Dua hari kemudian, keadaan Amara jauh lebih baik dari sebelumnya, ia kini tengah memakan sepotong buah apel yang sudah di kupas oleh sang mama, meskipun perutnya sedikit masih sakit akibat tembakan dua hari yang lalu, namun Amara tetap tersenyum ke arah sang mama.
"Mah kapan aku boleh pulang?" Tanya Amara dengan lembut.
Mama Angel menghentikan kegiatan tangannya yang sedang mengupas buah apel, kemudian ia menatap anak kesayangannya dengan dalam." Tunggu sampai kamu benar-benar sembuh sayang," Ucap Angel kembali mengupas buah apelnya.
Amara menghela nafasnya dengan pelan, ia sungguh sudah merasa bosan berada di rumah sakit." Mah aku sudah tidak apa-apa kok, lukaku juga sudah sembuh."
"Sayang kamu habis melakukan operasi, bagaimana mungkin lukamu sembuh secepat ini? sudahlah sayang, kamu jangan keras kepala lagi, tetaplah disini sampai lukamu benar-benar sembuh. Mengerti."
"Tapi mah, aku bosen .."
"Amara jangan keras kepala, kamu tau betapa khawatirnya mama sama papa ketika mendengar kamu masuk rumah sakit akibat terkena tembakan?" Dengan ucapan lembutnya mama Angel berbicara, ia menatap sang anak yang terlihat bersalah karena waktu itu tidak mendengarkan ucapan sang mama.
"Maafin Amara mah, kalau saja waktu itu, Amara tidak ngotot untuk pergi ke .."
"Sudahlah sayang, semuanya sudah terjadi, mama harap kamu tidak lagi melakukan hal yang membahyakan nyawamu sendiri, dan mama minta, kamu jangan lagi pergi ke tempat berbahaya itu lagi. Mengerti."
Amara menganggukkan kepalanya, ia memeluk sang mama dengan erat. " Maaf sudah membuat mama dan papa khawatir. Ara janji, Ara tidak akan lagi membuat kalian khawatir."
Angel melepaskan pelukannya,"Sudahlah sayang, mama dan papa sudah memaafkanmu, dan mama juga tidak menyalahkan mu atas kejadian ini. Tapi mama harap kedepannya kemanapun kamu pergi, harus di antar sama pak sopir. Mengerti."
Amara tersenyum sambil menganggukkan kepalanya."Mengerti mah. Yasudah mama pulang saja, aku gak apa-apa kok sendiri disini mah."
"NO sayang, mama akan menemanimu disini."
"Mah ... Mama juga perlu istirahat, disini juga ada perawat mah, jadi mama tidak perlu mengkhawatirkan aku."
"Tapi sayang..."
"Mama please ... Mama pulang ya, mama istirahat dulu di rumah, besok mama bisa kesini lagikan." Amara memotong ucapan sang mama, ia tidak ingin membiarkan sang mama terus menerus mengkhawatirkan dirinya.
Angel menghela nafasnya dengan kasar, ia sendiri memang merasa sedikit kurang enak badan." Baiklah sayang, mama akan pulang, dan besok mama pasti akan datang lagi kesini ok."
"Iya mah, mama hati-hati di jalan ya."
Angel memeluk tubuh anaknya dengan hangat,kemudian ia melepaskannya dan mencium kening putri semata wayangnya itu." Iya sayang, kamu juga istirahat ya."
Amara menganggukan kepalanya sambil memperlihatkan senyuman cantiknya, setelah itu mama Angel pun pergi melangkahkan kakinya keluar, sementara Amara kembali memejamkan kedua bola matanya guna untuk menghilangkan trauma kejadian yang di alaminya dua hari yang lalu.
Baru saja Amara memejamkan kedua bola matanya, tiba-tiba terdengar suara berisik dari arah pintu, Amara membuka kedua bola matanya, ia menatap dua mahluk yang sudah mengganggu ketenangannya." Kita ganggu ya Ra?" Tanya Agnes sahabat Amara
"Hmm kemana aja lo Nes, lo baru nongol?"
