Beranda / Romansa / Oh, My Grim / Jadi Penghuni Asrama

Share

Jadi Penghuni Asrama

Penulis: elhrln
last update Terakhir Diperbarui: 2021-06-18 18:02:48

Chloe menghabiskan waktunya hanya untuk menatap gundukan tanah yang telah diselumuti begitu rapi oleh rerumputan hijau. Membayangkan jika saja mamanya—Nyonya Alessa—tidak meminta untuk bertukar tempat, pasti nama Chloepatra lah yang terukir pada batu nisan di depannya.

Usai mamanya mengucap kalimat permintaan yang sakral itu, Chloe langsung tersadar dan menemukan dirinya sudah berada di sebuah ruang kamar di rumah sakit. Berharap apa yang dialami olehnya hanyalah mimpi. Namun, di saat dirinya memperoleh kabar bahwa mamanya telah meninggal, Chloe rasa apa yang terjadi padanya memanglah nyata.

Dokter juga mengatakan kesembuhan Chloe adalah bentuk dari keajaiban, karena tanpa diduga Chloe mampu melalui kondisinya yang begitu kritis. Ditambah dengan proses pemulihan yang terbilang cepat, dokter menyebut Chloe adalah orang yang sangat beruntung.

Beruntung. Satu kata itu terus saja berulang di dalam pikiran Chloe. Menghantuinya dengan perasaan bersalah atas kematian mamanya sendiri. Bagi Chloe, keberuntungan yang seperti ini justru menjadi beban berat untuknya. Mana mungkin dirinya bisa dengan santainya menjalani hidup yang tadinya ditakdirkan untuk mamanya? Bahkan jujur saja, Chloe baru tahu kalau kematian seseorang bisa diubah hanya dengan mengucapkan kalimat permohonan pada malaikat maut.

Intinya, semua yang telah terjadi sekarang adalah karena grim reaper yang berpenampilan seperti gangster itu. Jika saja dia tidak memberitahu cara untuk bertukar tempat, pasti hal semacam ini tidak akan terjadi. Lagi pula, lelaki itu main mengabulkan begitu saja tanpa mempertimbangkan dulu dengan Chloe. Itulah poin yang membuat Chloe kesal hingga detik ini. Seolah-olah hidup dan mati seseorang ada di genggaman tangan seorang grim reaper.

Dan ya—berdasarkan pengalaman pribadi Chloe—memang benar ada di tangannya. Contoh satu poin lainnya yang amat sangat membuat Chloe kesal.

“Chloe,” panggil seseorang dari arah samping. Panggilan yang berhasil membuyarkan lamunannya. “Ayo kita jalan.”

Chloe menoleh. “Iya, Pa.”

Tepatnya, sekarang sudah hari ketujuh kepergian mamanya. Chloe datang kembali bersama papanya ke pemakaman untuk meletakkan seikat bunga lagi, sebab mamanya sangat senang sekali dengan bunga. Sekaligus memberitahu bahwa dirinya akan mulai tinggal di asrama kampus agar lebih mudah menjalani perkuliahan sehari-hari.

Terasa berat juga untuk Chloe meninggalkan papanya seorang diri. Meskipun Tuan Edgar—papanya Chloe—selalu saja mengatakan kalau dirinya akan baik-baik saja, Chloe tetap tahu bahwa papanya tidak sedang baik-baik saja. Namun, kembali lagi semata-mata untuk menyenangkan hati papanya, Chloe sebisa mungkin menjadi anak yang penurut. Alhasil, dia memutuskan untuk mulai pindah ke asrama hari ini.

***

Pintu bagasi terbuka. Chloe mengambil koper-kopernya yang dibantu oleh papanya. Begitulah. Papanya selalu saja menganggap Chloe sebagai seorang remaja perempuan yang tidak boleh melakukan aktivitas yang berat-berat. Sampai-sampai menuruni dua buah koper kecil dari dalam bagasi mobil saja tidak boleh dilakukan seorang diri.

Usai menutup kembali pintu bagasi, Tuan Edgar berkacak pinggang.

“Bawaan kamu ngga terlalu sedikit?”

Chloe mengamati kembali dua buah koper di aspal, satu tas ransel di punggung, dan satu tote bag di bahunya. Mencoba mengingat-ingat apakah ada yang kurang atau tertinggal.

