Hari ini Amara terlihat sangat tidak bersemangat, bagaimana tidak, seharusnya hari ini ia pergi bersama kekasihnya Vino, namun sang kakak sepupu Kirana memaksanya untuk ikut, alhasil Amara harus membatalkan kencan pertamanya dengan Vino.
"Kak Kirana aneh banget sih, padahal kak Kirana mau pergi berkencan sama si om, tapi malah ngajak aku." Gerutu Amara dengan kesal karena kakak sepupunya itu sudah menggagalkan kencannya.
"Ini permintaan Alex Ra, dia bilang ingin lebih dekat dengan calon adik sepupunya, makannya kakak ajak kamu biar kalian cepet akrab." Sahut Kirana sambil fokus dengan make upnya.
"Dih ngapain sih tuh si om-om pengen dekat denganku segala, dasar om-om aneh."
"Ya wajarlah Ra kan sebentar lagikan Alex akan menjadi suami kakak, sekaligus sepupu kamu juga, jadi kamu juga harus dekat dengan dia."
"Terserahlah."
"Permisi nona, tuan Alex sudah datang." Sang pelayan menghampiri Kirana dengan sopan.
"Oh ok baiklah, aku akan segera menyelesaikan make up ku." Kirana berkata tanpa mengalihkan pandangannya." Ra temenin dulu gih, kakak sebentar lagi selesai."Perintah Kirana kepada adik sepupunya itu.
"Dih gak mau ah."
"Amara please ..."
Amara memutar kedua bola matanya malas." Iya ... Iya." Jawab Amara sambil mencebikkan bibirnya, setelah itu Amara keluar dengan hentakan kakinya, Kirana hanya menggelengkan kepalanya.
Alex yang melihat kedatangan Amara langsung menyunggingkan senyumannya, ia menatap lekat wajah cantik Amara yang terlihat sangat mempesona.
"Kak Kirana sebentar lagi selesai, aku di suruh nemenin om disini." Tanpa basa basi Amara langsung mendaratkan bokongnya, ia bersungut dengan kesal.
"Hmm aku bukan ommu, jadi jangan panggil aku om-om," Alex menyahut tidak suka dengan panggilan Amara.
"Ok baiklah kakak ipar."
"Ck ... Siapa yang akan menjadi kakak iparmu kucing nakal." Batin Alex sambil memperlihatkan seringai di bibirnya. Alex berjalan dan duduk tepat di samping Amara, ia meraih dagu Amara dengan tiba-tiba, sungguh membuat Amara terkejut setengah mati." Kamu sangat cantik baby." Bisik Alex dengan nada sensualnya, entah mengapa ucapan itu keluar tanpa ia duga.
Amara yang mendengar bisikan sensual itupun sedikit terkejut, namun Amara langsung menepis tangan Alex. "Apasih om main pegang aja, lagian aku itu memang cantik om, bahkan kecantikan aku tuh mengalahkan ratu kecantikan dunia." Cerocos Amara dengan bangganya.
Alex terkekeh dengan pelan, baru kali ini ia menemukan perempuan seperti Amara, entah mengapa Alex semakin tertarik untuk memilikinya." Dasar kucing liar." Alex berucap sambil mengacak-acak rambut Amara, setelah itu ia kembali duduk di tempatnya.
"Apa maksudnya dengan kucing liar? aku ini manusia om, bukan kucing, dasar om rabun." Amara mencebikan bibirnya dengan kesal, namun di mata Alex justru sangat menggemaskan, ingin sekali Alex melumat bibir kecil itu ... Oh shit dengan membayangkannya saja membuat Alex menegang dan pikiran kotornya mulai berkelana entah kemana.
Alex hanya diam menatap lekat wajah cantik Amara, ia sungguh tidak ingin mengalihkan pemandangannya barang sedetikpun dari wajah cantik itu, gila emang.
"Om berhenti menatapku seperti itu, aku tidak suka." Amara berucap sambil memperlihatkan raut wajahnya yang kesal.
"Kucing liar ini, masih saja memanggilku om, benar-benar meski di beri hukuman." Batin Alex kesal." Sudah ku bilang jangan panggil aku om, apa kamu tidak mengerti bahasa manusia?" Decak Alex sambil menatap tajam Amara, namun Amara hanya mengedikan bahunya tidak peduli.
Alex yang kesalpun kembali bersuara." Panggil aku Alex, atau kakak, atau sayang juga boleh." Ucapnya dengan santai.
"Ok baiklah kak Alex." Geram Amara
"Sayang lebih cocok kayaknya."
"Maaf ya kak ALEX," Amara menekankan kata ALEX dengan nada tingginya," Panggilan sayang aku cuma buat kekasihku, lagian kak Alex kalau mau di panggil sayang seharusnya kakak suruh kak Kirana saja, bukan aku. Paham." Ucapnya penuh penekanan.