"Santai dong Ra, gw baru pulang dari Bali nih, dan sebagai sahabat yang baik hati dan tidak sombong, gw langsung mendatangi lo kerumah sakit."
"Ck ... Yayaya terserah."
"Maafin gw sayang, gw kan udah ada disini, jadi lo jangan kesel lagi ya." Rayu Agnes sambil mencium kening sahabatnya.
"Iya gw gak marah kok."
"Ekhm .. Gw di kacangin dari tadi." Risa berucap sambil memperlihatkan wajah cemberutnya.
"Kedua wanita cantik itu terkekeh dengan pelan," Risa muka lo gak lucu kalau lagi cemberut." Ucap Agnes dengan santainya.
"Jangan ngajak berantem, gw gak mood." Risa mendengus kesal ke arah Agnes sahabatnya, kemudian ia mengalihkan pandangannya ke arah Amara." Bagaimana keadaan lo Ra? sudah baikan? apa masih ada yang sakit?" Tanya Risa terlihat khawatir.
"Gw udah baik-baik aja kok, lo udah balik aja, bukannya seharusnya lo pulang minggu depan ya?" Tanya Amara sambil mengernyitkan keningnya, karena yang ia tau, Risa sedang berada di luar negeri bersama orangtuanya.
"Biasalah, bokap sama nyokap sudah selesai dengan urusannya, dan gw langsung ajak mereka pulang saat gw denger Lo masuk rumah sakit."
Amara hanya menganggukkan kepalanya tanda ia mengerti." Thanks ya kalian berdua udah mau jengukkin gw."
"Ish apaan sih lo Ra, kita inikan sahabatan, jadi wajar kalau kita jengukkin Lo Ra. Jadi lo tidak perlu berterima kasih ok." Ucap Agnes sambil mencubit gemas sahabatnya itu.
Iya Ra, di antara kita bertiga tidak perlu saling berterima kasih, karena kita ini sahabat, jadi kalau ada salah satu di antara kita yang sakit, sudah seharusnya kita menjenguknya." Risa membenarkan ucapan Agnes sambil memakan cemilan yang ia bawa tadi.
"Si Risa ini kebiasaan kalau ngomong makanan yang di mulut gak pernah di telan dulu."Ucap Agnes kesal sambil menatap Risa yang hanya memperlihatkan tampang acuhnya.
Amara tersenyum melihat kekesalan Agnes, ia memang sudah biasa menghadapi dua sahabatnya seperti itu.
Kedatangan dua sahabatnya membuat rasa bosan Amara hilang seketika, apalagi dua sahabatnya itu selalu saja menceritakan hal_hal yang menurutnya sangat lucu dan membuatnya selalu tertawa bahagia.
***
Malam ini kediaman Dewantara terlihat sedang sibuk, mereka akan mengadakan acara makan malam dengan keluarga Stevanus. Disana sudah terlihat pak Dimas bersama istrinya dan juga anak satu_satunya Kirana Putri Dewantara sedang menunggu dengan sedikit gelisah.
"Mah mana sih tamunya, belum datang juga." Tanya Kirana dengan tidak sabaran, ia tau bahwa dirinya di jodohkan dengan Alex laki-laki tampan dan juga sangat sukses, tentu saja Kirana tidak akan menolaknya.
"Sabar dong sayang, mereka sedang dalam perjalanan." Sang mama berucap sambil mengelus punggung putri pertamanya."
"Mah, sepertinya mereka sudah tiba." Pak Dimas berucap membuat kedua perempuan itu menoleh ke arahnya.
Belum sempat Mira membalas ucapannya, tiba-tiba suara pak Stevanus sudah terdengar di telinga mereka." Selamat malam Dimas, Mira maaf aku sedikit terlambat."
"Oh tidak apa-apa Stev mari duduk." Sambut pak Dimas sambil mempersilahkan srekan bisnisnya sekaligus sahabatnya untuk duduk.
Stevanus dan juga putra semata wayangnya duduk berhadapan dengan Dimas, Mira dan juga Kirana yang sedsir tadi memandang ke arah Alex
"Oh ya, kenalin ini putri satu_satunya kami Kirana Dewantara, Kirana ini sahabat papa sekaligus rekan bisnis papa, pak Stevanus dan juga ini Alex putra pak Stevanus."