“Ngga kok. Cukup. Lagi pula, tiap akhir semester kan aku pulang. Ngga bisa lama-lama juga tinggalin Papa sendirian.” Kedua tangan Chloe bergerak melingkari tubuh papanya yang agak berisi.

“Aduh, apa ngga malu ini dilihat banyak orang?” ledek Tuan Edgar seraya mengelus lembut punggung dan kepala Chloe.

“Bodo amat. Semua orang pasti tau kok kalau setiap Papa itu adalah cinta pertama anak perempuannya. Sampai kapan pun. Jadi, aku bebas peluk Papa kapan pun dan di mana pun,” jelas Chloe belum ada niatan melepas pelukannya. “Uhh, gimana ini, aku ngga punya teddy bear lagi yang bisa dipeluk setiap hari.”

Langsung Tuan Edgar mengetuk kencang dahi Chloe dengan jari telunjuknya.

“Enak aja. Kamu samain Papa sama boneka teddy bear?”

“Hehehe,” kekeh Chloe mendongak melihat papanya. 

“Yaudah, masuk sana. Kamu kan juga harus beres-beres di kamar yang baru. Biar cepat selesai, terus kamu bisa istirahat,” perintah Tuan Edgar yang sebenarnya jauh di dalam lubuk hatinya, masih terlampau sulit melepas Chloe—anak satu-satunya.

“Siap!” Chloe berseru sambil memeragakan gerakan hormat diikuti dengan hentakan sebelah kaki. “Aku masuk dulu ya. Bye, Papa. Hati-hati,” sambungnya diikuti dengan lambaian tangan, sambil terus memperhatikan sosok papanya hingga benar-benar hilang bersama dengan mobil yang melaju.

Detik ini juga Chloe menghela napas berat. Lengkungan senyuman yang sedari tadi sengaja ditampilkan di depan papanya, seketika lenyap. Berganti dengan raut wajah yang sayu.

Menurut Chloe, bukan seperti ini yang dirinya ingin. Diantar ke universitas impiannya hanya dengan seorang papa—tanpa mamanya. Membiarkan papanya pulang dan tinggal seorang diri tanpa ada yang menemani. Membayangkan sejenak bagaimana perasaan papanya pun Chloe tak sanggup. Entah bagaimana pula Chloe bisa menjalani keseharian hidupnya di asrama tanpa terpikirkan sedikit pun tentang kepergian mamanya? Kepergian yang disebabkan oleh dirinya sendiri.

Aarrgghh! Chloe menggaruk kepalanya begitu frustasi.

“Chloe!”

Sontak Chloe menoleh ke arah suara berasal. Dalam hitungan detik, pegangan kedua kopernya langsung dilepas begitu saja untuk menyambut seseorang berambut model pixie yang barusan memanggilnya.

“Grace!” teriak Chloe tak kalah kencang.

Tidak peduli seantero lobi asrama menggema akibat teriakan keduanya, mereka berdua dengan percaya dirinya berpelukan bahkan sampai bergoyang dan berputar-putar.

“Ya ampun, akhirnya dateng juga anak kecil satu ini,” ujar Grace sambil mengacak-acak rambut Chloe. Andai Grace tahu betapa lamanya waktu yang dibutuhkan Chloe hanya untuk menata rambut panjangnya yang aslinya bergelombang tak keruan.

Chloe berusaha merapikan rambut seadanya.

“Hehe iya. Maaf gue ngga sempat kasih kabar.”

By the way, sekali lagi gue turut berduka cita ya atas perginya nyokap lo.”

Chloe merapatkan bibirnya. “Iya, kan lo juga udah ngucapin lewat telepon.”

“Tetap aja ada rasa ngga enak kalau ngga diucapin langsung.”

“Ah, lebay deh,” ledek Chloe tertawa.

“Yaudah, sini gue bantuin bawa koper.” Grace dengan cekatan mengambil kedua koper Chloe. Tanpa adanya kalimat basa-basi menolak, Chloe biarkan saja.

