Alexander Antonio laki-laki berusia 35 tahun sang pemimpin Ghost Devil, geng mafia yang paling ditakuti hampir di seluruh dunia.
Laki-laki tampan memiliki karismatik yang begitu menggoda, memiliki mata yang tajam dan sifatnya yang sangat cocok dengan dirinya.Alex anak semata wayang dari pasangan Antonio Stevanus dengan Miriam Stevanus, ia di besarkan di kota Jakarta, namun sejak usia 7 tahun, ia harus tinggal bersama paman dan juga bibinya di negara Jepang. Karena pada saat itu, sang mama pergi meninggalkannya untuk selama-lamanya, sementara sang ayah sibuk mengurusi perusahaannya yang pada saat itu hampir mengalami kebangkrutan.Pada saat usia Alex menginjak 27 tahun, ia kembali ke tempat kelahirannya dan menjadi CEO muda di perusahaan milik sang ayah yang nantinya akan di wariskan kepada dirinya.Hanya tiga tahun Alex berada di Jakarta, ia harus kembali ke negara Jepang untuk menyelesaikan urusannya bersama para anak buahnya. Namun hingga lima tahun berlalu Alex tidak pernah lagi menginjakkan kaki di Jakarta sehingga membuat ayah cemas sekaligus merasa khawatir. Apalagi Alex sangat jarang sekali berkomnukasi dengan sang ayah dan itu meningkatkan ketakutan sang ayah, hingga suatu saat sang ayah nekad untuk membohongi sang anak, ia pura-pura sakit hanya untuk membuat sang anak kembali.***Lima tahun sudah Alex meninggalkan negara kelahirannya yaitu Indonesia, kini ia kembali ke tempat kelahirannya atas desakan papanya yang menyatakan bahwa dirinya tengah sakit parah. Alex yang merasa khawatirpun langsung menyuruh anak buahnya untuk menyiapkan jet pribadinya.Alex menuruni mobilnya, ia berjalan dengan gaya khasnya yang elegan, di dampingi oleh Anton selaku asistennya yang selalu setia mendampinginya."Selamat datang tuan, silahkan." Sambut para pelayan yang bekerja di mansionnya, Alex hanya menatap sekilas, kemudian ia melangkahkan kakinya masuk. Disana terlihat sang papa tengah bercengkrama dengan tamu yang Alex sendiri tidak mengenalnya.melihat kedatangan Alex, pak Stevanus langsung memberhentikan obrolannya, ia menatap sang anak yang sudah lima tahun tidak menemuinya sama sekali." Alex akhirnya pulang juga." Sambut pak Stevanus dengan gembira.Sementara Alex hanya mengernyitkan keningnya bingung, pasalnya sang ayah terlihat sangat baik-baik saja, "Papa tidak sakit parah?" Hanya kata itu yang keluar dari mulutnya, membuat pak Stevanus menghela nafasnya kasar."Kamu ... Baru sampai sudah menyumpahi papamu ini sakit hah." Pak Stevanus berusaha untuk meredam emosinya."Ck ,, papa sakit parah bilang, kalau papa itu sakit parah, makannya aku di suruh pulang." Alex menjawab dengan sedikit kesal, ia paling tidak suka jika ada orang yang berani membohongi dirinya, ya meskipun itu ayah kandungnya sendiri. Tetap saja Alex tidak suka.Pak Stevanus hanya menghela nafasnya dengan kasar, ia akui bahwa dirinyalah yang salah karena sudah membohongi sang anak, tetapi ia juga tidak punya pilihan lain." Sudahlah lebih baik kita duduk dulu." Pak Stevanus mengalah dan menyuruh sang anak untuk duduk."Alex kenalin ini tante Mira dan ini Om Dimas rekan bisnis papa." Ucap pak Stevanus memperkenalkan rekan bisnisnya kepada Alex."Saya Alex.""Wah wah anakmu ini tampan sekali ya, dia sangat cocok dengan anakku Kirana." Mira berucap sambil memberikan pujian kepada rekan bisnis suaminya itu, sedangkan Alex mulai tidak suka jika dirinya di jodoh-jodohkan, apalagi dirinya baru saja tiba di negara kelahirannya, namun ia malah mendengar hal yang