"Jika begitu...Mengapa ia masih dengan buruk, mengatakan hal kejam untuk calon anakku." Wanita itu kembali menunduk, Suara yang ia luncurkan juga tidak terlalu terdengar jelas. Seolah itu hanya gumaman untuk diri sendiri.Handoko mampu melihat dengan jelas, kesedihan tengah membayangi hati Angel.Ia juga tak memahami, gumaman terakhir dari perkataan Angel barusan.Yang terpikirkan saat ini, ia hanya ingin segera merengkuhnya dalam dekapan, untuk meringankan kesedihan hatinya saat ini.Entah mengapa melihat wanita tersebut terlihat rapuh serta hancur, ada ketidakrelaan dalam diri Handoko.Perlahan ia bangun dari duduk dan hendak melakukan apa yang terlintas di benaknya. Namun belum juga tangan itu terulur, ia kembali mendengar wanita itu berucap dengan suara yang lirih."Jangan melakukan apapun, dan jangan mengasihani aku." Handoko menghentikan gerakan tubuhnya yang tinggal selangkah mendekati sosok wanita di sana."Lihatlah..Aku baik-baik saja,
"Kakak benar.....Dia orang terbaik sedunia. Bahkan mungkin sejagad raya. Anggara Aditama Prawirya yang tersohor dan mulia.""Hahahaha...hahahhaha...hahaha." Mendengar nada bicara dan penyampaian dari Angel yang begitu di dramatisir, Handoko tak dapat menahan gelak tawa, pria tersebut bahkan hingga memegang perut bagian bawahnya, lantaran terasa sedikit kaku.Gelak tawa yang sengaja tidak di tahan itu, memenuhi sekitar. Dan tak sedikit dari mereka yang berada satu lantai di bawah mereka, melongok ke atas untuk menatap ke arah keduanya."Nggi..mengapa kau begitu membencinya?, bahkan jika kontrak tersebut hanya sepihak, itu tidak terlalu buruk." Handoko mengangkat punggungnya yang tersandar, ia menatap kearah Angel yang tampak mengerucutkan bibir."Pikirkan berapa ratus, bahkan mungkin ribuan orang yang datang untuk posisimu?, dan pria tersohor serta sempurna itu justru memberikannya kepadamu tanpa syarat." Handoko masih berusaha meyakinkan bahw
Anggara menyalakan pancuran air, dan mengguyur seluruh tubuhnya, mengacak-acak rambut cepak miliknya yang telah basah, seraya bergumam lirih. "Aku pasti sudah gila, mengapa harus memikirkan wanita lamban itu." Kurang lebih hampir 30 menit, Anggara menghabiskan waktu di kamar mandi.Dan ketika ia keluar dari sana, wanita temannya bergulat ekstremnya beberapa waktu lalu, tengah tertidur pulas.Ada ketidaksukaan dalam benak pria tersebut, pemandangan di atas ranjang saat ini sungguh membuatnya jengah, berbanding balik 360° dengan di awal wanita itu membaringkan tubuh di sana.Anggara berjalan menuju tepi ranjang, menarik selimut yang membungkus sebagian tubuh polos di sana dengan kasar. Namun, entah itu karena kelelahan, atau memang kebiasaan, tubuh di atas ranjang diam tidak merespon.pria tersebut menjadi tambah kesal, dan ingin segera membangunkan untuk memintanya segera pergi dari sana. Akan tetapi, ketika melihat wanita itu t
"Siapa kamu?, beraninya kamu memasuki kamar orang lain!." Seru Angel setelah beberapa saat memperhatikan dari atas dan bawah sosok di depannya.Angel menjadi waspada untuk sosok di depannya. Ia berpikir dengan perusahan APC yang besar, kemungkinan terjadi pencurian berkas juga tidak mungkin kecil.Meski ia kesal atas pemaksaan kontrak, bagaimanapun ia adalah karyawan di sana, setidaknya untuk 3 tahun ke depan dirinya juga berkewajiban melindungi rahasia ataupun setiap dokumen dari perusahaan tersebut."Bagaimana kau bisa masuk kesana?." pertanyaan Angel bukan tidak beralasan, bahkan dalam pikiran flash kilatnya, ia juga hampir berasumsi bahwa pihak hotel mungkin ikut campur tangan.Di balik imajinasinya yang mulai melambung, sosok wanita di sana justru terkesan lebih santai."Saya tamu yang di undang oleh tuan di kamar ini." Jawabnya singkat, sembari menekan kata tamu. Namun bukannya mengerti, Angel justru semakin mempercayai pikiran bodo
