***Demam menyerang Yerinsa karena terlalu over kelelahan menyusup ke luar rumah. Meskipun berkata akan sembuh nanti sore, faktanya panas itu bertahan hingga tiga hari. Selain tidur, tiga hari juga kasur Yerinsa multifungsi menjadi tempat makan dan seperti ranjang rumah sakit.Untungnya hari ke tiga demam sudah lumayan turun, panas tubuh Yerinsa mereda 70%, sudah tidak lagi diinfus. Hari ke empat dan lima demam sembuh, meskipun masih lemas dan pucat.Dan hari ini, waktunya Yerinsa masuk sekolah setelah mengambil cuti selama sebulan. Pagi-pagi sekali remaja itu sudah antusias bangun mempersiapkan diri, lebih semangat dari Mauren yang membantunya berpakaian.Kemeja putih lengan pendek dengan lambang sekolahan di bagian dada kiri Yerinsa kenakan, bawahan rok hijau lumut lipit-lipit lima senti di atas lutut sama seperti seragam Gabriella.Setelah memoles wajah natural, diakhiri memakai krim tabir surya dari wajah, leher, lengan, hingga kaki, Yerinsa mengenakan stocking berwarna mirip warn
***"Oh, kamu kembali, Yerin? Apakah gosib tentang kamu mengalami amnesia itu benar? Apa kamu mengenalku? Padahal aku sudah menyiapkan lili putih untuk menghadiri acara berkabungmu."Satu gadis berambut hitam panjang yang indah, bicara penuh sinisme dengan lengan bersidekap, berdiri di tengah dari para gadis bersamanya.Yerinsa mengernyit dahi, lalu menatap Fiona bingung. "Siapa?" tanyanya menggumam, tidak merasa mengenal gadis itu.Tidak menjawab, Fiona hanya menarik mundur Yerinsa, melotot menatap gadis di depan mereka."Tidak bisakah kamu tidak mencari masalah dengan Yerin sehari saja? Apa tubuhmu itu akan gatal jika tidak mencari keributan dengan Yerin, Anastasya?" tanya Fiona sengit.Gadis yang dipanggil 'Anastasya' itu menyeringai sinis. "Tentu saja, hidupku tidak akan indah kalau belum melihat sahabatmu itu menderita. Hey, Yerin, kapan kamu mati?" balasnya hanya melirik sekilas pada Fiona sebelum menatap Yerinsa kembali."Heh! Jaga mulutmu, sialan!" maki Fiona mendadak naik pit
***"Ngomong-ngomong, lusa sekolah kita sudah akan mengadakan penyerahan piala dan piagam penghargaan untuk murid-murid yang bulan lalu memenangkan olimpiade," kata Fiona di tengah langkah ke luar kelas bersama Yerinsa setelah bel pulang berdering."Penyerahan piala? Olimpiade?" beo Yerinsa bingung, menatap Fiona di sampingnya meminta penjelasan lebih.Baru satu hari saja berdekatan dengan Fiona, Yerinsa sudah menyerap banyak sekali data kehidupan Yerinsa asli. Mulut teman sebangkunya itu seakan tidak lelah berceloteh setiap di luar di waktu belajar."Ya, kamu juga lupa ini? Bulan lalu ada tiga murid sekolah kita mengikuti olimpiade di China, melawan murid sekolah negara lain, dua di antaranya berhasil memenangkan juara dua di tiga besar, dan satunya hanya masuk lima besar," oceh Fiona dengan anggukan antusias, berjalan bersama di lorong koridor untuk ke gerbang depan."Walaupun tidak juara pertama, tapi itu sudah membanggakan sekolah kita, karena berhasil mengalahkan murid-murid dari
***Dua orang yang sedang mengobrol itu diinterupsi oleh kedatangan dua gadis berseragam sekolah menengah, senyum terbit di bibir masing-masing menyambut kehadiran Gabriella dan Yerinsa.Lompatan pelukan langsung Gabriella berikan untuk laki-laki berjaket coklat yang baru saja bangkit berdiri menyambutnya."Aku merindukanmu," ungkap Gabriella pada sang kekasih dengan wajah tersembunyi malu.Yerinsa yang berdiri di belakang sang kakak mencibirkan bibir dengan tangan bersidekap, ungkapan itu masih bisa didengar, bahkan Margareth ikut terkekeh pelan melihat sikap blak-blakan anak gadisnya.Laki-laki dengan rambut coklat agak keriting itu tersenyum lembut membalas pelukan hangat. "I Miss you too," balasnya begitu manis semakin membuat Gabriella merona dalam pelukan.Justin Laventez, adalah calon tunangan Gabriella yang saat ini masih mengenyam pendidikan di Inggris. Hubungan jarak jauh mereka membuat Justin hanya bisa ke Belanda di waktu-waktu tertentu, seperti saat ini.Bagaimanapun, ked