tidak menyenangkan. Sungguh membuat Alex geram, namun ia tetap bisa menahannya."Ya kau benar-benar sayang, mereka pasti cocok, bagaimana menurutmu Stev?" Dimas membenarkan ucapan sang istri, kemudian ia menatap pak Stevanus menantikan jawaban.Pak Stevanus tersenyum sambil mengangguk mengangguk, setuju dengan apa yang di ucapkan oleh rekan bisnisnya itu." Bagaimana dengan anakmu? apakah anakmu sudah mengetahui tentang perjodohan ini." Pak Stevanus bertanya dengan serius, dan disaat itulah Alex mulai mengepalkan kedua tangannya, ia sungguh tidak menyangka jika dirinya di suruh pulang hanya untuk dijodohkan dengan perempuan yang tidak di kenalnya.Braaaak...Suara gerbakan meja membuat ketiga orang itu terkejut, mereka langsung menatap Alex dengan tanda tanya." Papa menyuruhku pulang hanya untuk di jodohkan?" Tanya Alex dengan kesal." Sampai kapanpun aku tidak akan pernah mau menerima perjodohan ini, jadi aku harap papa membatalkan perjodohan ini.""Tenangkan dulu dirimu Alex, papa melakukan ini semua untuk mu, sampai kapan kamu akan..""Pah, aku tidak ingin di jodoh-jodohkan, apalagi dengan perempuan yang tidak aku kenal.""Alex...""Sudahlah pah, aku cape... Dan aku harap papa membatalkan perjodohan ini." Setelah mengucapkan hal itu, Alex langsung keluar dengan raut wajah kesalnya, pak Stevanus hanya mampu menatap kepergian sang anak, ia tidak berani mengejarnya, karena ia tahu jika Alex saat ini hanya perlu waktu untuk menenangkan dirinya."Maafkan anak aku Dim, mungkin dia masih syok mendengar perjodohan ini." Pak Stevanus merasa tidak enak hati dengan rekan bisnisnya itu."Kami mengerti Stev, kita beri waktu untuk anakmu memikirkannya. Tapi aku harap perjodohan ini tetap berlangsung.""Pasti, kamu tenang saja Dim, yasudah lebih baik kita makan dulu." Ajak pak Stevanus.Mira dan juga Dimas hanya tersenyum sambil menganggukkan kepalanya, mereka berjalan mengikuti pak Stevanus menuju ruang makan.***Di sebuah rumah mewah, disana seorang laki-laki tampan tengah meneguk segelas wine sambil memejamkan kedua bola matanya, dia adalah Alex, laki-laki dingin yang telah mengeraskan hati untuk tidak jatuh cinta pada perempuan manapun."Bos." Panggil Anton setelah ia masuk ke dalam Rumah tersebut."Ada apa An?" Tanya Alex tanpa menoleh."Bagaimana menurut bos tentang perjodohan itu." Tanya Anton dengan hati-hati."Sudah jelas aku tidak suka dengan perjodohan ini, aku tidak akan pernah mau menikah, kalau kau mau, kau boleh menggantikan aku untuk menerima perjodohan ini." Ucap Alex sambil menatap sang asisten kesal.Anton menghela nafasnya kasar, ia sungguh merasa sangat kasihan dengan bosnya itu. "Bos, apa Anda tidak akan pernah menikah dan memiliki keturunan?"Alex kembali menatap Anton tajam, ia paling tidak suka jika Anton sudah membahas tentang keturunan yang jelas_jelas Anton tau jika Alex sama sekali tidak berminat untuk memiliki keturunan dari perempuan mana pun."Aku sudah tidak ingin membahasnya lagi, lebih baik kamu tidak menggangguku.""Maafkan saya bos, kalau begitu saya permisi dulu.""Tunggu, kita pergi ke markas kita.""Baik bos." Jawab Anton sambil menganggukkan kepalanya pelan. Setelah itu, Alex dan juga Anton keluar.