"Selamat malam om, saya Kirana senang bertemu dengan om." Kirana mengulurkan tangannya kepada pak Stevanus, setelah itu iapun mengulurkan tangannya kepada Alex, Alex hanya menempelkan tangannya sekilas, kemudian ia menarik kembali tangannya.
"Wah cantik sekali ternyata putrimu Dim, bagaimana menurutmu Lex?"
"Hmm." Hanya suara deheman yang keluar dari mulut Alex.
"Kamu bisa saja Stev, putramu juga sangat tampan, dan sepertinya mereka memang benar_benar cocok untuk menjadi pasangan suami istri." Ucap Dimas di iringi dengan kekehannya.
"Ck.. Siapa juga yang mau menikah dengan gadis ini."Batin Alex menatap sekilas Kirana yang sedari tadi menatapnya penuh kagum.
"Wah sangat tampan, papa memang tidak salah menjodohkanku dengan Alex." Kirana membatin girang, ia sungguh sangat bersyukur karena sang papa menjodohkan dirinya dengan laki-laki seperti Alex, sementara Alex terlihat mulai jengah ketika bercengkrama dengan calon mertuanya.
Jika bukan karena sang papa yang waktu itu masuk rumah sakit, Alex mungkin tidak akan berada di kediaman Dewantara malam ini.
Ketika mereka sedang asik bercengkrama, tiba-tiba saja terdengar suara begitu nyaring dari arah depan, suara itu membuat semua yang tengah berada di ruang tamu melirik ke arahnya. Di setiap ada kamu mengapa jantungku berdetak Berdetak lebih cepat seperti ... Nyanyian itu terhenti ketika ia mendapati beberapa orang yang menatapnya dengan penuh selidik, apalagi ketika merasakan tatapan mata yang menusuk dari seseorang yang entah siapa, ia sendiripun tidak mengenalnya. "Eh eh.. Ada tamu ya." Amara berucap dengan tingkah seperti anak kecil yang kepergok mencuri sesuatu." Astaga kenapa Tante sama om tidak bilang sih kalau lagi ada tamu." Amara membatin dengan perasaan malunya. "Perempuan ini? bukankah dia yang perempuan yang waktu itu." Alex membatin sambil menatap lekat wajah cantik Amara, ia sungguh tidak menyangka bahwa dirinya bisa menemukan gadis itu, setelah Anton mencarinya kemana-mana. "Ekhmm .. Amara kenalin ini om Stevanus dan ini
Hari ini Amara terlihat sangat tidak bersemangat, bagaimana tidak, seharusnya hari ini ia pergi bersama kekasihnya Vino, namun sang kakak sepupu Kirana memaksanya untuk ikut, alhasil Amara harus membatalkan kencan pertamanya dengan Vino. "Kak Kirana aneh banget sih, padahal kak Kirana mau pergi berkencan sama si om, tapi malah ngajak aku." Gerutu Amara dengan kesal karena kakak sepupunya itu sudah menggagalkan kencannya. "Ini permintaan Alex Ra, dia bilang ingin lebih dekat dengan calon adik sepupunya, makannya kakak ajak kamu biar kalian cepet akrab." Sahut Kirana sambil fokus dengan make upnya. "Dih ngapain sih tuh si om-om pengen dekat denganku segala, dasar om-om aneh." "Ya wajarlah Ra kan sebentar lagikan Alex akan menjadi suami kakak, sekaligus sepupu kamu juga, jadi kamu juga harus dekat dengan dia." "Terserahlah." "Permisi nona, tuan Alex sudah datang." Sang pelayan menghampiri Kirana dengan sopan. "Oh ok
Setelah selesai makan, mereka bertiga keluar dari restauran tersebut, mereka berjalan menuju parkiran mobil." Kak kita mau kemana lagi?" tanya Amara kesal karena Vino tidak jadi datang. Bukan tidak jadi, melainkan Alex tidak memperbolehkan Vino datang ke restauran tersebut. Sungguh membuat Amara kesal setengah mati. "Kita pulang saja, soalnya kakak ada pemotretan jam 5 sore." Kirana menjawab sambil memainkan ponselnya." Sayang anterin aku ke tempat pemotretan ya." Kirana mengalihkan pandangannya dari layar ponselnya, ia menatap Alex dengan tatapan memohonnya. "Kapan?" Tanya Alex sambil membuka pintu mobilnya. "Habis mengantar Amara pulang ke rumah, baru kita berangkat ke tempat pemotretanku." Balas Kirana setelah masuk ke dalam mobilnya. "Yasudah kalau gitu, aku antarkan kamu dulu, baru aku antar Amara pulang ke rumah." "Sayang ini baru jam 3 .." "Memangnya kenapa?" "Aku tidak mungkin menunggu sampai jam 5 kan?"