Mendengar kata kekasih, sontak saja membuat Alex mengepalkan kedua tangannya, ia tidak bisa nerima jika Amara memiliki kekasih, hatinya terasa panas, dadanya naik turun meredam amarah yang ada dalam dirinya." Kekasih? apa kamu sudah memiliki kekasih?" Tanya Alex dengan nada suara yang terkesan dingin.
Amara mengangguk tanpa melihat Alex, Amara sibuk membalas pesan dari Vino kekasihnya, ia tidak tau jika Alex sudah berada di hadapannya." Ja .." Baru saja Alex akan mengeluarkan suaranya, tiba-tiba suara Kirana memgalihkan pandangannya, ia menatap Kirana dengan tidak suka, sedangkan Kirana tersenyum sambil berjalan ke arahnya.
"Ayo kita berangkat sayang." Ajak Kirana dengan suara lembutnya, ia menggandeng lengan Alex tanpa memperdulikan raut wajah Alex yang terlihat tidak suka.
"Kak Kiran lama banget sih," Gerutu Amara kesal. Ia berdiri dsn mengikuti langkah kaki kedua insan itu.
"Bawel ih, sudah ayo kita jalan." Balas Kirana tanpa menghentikan langkah kakinya, Amara hanya bisa menatapnya dengan kesal, lalu iapun mengekori kakaknya dari belakang.
Alex diam tak bersuara, ia ingin sekali meraih tangan Amara dan menuntunnya untuk berdampingan dengan dirinya, namun ia tidak bisa melakukannya," Tunggu sampai hari itu tiba, kau akan menjadi milikku kucing nakal." Batin Alex sambil menyeringai menakutkan.
***
Di dalam mobil tidak ada yang bersuara satupun, Alex yang fokus dengan setir kemudinya dan sesekali melirik Amara melalui kaca spionnya, sedangkan Kirana sibuk dengan ponselnya, karena sang meneger tengah memberitahukan tentang jadwal pemotretannya.
Amara yang merasa di perhatikan sontak saja ia menatap Alex melalui kaca spion mobil dalamnya, dan pandangan merekapun bertemu, Alex menyunggingkan senyumannya yang tampan, namun bagi Amara justru senyuman itu menakutkan, Amara langsung mengalihkan pandangannya ke arah lain, ia tidak ingin bertatapan dengan calon kakak sepupunya itu.
"Sayang kita akan pergi kemana? "Tanya Kirana ketika ia sudah selesai membalas pesan sang menegernya.
"Terserah kau saja." Jawab Alex datar.
"Baiklah bagaimana kalau kita pergi ke restauran xxx yang baru buka itu loh sayang, aku dengar makanan disana sangat enak loh."
"Hmm .. Bagaimana dengan Amara? apa dia setuju?"
Kirana berbalik dan menatap sang adik sepupunyaitu."Ra kamu setujukan?" Ucap Kirana dengan lembut.
"Terserah kakak saja, aku ikut."
"Dengerkan yang, Amara setuju." Kirana menatap Alex dengan lekat, sedangkan Alex hanya menanggapinya dengan anggukkan kepala.
"Ck ... " Amara berdecak kesal, ia sungguh sangat tidak suka jika kakak sepupunya di acuhkan oleh orang lain, apalagi Alex yang notebanenya calon suami kakak sepupunya." Dasar om dingin, bisa-bisanya dia mengacuhkan kakak sepupuku, awas saja aku akan memberinya pelajaran nanti."Amara membatin dengan kesal, ia menatap tajam calon kakak sepupunya itu.
"Sayang." Panggil Kirana.
"Hmm." Alex hanya berdehem tanpa mengalihkan pandangannya.
"Minggu depan kita fetting baju penganti ya."
"Aku sibuk."
"Yasudah kalau begitu, aku pergi sendiri saja." Ucap Kirana dengan nada suara yang terdengar kecewa.
"Ada Amara, ajak saja dia."
"Aku gak bisa om, minggu depan aku ada kuliah, lagian harusnya om yang nemenin kak Kiran fetting baju pengantin bukan aku." Amara menyahut tidak suka, bagaimanapun juga, Alex yang seharusnya meluangkan waktu untuk fetting baju pengantin bersama calon istrinya.
"Kucing nakal ini, selalu saja memanggilku om, benar-benar membuatku ingin menghabisinya saat ini juga." Batin Alex sambil menatap Amara melalui kaca spion mobilnya." Akukan sudah bilang kalau aku sibuk, kamu sebagai adik sepupunya harusnya bisa menemani kakak sepupumu fetting baju pengantin, dan satu lagi, aku paling tidak suka jika ucapanku di bantah, apa kamu lupa, kamu harus memanggilku apa."
"Denger ya om, aku ini harus kuliah, seharusnya om meluangkan waktu om untuk kakak sepupuku, bukankah kalian akan menikah? dan terserah akulah aku mau panggil om dengan sebutan apa juga, lagian tidak ada laranganyakan?" Ucap Amara sambil menatap calon kakak sepupunya dengan tidak suka.