***Selama perjalanan menuju hutan belantara yang menjadi markas geng Ghost Devil, mereka hanya diam membisu, tidak ada satu katapun yang keluar dari mulut keduanya, sampai di tengah-tengah perjalanan, mereka melihat sekelompok penjahat yang menghadang mobil."Ck , sekumpulan sampah." Dengus Alex kesal karena perjalanannya jadi terhambat." Cepat bereskan An." Perintah Alex Datar."Siap bos," Anton menepikan mobilnya kepinggir, dan tanpa menunggu lebih lama lagi, ia keluar dari mobilnya mendekati rintangan-rintangan tersebut, sedangkan Alex hanya menjadi penonton di dalam mobil.Para penjahat itu diperkirakan dua puluh orang, entah mereka sengaja menargetkan Alex, atau mereka memang para perampok yang mengincar hartanya saja, Alex sendiri tidak peduli, namun ketika ia melihat asistennya kewalahan, maka dengan senang hati Alex pun ikut bermain bersama dalam menghadapi para penjahat itu.Alex tidak menyadari jika perkelahiannya tengah menjadi tontonan menakutkan bagi seorang gadis yang berusia 19 tahun, ia terlihat begitu ketakutan ketika menyaksikan aksi tembak menembak yang dilakukan oleh sekelompok penjahat tersebut.Disaat bersamaan salah satu penjahat melihat ke arah gadis itu, panjahat itu begitu menyeramkan, sehingga membuat gadis itu terdiam dengan tubuh yang gemetar.Alex yang menyadari salah satu penjahat itu berniat kabur langsung mengarahkan pistolnya, namun sayang sekali penjahat itu berhasil lolos dan tembakannya melesat menembus perut gadis cantik yang didorong oleh penjahat untuk melindungi dirinya.Gadis itu ambruk seketika, darahnya keluar dengan derasnya, Alex terlihat begitu panik, ia melihat langsung berlari mendekati gadis tersebut," Hey bangun, argh... "Alex mengerang frustasi, ia menatap wajah gadis itu yang terlihat mulai pucat."Bos sebaiknya kita cepat pergi dari sini, di sana sudah ada polisi." Anton panik langsung menghampiri sang bos yang tengah menepuk-nepuk wajah gadis cantik itu."Bagaimana dengannya An? aku tidak mungkin meninggalkannya dengan keadaan yang seperti ini.""Biarkan polisi itu yang menyelamatkan gadis ini, bos sebaiknya kita cepat-cepat pergi dari sini." Dengan sangat menyesal Alexpun meninggalkan gadis cantik itu, ia melangkahkan kaki dengan cepat begitupun juga dengan Anton.tidak menyangka, di tengah-tengah jalan yang jauh kemana-kemana tiba-tiba polisi datang yang entah darimana asalnya, mereka yakin ini semua pasti sudah direncanakan, mengingat ada sekelompok manusia sampah yang mengetahui jati dirinya sebagai pemimpin geng Mafia Ghost DevilAlex menggeram menahan amarahnya, jika bukan di Indonesia, mungkin saja ia sudah menghabisi kelompok sampah itu sampai tak tersisa, ia juga merasa sangat bersalah terhadap gadis remaja itu, bagaimanapun juga, Alex bukanlah orang yang akan membunuh manusia yang tidak bersalah, andai saja dia menyadari keberadaan gadis itu, mungkin saja gadis itu tidak akan terluka. "Sialan," Dengus Alex sambil mengepalkan kedua tangannya." An cari tahu dalang di balik kejadian hari ini." Perintah Alex dengan nada dinginnya. "Laksanakan bos, tanpa anda suruh saya pasti akan mencari tahunya." "Bagaimana keadaan gadis itu saat ini?" Batin Alex sambil mengingat wajah pucat gadis cantik tadi." Apakah dia akan baik-baik saja." Alex kembali membatin dengan rasa bersalahnya, sungguh ia merasa cemas dan juga merasa bersalah terhadap gadis cantik itu. "Coba kau cari tau tentang gadis tadi." Ucap Alex dengan tiba-tiba, Anton yang mendengarnyapun merasa terkejut, namun ia tetap be