Amara tak menggubris, ia terus berjalan untuk mencari taxi, Alex yang sudah hilang kesabarannya pun langsung menarik tangan Amara dengan kasar, sehingga membuat Amara terjatuh ke dalam pelukannya. "Om apa-apaan sih, aku mau pulang, lepaskan." Amara memberontak berusaha untuk melepaskan tangan Alex yang kini sudah mencengkram pinggang rampingnya. "Dasar kucing nakal, kamu senang sekali memprovokasiku hmmm." Alex berbisik dengan sensualnya." Jalan sendiri atau aku gendong baby." Alex kembali berbisik di telinga Amara, dan itu mampu membuat Amara merinding. "Gak mau ...." Sebelum Amara menyelesaikan ucapannya, Alex sudah menggendong Amara terlebih dahulu, ia berjalan dengan cepat menuju mobilnya. "Om turunkan aku, aku bisa jalan sendiri." Pinta Amara sambil berusaha untuk turun dari gendongan Alex. "Diamlah atau aku akan melemparmu ke jalanan." Ucap Alex tanpa menghentikan langkah kakinya. "Dasar om sialan." Dengus Amara pe
Setelah kepergian Anton, Alex kembali memikirkan Amara gadis yang sudah menarik perhatiannya itu. Ia tersenyum ketika dirinya mengingat Amara yang menurutnya sangat menggemaskan."Amara, tunggu sebentar lagi kau akan menjadi milikku."Ucapnya pelan di iringi dengan seringai devilnya yang mengerikan. Alex mengusap wajahnya frustasi, bayang_bayang wajah cantik Amara tidak dapat ia lupakan barang sedtikpun."Sial, aku harus fokus dengan kerjaanku dulu, baru setelah pekerjaanku selesai, aku akan pergi ke kediaman Dewantara untuk menemui calon istriku(Amara?"Ucapnya kembali sambil berusaha untuk melenyapkan bayang_bayang wajah cantik Amara dalam kepalanya. Alex mulai menyalakan komputernya, ia mulai memeriksa email_email yang masuk dari rekan bisnisnya yang berada di luar negeri. Alex mulai fokus memeriksa email_email tersebut meskipun bayangan wajah cantik Amara masih setia berada di kepalanya, namun Alex tetap berusaha untuk
Waktu menunjukkan pukul 16.15 sore, Alex sudah berada di kediaman Dewantara, ia di sambut hangat oleh keluarga Dewantara, terutama Kirana calon istrinya. "Sayang, kamu ke sini kok gak bilang_bilang sih."Sapa Kirana sambil memeluk lengan calon suaminya itu. "Hmm, aku hanya sekedar mampir saja."Balas Alex datar."Dimana kucing nakal itu? Kenapa tidak kelihatan?"Tanyanya dalam hati. "Nak Alex silahkan duduk."Pak Dimas mempersilahkan Alex untuk duduk di atas ruang tamu. Alex hanya mengangguk, kemudian ia duduk, namun matanya melirik ke sana kemari mencari keberadaan Amara. "Sayang, kamu cari siapa sih?"Tanya Kirana lembut. "Amara tidak ada?" Kirana mendengus kesal, namun masih tetap memperlihatkan senyuman di wajah cantiknya."Amara sedang pergi bersama kekasihnya."Ucap Kirana membuat amarah dalam diri Alex seketika bangkit. "Sialan. Ternyata dia tidak ad