Grace sebenarnya adalah kakak kelas Chloe sewaktu masih di sekolah menengah atas. Mendadak saling kenal dikarenakan sama-sama pernah mengikuti seleksi olimpiade matematika tingkat nasional. Hanya saja keduanya gagal lolos dan terpaksa berhenti ketika masih di tahap pertama. Sejak saat itulah hubungan Grace dan Chloe sudah seperti kakak adik. Tidak seperti anak-anak lainnya yang begitu hormat dengan kakak kelas, Chloe sudah tidak pernah lagi memanggil Grace dengan panggilan ‘kak’. Cukup panggil nama saja, seperti yang diminta oleh Grace sendiri. Lebih-lebih keduanya sama-sama anak tunggal. Membuat Grace merasa memiliki adik, sementara Chloe merasa memiliki kakak. Yah, meskipun kakaknya ini agak tomboi.

Beruntung Grace tahu kalau Chloe mengambil universitas yang sama dengannya. Tentunya Grace jadi akan bertemu lagi dengan Chloe sesering dulu. Jurusan yang sama pula. Bahkan dari jauh-jauh hari Grace sudah berjanji akan menjadi senior yang baik dan siap membantu Chloe menyelesaikan kuliahnya tepat waktu. Apalagi Chloe berhasil menerima beasiswa penuh selama empat tahun. Mau tak mau, siap tidak siap, nilai-nilanya di setiap semester haruslah baik. Jika tidak, bye bye scholarship!

“Jadi, ini khusus buat asrama perempuan?” Kepala Chloe mulai berkeliling.

“Kenapa? Berharap dicampur sama asrama cowok?” tanya Grace menebak apa yang ada di kepala Chloe.

“Ya, siapa tau. Lumayan buat cuci mata habis seharian liat rumus,” celetuk Chloe yang ikut menghentikan langkahnya saat Grace berhenti tepat di depan sebuah loket yang masih terletak di lobi.

“Belajar, woy! Jangan pacaran. Ingat tuh beasiswa,” cetus Grace menasihati dengan sedikit bumbu ancaman. “Kunci kamar mahasiswa baru atas nama Chloepatra,” lanjutnya bicara pada seseorang di balik loket. Chloe tebak dia adalah penjaga asramanya.

Di tengah waktu menunggu, tanpa sadar kepala Chloe kembali mengitari sekitar. Hingga kaki jenjangnya mulai melangkah pelan menuju salah satu dinding yang terpasang sebuah papan mading besar. Terdapat banyak flyer, brosur, surat edaran, surat pengumuman, memo, dan informasi lainnya yang ditempel di sana. Bahkan sudah hampir tidak ada celah kosong untuk menempelkan informasi lagi.

Sampai akhirnya mata Chloe tertuju pada sebuah flyer kegiatan seminar minggu lalu yang di dalamnya terdapat dua buah foto narasumber dan sebuah foto moderator. Diamatinya dengan lekat foto moderator yang terpampang. Entah kenapa wajahnya terkesan familiar bagi Chloe. Hanya saja fotonya terlalu kecil, jadi Chloe tidak bisa memastikan.

“Eh, ngapain?” tanya Grace mengagetkan.

“Ngga, cuma liat-liat aja.”

Grace memberikan kunci kamar Chloe. "Congratulation! Anda fix jadi penghuni asrama Universitas Seirios," ujarnya bertepuk tangan.

Chloe pun tertawa sambil menerima kunci kamarnya. 

Bab terkait

  • Oh, My Grim   Malapetaka Orientasi

    Kamar nomor 27. Di mana kamar nomor 27. Batin Chloe bertanya-tanya.“Tuh, di depan!” seru Grace yang ada di belakang Chloe. Dia terlihat sibuk menggeret dua buah koper—yang sebenarnya bukan miliknya—di kanan dan kirinya.Huft. Lelah. Menaiki tangga hingga ke lantai empat memang bukanlah hal yang disukai Chloe. Terlebih masih harus berjalan beberapa langkah lagi hingga akhirnya sampai tepat di depan sebuah kamar dengan papan nomor 27 terpasang pada pintu.Dan kini saatnya mengetes fungsi dari kunci yang sebelumnya diberikan oleh penjaga loket. Tak sampai lima detik, pintu kamar pun berhasil terbuka.Tampaklah ruangan kecil bercat putih polos yang berisikan dua tempat tidur, dua lemari dan dua meja belajar. Semuanya masih tampak kosong. Perlahan Chloe melangkah masuk, diikuti dengan Grace. Mengamati satu per satu ruangan yang selama empat tahun ke depan akan menjadi tempat tinggalnya sementara. Mulai memikirkan haru

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-19
  • Oh, My Grim   Surprise!