"Kalau aku bilang kamu harus nemenin kakak sepupumu, berarti harus. Kamu bisa ambil cuti kuliahmu dan temenin kakak sepupumu, apa kamu tidak mengerti bahasa manusia hah?"
"Kenapa aku yang harus ambil cuti? kenapa gak om saja yang ambil libur kerja dan temenin kak Kiran? om ini calon suaminya loh, gak lucukan kalau calon suami tidak bisa menemani calon istrinya untuk fitting baju pengantin." Amara berucap diiringi dengan senyuman mengejeknya.
Alex menggenggam erat setir kemudinya, jika tidak ada Krama ia sudah pasti membungkam mulut sialan itu dengan bibirnya." Gadis bar-bar ini, selalu saja melawanku, tunggu hukumanmu kucing liar yang nakal." Alex membatin sambil menahan diri untuk tidak menerkam bibir sialan itu, sedangkan Kirana yang menyadari amarah yang di pancarkan oleh calon suaminya itupun mulai angkat suara.
"Sudahlah Ra, kamu saja yang temenin kakak ya, kakak tidak ingin mengganggu pekerjaan calon suami kakak." Kirana berucap dengan nada lembutnya, meskipun dalam hatinya ia sangat kecewa karena Alex lebih mementingkan pekerjaannya di bandingkan dengan dirinya
Amara menatap kakak sepupunya dengan kesal "Tapi kak ..."
"Ra please ... Kamu temenin kakak ya, nanti kakak akan meminta izin sama dosenmu ok."
Amara tidak menanggapinya, ia hanya bisa menahan amarahnya dalam hati." Dasar om sialan, kenapa dia bisa setega itu sama kak Kirana? kenapa dia sangat dingin sekali dengan kak Kirana? benar-benar menyebalkan." Batin Amara kesal.
"Ra .." Panggil Kirana karena adik sepupunya tidak menanggapi ucapannya.
"Iya kak, aku akan menemani kakak ok puas."
"Gitu dong, " Kirana tersenyum manis ke arah adik sepupunya. Alex yang mendengar jawaban Amara pun ikut tersenyum, namun senyuman itu, senyuman devil yang tengah merencakan sesuatu, entahlah apa yang ia rencanakan, hanya dirinyalah yang tau arti dari senyuman devil itu.
***
Mereka sudah tiba di restsuran xxx, dengan santai mereka berjalan memasuki restauran tersebut, mereka memesan meja yang berada di ujung dekat jendela.
Setelah mereka duduk sang waiters mendatanginya dengan membawakan buku menu restauran itu." Silahkan mba, mas, mau pesan apa?" Tanya sang waiters dengan sopan.
Mereka menoleh ke arah sang waiters, kemudian merekapun menyebutkan makanannya satu persatu," Baiklah silahkan di tunggu" Ucap sang waiters dengan senyuman ramahnya, mereka hanya menganggukkan keplanya, lalu waiters itupun pergi melangkahkan kakinya.
Amara sangat sibuk dengan ponselnya, ia tidak memperdulikan dua mahluk yang terlihat dalam keadaan canggung karena tidak ada yang mengeluarkan suaranya, yang merasa canggung mungkin hanya Kirana saja, tetapi tidak dengan Alex, laki-laki itu selalu memperhatikan calon adik sepupunya dengan intens, ia tidak memperdulikan calon istrinya yang terlihat mulai bosan.
"Sayang" Panggil Kirana dengan pelan, Alex menoleh tanpa menjawab panggilan calon istrinya itu.
"Kamu ngapain sih liatin Amara terus dari tadi?" Tanya Kirana tidak suka. "Atau jangan_jangan kamu tertarik sam adik sepupuku?"Pertanyaan Kirana sukses mbuat Amara mengalihkan pandangannya dari ponsel miliknya.
Amara menatap Kirana, kemudian ia menatap Alex penuh tanda tanya.
"Memangnya ada masalah?"Alex berbalik nanya tanpa mengindahkan pertanyaan calon istrinya tadi.
"Jelaslah sayang, aku ini calon istrimu, seharusnya kamu memperhatikan aku bukan adik sepupuku." Ucap Kirana sedikit kesal."Atau memang kamu benar_benar tertarik ..."
"Apaan sih kak Kiran, ngomongnya ngaco gitu. Gak mungkinlah si om tertarik samaku."Sela Amara kesal.
Kirana tidak menanggapi ocehan adik sepupunya itu, ia menatap Alex menunggu jawaban apa yang akan di berikan oleh calon suaminya itu.
"Ya aku memang sangat tertarik dengan adik sepupumu Kirana. Bahkan aku sudah jatuh cinta pada pandangan pertama. Aku sungguh ingin memilikinya."Batin Alex sambil menatap lekat wajah cantik Amara. "Oh jadi kamu ingin aku perhatikan begitu?" Alex berpindah posisi dari duduknya, ia menggeser bangku agar lebih dekat dengan Kirana." Jadi bagaimana aku harus memperhatikanmu?"Bisik Alex tepat di telinga kiri Kirana, namun matanya menatap calon adik sepupunya yang mulai terganggu oleh mereka berdua. Namun Amara kembali menatap layar ponselnya.