Wanita itu ingin segera pergi dari sana dan tidak kembali lagi, khususnya tidak berhadapan dengan kedua makhluk yang kini masih berdiri di depan ruangan kamar sang Presdir.Namun, seburuk dan sebesar apapun rasa malunya saat ini, ia tidak bisa menghilang dengan mudah.Angel merebahkan tubuh kasar di atas ranjang, memikirkan dan mencoba mengingat perkataan dari sosok wanita seksi beberapa saat yang lalu.Namun, entah apa yang tengah menggelayuti hati serta pikirannya, sehingga yang terngiang hanya sebagian penggalan kalimat uniknya saja. "Jaga suami mbak, dia seperti kuda liar." "Karena suami mbak sudah menggunakan tubuh saya bukan hanya sekali, melainkan 3 kali, maka ini menjadi hak saya."Wajah Angel memerah mengingat perkataan itu. Ia mengingat betul kapan mereka cek in ke hotel, dan kapan keluar bersama handoko.Dan itu belum berselang lama, hanya membutuhkan waktu setidaknya 1 jam untuk makan, dan 3 hingga 4 jam saja be
Banyak kata buruk untuk Angel di bibir Anggara, namun meski demikian entah mengapa ia juga enggan melepas sosoknya dan merasa tidak nyaman ketika mengingat bahwa wanita itu dekat dengan Handoko.Mungkin karena hal itu juga, ia semakin tidak bisa menentukan sikap dan kebingungan bertindak di depan sang sekertaris baru tersebut."Nanti pas pulang, ganti dengan yang lain." Sambung Anggara ringan.Handoko yang mendengar itu masih terdiam, baginya 0erkataan apapun yang ia dengar dari Anggara tentang Angel ia akan berpura-pura tidak mendengarnya."Kopi di sini benar-benar lumayan, bisa kau pesankan aku beberapa?." Handoko mengalihkan pembicaraan, menggunakan rangkaian kata tentang kopi."Ciiih..." Anggara mengejek sahabatnya itu dengan berdecih pelan.Ia jelas tahu, bahwa sahabatnya tersebut jelas melindungi sosok Angel.Namun, dengan sikap dan pemahamannya tentang Handoko, ia juga sedikit lega.Setidaknya, wanita itu akan tetap ber
"Brraaaaaaaakkkk." Meski mobil berjalan dengan kecepatan rata-rata, namun ketika beradu dengan pohon besar yang kokoh, nyatanya mampu menggelegar dengan hebat di pagi itu.Dan sosok di balik kemudi mobil yang tak lain adalah Bagas, meringis sejenak menahan sakit kepala akibat benturan keras, sebelum akhirnya pingsan di tempat kejadian.Bagas tersadar dari pingsannya pada siang hari, dan mengetahui dirinya telah berada di UGD rumah sakit. Pria tersebut melihat keatas meja yang berada di sampingnya, dan tidak menemukan apa yang di cari."Suster, siapa yang membawa saya ke rumah sakit?." Tanyanya kepada salah satu perawat jaga, yang sedang menangani pasien di sampingnya bersama seorang dokter.Melihat sosok Bagas telah tersadar, Dokter dan ketiga perawat yang memeriksa kondisi pasien di ranjang sebelah, segera mendatanginya.Mereka tidak menjawab pertanyaan pria tersebut, justru balik bertanya dan mengecek setiap detil kondisi dirinya.
"Een...Angkat telponnya." Suara Bagas terdengar seperti sebuah doa yang di ucapkan dengan penuh harapan.Dengan rasa sakit di kepala yang masih bersarang, ia berpikir untuk terus mencoba menghubungi Angel.Sebenarnya ia bisa saja menghubungi keluarga yang lain, Cantika, Hanum ataupun Hartono.Namun mengingat ia sekarang tengah berada di kota B, dan orang yang tepat untuk bisa segera datang dan sangat ia harapkan adalah Angel.Dalam kesempitan situasinya saat ini, ia ingin memanfaatkan musibah kali ini, untuk menciptakan kesempatan bagi hubungan diantara dirinya dan wanita itu.Iya, jika Angel mengetahui dirinya tengah terluka, atau mengalami kecelakaan, wanita itu pasti akan segera datang. Dan untuk selanjutnya, Bagas bisa memasang wajah layaknya kucing terluka, yang tengah butuh perawatan serta kepedulian.Namun, seperti panggilan telepon itu yang tak pernah menerima tanggapan, hatinya mulai merasa kembali bimbang.Di tatapn