Ceklek ...Pintu segera terbuka begitu seorang wanita mendorongnya. Ganesha yang tadinya memejamkan mata lekas membuka kembali."Kakak kok lama sih beli eskrimnya di mana? Di mars atau dimana?" tanya Ganesha dengan asal memberondong pertanyaan humor.Tanpa merespon ucapan konyol sang adik, Nirmala mengambil sebuah cangkir kemudian membuka bungkus eskrim yang telah mencair."Kak?" panggil Anes merasa aneh dengan gerak-gerik kakaknya. Padahal sebelum pergi kakaknya terlihat baik-baik saja bahkan sudah mampu melontarkan candaan.Beberapa saat sebelum memasuki ruangan Ganesha ..."Apa yang banci itu lakukan di sini?"Dengan penasaran tingkat tinggi, Nirmala nekat mendekat tapi ketika baru dua langkah maju, matanya membeliak. "Viola?" gumamnya lantas beringsut mundur kembali ketika menyadari Viola celingukan merasa diperhatikan.Bergerak cepat, Nirmala nekat melangkah lebih dekat dan bersembunyi di cekungan tembok yang berjarak lebih dekat dengan posisi mereka berbincang."Tunggu ... apa
---------"Halo, Surya, denger-denger putramu akan menikah dengan calon CEO baru Rajya Corp, ya?"Surya yang saat itu sibuk memasukkan beberapa berkas sengketa tanah melirik sekilas. "Siapa bilang? Bhaskara dan Nirmala itu sahabatan sejak kecil, tidak mungkin mereka menikah," jawabnya santai.Rekan kerja yang bertanya itu mengernyitkan keningnya. "Iya, kah? Aku dengar dari temanku yang juga pemegang saham di Rajya Corp katanya calon CEO mereka membuat pernyataan mengejutkan akan menikahi Bhaskara dan menjadikannya menjadi CEO mereka."Aktivitas Surya seketika terhenti. Ia tak mengerti ucapan kawannya yang bernama Jiman itu. "Kapan rapat itu terjadi?""Tadi siang. Aku baru saja diberitahu. Mungkin anakmu belum sempat memberitahumu."Kabar mencengangkan itu membuat Surya dilanda kegusaran seharian. Ia ingin cepat pulang dan menanyakan secara langsung kebenarannya. "Apa aku coba tanya lewat telpon? Tapi ... sepertinya mending bertanya secara langsung," gumamnya hapal betul dengan watak
"Ayah, tapi tidak benar seperti ini. Bagaimana jika nanti Nirmala bertemu pria berengsek? Bagimana jika nanti lelaki yang Nirmala pilih justru memanfaatkannya?" ucap Bhaskara justru merasa semakin khawatir dengan kondisi wanita itu. Surya berdecak kesal merasa sia-sia berbicara dan membujuk anaknya yang selalu keras kepala. Namun mau bagaimana pun dia harus melakukan hal ini sebelum terlambat."BHASKARA, PERNIKAHAN ITU BUKANLAH MAINAN!"Dari arah pintu, terlihat Vani yang ikut menyimak dari balik pintu. Ia khawatir jika anak dan suaminya justru berakhir saling cekcok dan baku hantam."Ayah, apa ayah sungguh berpikir menjodohkan Nirmala dengan pria asing itu lebih baik? Nirmala telah melewati semua hal berat, apa Ayah tidak khawatir jika ada yang memanfaatkannya?" sentak Bhaskara tanpa sadar telah ikut meninggikan suaranya.Surya menatap nanar anaknya yang tampak emosional. Ia menghela napas kemudian menjawab dengan nada suara lebih rendah. "Lalu apa bedanya dengan kamu yang rela meni
Seorang pria tengah termenung menatapi hamparan langit hitam. Angin sepoi-sepoi menerpa wajahnya membuat hawa dingin seketika terasa pada sekujur tubuhnya. Tangan kanannya terangkat berusaha meraup bulan yang tengah menampakkan eksistensi keelokan bulat sempurnanya."Siapa sangka bulatan kecil seperti permen itu memiliki wujud jauh lebih besar dari jangkauanku," gumamnya sembari menutup bulatan bulan itu hingga tenggelam dalam telapak tangan besarnya itu."Dan siapa sangka bulan yang digambarkan menerangi gelapnya malam itu sebetulnya bukanlah sinarnya sendiri," lanjutnya menengadahkan kepalanya.------"Dunia memang penuh dengan penipu, kau jangan mudah percaya dengan orang asing, okey?" ucap seorang gadis kecil berkucir kuda mengulurkan tangannya pada seorang bocah laki-laki yang terduduk menangis.Bocah lelaki itu tak kunjung menyambut uluran tangan sang gadis hingga akhirnya gadis itu nekat menarik lengan bocah itu memaksa untuk berdiri."Jangan jadi cengeng nanti air di rumahmu c