    Kedua kaki Chloe bergetar hebat selama acara perkenalan jurusan berlangsung. Lebih tepatnya setelah mc memperkenalkan seorang dosen bernama Juanito Alexander. Sampai-sampai perempuan yang duduk di sebelah Chloe meminta dirinya untuk segera izin pergi ke toilet saja, karena melihat kakinya yang terus-menerus bergetar layaknya sedang menahan ingin buang air kecil. Merasa kalau itu adalah ide yang bagus untuk menenangkan hati juga pikiran, jadi Chloe beranjak dari posisinya dan melangkah keluar dari aula secepat mungkin. Pasti cuma mirip, batin Chloe berkata. Iya betul. Pasti cuma mirip. Chloe menangkup kucuran air yang keluar dari dalam keran wastafel. Membasuh wajahnya beberapa kali, kemudian memosisikan kedua tangannya bertopang pada meja wastafel. Dadanya bergerak kembang kempis menghirup udara. Dan untuk yang terakhir kalinya, diambilnya udara begitu dalam, lalu dihembuskan perlahan melalui mulut. Barulah setelah itu napasnya mula

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-20
  • Oh, My Grim   Obrolan Malam

    Grace, gue harusnya udah meninggal. Grace, lo harus percaya sama gue. Pak Juan itu mirip banget sama grim reaper yang ditugasin bawa gue ke akhirat! Dan gue merasa kalau itu emang dia!Grace, gue harus gimana?Segala bentuk kalimat pernyataan dan kalimat pertanyaan berkecamuk di dalam kepala Chloe. Membuat semacam rentetan daftar yang Chloe sendiri pun tahu bahwa dia tidak bisa mengatakan hal semacam itu pada Grace. Akan dibilang apa dia nantinya? Gila? Stres? Atau mungkin efek kelelahan? Memang Grace akan mendengarkan cerita Chloe hingga tuntas—karena pada dasarnya Grace adalah seorang pendengar yang baik—namun setelah itu Chloe yakin, kalau teman sekamarnya itu akan langsung memintanya untuk segera periksa ke rumah sakit.Suara jentikan jari seketika berhasil menarik perhatian Chloe dari semangkuk mie instan di atas meja. Lupa kalau dia sedang berada di kantin asrama untuk makan malam.“Wah, jadi dari

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-23
  • Oh, My Grim   Ruang Rahasia

    Suara dentingan menyambut ketika tombol pada lift berpendar di angka tiga. Beberapa orang yang berdiri berdempetan di depan Chloe mulai melangkahkan kakinya ke luar lift, kemudian menyebar ke arah yang berbeda. Sementara Chloe bergerak ke arah kiri mengikuti seorang lelaki yang sempat menoleh ke arahnya. Chloe tebak, lelaki ini juga memiliki urusan yang sama dengannya.Ini adalah kali pertama Chloe datang ke lantai tiga gedung jurusannya, setelah saat orientasi kemarin hanya berada di lantai dua—tempat dimana aula sekaligus ruang para dosen berada. Sedangkan lantai tiga hingga lantai lima diperuntukkan untuk ruang kelas kuliah dan lantai enam difungsikan khusus untuk beberapa laboratorium jurusan.Usai beberapa langkah terlewati, Chloe berbelok masuk ke salah satu ruangan. Menemukan deretan bangku kuliah berwarna hijau yang tampak begitu kontras dengan ruangan yang bernuansa putih. Entah kenapa Chloe masih merasa mual setiap kali melihat deretan kursi. Bokongnya

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-25
  • Oh, My Grim   Peringatan Pertama

    “Maaf Pak, itu betul toilet laki-laki kan, ya?” Pertanyaan itu bergaung di dalam rongga telinga Chloe. “Iya betul. Perempuan ini cuma ….” Kedua mata Chloe dan Juan bertemu. “… salah ruangan.” Di sela-sela suara debaran jantungnya yang makin menjadi-jadi, Chloe masih sempat mendengar suara pergerakan tangga lipat aluminium di belakangnya. Saking paniknya, Chloe berharap orang di belakangnya tidak benar-benar pergi dan meninggalkan dirinya hanya berdua dengan Juan dalam situasi yang teramat canggung. Juan meletakkan kedua tangannya ke dalam saku celana. Saking dekatnya, Chloe bisa melihat rambut-rambut halus tersebar rata di sekitar lengan Juan dikarenakan lengan kemejanya tergulung hingga siku. “Masih betah diam di situ?” tanya Juan menanggapi posisi Chloe yang masih membungkuk memandangi area pinggang ke bawah miliknya. Mendengar pertanyaan bernada sarkastis itu, perlahan Chloe menegakkan posisi tubuhnya yang tak seberapa tinggi jika d

