Axton mengangkat salah satu kaki Quinza ke atas meja dengan posisi Quinza yang masih terduduk di atas, hal itu mempermudah Axton untuk mengusap paha atas Quinza yang terekspos.
Tangan Axton mulai mengusap paha atas Quinza secara lembut, menaik turunkan tangannya, membuat Quinza tidak bisa menahan desahannya lagi
"Akhhhh.. "
Desahan keluar dari bibir mungil sexynya, Axton semakin bersemangat untuk membuat Quinza lebih bergairah dan terbakar hasratnya
Tidak hanya tangan Axton yang ikut bermain. Bibir Axton pun bermain di leher jenjang Quinza. Mencium, menyesap dan memberikan tanda kemerahan di lehernya
Dengan menjalarkan lidahnya turun ke bawah sampai ke pundak Quinza. Yang sedikit terbuka
Hingga tangan Axton yang lain merambat ke arah baju Quinza dan membuka beberapa kancing baju milik Quinza, yang menampakan nipple pink miliknya
Axton mengumpat dalam hatinya melihat Quinza tidak memakai Bra untuk menutupi dadanya. "Sial, apa Quinza sengaja menggodaku" Axton semakin terbakar gairah melihat nipple pink milik Quinza yang teramat menggoda untuk Axton mainkan
Axton menjalarkan lidahnya memainkan nipple pink Quinza yang menegang, tidak hanya lidahnya, tangannya pun ikut andil memainkan nipple pink milik Quinza meremas dadanya, memilin sampai Quinza melenguh. Menikmati permainan Axton di kedua dadanya
"Akhhh.. " Quinza kembali mendesah, ia tidak tahan dengan sentuhan Axton. Yang membuat otaknya kembali tidak bekerja.
Mendengar Quinza kembali mendesah, Axton menaik turunkan tangannya kembali dan menjamah seluruh tubuh indah Quinza sampai ia berhenti di pusat kewanitaan Quinza yang sudah basah siap untuk dimasuki juniornya
Tidak sampai di situ, Axton mengusap kewanitaan milik Quinza yang basah dengan jarinya, mengusap lembut dan memberikan sensasi kenikmatan untuk Quinza dengan cara sensual
"Akhh... Axton" Quinza mendesahkan namanya, memanggil Axton dengan suara sexynya. Tidak tahan dengan sentuhan Axton
Axton yang mendengar. Tidak menggubris ucapan Quinza yang memanggil namanya, Axton masih sibuk memainkan jarinya, di luar pusat kewanitaan milik Quinza
Sampai Quinza pun semakin melenguh hebay, ia tidak bisa menahan sesuatu yang akan keluar segera dari pusat kewanitaannya.
Melihat Quinza akan mengeluarkan cairan orgasme pertamanya, lidah Axton yang berada di nipple pink Quinza, turun ke bawah, menjalar ke pusat kewanitaannya, Axton merobek kain yang menutupi kewanitaa Quinza dengan satu tangan kanannya
Axton mensejajarkan kepalanya, tepat di depan kewanitaan milik Quinza, ia menatap pusat kewanitaan Quinza dengan pandangan kagum.
Tak lama Axton mulai memainkan kewanitaan Quinza dengan lidahnya, menyesap, menjilati dengan teramat lembut dan memainkan lidahnya dengan lihai sampai Quinza pun tidak bisa menahan desahannya, yang terus keluar begitu saja dari bibir mungilnya, memanggil-manggil nama Axton dengan teriakan dan desahan sexynya
©©©©©©©
Pelepasan yang akan Quinza capai terhenti dengan kehadiran seseorang yang masuk tanpa permisi.
Orang itu pun melihat kegiatan panas Axton dan Quinza, sampai orang itu membuka suaranya "wow, sungguh luar biasa, pemandangan yang sangat menakjubkan, andai aku membawa ponselku, aku akan merekam kegiatan panas kalian" ucapan pria itu menghentikan aktivitas Axton dan membuat Quinza malu atas prilakunya yang terlihat seperti jalang
Axton yang mengenali suara orang itu, segera menurunkan Quinza dari atas meja, dan menyembunyikan Quinza ke belakang tubuhnya.
Axton tidak ingin orang itu melihat tubuh Quinza yang hampir naked. Hanya Axton yang boleh melihat tubuh indah Quinza yang sempurna.