"Eh emm maksudku ... Maksudku bukan .. Bukan begini sayang." Kirana berkata dengan perasaan gugupnya, sungguh baru kali ini ia berdekatan dengan Alex sangat intens.
"Lalu maksudmu seperti apa? Seperti ini." Alex membelai lembut wajah calon istrinya, ia sengaja melakukan itu supaya Amara terganggu dan mengalihkan pandangannya dari ponsel sialan itu.
Dan benar saja, Amara langsung menghentikan aktifitas dari ponselnya, ia menatap Alex dengan tidak suka."Kalau kalian mau bermesraan jangan disinilah, malu di liatin banyak orang, lagian masih ada aku di sini." Ucap Amara dengan kesal, sungguh baru kali ini ia menyaksikan langsung hal intens antara kakak sepupunya dengan calon kakak sepupunya itu, mungkin jika dirinya tidak ada, mereka pasti sudah berciuman mesra.
Alex menyeringai dengan senang, ia semakin memprovokasi Amara dengan cara dirinya semakin mendekatkan wajahnya dengan Kirana dan hendak mencium bibir Kirana, namun ia tidak jadi melakukannya karena Amara langsung kembali memalingkan wajahnya ketika Amara mendengar suara ponsel miliknya, dan itu cukup membuat Alex kesal dan kembali menjauhkan wajahnya dari wajah Kirana.
"Ada apa?"Tanya Kirana yang kesal karena tidak jadi mendapat ciuman dari calon suaminya itu.
"Hmm tidak ada."Jawab Alex kembali menjauhkan tempat duduknya seperti semula.
Kirana menghela nafasnya kasar, sungguh ia tidak mengerti dengan sikap calon suaminya itu.
"Kakak..." Amara memanggil Kirana dengan nada sedikit tinggi.
"Kenapa Ra?" Tanya Kirana sambil menatap adik sepupunya itu.
"Kak, nanti Vino mau ke sini. Gak apa_apakan?" Ucap Amara membuat amarah dalam diri Alex bangkit seketika.
"Siapa Vino?"Alex bertanya tidak suka.
"Vino kekasihnya Amara sayang."Kirana menjawab lembut."Yaudah gak a..."
"Kamu masih kecil sudah main pacar_pacaran."Sela Alex menatap tajam Amara.
"Memangnya kenapa? Mama sama papa aku aja gak ngelarang kok." Jawab Amara santai.
"Ck... Harusnya kamu fokus dulu sama kuliahmu. Jangan pacar_pacaran."
"Suka_suka akulah om, kenapa om yang ngatur sih." Kesal Amara menatap tajam Alex.
"Iya sayang, lagian Amara udah gede loh, Tante sama om Dika juga udah izinin kok." Ucap Kirana membela adik sepupunya.
"Tapi aku tidak mengizinkannya, karena dia harus menjadi milikku."Batin Alex sambil mengepalkan kedua tangannya kuat.
"Silahkan di nikmati hidangannya." Tiba-tiba suara waiters terdengar di telinga mereka bertiga, Amara melirik sang waiters sambil memberikan senyuman cantiknya.
"Terima kasih." Ucap Amara lembut, waiters itu hanya tersenyum sambil menganggukkan kepalanya, kemudian iapun undur diri.
Alex yang sedari tadi menatap Amara dengan tajam, mulai membuka suaranya."Makanlah yang banyak, biar tumbuh cepat." Ucapnya kepada Amara
"Apasih om, asal aja kalau mangap." Dengus Amara tidak suka.
"Ada yang salah dengan ucapanku hmm?"
"Ya jelaslah salah." Dengus Amara kesal.
"Salahnya dimana?"
"Salahnya om nyuruh aku makan yang banyak supaya aku tumbuh cepat, memang om pikir aku ini tanaman yang di kasih pupuk terus tumbuh dengan cepat? Lagian aku tuh udah tumbuh, bahkan usiaku saja sudah menginjak 19 tahun, tubuhku juga sudah bagus."
"Apanya yang bagus? Di lihat dari sisi manapun tubuhmu itu sangat kecil, tidak seperti perempuan yang berusia 19 tahun."
"Memang pada dasarnya mata om tuh RABUN, sudahlah aku malas debat sama om, mending aku makan." Ucap Amara dengan kesal, ia langsung menyantap makanannya lalu memasukannya ke dalam mulut, Alex yang melihat tingkahnya pun hanya terkekeh pelan, ia sungguh merasa sangat gemas hingga ia ingin sekali menciumnya.
"Argh sialan, kenapa dia terlihat sangat imut seperti itu? Argh aku ingin sekali menciumnya. Fuck." Alex membatin dengan kesal, ia menatap Amara dengan intens.