Dua hari kemudian, keadaan Amara jauh lebih baik dari sebelumnya, ia kini tengah memakan sepotong buah apel yang sudah di kupas oleh sang mama, meskipun perutnya sedikit masih sakit akibat tembakan dua hari yang lalu, namun Amara tetap tersenyum ke arah sang mama. "Mah kapan aku boleh pulang?" Tanya Amara dengan lembut. Mama Angel menghentikan kegiatan tangannya yang sedang mengupas buah apel, kemudian ia menatap anak kesayangannya dengan dalam." Tunggu sampai kamu benar-benar sembuh sayang," Ucap Angel kembali mengupas buah apelnya. Amara menghela nafasnya dengan pelan, ia sungguh sudah merasa bosan berada di rumah sakit." Mah aku sudah tidak apa-apa kok, lukaku juga sudah sembuh." "Sayang kamu habis melakukan operasi, bagaimana mungkin lukamu sembuh secepat ini? sudahlah sayang, kamu jangan keras kepala lagi, tetaplah disini sampai lukamu benar-benar sembuh. Mengerti." "Tapi mah, aku bosen .." "Amara jangan keras kepala, kamu tau bet
Ketika mereka sedang asik bercengkrama, tiba-tiba saja terdengar suara begitu nyaring dari arah depan, suara itu membuat semua yang tengah berada di ruang tamu melirik ke arahnya. Di setiap ada kamu mengapa jantungku berdetak Berdetak lebih cepat seperti ... Nyanyian itu terhenti ketika ia mendapati beberapa orang yang menatapnya dengan penuh selidik, apalagi ketika merasakan tatapan mata yang menusuk dari seseorang yang entah siapa, ia sendiripun tidak mengenalnya. "Eh eh.. Ada tamu ya." Amara berucap dengan tingkah seperti anak kecil yang kepergok mencuri sesuatu." Astaga kenapa Tante sama om tidak bilang sih kalau lagi ada tamu." Amara membatin dengan perasaan malunya. "Perempuan ini? bukankah dia yang perempuan yang waktu itu." Alex membatin sambil menatap lekat wajah cantik Amara, ia sungguh tidak menyangka bahwa dirinya bisa menemukan gadis itu, setelah Anton mencarinya kemana-mana. "Ekhmm .. Amara kenalin ini om Stevanus dan ini
Hari ini Amara terlihat sangat tidak bersemangat, bagaimana tidak, seharusnya hari ini ia pergi bersama kekasihnya Vino, namun sang kakak sepupu Kirana memaksanya untuk ikut, alhasil Amara harus membatalkan kencan pertamanya dengan Vino. "Kak Kirana aneh banget sih, padahal kak Kirana mau pergi berkencan sama si om, tapi malah ngajak aku." Gerutu Amara dengan kesal karena kakak sepupunya itu sudah menggagalkan kencannya. "Ini permintaan Alex Ra, dia bilang ingin lebih dekat dengan calon adik sepupunya, makannya kakak ajak kamu biar kalian cepet akrab." Sahut Kirana sambil fokus dengan make upnya. "Dih ngapain sih tuh si om-om pengen dekat denganku segala, dasar om-om aneh." "Ya wajarlah Ra kan sebentar lagikan Alex akan menjadi suami kakak, sekaligus sepupu kamu juga, jadi kamu juga harus dekat dengan dia." "Terserahlah." "Permisi nona, tuan Alex sudah datang." Sang pelayan menghampiri Kirana dengan sopan. "Oh ok
Setelah selesai makan, mereka bertiga keluar dari restauran tersebut, mereka berjalan menuju parkiran mobil." Kak kita mau kemana lagi?" tanya Amara kesal karena Vino tidak jadi datang. Bukan tidak jadi, melainkan Alex tidak memperbolehkan Vino datang ke restauran tersebut. Sungguh membuat Amara kesal setengah mati. "Kita pulang saja, soalnya kakak ada pemotretan jam 5 sore." Kirana menjawab sambil memainkan ponselnya." Sayang anterin aku ke tempat pemotretan ya." Kirana mengalihkan pandangannya dari layar ponselnya, ia menatap Alex dengan tatapan memohonnya. "Kapan?" Tanya Alex sambil membuka pintu mobilnya. "Habis mengantar Amara pulang ke rumah, baru kita berangkat ke tempat pemotretanku." Balas Kirana setelah masuk ke dalam mobilnya. "Yasudah kalau gitu, aku antarkan kamu dulu, baru aku antar Amara pulang ke rumah." "Sayang ini baru jam 3 .." "Memangnya kenapa?" "Aku tidak mungkin menunggu sampai jam 5 kan?"