"Mau apa kau datang kemari hmm" Tanya Axton menajamkan matanya pada orang itu. Tidak suka
Orang itu pun tekekeh melihat Axton menajamkan matanya, seperti anak kecil yang mainan direbut oleh temannya sendiri
"Calm down dude, aku kesini hanya ingin memberikan ini" ucap orang itu tanpa memperdulikan tatapan mata tajam Axton. Lalu pria itu melemparkan sebuah benda pada Axton dan ditangkap Axton dengan tangan kirinya.
Axton melihat benda itu, yang merupakan sebuah kunci, ia mengerutkan keningnya, tampak bingung "kunci" Tanya Axton memperhatikan design kunci itu dengan detail.
Pria itu menganggukan kepalanya lalu ia pun menjawab, membalas ucapan Axton "Aku tidak bisa menjelaskannya disini" ucap pria itu, tanpa menghentikan lirikannya ke tubuh Quinza
Axton memperhatikan pria itu melirik sekilas kw tubuh Quinza dengan penuh minat, Axton kesal dan melemparkan sebuah sendok ke arah orang itu dan berhasil mengenai keningnya
Orang yang Axton lempari sendok adalah sahabatnya , Dominic Suarez pria asal spanyol
"Auuuuuwww" ucap dom kesakitan
"Jika kau tidak ingin aku menyongkel kedua matamu itu, berhentilah menatap g.a.d.i.s.k.u" kesal Axton, menekan kata gadisku sambil menghunuskan tatapan mata tajamnya.
Axton tidak perduli jika orang itu sahabatnya sendiri, ia akan menghabisi siapa pun yang berani menyentuh miliknya bahkan dengan sengaja menatap Quinza. Terang-terangan di depan matanya
Dom terperangah mendengar ucapan Axton, baru kali ia melihat sikap Axton begitu posessive pada wanita. Biasanya, Axton akan berbagi wanita yang sama dengannya, tapi melihat sikap Axton kali ini Dom menyimpulkan jika sahabat brengseknya menyukai wanita itu.
Entahlah, Dom tidak ingin memikirkan Axton dan wanita itu, tujuan Dom datang ke penthouse Axton hanya ingin menyampaikan sesuatu padanya yang ia lihat semalam. Setelah Axton selesai membunuh dan pergi meninggalkan tempat itu
©©©©©©©©
Axton menarik tubuh Quinza yang berada di belakangnya dan membawa Quinza kembali masuk ke dalam kamarnya.
ia mendorong Quinza secara kasar hingga Quinza hampir saja terjatuh.
Beruntung Quinza bisa menahan bobot berar tubuhnya agar ia tidak jatuh dan terkena meja kecil yang berada di dalam kamar Axton
Quinza menatap bingung dengan sikap Axton yang sudah berubah menjadi kasar padanya, Quinza bertanya-tanya dalam hatinya terhadap sikap Axton "apa aku berbuat salah pada Axton, sampai Axton bersikap seperti ini pada ku" Quinza yang ingin bersuara, ia urungkan, mendengar Axton yang sudah lebih dulu meninggalkan Quinza di dalam kamarnya dan tidak lupa Axton pun mengunci pintu dari luar, agar Quinza tidak mendengar pembicaraannya dengan Dominic. Ia seperti seorang tawanan yang takut tawanannya kabur
Quinza berjalan ke arah pintu, ia menggedor-gedorkan pintu itu dan memanggil Axton untuk membuka pintunya
Namun sayangnya usaha Quinza tidak mendapatkan hasil, Quinza terkurung di dalam kamar Axton lebih tepatnya di kurung oleh Axton.
Quinza hanya bisa menghela nafasnya, Quinza tidak tau lagi, cara agar ia bisa keluar dari dalam kamar ini. Ia pun menyenderkan tubuhnya ke pintu dan merosotkan tubuhnya hingga Quinza terduduk di lantai yang dingin,
Butiran bening keluar begitu saja dari bola mata indahnya, isakan kecil pun kembali keluar dari bibir mungil Quinza
Tangis pun pecah, Quinza tidak bisa menahan lagi isakan-isakannya, ia begitu bodoh bisa terjebak oleh Axton, dosennya sendiri dan mengklaim Quinza sebagai miliknya
"Arrrrrggghhhhh.... " Teriak Quinza di iringi dengan isak tangisnya dan rasa sesak di dadanya.
