditunggu-tunggu Chloe pun tiba.Di sepanjang perjalanan dari lobi gedung jurusan hingga ke lantai ruang kuliah, tak henti-hentinya bisikan, gumaman, serta sorot mata tajam mengiringi langkah Chloe. Grace yang ikut berjalan di sebelahnya pun sampai menengok ke kanan juga ke kiri untuk paling tidak memberi isyarat pada para penggosip agar menghentikan kegiatan tidak penting mereka. Tampaknya, berita terkait hubungan sahabatnya dengan sang dosen benar-benar sudah tersebar dengan begitu cepat ke seantero Seirios.“Ya udah sih. Udah ngga bakal dilirik sama Pak Juan, terus bisa apa? Mereka mau apa?” gerutu Grace saat berada di dalam lift. Chloe yang dihadapi dengan situasi semacam itu, Grace-lah yang geram.