Amara tak menggubris, ia terus berjalan untuk mencari taxi, Alex yang sudah hilang kesabarannya pun langsung menarik tangan Amara dengan kasar, sehingga membuat Amara terjatuh ke dalam pelukannya. "Om apa-apaan sih, aku mau pulang, lepaskan." Amara memberontak berusaha untuk melepaskan tangan Alex yang kini sudah mencengkram pinggang rampingnya. "Dasar kucing nakal, kamu senang sekali memprovokasiku hmmm." Alex berbisik dengan sensualnya." Jalan sendiri atau aku gendong baby." Alex kembali berbisik di telinga Amara, dan itu mampu membuat Amara merinding. "Gak mau ...." Sebelum Amara menyelesaikan ucapannya, Alex sudah menggendong Amara terlebih dahulu, ia berjalan dengan cepat menuju mobilnya. "Om turunkan aku, aku bisa jalan sendiri." Pinta Amara sambil berusaha untuk turun dari gendongan Alex. "Diamlah atau aku akan melemparmu ke jalanan." Ucap Alex tanpa menghentikan langkah kakinya. "Dasar om sialan." Dengus Amara pe
Setelah kepergian Anton, Alex kembali memikirkan Amara gadis yang sudah menarik perhatiannya itu. Ia tersenyum ketika dirinya mengingat Amara yang menurutnya sangat menggemaskan."Amara, tunggu sebentar lagi kau akan menjadi milikku."Ucapnya pelan di iringi dengan seringai devilnya yang mengerikan. Alex mengusap wajahnya frustasi, bayang_bayang wajah cantik Amara tidak dapat ia lupakan barang sedtikpun."Sial, aku harus fokus dengan kerjaanku dulu, baru setelah pekerjaanku selesai, aku akan pergi ke kediaman Dewantara untuk menemui calon istriku(Amara?"Ucapnya kembali sambil berusaha untuk melenyapkan bayang_bayang wajah cantik Amara dalam kepalanya. Alex mulai menyalakan komputernya, ia mulai memeriksa email_email yang masuk dari rekan bisnisnya yang berada di luar negeri. Alex mulai fokus memeriksa email_email tersebut meskipun bayangan wajah cantik Amara masih setia berada di kepalanya, namun Alex tetap berusaha untuk
Waktu menunjukkan pukul 16.15 sore, Alex sudah berada di kediaman Dewantara, ia di sambut hangat oleh keluarga Dewantara, terutama Kirana calon istrinya. "Sayang, kamu ke sini kok gak bilang_bilang sih."Sapa Kirana sambil memeluk lengan calon suaminya itu. "Hmm, aku hanya sekedar mampir saja."Balas Alex datar."Dimana kucing nakal itu? Kenapa tidak kelihatan?"Tanyanya dalam hati. "Nak Alex silahkan duduk."Pak Dimas mempersilahkan Alex untuk duduk di atas ruang tamu. Alex hanya mengangguk, kemudian ia duduk, namun matanya melirik ke sana kemari mencari keberadaan Amara. "Sayang, kamu cari siapa sih?"Tanya Kirana lembut. "Amara tidak ada?" Kirana mendengus kesal, namun masih tetap memperlihatkan senyuman di wajah cantiknya."Amara sedang pergi bersama kekasihnya."Ucap Kirana membuat amarah dalam diri Alex seketika bangkit. "Sialan. Ternyata dia tidak ad
Amara menatap kakak sepupunya bingung, ia tidak mengerti mengapa Kirana menatapnya dengan tatapan tajam seolah_olah Amara sudah melakukan kesalahan yang besar."Kenapa kak Kirana menatapku seperti itu? Apa aku sudah melakukan kesalahan yang besar terhadap kak Kiran? Tapi kayaknya enggak deh, aku kan cuma minta izin pulang malam doang. Dan tadi kak Kiran juga udah menyetujuinya."Cerocos Amara sambil menatap Kirana meminta jawaban. "Kamu memang sudah melakukan kesalahan besar Amara. Kamu sudah membuat Alex mencintaimu dan berusaha untuk menggagalkan pernikahan ini. Kenapa Alex harus jatuh cinta padamu Amara, kenapa? Kenapa?" Kirana berucap dalam hatinya, tatapannya yang tajam tidak pernah lepas dari wajah cantik Amara. "Hellooo... Kak Kirana, aku lagi bertanya loh. Kenapa kakak diam saja?"Amara kembali mengeluarkan suaranya. Ia semakin penasaran dengan tatapan mata Kirana yang semakin menjam bagaikan pisau belati. Mengerikan.