Columbia univesity, New YorkTerdengar suara jeritan dan rintihan dari seorang gadis menggema di sebuah ruangan kosong yang sudah tak terpakai di salah satu area kampus tempat gadis itu menempuh pendidikannya."Arggghhhh.. ""Srettttt""Krettttt"Brakkk"Plakk"Beragam Pukulan, tamparan, gadis itu dapatkan kan hingga berulang kali tanpa tau letak kesalahan nya apaBau anyir yang menyengat menyeruak tajam kedalam rongga hidung akibat tamparan keras menggores sudut bibirnyaTidak hanya goresan di sudut bibir nya, luka lebam gadis itu juga dia dapatkan, hingga wajah cantik nya hampir tak terbentuk penuh dengan luka lebam dan darah."Hiks.. Hikss.. Hiksss.. ""Kenapa kau selalu menyiksa ku, apa sebenarnya kesalahan ku pada mu, aku tidak pernah melakukan apa pun tapi kau selalu saja berbuat kejam dan menyakiti ku" Ucap quiza dengan hisakan nya."Sudah berapa kali aku
Columbia university, New yorkDesas desus terdengar kabar di seluruh kalangan mahasiswa tentang dosen baru yang akan mengajar di universitas ini, banyak dari mereka berantusias ingin melihat langsung ke tampanan sang dosen, terutama para mahasiswi.Tapi tidak dengan salah satu mahasiswi cantik yang bernama quinza zelene aleandro martinez, anak ke tiga dari pasangan Moren martinez dan Veronica martinez, Quinza sama sekali tidak tertarik ataupun berantusias seperti mahasiswi lainnya, bagi dirinya semua dosen itu sama, sama sama mengajar dan membagi ilmu meraka untuk para siswa dan siswi di universitas ini."Ku dengar dosen baru kita sudah berada di sini, apa kau tau fakultas mana dosen itu mengajar""Aku melihat dosen baru itu, siaalll, dosen baru itu sangatlah tampan, aku siap untuk menghangat kan ranjang nya setiap hari." Dosen itu, uhhh sangat lah sexy, apa lagi dengan bentuk tubuh atletis nya dan dada bida
Axton semakin merapatkan tubuhnya,menghirup aroma lavender yang melekat di tubuh Quinza, dan mencium Quinza lebih dalam lagi.Tidak sampai disitu, tangan kanan Axton pun sudah memegang bokong sintal milik quinza meremas bokong quinza dengan kasar, hingga tangan axton pun turun kebawah mengelus paha quinza yang mulus, menyingkap rok Quinza agar Axton lebih leluasa mengelus bagian dalam paha Quinza.Axton yang sudah di selimuti gairah melepaskan ciuman nya tanpa memperkikis jarak antara mereka, memberikan Quinza ruang untuk menghirup udara sebanyak banyak nya, tanpa melepaskan padangannya kearah Quinza.Melihat sudut bibir Quinza berdarah, Axton menghapus darah yang berada di sudut bibir quinza dengan ibu jarinya, dan mengatakan sesuatu pada Quinza."Itu baru permulaan sugar, jika kau berani terhadap ku bahkan kau berani bermain dengan ku, aku pastikan kau akan mendapatkan hukuman yang lebih berat dari pada ini" uca
Langit sudah mulai senja, Axton pun bergegas pergi meninggalkan kampus tempat dirinya mengajar, belum sempat Axton membuka pintu mobil suara dering ponselnya berbunyi. Axton segera mengangkat ponsel nya yang terletak di celana panjang miliknya, tanpa melihat nama sang penelepon."Katakan ada apa kau menelephon ku?" tanya Axton tanpa basa-basi."Bagaimana bisa.., apa yang kalian kerjakan hah?!""Aku tidak mau tahu kau urus penghianat itu sampai aku datang kesana dan kirimkan lokasi nya pada ku sekarang juga, pastikan pria itu tidak kabur" Axton memutuskan panggilan sepihaknya, tanpa mau mendengarkan ucapan si penelepon lagi,Setelah memastikan sambungan telepon ia matikan, axton melihat lokasi yang baru saja ia terima dari salah satu sahabatnya.Lokasi itu tidak begitu jauh dari tempat ia berada, hanya perlu mengendarai kuda besi nya selama 30 menit. 