"Ekhmm .."Kirana mulai kesal karena calon suaminya itu hanya menatap adik sepupunya." Di makan sayang, nanti keburu dingin." Ucap Kirana mencoba untuk mengalihkan pandangan calon suaminya.
Alex melirik sekilas ke arah Kirana, kemudian ia memakan makanannya tanpa membalas ucapan calon istrinya itu, Kirana yang merasa di abaikan pun hanya bisa menggeram kesal dan menahan amarahnya supaya tidak meledak.
Setelah selesai makan, mereka bertiga keluar dari restauran tersebut, mereka berjalan menuju parkiran mobil." Kak kita mau kemana lagi?" tanya Amara kesal karena Vino tidak jadi datang. Bukan tidak jadi, melainkan Alex tidak memperbolehkan Vino datang ke restauran tersebut. Sungguh membuat Amara kesal setengah mati. "Kita pulang saja, soalnya kakak ada pemotretan jam 5 sore." Kirana menjawab sambil memainkan ponselnya." Sayang anterin aku ke tempat pemotretan ya." Kirana mengalihkan pandangannya dari layar ponselnya, ia menatap Alex dengan tatapan memohonnya. "Kapan?" Tanya Alex sambil membuka pintu mobilnya. "Habis mengantar Amara pulang ke rumah, baru kita berangkat ke tempat pemotretanku." Balas Kirana setelah masuk ke dalam mobilnya. "Yasudah kalau gitu, aku antarkan kamu dulu, baru aku antar Amara pulang ke rumah." "Sayang ini baru jam 3 .." "Memangnya kenapa?" "Aku tidak mungkin menunggu sampai jam 5 kan?"
Amara tak menggubris, ia terus berjalan untuk mencari taxi, Alex yang sudah hilang kesabarannya pun langsung menarik tangan Amara dengan kasar, sehingga membuat Amara terjatuh ke dalam pelukannya. "Om apa-apaan sih, aku mau pulang, lepaskan." Amara memberontak berusaha untuk melepaskan tangan Alex yang kini sudah mencengkram pinggang rampingnya. "Dasar kucing nakal, kamu senang sekali memprovokasiku hmmm." Alex berbisik dengan sensualnya." Jalan sendiri atau aku gendong baby." Alex kembali berbisik di telinga Amara, dan itu mampu membuat Amara merinding. "Gak mau ...." Sebelum Amara menyelesaikan ucapannya, Alex sudah menggendong Amara terlebih dahulu, ia berjalan dengan cepat menuju mobilnya. "Om turunkan aku, aku bisa jalan sendiri." Pinta Amara sambil berusaha untuk turun dari gendongan Alex. "Diamlah atau aku akan melemparmu ke jalanan." Ucap Alex tanpa menghentikan langkah kakinya. "Dasar om sialan." Dengus Amara pe
Setelah kepergian Anton, Alex kembali memikirkan Amara gadis yang sudah menarik perhatiannya itu. Ia tersenyum ketika dirinya mengingat Amara yang menurutnya sangat menggemaskan."Amara, tunggu sebentar lagi kau akan menjadi milikku."Ucapnya pelan di iringi dengan seringai devilnya yang mengerikan. Alex mengusap wajahnya frustasi, bayang_bayang wajah cantik Amara tidak dapat ia lupakan barang sedtikpun."Sial, aku harus fokus dengan kerjaanku dulu, baru setelah pekerjaanku selesai, aku akan pergi ke kediaman Dewantara untuk menemui calon istriku(Amara?"Ucapnya kembali sambil berusaha untuk melenyapkan bayang_bayang wajah cantik Amara dalam kepalanya. Alex mulai menyalakan komputernya, ia mulai memeriksa email_email yang masuk dari rekan bisnisnya yang berada di luar negeri. Alex mulai fokus memeriksa email_email tersebut meskipun bayangan wajah cantik Amara masih setia berada di kepalanya, namun Alex tetap berusaha untuk
Waktu menunjukkan pukul 16.15 sore, Alex sudah berada di kediaman Dewantara, ia di sambut hangat oleh keluarga Dewantara, terutama Kirana calon istrinya. "Sayang, kamu ke sini kok gak bilang_bilang sih."Sapa Kirana sambil memeluk lengan calon suaminya itu. "Hmm, aku hanya sekedar mampir saja."Balas Alex datar."Dimana kucing nakal itu? Kenapa tidak kelihatan?"Tanyanya dalam hati. "Nak Alex silahkan duduk."Pak Dimas mempersilahkan Alex untuk duduk di atas ruang tamu. Alex hanya mengangguk, kemudian ia duduk, namun matanya melirik ke sana kemari mencari keberadaan Amara. "Sayang, kamu cari siapa sih?"Tanya Kirana lembut. "Amara tidak ada?" Kirana mendengus kesal, namun masih tetap memperlihatkan senyuman di wajah cantiknya."Amara sedang pergi bersama kekasihnya."Ucap Kirana membuat amarah dalam diri Alex seketika bangkit. "Sialan. Ternyata dia tidak ad