Dasar nyebelin, masa cuma balas ok doang."Gerutunya pelan, namun masih dapat di dengar oleh Alex. "Siapa?"Tanya Alex tanpa menoleh ke arah Kirana. "Emm itu Amara, dia bilang, dia akan pulang malam, jadi dia minta ..." "Terus kamu izinkan?"Potong Alex dengan tangan yang menggenggam erat setir kemudinya. "Iya, aku izinkan dong sayang, katanya dia mau kumpul sama sahabatnya." "Kenapa kamu izinkan? Kalau terjadi sesuatu sama dia bagaimana?" "Eh tapi dia bilang mau kumpul sama sahabatnya, jadi a..." "Kalau sahabatnya jahat bagaimana?"Potong Alex dingin membuat Kirana seketika diam membeku di tempatnya."Sekarang ini, banyak manusia jahat yang menyerupai sebagai sahabat, kamu sebagai sepupunya, harusnya kami melarang dia Kirana, bukan malah mengizinkannya."Ucapnya kembali dengan nada yang lebih dingin di bandingkan sebelumnya. "Tapi aku sudah kenal kok sama sahabat_sahabatnya Amara sayang, aku yakin mereka bukan or
Vino membawa Amara ke salah satu mall yang ada di kota Jakarta. Sepanjang perjalanan masuk ke dalam mall tersebut, Vino tidak pernah melepaskan genggaman tangannya barang sedetikpun, meskipun Amara mencoba untuk melepaskan genggamannya, namun tangan itu tetap tidak mau lepas dan mau tidak mau, Amara pun membiarkan tangannya di genggam oleh kekasihnya itu "Yang, lepas dulu ih."Pinta Amara ketika dirinya akan mengambil ponsel di dalam tas miliknya. "Gak mau."Jawab Vino membuat Amara memutar kedua bola matanya malas. "Sayang, aku mau ambil ponselku dulu sebentar. Sepertinya ada yang menelpon ku." "Kan ada tangan kamu satunya lagi sayang." "Ish gak bisa yang, udah ah lepas dulu tanganku sebentar sih." "Biar aku ambilkan saja."Ucap Vino tanpa mengindahkan permintaan kekasihnya tersebut. Vino meraih tas kecil miik sang kekasih dengan satu tangannya, ia membuka resleting tas tersebut, kemudian ia mengambil ponse
Setelah memberikan skripsinya kepada dosen, Amara langsung meluncur ke butik tempat dimana Kirana berada, ia di antar oleh kekasihnya Vino menggunakan mobil sportnya yang mewah. "Sayang." Panggil Vino dengan lembut. "Apa yang?"Sahut Amara sambil menatap sang kekasih dari samping. "Kamu sangat cantik hari ini." Ucap Vino dengan senyuman di wajah tampannya. "Hah? Aku ini memang sudah cantik dari orok yang, kamu aja baru menyadarinya hmm." Vino terkekeh dengan pelan, ia mengacak rambut sang kekasih dengan gemas." Aku tau baby, tapi hari ini kamu sangat-sangat cantik."Ucapnya membuat semu merah di kedua pipi Amara. "Sejak kapan kamu jadi pintar menggombal seperti itu?" "Fakta sayang, bukan gombalan semata." "Terserah deh, yang penting kamu seneng aja." "Kamu tuh ya bukannya seneng, malah cemberut begitu. Jelek b
Waktu menunjukkan pukul 16.15 sore, Alex sudah berada di kediaman Dewantara, ia di sambut hangat oleh keluarga Dewantara, terutama Kirana calon istrinya. "Sayang, kamu ke sini kok gak bilang_bilang sih."Sapa Kirana sambil memeluk lengan calon suaminya itu. "Hmm, aku hanya sekedar mampir saja."Balas Alex datar."Dimana kucing nakal itu? Kenapa tidak kelihatan?"Tanyanya dalam hati. "Nak Alex silahkan duduk."Pak Dimas mempersilahkan Alex untuk duduk di atas ruang tamu. Alex hanya mengangguk, kemudian ia duduk, namun matanya melirik ke sana kemari mencari keberadaan Amara. "Sayang, kamu cari siapa sih?"Tanya Kirana lembut. "Amara tidak ada?" Kirana mendengus kesal, namun masih tetap memperlihatkan senyuman di wajah cantiknya."Amara sedang pergi bersama kekasihnya."Ucap Kirana membuat amarah dalam diri Alex seketika bangkit. "Sialan. Ternyata dia tidak ad