Setelah memberikan skripsinya kepada dosen, Amara langsung meluncur ke butik tempat dimana Kirana berada, ia di antar oleh kekasihnya Vino menggunakan mobil sportnya yang mewah. "Sayang." Panggil Vino dengan lembut. "Apa yang?"Sahut Amara sambil menatap sang kekasih dari samping. "Kamu sangat cantik hari ini." Ucap Vino dengan senyuman di wajah tampannya. "Hah? Aku ini memang sudah cantik dari orok yang, kamu aja baru menyadarinya hmm." Vino terkekeh dengan pelan, ia mengacak rambut sang kekasih dengan gemas." Aku tau baby, tapi hari ini kamu sangat-sangat cantik."Ucapnya membuat semu merah di kedua pipi Amara. "Sejak kapan kamu jadi pintar menggombal seperti itu?" "Fakta sayang, bukan gombalan semata." "Terserah deh, yang penting kamu seneng aja." "Kamu tuh ya bukannya seneng, malah cemberut begitu. Jelek b
Vino membawa Amara ke salah satu mall yang ada di kota Jakarta. Sepanjang perjalanan masuk ke dalam mall tersebut, Vino tidak pernah melepaskan genggaman tangannya barang sedetikpun, meskipun Amara mencoba untuk melepaskan genggamannya, namun tangan itu tetap tidak mau lepas dan mau tidak mau, Amara pun membiarkan tangannya di genggam oleh kekasihnya itu "Yang, lepas dulu ih."Pinta Amara ketika dirinya akan mengambil ponsel di dalam tas miliknya. "Gak mau."Jawab Vino membuat Amara memutar kedua bola matanya malas. "Sayang, aku mau ambil ponselku dulu sebentar. Sepertinya ada yang menelpon ku." "Kan ada tangan kamu satunya lagi sayang." "Ish gak bisa yang, udah ah lepas dulu tanganku sebentar sih." "Biar aku ambilkan saja."Ucap Vino tanpa mengindahkan permintaan kekasihnya tersebut. Vino meraih tas kecil miik sang kekasih dengan satu tangannya, ia membuka resleting tas tersebut, kemudian ia mengambil ponse
Amara menatap kakak sepupunya bingung, ia tidak mengerti mengapa Kirana menatapnya dengan tatapan tajam seolah_olah Amara sudah melakukan kesalahan yang besar."Kenapa kak Kirana menatapku seperti itu? Apa aku sudah melakukan kesalahan yang besar terhadap kak Kiran? Tapi kayaknya enggak deh, aku kan cuma minta izin pulang malam doang. Dan tadi kak Kiran juga udah menyetujuinya."Cerocos Amara sambil menatap Kirana meminta jawaban. "Kamu memang sudah melakukan kesalahan besar Amara. Kamu sudah membuat Alex mencintaimu dan berusaha untuk menggagalkan pernikahan ini. Kenapa Alex harus jatuh cinta padamu Amara, kenapa? Kenapa?" Kirana berucap dalam hatinya, tatapannya yang tajam tidak pernah lepas dari wajah cantik Amara. "Hellooo... Kak Kirana, aku lagi bertanya loh. Kenapa kakak diam saja?"Amara kembali mengeluarkan suaranya. Ia semakin penasaran dengan tatapan mata Kirana yang semakin menjam bagaikan pisau belati. Mengerikan.