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-26
  • Oh, My Grim   Penanggung Jawab Kelas

    Semalam, setelah mengecek ulang jadwal kuliahnya di hari ini, Chloe justru tidak bisa tidur.Sepanjang malam yang dilakukannya hanyalah telentang memandangi langit-langit kamar—yang membuat Chloe ingin menempelkan hiasan bintang-bintang glow in the dark di atas sana—sambil mengetuk-ngetuk jari-jari yang saling berkaitan satu sama lain di atas dada.Entah apa tepatnya yang menjadikan Chloe tidak bisa tidur, sebab ada begitu banyak hal yang berseliweran di dalam kepalanya dan Chloe tidak bisa memilih satu saja yang bisa disalahkan sebagai penyebab insomnia-nya. Mulai dari memikirkan mamanya, papanya, beasiswanya, bagaimana dirinya menceritakan semuanya pada Grace, hingga memikirkan Juan.Bahkan seorang Juan yang notabene adalah seseorang yang baru saja dikenal Chloe beberapa hari belakangan pun, ikut berkontribusi dalam penghalang tidur malamnya. Dan pastinya, bukan memikirkan tentang wajahnya yang tampan, bola matanya yang jernih, tubuhnya ya

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-27
  • Oh, My Grim   Pertanyaan Pamungkas

    “Kenapa? Apa ada yang salah sama ucapan gue?”Bermodalkan seringai yang menyeramkan serta tatapan mata yang kosong, Mike perlahan-lahan makin mendekati Chloe, sementara Chloe makin menempelkan punggungnya pada pintu darurat. Berharap dirinya memiliki kekuatan tersembunyi seperti mampu menyerap ke dalam pintu yang padat, kemudian muncul di sisi yang lain.Perasaan Chloe sungguh tidak enak. Agak mual. Seakan sekumpulan organ di dalam tubuhnya tahu bahwa akan ada hal buruk yang menimpanya saat itu juga apabila dirinya tak kunjung membuka pintu. Namun, jari-jarinya yang sudah menggenggam erat gagang pintu, mendadak kaku. Tidak bisa diajak bekerja sama. Terlebih seperti ada yang tidak beres dengan pita suaranya. Ingin rasanya berteriak, tapi suaranya justru teredam, bukannya keluar dengan lantang.“Chloe … hei, Chloe,” panggil Mike berkali-kali. “Chloe, lo ngga apa-apa?” tanyanya lagi dengan raut wajah panik. Aura menakutkan

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-28
  • Oh, My Grim   Obrolan dengan Rekan Kerja

    Sepasang sepatu boots hitam berderap pelan di atas aspal. Berjalan menembus keramaian tanpa seorang pun menyadari keberadaannya. Diperhatikannya orang-orang di sekitar yang hanya berdiam diri, saling berbisik, memotret, merekam, tanpa ada niatan membantu—ada, lima orang, setidaknya. Satunya tampak sedang menelepon. Mungkin menelepon rumah sakit terdekat untuk meminta agar segera mengirimkan ambulans.“Hei, Juan,” sapa seorang lelaki yang tiba-tiba muncul dari seberang jalan. Lelaki yang berpenampilan sama dengannya.“Bareng lo ternyata.”“Aduh, sibuk banget kayaknya sampai ngga sempat liat di aplikasi siapa yang ikutan jemput.”Juan menyeringai tipis sambil melihat ponselnya yang menampilkan deretan informasi perihal orang yang akan dijemputnya kali ini. Seorang remaja perempuan berumur tujuh belas tahun yang masih mengenakan seragam sekolah. Juan menggelengkan kepala melihatnya.“Uhh, sw

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-29

Bab terbaru

  • Oh, My Grim   Satu Permintaan Juan (End)

    Mau tak mau Chloe datang menghampiri Juan demi menuntaskan rasa penasarannya yang sudah telanjur terpancing. Juan pun sengaja membiarkan pintu kamarnya terbuka. Membiarkan Chloe masuk tanpa perlu repot-repot membuka pintu.Awalnya Chloe mengira Juan sudah langsung merebahkan diri di atas tempat tidurnya, tapi ternyata dia masih sibuk mengecek ponsel. Chloe hendak lanjut melangkah setelah sempat berhenti di ambang pintu, tapi pergerakan Juan setelahnya entah kenapa membuat Chloe mengurungkan niatnya itu. Juan dengan santai melempar ponselnya ke atas tempat tidur, kemudian melepas hoodie yang dipakai. Sempat membuat Chloe berdengap, dikarenakan berpikir Juan tidak sedang mengenakan apa pun lagi di balik hoodie-nya, tapi ternyata di

  • Oh, My Grim   Mungkinkah?