Quinza menatap lekat kedua bola mata biru milik Axton yang selalu sulit dibaca olehnya, entah apa yang di pikirkan Quinza hingga berani mengelus wajah tampan Axton dengan jemarinya begitu lembutHingga membuat Axton pun menikmati setiap sentuhan lembut dari jemari lentiknya sampai ia memejamkan mataTersadar yang quinza lakukan, ia pun menghentikan pergerakan jemari nya dari wajah axton, tapi sayangnya axton mencekal tangan Quinza untuk tetap berada di permukaan wajah tampannya."Biarkan seperti ini, aku sangat menyukai jemari tangan mu saat menyentuh wajah ku" Kata Axton, memegang tangan Quinza yang masih ia genggam di wajahnyaQuinza yang ingin memanggil axton di dahului suara dari seorang pria yang berada tak jauh dari tempatnya.Dom lah yang memanggil Axton yang berdiri tidak jauh dari sana, melihat teman brengseknya bersama seorang wanita cantik, sehingga D
Matahari sudah mulai menunjukan sinarnya dari celah celah tirai yang menerobos masuk kedalam kamar axton, quinza yang baru saja tersadar dari tidur mengerjapkan matanya, melihat keseliling kamar yang bukan kamar milik nya apa lagi di saat tangan kokoh sedang melingkar di perut ratanya, ia tersentak mendapatkan axton yang sedang berbaring di ranjang yang sama bersama dengan nya.Quinza memperhatikan axton yang masih terlelap, menatap wajah axton begitu damai di saat axton tertidur, berbeda dengan axton yang selalu menatap dengan pandangan dingin, membuat quinza selalu takut padanya, tangan quinza mengelus permukaan wajah tampan axton menyentuh kening, alis, mata, hidung, dan terakhir menyentuh bibir lancang axton yang selalu menciumnya tanpa permisi, quinza mengusap bibir axton secara lembut menggunakan jari telunjuk nya, ia tidak tau jika axton sudah terbangun sejak tadi di saat quinza memandang wajah axton dan menyentuh wajahnya.Axton me
Axton mengangkat salah satu kaki Quinza ke atas meja dengan posisi Quinza yang masih terduduk di atas, hal itu mempermudah Axton untuk mengusap paha atas Quinza yang terekspos.Tangan Axton mulai mengusap paha atas Quinza secara lembut, menaik turunkan tangannya, membuat Quinza tidak bisa menahan desahannya lagi"Akhhhh.. "Desahan keluar dari bibir mungil sexynya, Axton semakin bersemangat untuk membuat Quinza lebih bergairah dan terbakar hasratnyaTidak hanya tangan Axton yang ikut bermain. Bibir Axton pun bermain di leher jenjang Quinza. Mencium, menyesap dan memberikan tanda kemerahan di lehernyaDengan menjalarkan lidahnya turun ke bawah sampai ke pundak Quinza. Yang sedikit terbukaHingga tangan Axton yang lain merambat ke arah baju Quinza dan membuka beberapa kancing baju milik Quinza, yang menampakan nipple pink miliknyaAxton mengumpat dalam hatinya melihat Quinza tidak memakai Bra untuk menutupi dadanya. "Sial, a
Matahari sudah mulai menunjukan sinarnya dari celah celah tirai yang menerobos masuk kedalam kamar axton, quinza yang baru saja tersadar dari tidur mengerjapkan matanya, melihat keseliling kamar yang bukan kamar milik nya apa lagi di saat tangan kokoh sedang melingkar di perut ratanya, ia tersentak mendapatkan axton yang sedang berbaring di ranjang yang sama bersama dengan nya.Quinza memperhatikan axton yang masih terlelap, menatap wajah axton begitu damai di saat axton tertidur, berbeda dengan axton yang selalu menatap dengan pandangan dingin, membuat quinza selalu takut padanya, tangan quinza mengelus permukaan wajah tampan axton menyentuh kening, alis, mata, hidung, dan terakhir menyentuh bibir lancang axton yang selalu menciumnya tanpa permisi, quinza mengusap bibir axton secara lembut menggunakan jari telunjuk nya, ia tidak tau jika axton sudah terbangun sejak tadi di saat quinza memandang wajah axton dan menyentuh wajahnya.Axton me
Quinza menatap lekat kedua bola mata biru milik Axton yang selalu sulit dibaca olehnya, entah apa yang di pikirkan Quinza hingga berani mengelus wajah tampan Axton dengan jemarinya begitu lembutHingga membuat Axton pun menikmati setiap sentuhan lembut dari jemari lentiknya sampai ia memejamkan mataTersadar yang quinza lakukan, ia pun menghentikan pergerakan jemari nya dari wajah axton, tapi sayangnya axton mencekal tangan Quinza untuk tetap berada di permukaan wajah tampannya."Biarkan seperti ini, aku sangat menyukai jemari tangan mu saat menyentuh wajah ku" Kata Axton, memegang tangan Quinza yang masih ia genggam di wajahnyaQuinza yang ingin memanggil axton di dahului suara dari seorang pria yang berada tak jauh dari tempatnya.Dom lah yang memanggil Axton yang berdiri tidak jauh dari sana, melihat teman brengseknya bersama seorang wanita cantik, sehingga D
Langit sudah mulai senja, Axton pun bergegas pergi meninggalkan kampus tempat dirinya mengajar, belum sempat Axton membuka pintu mobil suara dering ponselnya berbunyi. Axton segera mengangkat ponsel nya yang terletak di celana panjang miliknya, tanpa melihat nama sang penelepon."Katakan ada apa kau menelephon ku?" tanya Axton tanpa basa-basi."Bagaimana bisa.., apa yang kalian kerjakan hah?!""Aku tidak mau tahu kau urus penghianat itu sampai aku datang kesana dan kirimkan lokasi nya pada ku sekarang juga, pastikan pria itu tidak kabur" Axton memutuskan panggilan sepihaknya, tanpa mau mendengarkan ucapan si penelepon lagi,Setelah memastikan sambungan telepon ia matikan, axton melihat lokasi yang baru saja ia terima dari salah satu sahabatnya.Lokasi itu tidak begitu jauh dari tempat ia berada, hanya perlu mengendarai kuda besi nya selama 30 menit. 