Setelah memberikan skripsinya kepada dosen, Amara langsung meluncur ke butik tempat dimana Kirana berada, ia di antar oleh kekasihnya Vino menggunakan mobil sportnya yang mewah. "Sayang." Panggil Vino dengan lembut. "Apa yang?"Sahut Amara sambil menatap sang kekasih dari samping. "Kamu sangat cantik hari ini." Ucap Vino dengan senyuman di wajah tampannya. "Hah? Aku ini memang sudah cantik dari orok yang, kamu aja baru menyadarinya hmm." Vino terkekeh dengan pelan, ia mengacak rambut sang kekasih dengan gemas." Aku tau baby, tapi hari ini kamu sangat-sangat cantik."Ucapnya membuat semu merah di kedua pipi Amara. "Sejak kapan kamu jadi pintar menggombal seperti itu?" "Fakta sayang, bukan gombalan semata." "Terserah deh, yang penting kamu seneng aja." "Kamu tuh ya bukannya seneng, malah cemberut begitu. Jelek b
Vino membawa Amara ke salah satu mall yang ada di kota Jakarta. Sepanjang perjalanan masuk ke dalam mall tersebut, Vino tidak pernah melepaskan genggaman tangannya barang sedetikpun, meskipun Amara mencoba untuk melepaskan genggamannya, namun tangan itu tetap tidak mau lepas dan mau tidak mau, Amara pun membiarkan tangannya di genggam oleh kekasihnya itu "Yang, lepas dulu ih."Pinta Amara ketika dirinya akan mengambil ponsel di dalam tas miliknya. "Gak mau."Jawab Vino membuat Amara memutar kedua bola matanya malas. "Sayang, aku mau ambil ponselku dulu sebentar. Sepertinya ada yang menelpon ku." "Kan ada tangan kamu satunya lagi sayang." "Ish gak bisa yang, udah ah lepas dulu tanganku sebentar sih." "Biar aku ambilkan saja."Ucap Vino tanpa mengindahkan permintaan kekasihnya tersebut. Vino meraih tas kecil miik sang kekasih dengan satu tangannya, ia membuka resleting tas tersebut, kemudian ia mengambil ponse
Dasar nyebelin, masa cuma balas ok doang."Gerutunya pelan, namun masih dapat di dengar oleh Alex. "Siapa?"Tanya Alex tanpa menoleh ke arah Kirana. "Emm itu Amara, dia bilang, dia akan pulang malam, jadi dia minta ..." "Terus kamu izinkan?"Potong Alex dengan tangan yang menggenggam erat setir kemudinya. "Iya, aku izinkan dong sayang, katanya dia mau kumpul sama sahabatnya." "Kenapa kamu izinkan? Kalau terjadi sesuatu sama dia bagaimana?" "Eh tapi dia bilang mau kumpul sama sahabatnya, jadi a..." "Kalau sahabatnya jahat bagaimana?"Potong Alex dingin membuat Kirana seketika diam membeku di tempatnya."Sekarang ini, banyak manusia jahat yang menyerupai sebagai sahabat, kamu sebagai sepupunya, harusnya kami melarang dia Kirana, bukan malah mengizinkannya."Ucapnya kembali dengan nada yang lebih dingin di bandingkan sebelumnya. "Tapi aku sudah kenal kok sama sahabat_sahabatnya Amara sayang, aku yakin mereka bukan or
Amara menatap kakak sepupunya bingung, ia tidak mengerti mengapa Kirana menatapnya dengan tatapan tajam seolah_olah Amara sudah melakukan kesalahan yang besar."Kenapa kak Kirana menatapku seperti itu? Apa aku sudah melakukan kesalahan yang besar terhadap kak Kiran? Tapi kayaknya enggak deh, aku kan cuma minta izin pulang malam doang. Dan tadi kak Kiran juga udah menyetujuinya."Cerocos Amara sambil menatap Kirana meminta jawaban. "Kamu memang sudah melakukan kesalahan besar Amara. Kamu sudah membuat Alex mencintaimu dan berusaha untuk menggagalkan pernikahan ini. Kenapa Alex harus jatuh cinta padamu Amara, kenapa? Kenapa?" Kirana berucap dalam hatinya, tatapannya yang tajam tidak pernah lepas dari wajah cantik Amara. "Hellooo... Kak Kirana, aku lagi bertanya loh. Kenapa kakak diam saja?"Amara kembali mengeluarkan suaranya. Ia semakin penasaran dengan tatapan mata Kirana yang semakin menjam bagaikan pisau belati. Mengerikan.