Setelah kepergian Anton, Alex kembali memikirkan Amara gadis yang sudah menarik perhatiannya itu. Ia tersenyum ketika dirinya mengingat Amara yang menurutnya sangat menggemaskan."Amara, tunggu sebentar lagi kau akan menjadi milikku."Ucapnya pelan di iringi dengan seringai devilnya yang mengerikan. Alex mengusap wajahnya frustasi, bayang_bayang wajah cantik Amara tidak dapat ia lupakan barang sedtikpun."Sial, aku harus fokus dengan kerjaanku dulu, baru setelah pekerjaanku selesai, aku akan pergi ke kediaman Dewantara untuk menemui calon istriku(Amara?"Ucapnya kembali sambil berusaha untuk melenyapkan bayang_bayang wajah cantik Amara dalam kepalanya. Alex mulai menyalakan komputernya, ia mulai memeriksa email_email yang masuk dari rekan bisnisnya yang berada di luar negeri. Alex mulai fokus memeriksa email_email tersebut meskipun bayangan wajah cantik Amara masih setia berada di kepalanya, namun Alex tetap berusaha untuk
Amara tak menggubris, ia terus berjalan untuk mencari taxi, Alex yang sudah hilang kesabarannya pun langsung menarik tangan Amara dengan kasar, sehingga membuat Amara terjatuh ke dalam pelukannya. "Om apa-apaan sih, aku mau pulang, lepaskan." Amara memberontak berusaha untuk melepaskan tangan Alex yang kini sudah mencengkram pinggang rampingnya. "Dasar kucing nakal, kamu senang sekali memprovokasiku hmmm." Alex berbisik dengan sensualnya." Jalan sendiri atau aku gendong baby." Alex kembali berbisik di telinga Amara, dan itu mampu membuat Amara merinding. "Gak mau ...." Sebelum Amara menyelesaikan ucapannya, Alex sudah menggendong Amara terlebih dahulu, ia berjalan dengan cepat menuju mobilnya. "Om turunkan aku, aku bisa jalan sendiri." Pinta Amara sambil berusaha untuk turun dari gendongan Alex. "Diamlah atau aku akan melemparmu ke jalanan." Ucap Alex tanpa menghentikan langkah kakinya. "Dasar om sialan." Dengus Amara pe
Setelah selesai makan, mereka bertiga keluar dari restauran tersebut, mereka berjalan menuju parkiran mobil." Kak kita mau kemana lagi?" tanya Amara kesal karena Vino tidak jadi datang. Bukan tidak jadi, melainkan Alex tidak memperbolehkan Vino datang ke restauran tersebut. Sungguh membuat Amara kesal setengah mati. "Kita pulang saja, soalnya kakak ada pemotretan jam 5 sore." Kirana menjawab sambil memainkan ponselnya." Sayang anterin aku ke tempat pemotretan ya." Kirana mengalihkan pandangannya dari layar ponselnya, ia menatap Alex dengan tatapan memohonnya. "Kapan?" Tanya Alex sambil membuka pintu mobilnya. "Habis mengantar Amara pulang ke rumah, baru kita berangkat ke tempat pemotretanku." Balas Kirana setelah masuk ke dalam mobilnya. "Yasudah kalau gitu, aku antarkan kamu dulu, baru aku antar Amara pulang ke rumah." "Sayang ini baru jam 3 .." "Memangnya kenapa?" "Aku tidak mungkin menunggu sampai jam 5 kan?"
Hari ini Amara terlihat sangat tidak bersemangat, bagaimana tidak, seharusnya hari ini ia pergi bersama kekasihnya Vino, namun sang kakak sepupu Kirana memaksanya untuk ikut, alhasil Amara harus membatalkan kencan pertamanya dengan Vino. "Kak Kirana aneh banget sih, padahal kak Kirana mau pergi berkencan sama si om, tapi malah ngajak aku." Gerutu Amara dengan kesal karena kakak sepupunya itu sudah menggagalkan kencannya. "Ini permintaan Alex Ra, dia bilang ingin lebih dekat dengan calon adik sepupunya, makannya kakak ajak kamu biar kalian cepet akrab." Sahut Kirana sambil fokus dengan make upnya. "Dih ngapain sih tuh si om-om pengen dekat denganku segala, dasar om-om aneh." "Ya wajarlah Ra kan sebentar lagikan Alex akan menjadi suami kakak, sekaligus sepupu kamu juga, jadi kamu juga harus dekat dengan dia." "Terserahlah." "Permisi nona, tuan Alex sudah datang." Sang pelayan menghampiri Kirana dengan sopan. "Oh ok