    Beberapa minggu kemudian.Alex dan Grace benar. Chloe harus bangkit dan harus berpikir positif. Terlebih semakin bertambahnya hari, semakin banyak pula kemajuan kabar yang diberikan oleh Alex. Chloe harus yakin bahwa Juan akan kembali. Meski terkadang rasa rindu benar-benar menguras air matanya, tapi Chloe bisa menghadapinya dan kembali beraktivitas seperti biasa. Tidak peduli celotehan dan celetukan yang tak enak didengar berseliweran di telinga kanan dan kirinya. Chloe berusaha mengabaikan itu semua.Namun, tetap tidak bisa dipungkiri bahwa hatinya berangsur waswas ketika tahu waktu satu bulan akan usai. Pertanyaan-pertanyaan yang dulu pernah menggerayangi pikirannya kini kembali bermunculan. Bagaimana jika bukti-bukti yang ada tidak cukup kuat untuk membuat Juan kembali? Bagaimana jika Juan sungguh-sungguh tidak kembali? Bagaimana jika Chloe di

  • Oh, My Grim   Juan Pasti Kembali

    "Chloe, ayo dong. Lo jangan terus-terusan nangis begini. Gue harus lakuin apa biar seenggaknya lo berhenti nangis, lo bangun dari tempat tidur, dan yang paling penting … lo mau makan."Grace sudah tidak tahu lagi harus bersikap seperti apa dalam menghadapi Chloe yang benar-benar kacau. Tidak mau makan. Tidak mau kuliah pula. Terlebih ketika dirinya tahu ada banyak orang yang menyalahkan dirinya atas kepergian Juan.Selang dua hari tanpa tanda-tanda kehadiran Juan di ruang kuliah, Alex mau tak mau mengirimkan surat permohonan pengunduran diri Juan sebagai dosen Seirios dikarenakan suatu hal yang mendesak, dimana Alex sengaja tidak menyebutkan detail alasannya. Mulai saat itu timbul banyak spekulasi yang semuanya menjurus pada satu sumber, yaitu Chloe. Orang-orang mulai menyangkutpautkan kepergian Juan yang tiba-tiba dengan Chloe. Lebih tepatnya dengan hub

  • Oh, My Grim   Memberi Tahu Chloe

    Aneh. Tidak biasanya Juan pergi begitu lama. Memang Chloe tidak sedang menunggu Juan di suatu tempat. Chloe hanya sedang menunggu kabar dari lelaki itu sejak siang tadi. Sejak dimana Juan memberikan Chloe kejutan yang sungguh-sungguh membuatnya terkejut, bahkan hingga sekarang masih terasa bagaimana rasanya. Memang baru berjalan beberapa jam, tapi tetap saja tidak biasanya Juan mengabaikan Chloe begitu lama hanya karena sedang pergi menemui Alex.Chloe bolak-balik mengecek ponselnya sambil berbaring di atas tempat tidur.Chloe : Apa obrolan kalian sangat penting?Akhirnya Chloe bertanya itu dan chat tersebut tampaknya tidak benar-benar terkirim, sebab masih tertanda ceklis satu. Benar-benar an

  • Oh, My Grim   Hukuman untuk Juan

    Juan melangkah santai melewati pintu Gedung Malaikat Maut usai mengantarkan satu arwah di siang hari yang terik. Berjalan melenggang tanpa tau apa yang terjadi. Bahkan beberapa pasang mata yang memperhatikannya di lobi gedung pun tidak cukup membuatnya terusik.Tak jauh di depannya, Alex berjalan menghampiri. Bola matanya bergulir memandangi Juan dari ujung kepala hingga ujung kaki."Kenapa?" tanya Juan tak paham. "Jangan ikut-ikutan yang lain. Lihat gue kayak lihat siapa aja," cetusnya.Alex menatap dengan tatapan kosong."Ju …," panggilnya. "Lo … ada yang cari lo."Juan mengernyit. "Siapa?"Tiba-tiba saja dua sosok berjubah dan bertudung hitam yan