Axton semakin merapatkan tubuhnya,menghirup aroma lavender yang melekat di tubuh Quinza, dan mencium Quinza lebih dalam lagi.Tidak sampai disitu, tangan kanan Axton pun sudah memegang bokong sintal milik quinza meremas bokong quinza dengan kasar, hingga tangan axton pun turun kebawah mengelus paha quinza yang mulus, menyingkap rok Quinza agar Axton lebih leluasa mengelus bagian dalam paha Quinza.Axton yang sudah di selimuti gairah melepaskan ciuman nya tanpa memperkikis jarak antara mereka, memberikan Quinza ruang untuk menghirup udara sebanyak banyak nya, tanpa melepaskan padangannya kearah Quinza.Melihat sudut bibir Quinza berdarah, Axton menghapus darah yang berada di sudut bibir quinza dengan ibu jarinya, dan mengatakan sesuatu pada Quinza."Itu baru permulaan sugar, jika kau berani terhadap ku bahkan kau berani bermain dengan ku, aku pastikan kau akan mendapatkan hukuman yang lebih berat dari pada ini" uca
Columbia university, New yorkDesas desus terdengar kabar di seluruh kalangan mahasiswa tentang dosen baru yang akan mengajar di universitas ini, banyak dari mereka berantusias ingin melihat langsung ke tampanan sang dosen, terutama para mahasiswi.Tapi tidak dengan salah satu mahasiswi cantik yang bernama quinza zelene aleandro martinez, anak ke tiga dari pasangan Moren martinez dan Veronica martinez, Quinza sama sekali tidak tertarik ataupun berantusias seperti mahasiswi lainnya, bagi dirinya semua dosen itu sama, sama sama mengajar dan membagi ilmu meraka untuk para siswa dan siswi di universitas ini."Ku dengar dosen baru kita sudah berada di sini, apa kau tau fakultas mana dosen itu mengajar""Aku melihat dosen baru itu, siaalll, dosen baru itu sangatlah tampan, aku siap untuk menghangat kan ranjang nya setiap hari." Dosen itu, uhhh sangat lah sexy, apa lagi dengan bentuk tubuh atletis nya dan dada bida
Columbia univesity, New YorkTerdengar suara jeritan dan rintihan dari seorang gadis menggema di sebuah ruangan kosong yang sudah tak terpakai di salah satu area kampus tempat gadis itu menempuh pendidikannya."Arggghhhh.. ""Srettttt""Krettttt"Brakkk"Plakk"Beragam Pukulan, tamparan, gadis itu dapatkan kan hingga berulang kali tanpa tau letak kesalahan nya apaBau anyir yang menyengat menyeruak tajam kedalam rongga hidung akibat tamparan keras menggores sudut bibirnyaTidak hanya goresan di sudut bibir nya, luka lebam gadis itu juga dia dapatkan, hingga wajah cantik nya hampir tak terbentuk penuh dengan luka lebam dan darah."Hiks.. Hikss.. Hiksss.. ""Kenapa kau selalu menyiksa ku, apa sebenarnya kesalahan ku pada mu, aku tidak pernah melakukan apa pun tapi kau selalu saja berbuat kejam dan menyakiti ku" Ucap quiza dengan hisakan nya."Sudah berapa kali aku