"Aku akan menjawabnya besok," kata Sereia."Kamu selalu berkata seperti itu. Kapan kamu akan serius?" tanya El."Justru di hubungan kita, yang serius hanya aku."El terkejut. Dia melepaskan pelukannya. "Kamu pikir aku tidak serius?"Kai, Flosie, dan Erix berlari keluar untuk menemui Sereia dan El. Mereka memanggil Sereia untuk masuk ke dalam."Adik-adikku sudah menungguku. Sana kamu pulang. Hati-hati di jalan ya!""Kamu tidak pernah menaruh rasa kepadaku dan tidak akan pernah untuk selamanya?" tanya El seraya melihat ke arah lain. "Itu pasti tidak penting bagimu selagi tidak menyusahkanmu. Iya bukan Sereia?""Apa yang kamu bicarakann El. Bukannya tidak pernah untuk selamanya hanya saja, cinta itu bukan hanya tentang cinta. Sebagai seorang perempuan, aku menginginkan pernikahan yang didasari oleh cinta. Tetapi perempuan sepertiku yang sudah tidak berharga, itu seperti mimpi di siang bolong bukan?" tanya Sereia. "Tidak. Kamu berhak mendapatkannya.""Aku ini sudah tidur dengan banyak pr
"Hey Sereia! Buka pintunya atau kami tidak akan membiarkanmu hidup!" ancam salah satu pria yang berdiri di depan pintu. Sereia ketakutan tetapi dia berusaha tenang karena adiknya lebih ketakutan lagi jadi dia harus bisa menenangkan diri untuk tidak terbawa suasana. "Ya. Bagaimana ya? Masa kalian dari tadi tidak bisa membuka pintunya?" tanya Sereia dengan nada dingin. Sereia tidak tahu nama kedua pria itu. Dia juga merasa tidak pernah mendengar suara mereka sebelumnya tetapi kenapa mereka mengetahui namanya? "Dasar kau wanita pelacur banyak gaya! Apakah kau pikir sudah menjadi manusia hanya karena berhubungan dengan satu laki-laki?" "Huh? Bisa lebih keras? Aku tidak bisa mendengarnya!" teriak Sereia. "Kurang ajar. Kau benar-benar mau mati ya?" "Ayo Kai! Kita sembunyi." "Dimana kak El kak? Kenapa dia tidak datang-datang?" tanya Kai. "Dia masih dalam perjalanan." Tidak lama kemudian, Sereia mendengar suara motor yang familiar. Dia tersenyum sumringah. Dia memeriksa lewat je
El diamankan oleh warga sampai bertemu dengan polisi. Orang yang ditembak itu ditinggalkan oleh rekannya. Orang-orang membawanya ke rumah sakit terdekat. Bahkan jika dia sampai tidak bisa diselamatkan, Sereia tidak bisa memaafkan dirinya sendiri. El mengambil tindakan ini demi dirinya. "Sekali orang tersebut melakukan kesalahan yang sangat fatal, kemungkinan besar dia akan melakukannya lagi. Apalagi dia sudah terkenal dengan sifat dan perilaku buruknya. Dia sudah menerima banyak sumpah serapah dari orang-orang di desanya. Dia mungkin tidak akan pernah mendapatkan pasangan karena kelakuannya seperti itu. Mending dia mati saja karena hidup tetapi malah menyusahkan ibunya yang seorang diri."Kejadian tersebut menjadi perbincangan hangat. Orang-orang dari desa El sampai datang. Lalu ada seorang ibu yang menghampiri Sereia dan berkata demikian. Sereia sudah berharap banyak kepada El. Dia ingin mereka berjuang bersama supaya bisa bersatu. Padahal dia sudah berharap tetapi kenapa..."Kenapa
Sereia sedikit menyesali pertemuannya dengan Samuel. Dia tidak pernah menyangka akan sampai di titik dimana dia menawari Samuel untuk tidur bersama. Samuel terkejut setengah mati sampai tidak bisa berkata-kata untuk sesaat. "Baru saja apa yang kamu katakan?" tanya Samuel. "Karena kamu sangat memaksaku. Aku tidak bisa melakukannya. Kamu paham bukan Samuel?" tanya Sereia. "Merasa berhutang budi kepada seseorang itu tidak enak apalagi jika merasa cemas khawatir apa yang diberikan itu di ungkit-ungkit.""Kamu pikir aku akan melakukan itu?""Tidak. Namun tetap saja aku merasa tidak enak. Aku tidak bisa terus bergantung kepadamu dan aku juga tidak bisa terus-menerus menerima bantuanmu. Aku harus bisa bangkit sendiri," kata Sereia. Samuel diam sejenak. "Apakah kamu tidak pernah berpikir kalau hubungan kita bisa terjalin untuk selamanya?""Huh?""Aku menyukaimu, Sereia. Sudah sejak lama, tetapi aku memendamnya selama ini," kata Samuel. Sereia terkejut dengan pengakuan Samuel tetapi tidak