Dasar nyebelin, masa cuma balas ok doang."Gerutunya pelan, namun masih dapat di dengar oleh Alex. "Siapa?"Tanya Alex tanpa menoleh ke arah Kirana. "Emm itu Amara, dia bilang, dia akan pulang malam, jadi dia minta ..." "Terus kamu izinkan?"Potong Alex dengan tangan yang menggenggam erat setir kemudinya. "Iya, aku izinkan dong sayang, katanya dia mau kumpul sama sahabatnya." "Kenapa kamu izinkan? Kalau terjadi sesuatu sama dia bagaimana?" "Eh tapi dia bilang mau kumpul sama sahabatnya, jadi a..." "Kalau sahabatnya jahat bagaimana?"Potong Alex dingin membuat Kirana seketika diam membeku di tempatnya."Sekarang ini, banyak manusia jahat yang menyerupai sebagai sahabat, kamu sebagai sepupunya, harusnya kami melarang dia Kirana, bukan malah mengizinkannya."Ucapnya kembali dengan nada yang lebih dingin di bandingkan sebelumnya. "Tapi aku sudah kenal kok sama sahabat_sahabatnya Amara sayang, aku yakin mereka bukan or
Vino membawa Amara ke salah satu mall yang ada di kota Jakarta. Sepanjang perjalanan masuk ke dalam mall tersebut, Vino tidak pernah melepaskan genggaman tangannya barang sedetikpun, meskipun Amara mencoba untuk melepaskan genggamannya, namun tangan itu tetap tidak mau lepas dan mau tidak mau, Amara pun membiarkan tangannya di genggam oleh kekasihnya itu "Yang, lepas dulu ih."Pinta Amara ketika dirinya akan mengambil ponsel di dalam tas miliknya. "Gak mau."Jawab Vino membuat Amara memutar kedua bola matanya malas. "Sayang, aku mau ambil ponselku dulu sebentar. Sepertinya ada yang menelpon ku." "Kan ada tangan kamu satunya lagi sayang." "Ish gak bisa yang, udah ah lepas dulu tanganku sebentar sih." "Biar aku ambilkan saja."Ucap Vino tanpa mengindahkan permintaan kekasihnya tersebut. Vino meraih tas kecil miik sang kekasih dengan satu tangannya, ia membuka resleting tas tersebut, kemudian ia mengambil ponse
Setelah memberikan skripsinya kepada dosen, Amara langsung meluncur ke butik tempat dimana Kirana berada, ia di antar oleh kekasihnya Vino menggunakan mobil sportnya yang mewah. "Sayang." Panggil Vino dengan lembut. "Apa yang?"Sahut Amara sambil menatap sang kekasih dari samping. "Kamu sangat cantik hari ini." Ucap Vino dengan senyuman di wajah tampannya. "Hah? Aku ini memang sudah cantik dari orok yang, kamu aja baru menyadarinya hmm." Vino terkekeh dengan pelan, ia mengacak rambut sang kekasih dengan gemas." Aku tau baby, tapi hari ini kamu sangat-sangat cantik."Ucapnya membuat semu merah di kedua pipi Amara. "Sejak kapan kamu jadi pintar menggombal seperti itu?" "Fakta sayang, bukan gombalan semata." "Terserah deh, yang penting kamu seneng aja." "Kamu tuh ya bukannya seneng, malah cemberut begitu. Jelek b
Waktu menunjukkan pukul 16.15 sore, Alex sudah berada di kediaman Dewantara, ia di sambut hangat oleh keluarga Dewantara, terutama Kirana calon istrinya. "Sayang, kamu ke sini kok gak bilang_bilang sih."Sapa Kirana sambil memeluk lengan calon suaminya itu. "Hmm, aku hanya sekedar mampir saja."Balas Alex datar."Dimana kucing nakal itu? Kenapa tidak kelihatan?"Tanyanya dalam hati. "Nak Alex silahkan duduk."Pak Dimas mempersilahkan Alex untuk duduk di atas ruang tamu. Alex hanya mengangguk, kemudian ia duduk, namun matanya melirik ke sana kemari mencari keberadaan Amara. "Sayang, kamu cari siapa sih?"Tanya Kirana lembut. "Amara tidak ada?" Kirana mendengus kesal, namun masih tetap memperlihatkan senyuman di wajah cantiknya."Amara sedang pergi bersama kekasihnya."Ucap Kirana membuat amarah dalam diri Alex seketika bangkit. "Sialan. Ternyata dia tidak ad