***Hingga makan malam selesai dan Justin pulang, informasi tambahan Yerinsa terima lagi dari obrolan santai mereka. Termasuk fakta uang saku bulanan Yerinsa yang tidak bisa dikatakan sedikit.Dengan info terbaru itu, Yerinsa bergegas kembali ke kamar di saat waktu tidur belum tiba, bukan untuk tidur atau beristirahat, melainkan mengecek saldo rekening dari handphone.Mata yang sudah bulat itu semakin membulat melihat tiga digit angka pertama di layar ditambah sederet angka nol di belakangnya, jumlah itu bahkan tidak sebanding dengan uang tabungan bekerja Yerinsa di kehidupan sebelumnya.Memang, tidak bisa dibandingkan antara saldo rekening anak crazy rich dengan tabungan pegawai kantoran yang setiap bulan gajinya hanya sesuai UMR daerah.Membawa handphone, Yerinsa turun dari kasur untuk ke meja belajar. Walaupun dikatakan meja belajar, nyatanya benda itu cukup efisien karena menjadi satu dengan rak buku, banyak jenis buku tebal tersusun rapi dan map-map entah apa.Sebagai pemanis pem
***Tepat seperti yang dikatakan Fiona dua hari lalu tentang penyerahan piala dan piagam penghargaan, hari ini acara dilaksanankan di gedung aula sebesar gymnasium. Pagi hari sekolah sudah ramai oleh tamu dari beberapa kalangan, dan murid sekolah itu juga terlihat hilir-mudik.Beberapa buah mobil masuk dari gerbang, entah mobil siapa saja itu dan tamu darimana saja, yang jelas itu bukan dari kalangan bawah.Berangkat sekolah pun hari ini Yerinsa dan Gabriella lebih awal dari biasanya, karena Gabriella menjadi salah satu siswi yang akan menampilkan hiburan di sela acara nanti.Karena mengikuti Gabriella berangkat sangat pagi, Yerinsa juga menemani sang kakak di ruang ganti sebelum acara dimulai, tidak ada siswi sekelasnya sejauh ini."Yerin, kenapa masih di sini? Acara sudah akan dimulai, kamu tidak mau mencari tempat duduk di aula?"Seorang siswi bertanya saat akan melewati Yerinsa yang duduk di sofa ruangan berganti kostum para penampil. Membuat pandangan Yerinsa yang melamun terfoku
*** Si tamu yang juga menjadi alasan kuat kenapa Yerinsa resah sejak tadi malam dan meminta Gabriella tidak hadir ke sekolah. Urusan tampil, Yerinsa bisa menggantikan Gabriella, hanya perlu mengubah warna rambut. Selama ini, orang-orang di lingkungan sekolah membedakan mereka hanya dari kelas yang diambil, dan warna rambut jika sedang bersama. Selebihnya, mereka mirip bagai pinang dibelah dua. Yerinsa memikirkan alur novel sejak semalam, acara ini adalah adegan ke dua saat Gabriella dilihat oleh Luga, yang membuat Luga mengetahui bahwa si female lead bersekolah di sini, dan perasaan sukanya semakin jelas. Tengkuk Yerinsa meremang saat melihat sebuah seringai tipis muncul di sudut bibir Luga yang menatap ke arahnya. Apa? Apa yang membuat laki-laki itu menyeringai? Yerinsa langsung memutuskan kontak mata untuk melihat kiri-kanan dan belakang posisinya, mendapati beberapa wajah siswi langsung memerah merona, sepertinya menyadari senyum tidak normal itu juga. Heh, kenapa kalian mer
***"T-Tidak," elak Yerinsa segera mengurai pelukan."Lalu?" tanya Gabriella memicing serius sambil menyeka anak rambut yang lepek di dahi, pelipis, dan pipi Yerinsa."U-Uh, itu ... aku hanya terlalu sesak napas sampai menangis," kata Yerinsa sambil mengusap jejak air mata.Gabriella mendadak menatap datar adik tersayang itu, tak lama menoyor kepala Yerinsa gemas membuahkan protesan tidak terima."Kamu membuatku panik sampai kupikir kamu diperkosa, lalu sekarang- ... Ahh, dasar!" gerutu Gabriella kesal sambil mengusak rambut Yerinsa hingga setengah kusut.Yerinsa tertawa renyah dengan wajah lembab. "Tapi, aku serius ke sini untuk bertemu denganmu. Ada yang ingin kutanyakan," elaknya sambil melindungi rambut.Gerakan menyerang yang Gabriella gencarkan terhenti, duduk tenang kembali dengan delikan sinis."Bertanya apa?"Yerinsa tersenyum sambil membenahi duduk. "Itu ... saat kamu tampil tadi, apa kamu melihat tamu yang duduk di sofa di depanku?" tanyanya dengan nada serius kali ini.Gab