Amara menatap kakak sepupunya bingung, ia tidak mengerti mengapa Kirana menatapnya dengan tatapan tajam seolah_olah Amara sudah melakukan kesalahan yang besar."Kenapa kak Kirana menatapku seperti itu? Apa aku sudah melakukan kesalahan yang besar terhadap kak Kiran? Tapi kayaknya enggak deh, aku kan cuma minta izin pulang malam doang. Dan tadi kak Kiran juga udah menyetujuinya."Cerocos Amara sambil menatap Kirana meminta jawaban. "Kamu memang sudah melakukan kesalahan besar Amara. Kamu sudah membuat Alex mencintaimu dan berusaha untuk menggagalkan pernikahan ini. Kenapa Alex harus jatuh cinta padamu Amara, kenapa? Kenapa?" Kirana berucap dalam hatinya, tatapannya yang tajam tidak pernah lepas dari wajah cantik Amara. "Hellooo... Kak Kirana, aku lagi bertanya loh. Kenapa kakak diam saja?"Amara kembali mengeluarkan suaranya. Ia semakin penasaran dengan tatapan mata Kirana yang semakin menjam bagaikan pisau belati. Mengerikan.
Dasar nyebelin, masa cuma balas ok doang."Gerutunya pelan, namun masih dapat di dengar oleh Alex. "Siapa?"Tanya Alex tanpa menoleh ke arah Kirana. "Emm itu Amara, dia bilang, dia akan pulang malam, jadi dia minta ..." "Terus kamu izinkan?"Potong Alex dengan tangan yang menggenggam erat setir kemudinya. "Iya, aku izinkan dong sayang, katanya dia mau kumpul sama sahabatnya." "Kenapa kamu izinkan? Kalau terjadi sesuatu sama dia bagaimana?" "Eh tapi dia bilang mau kumpul sama sahabatnya, jadi a..." "Kalau sahabatnya jahat bagaimana?"Potong Alex dingin membuat Kirana seketika diam membeku di tempatnya."Sekarang ini, banyak manusia jahat yang menyerupai sebagai sahabat, kamu sebagai sepupunya, harusnya kami melarang dia Kirana, bukan malah mengizinkannya."Ucapnya kembali dengan nada yang lebih dingin di bandingkan sebelumnya. "Tapi aku sudah kenal kok sama sahabat_sahabatnya Amara sayang, aku yakin mereka bukan or
Vino membawa Amara ke salah satu mall yang ada di kota Jakarta. Sepanjang perjalanan masuk ke dalam mall tersebut, Vino tidak pernah melepaskan genggaman tangannya barang sedetikpun, meskipun Amara mencoba untuk melepaskan genggamannya, namun tangan itu tetap tidak mau lepas dan mau tidak mau, Amara pun membiarkan tangannya di genggam oleh kekasihnya itu "Yang, lepas dulu ih."Pinta Amara ketika dirinya akan mengambil ponsel di dalam tas miliknya. "Gak mau."Jawab Vino membuat Amara memutar kedua bola matanya malas. "Sayang, aku mau ambil ponselku dulu sebentar. Sepertinya ada yang menelpon ku." "Kan ada tangan kamu satunya lagi sayang." "Ish gak bisa yang, udah ah lepas dulu tanganku sebentar sih." "Biar aku ambilkan saja."Ucap Vino tanpa mengindahkan permintaan kekasihnya tersebut. Vino meraih tas kecil miik sang kekasih dengan satu tangannya, ia membuka resleting tas tersebut, kemudian ia mengambil ponse
Setelah memberikan skripsinya kepada dosen, Amara langsung meluncur ke butik tempat dimana Kirana berada, ia di antar oleh kekasihnya Vino menggunakan mobil sportnya yang mewah. "Sayang." Panggil Vino dengan lembut. "Apa yang?"Sahut Amara sambil menatap sang kekasih dari samping. "Kamu sangat cantik hari ini." Ucap Vino dengan senyuman di wajah tampannya. "Hah? Aku ini memang sudah cantik dari orok yang, kamu aja baru menyadarinya hmm." Vino terkekeh dengan pelan, ia mengacak rambut sang kekasih dengan gemas." Aku tau baby, tapi hari ini kamu sangat-sangat cantik."Ucapnya membuat semu merah di kedua pipi Amara. "Sejak kapan kamu jadi pintar menggombal seperti itu?" "Fakta sayang, bukan gombalan semata." "Terserah deh, yang penting kamu seneng aja." "Kamu tuh ya bukannya seneng, malah cemberut begitu. Jelek b
Waktu menunjukkan pukul 16.15 sore, Alex sudah berada di kediaman Dewantara, ia di sambut hangat oleh keluarga Dewantara, terutama Kirana calon istrinya. "Sayang, kamu ke sini kok gak bilang_bilang sih."Sapa Kirana sambil memeluk lengan calon suaminya itu. "Hmm, aku hanya sekedar mampir saja."Balas Alex datar."Dimana kucing nakal itu? Kenapa tidak kelihatan?"Tanyanya dalam hati. "Nak Alex silahkan duduk."Pak Dimas mempersilahkan Alex untuk duduk di atas ruang tamu. Alex hanya mengangguk, kemudian ia duduk, namun matanya melirik ke sana kemari mencari keberadaan Amara. "Sayang, kamu cari siapa sih?"Tanya Kirana lembut. "Amara tidak ada?" Kirana mendengus kesal, namun masih tetap memperlihatkan senyuman di wajah cantiknya."Amara sedang pergi bersama kekasihnya."Ucap Kirana membuat amarah dalam diri Alex seketika bangkit. "Sialan. Ternyata dia tidak ad