Sereia ingin berteriak sekencang-kencangnya. Dia bertanya-tanya kapan hujan akan datang. Dia ingin berdiri dibawah hujan. Dia ingin menikmati dinginnya angin ketika hujan deras datang. El mendadak seperti sebuah puzzle yang tidak bisa dia pecahkan.Setelah mengejarnya seperti orang gila sampai mengorbankan dirinya sendiri demi menyelamatkannya, dia mendadak membuangnya seperti tidak membutuhkannya lagi. Memang mereka bersama lagi entah kapan. Tidak. El sempat akan dijatuhi hukuman ppenjara seumur hidup. Sereiia ingin diberi kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya pada El. Ibunya El menemui Sereia di rumahnya. "Sebenarnnya apa yang terjadi antara kamu dan El?""Antara aku dann Elias? Ibu tidak mau bertanya soal kejadian waktu itu?" tanya Sereia dengan pandangan kosong ke depan. "Banyak yang mengatakan El sudah tidak tertolong lagi. Banyak yang mengatakan amit-amit memiliki anak seperti El. Dia itu...aku sendiri sebenarnnya juga sudah lelah menghadapinya. Aku berharap dia menjadi
"Kenapa kamu terus datang kesini?"Sereia tidak pernah menyukai kedatangan Lingga. Terutama sejak saat dia menyampaikan berita dari El yang menurutnya tidak masuk akal. "Memangnya tidak boleh? Aku disini sebagai perantara pesan El untukmu. Kamu habis dari mana?" tanya Lingga. "Bukan urusanmu!" jawab Sereia ketus. "Hey, aku ini tidak pernah melakukan apapun padamu jadi jangan benci aku seperti kamu membenci teman-teman kita yang lain. Dengarkan aku, sebaiknya kamu menghilang saja dari El," kata Lingga. "Hah? Aku tidak mengerti apa yang kamu bicarakan!""El sudah tidak bisa dikenali lagi.""Katakan dengan penjelasan yang dapat aku pahami! Aku benar-benar tidak paham. Tidak dikenali lagi, maksudnya bagaimana?" tanya Sereia. Lingga menghela nafas. "Kami sebagai teman dekat El bahkan tidak tahu kalau pria itu menyimpan senjata semacam itu. Dia berani emnggunakannya. Masalahnya, dia mendapatkannya dari mana? Kami saja. Tidak. Teman kami yang lebih buruk dari El saja tidak memiliki senj
"Kenapa kamu mencoba lari dariku setelah semua yang kamu lakukan? Apakah kamu mau menjadi pecundang yang melarikan diri dari semua masalah yang menimpamu? Jangan bercanda denganku!" ketus Sereia dingin.El diam sejenak. Orang-orang yang berada di penjara yang sama dengan El memperhatikan Sereia dan El secara bergantian. El masih saja membelakangi sereia meskipun sudah mendengar suara wanita itu. Dia tampak tidak tertarik untuk berhadapan dengan Sereia. "Kalau iya kenapa? Sudahlah tuan putri! Sana pergi! Kamu sudah bebas dari penjahat sepertiku sekarang. Ini adalah waktunya untukmu bersenang-senang dan mencari kebahagiaan yang kamu inginkan."Sereia menendang jeruji besi yang mengurung El. "Bisa-bisanya kamu mengatakan itu setelah semua yang kamu lakukan?""Jadi apa?" tanya El. "Kamu ingin aku dihukum seperti apa atas semua kejahatan yang aku lakukan padamu?""Kau sengaja tidak mau bertemu denganku karena tidak mau mendengar hukuman atau bagaimana?" tanya Sereia. "Bukan jawaban itu
"Terima kasih banyak bu sudah di izinkan bekerja disini lagi," kata Sereia merasa lega luar biasa."Iya Sereia. Ngomong-ngomong, aku sudah mendengar banyak dari Raden. Kamu yang semangat ya! Jangan putus asa! Adik-adikmu perlu kamu perjuangkan sampai mereka bisa sekolah tinggi! Kamu pasti bisa melakukannya. Buat orang tuamu disana bangga padamu!""Terima kasih banyak bu motivasinya," kata Sereia. "Saya benar-benar berterima kasih.""Sama-sama Sereia. Adik-adikmu sudah masuk sekolah lagi kan?"Sereia menganggukkan kepalanya. "Iya. Keadaan sudah aman akhir-akhir ini jadi aku berpikir untuk mengirim mereka ke sekolah. Karena tidak mungkin jika mereka terus menerus berada di rumah.""Ya benar. Kalau soal biaya sekolah, kamu tidak perlu khawatir. Ibu mau membantumu.""Aku juga!" sahut Raden. Sereia sedikit tercengang. "Sungguh, terima kasih.""Sereia, bisakah kamu mengantarkan ini ke meja disana?" tanya Raden. "Ya tentu saja. Bu, saya izin bekerja dulu ya?""Iya."Ketika Sereia sibuk bek