  • Oh, My Grim   Kebahagiaan Chloe

    Pak Juan : Chloe, saya ada penjemputan. Sepertinya kamu harus makan siang sendiri hari ini.Tidak boleh mengeluh, pikir Chloe. Menjemput arwah adalah tugas utama Juan, Chloe tidak bisa melarangnya. Lagi pula, apa bisa Chloe yang merupakan seorang manusia ini melarang malaikat maut menjemput arwahnya? Sekilas sempat terpikirkan juga oleh Chloe bagaimana jika malaikat maut tidak datang untuk menjemput arwahnya? Apa malaikat maut tersebut akan dihukum? Hukuman macam apa yang bisa diterima malaikat maut?Chloe bersama dengan beberapa mahasiswa lainnya menyudahi agenda pertemuan dengan dosen pembimbing akademik sebelum memasuki semester baru. Menerima wejangan dari sang dosen untuk mengambil mata kuliah yang diajar oleh dosen selain Juan, seperti yang pernah Juan katakan. Namun, tidak ja

  • Oh, My Grim   Jalani Apa Adanya

    Sejak saat itu, Chloe merasa bahwa hidupnya telah benar-benar berubah. Memiliki Juan tentunya merupakan satu dari sekian banyak hal mustahil, yang justru membuat Chloe merasakan bahwa sebenarnya tidak ada hal yang mustahil. Tidak peduli orang-orang membicarakan hubungannya seperti apa, yang terpenting dirinya dan Juan menjalani atas dasar suka sama suka. Bahkan lebih dari itu. Tidak ada paksaan dan tidak ada setting-an.“Chloe, bagaimana kalau saya tiba-tiba menghilang?”Dari posisi kepala bersandar di kursi mobil, Chloe sontak menoleh. Kepalanya bergulir dari pemandangan laut—di kala malam hari yang ada di sampingnya—kemudian ke arah Juan.“Apa maksudnya Pak Juan tanya begitu?” tanya Chloe. &ld

  • Oh, My Grim   Terjadi Juga

    Berpikir bahwa semua ini telah selesai? Tentu saja belum.Di saat cerita-cerita dalam film yang penuh drama seperti ini kebanyakan berakhir dengan bahagia, cerita dalam hubungan Chloe dan Juan ini justru rasa-rasanya tidak ingin ada kebahagiaan. Sebab sekalinya kebahagiaan itu datang, kesedihan akan dengan cepat mengambil alih. Bagaimana tidak? Di saat Chloe bahagia, Juan justru menghilang darinya. Bahkan dengan terpaksa diam-diam Juan berharap jangan pernah Chloe mengungkapkan kebahagiaannya.Setelah mengetahui kenyataan bahwa sang iblis telah menerima hukuman akibat tindakannya, Chloe akhirnya kembali menjalani hari-harinya seperti biasa. Melihatnya kembali ceria sepanjang waktu—hingga lewat beberapa hari, beberapa minggu, beberapa bulan—memberikan kebahagiaan tersendiri untuk Juan."Paling nanti

  • Oh, My Grim   Perkara Aturan

    Setelah satu hari izin tidak menghadiri kuliah dikarenakan kondisi yang masih belum memungkinkan, akhirnya hari yang tidak ditunggu-tunggu Chloe pun tiba.Di sepanjang perjalanan dari lobi gedung jurusan hingga ke lantai ruang kuliah, tak henti-hentinya bisikan, gumaman, serta sorot mata tajam mengiringi langkah Chloe. Grace yang ikut berjalan di sebelahnya pun sampai menengok ke kanan juga ke kiri untuk paling tidak memberi isyarat pada para penggosip agar menghentikan kegiatan tidak penting mereka. Tampaknya, berita terkait hubungan sahabatnya dengan sang dosen benar-benar sudah tersebar dengan begitu cepat ke seantero Seirios.“Ya udah sih. Udah ngga bakal dilirik sama Pak Juan, terus bisa apa? Mereka mau apa?” gerutu Grace saat berada di dalam lift. Chloe yang dihadapi dengan situasi semacam itu, Grace-lah yang geram.

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status