Setelah kepergian Anton, Alex kembali memikirkan Amara gadis yang sudah menarik perhatiannya itu. Ia tersenyum ketika dirinya mengingat Amara yang menurutnya sangat menggemaskan."Amara, tunggu sebentar lagi kau akan menjadi milikku."Ucapnya pelan di iringi dengan seringai devilnya yang mengerikan. Alex mengusap wajahnya frustasi, bayang_bayang wajah cantik Amara tidak dapat ia lupakan barang sedtikpun."Sial, aku harus fokus dengan kerjaanku dulu, baru setelah pekerjaanku selesai, aku akan pergi ke kediaman Dewantara untuk menemui calon istriku(Amara?"Ucapnya kembali sambil berusaha untuk melenyapkan bayang_bayang wajah cantik Amara dalam kepalanya. Alex mulai menyalakan komputernya, ia mulai memeriksa email_email yang masuk dari rekan bisnisnya yang berada di luar negeri. Alex mulai fokus memeriksa email_email tersebut meskipun bayangan wajah cantik Amara masih setia berada di kepalanya, namun Alex tetap berusaha untuk
Amara tak menggubris, ia terus berjalan untuk mencari taxi, Alex yang sudah hilang kesabarannya pun langsung menarik tangan Amara dengan kasar, sehingga membuat Amara terjatuh ke dalam pelukannya. "Om apa-apaan sih, aku mau pulang, lepaskan." Amara memberontak berusaha untuk melepaskan tangan Alex yang kini sudah mencengkram pinggang rampingnya. "Dasar kucing nakal, kamu senang sekali memprovokasiku hmmm." Alex berbisik dengan sensualnya." Jalan sendiri atau aku gendong baby." Alex kembali berbisik di telinga Amara, dan itu mampu membuat Amara merinding. "Gak mau ...." Sebelum Amara menyelesaikan ucapannya, Alex sudah menggendong Amara terlebih dahulu, ia berjalan dengan cepat menuju mobilnya. "Om turunkan aku, aku bisa jalan sendiri." Pinta Amara sambil berusaha untuk turun dari gendongan Alex. "Diamlah atau aku akan melemparmu ke jalanan." Ucap Alex tanpa menghentikan langkah kakinya. "Dasar om sialan." Dengus Amara pe
Setelah selesai makan, mereka bertiga keluar dari restauran tersebut, mereka berjalan menuju parkiran mobil." Kak kita mau kemana lagi?" tanya Amara kesal karena Vino tidak jadi datang. Bukan tidak jadi, melainkan Alex tidak memperbolehkan Vino datang ke restauran tersebut. Sungguh membuat Amara kesal setengah mati. "Kita pulang saja, soalnya kakak ada pemotretan jam 5 sore." Kirana menjawab sambil memainkan ponselnya." Sayang anterin aku ke tempat pemotretan ya." Kirana mengalihkan pandangannya dari layar ponselnya, ia menatap Alex dengan tatapan memohonnya. "Kapan?" Tanya Alex sambil membuka pintu mobilnya. "Habis mengantar Amara pulang ke rumah, baru kita berangkat ke tempat pemotretanku." Balas Kirana setelah masuk ke dalam mobilnya. "Yasudah kalau gitu, aku antarkan kamu dulu, baru aku antar Amara pulang ke rumah." "Sayang ini baru jam 3 .." "Memangnya kenapa?" "Aku tidak mungkin menunggu sampai jam 5 kan?"
Hari ini Amara terlihat sangat tidak bersemangat, bagaimana tidak, seharusnya hari ini ia pergi bersama kekasihnya Vino, namun sang kakak sepupu Kirana memaksanya untuk ikut, alhasil Amara harus membatalkan kencan pertamanya dengan Vino. "Kak Kirana aneh banget sih, padahal kak Kirana mau pergi berkencan sama si om, tapi malah ngajak aku." Gerutu Amara dengan kesal karena kakak sepupunya itu sudah menggagalkan kencannya. "Ini permintaan Alex Ra, dia bilang ingin lebih dekat dengan calon adik sepupunya, makannya kakak ajak kamu biar kalian cepet akrab." Sahut Kirana sambil fokus dengan make upnya. "Dih ngapain sih tuh si om-om pengen dekat denganku segala, dasar om-om aneh." "Ya wajarlah Ra kan sebentar lagikan Alex akan menjadi suami kakak, sekaligus sepupu kamu juga, jadi kamu juga harus dekat dengan dia." "Terserahlah." "Permisi nona, tuan Alex sudah datang." Sang pelayan menghampiri Kirana dengan sopan. "Oh ok