Pagi itu seperti biasa, Surya menjalani rutinitas kerja seperti hari-hari sebelumnya. Hari ini ia tak punya janji dengan klien, jadi ia bisa menghabiskan waktu sepenuhnya di kantor. Meski pekerjaan hari ini terasa lebih ringan, pikirannya tak kunjung tenang. Kejadian kemarin terus saja menghantuinya. Semakin ia mencoba mengabaikannya, rasa cemas itu malah makin menghimpit."Uhuk!"Sebuah dehaman tiba-tiba membuyarkan lamunannya. Surya menoleh dan mendapati Jiman, salah satu rekan kerjanya, sudah duduk di sampingnya dengan ekspresi penasaran.Merasa ketahuan melamun, Surya segera membalik berkas laporan yang sedari tadi hanya ia pandangi kosong.Sedangkan Jiman yang peka dengan perubahan sikap Surya, langsung bersuara pelan."Ada masalah apa?" tanyanya sambil menatap tajam, seolah ingin menembus pikiran rekannya itu.Surya tak menjawab, ia berusaha membenamkan diri dalam laporan yang nyaris sudah ia hafal di luar kepala.Jiman tersenyum kecil, lalu bersandar santai. "Biar kutebak... Ka
“Uhuk... uhuk...”Nirmala tersedak hebat, ucapan Bhaskara tadi menghantamnya begitu keras hingga ia hampir tak bisa bernapas.“Pelan-pelan, Nirmala!” Bhaskara yang panik segera menepuk-nepuk punggungnya, mencoba menenangkan. Tapi baru beberapa kali tepukan, Nirmala menghempas tangannya.Setelah menarik napas panjang, Nirmala buru-buru meneguk air mineral di hadapannya, berharap rasa syok itu segera mereda. Ia lalu lalu mendadak berdiri tanpa menatap Bhaskara. “Aku... aku sudah selesai. Aku pergi dulu," ucaonya terburu-buru.Namun, tanpa sengaja ia menyenggol gelasnya. Air yang masih tersisa tumpah dan membasahi rok Nirmala. Dengan buru-buru ia mencoba mengibaskan rok yang basah. Sementara Bhaskara hendak membantu, tapi Nirmala mendorongnya menjauh.Hanya bisa memandang, Bhaskara merasa semakin bingung melihat Nirmala yang tiba-tiba gugup dan salah tingkah. Apa yang membuatnya segelisah ini? gumam Bhaskara dalam hati. Tak habis pikir, ia berbisik pelan, “Padahal aku cuma bilang akan me
BRAK!"Argh!"Nirmala yang tengah sibuk mengepel segera menoleh ke sumber suara. Betapa terkejutnya ia begitu melihat seorang wanita bersimpuh, dengan sebuah ponsel tergeletak di lantai basah yang baru saja ia pel."Ya ampun! Nona, apakah anda baik-baik saja?" pekik Nirmala dengan panik menghampiri dan mencoba membantu.Ia mengambil ponsel yang tergeletak tak jauh darinya dan ketika melihat kondisi ponsel itu, jantungnya mencelos nyaris berhenti berdetak."Apa yang kau lakukan, sialan!"Umpatan itu seketika membuatnya tersadar. Bagai orang linglung, ia bergegas mendekat dan memberi uluran tangan."Bi—biar saya bantu, Nona," ucap Nirmala dengan gagap menawarkan diri membantu sang wanita dengan tangan setengah bergetar.Namun, uluran tangannya langsung ditepis kasar. Ponsel yang tadi ia ambil segera direbut paksa oleh sang empu. Saking kasarnya, kuku panjang wanita tersebut mencakar tangan Nirmala hingga membuatnya meringis."APA SIH! JAUHKAN TANGAN KOTORMU!"Tubuh gadis OG itu bergetar
Perkataan anak bosnya beberapa saat lalu terus saya terngiang-ngiang di dalam kepala Nirmala. Ia kerap kali kedapatan tidak fokus bekerja karena pikirannya yang melanglang buana. "Nirmala! Apa kau akan terus terdiam seperti orang idiot?! Kamu ini buta atau gimana sih kami ini sudah kelaparan dan kamu malah sibuk ngelamun gak jelas." Mata Nirmala melebar dan cepat-cepat melangkah maju menyadari dirinya yang melamun tadi membuat antrean di kantin mengular. "Eh— maafkan aku." Ia yang merasa bersalah dengan karyawan lain segera menunduk dan membungkukkan badannya sebagai gestur meminta maaf. Orang-orang di sekitarnya tentu tak menggubris gestur minta maafnya itu, mereka justru bergunjing membicarakan sikap bodoh yang Nirmala lakukan. "Dia wanita yang sempat bertengkar dengan Nona Viola di lobi tadi kan?" "Iya betul. Denger-denger dia memang orang aneh. Makanya jangan heran kalau kau selalu melihat dia sendirian tanpa seorang teman." "Pantas aja. Liat aja tuh rambutnya kusu