Setelah kepergian Anton, Alex kembali memikirkan Amara gadis yang sudah menarik perhatiannya itu. Ia tersenyum ketika dirinya mengingat Amara yang menurutnya sangat menggemaskan."Amara, tunggu sebentar lagi kau akan menjadi milikku."Ucapnya pelan di iringi dengan seringai devilnya yang mengerikan. Alex mengusap wajahnya frustasi, bayang_bayang wajah cantik Amara tidak dapat ia lupakan barang sedtikpun."Sial, aku harus fokus dengan kerjaanku dulu, baru setelah pekerjaanku selesai, aku akan pergi ke kediaman Dewantara untuk menemui calon istriku(Amara?"Ucapnya kembali sambil berusaha untuk melenyapkan bayang_bayang wajah cantik Amara dalam kepalanya. Alex mulai menyalakan komputernya, ia mulai memeriksa email_email yang masuk dari rekan bisnisnya yang berada di luar negeri. Alex mulai fokus memeriksa email_email tersebut meskipun bayangan wajah cantik Amara masih setia berada di kepalanya, namun Alex tetap berusaha untuk
Amara tak menggubris, ia terus berjalan untuk mencari taxi, Alex yang sudah hilang kesabarannya pun langsung menarik tangan Amara dengan kasar, sehingga membuat Amara terjatuh ke dalam pelukannya. "Om apa-apaan sih, aku mau pulang, lepaskan." Amara memberontak berusaha untuk melepaskan tangan Alex yang kini sudah mencengkram pinggang rampingnya. "Dasar kucing nakal, kamu senang sekali memprovokasiku hmmm." Alex berbisik dengan sensualnya." Jalan sendiri atau aku gendong baby." Alex kembali berbisik di telinga Amara, dan itu mampu membuat Amara merinding. "Gak mau ...." Sebelum Amara menyelesaikan ucapannya, Alex sudah menggendong Amara terlebih dahulu, ia berjalan dengan cepat menuju mobilnya. "Om turunkan aku, aku bisa jalan sendiri." Pinta Amara sambil berusaha untuk turun dari gendongan Alex. "Diamlah atau aku akan melemparmu ke jalanan." Ucap Alex tanpa menghentikan langkah kakinya. "Dasar om sialan." Dengus Amara pe
Setelah selesai makan, mereka bertiga keluar dari restauran tersebut, mereka berjalan menuju parkiran mobil." Kak kita mau kemana lagi?" tanya Amara kesal karena Vino tidak jadi datang. Bukan tidak jadi, melainkan Alex tidak memperbolehkan Vino datang ke restauran tersebut. Sungguh membuat Amara kesal setengah mati. "Kita pulang saja, soalnya kakak ada pemotretan jam 5 sore." Kirana menjawab sambil memainkan ponselnya." Sayang anterin aku ke tempat pemotretan ya." Kirana mengalihkan pandangannya dari layar ponselnya, ia menatap Alex dengan tatapan memohonnya. "Kapan?" Tanya Alex sambil membuka pintu mobilnya. "Habis mengantar Amara pulang ke rumah, baru kita berangkat ke tempat pemotretanku." Balas Kirana setelah masuk ke dalam mobilnya. "Yasudah kalau gitu, aku antarkan kamu dulu, baru aku antar Amara pulang ke rumah." "Sayang ini baru jam 3 .." "Memangnya kenapa?" "Aku tidak mungkin menunggu sampai jam 5 kan?"
Hari ini Amara terlihat sangat tidak bersemangat, bagaimana tidak, seharusnya hari ini ia pergi bersama kekasihnya Vino, namun sang kakak sepupu Kirana memaksanya untuk ikut, alhasil Amara harus membatalkan kencan pertamanya dengan Vino. "Kak Kirana aneh banget sih, padahal kak Kirana mau pergi berkencan sama si om, tapi malah ngajak aku." Gerutu Amara dengan kesal karena kakak sepupunya itu sudah menggagalkan kencannya. "Ini permintaan Alex Ra, dia bilang ingin lebih dekat dengan calon adik sepupunya, makannya kakak ajak kamu biar kalian cepet akrab." Sahut Kirana sambil fokus dengan make upnya. "Dih ngapain sih tuh si om-om pengen dekat denganku segala, dasar om-om aneh." "Ya wajarlah Ra kan sebentar lagikan Alex akan menjadi suami kakak, sekaligus sepupu kamu juga, jadi kamu juga harus dekat dengan dia." "Terserahlah." "Permisi nona, tuan Alex sudah datang." Sang pelayan menghampiri Kirana dengan sopan. "Oh ok