Devanda membulatkan matanya. Andriyan menyerangnya dengan tiba-tiba. Tangan pria itu menarik tengkuk leher Devanda agar pagutan mereka semakin dalam dan tangan yang lain menahan pinggang Devanda agar senantiasa dekat dengan tubuhnya. Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa pria ini kalap begitu saja?
Berbeda dengan biasanya, pria itu lebih brutal. Atau biasanya dia memang selalu brutal? Seperti, sesuatu dalam diri Andriyan bangkit setiap merasakan hasrat pada Devanda. Lidahnya bergerak, merasakan seluruh lapisan lidah Devanda. Sembari memainkan lidah perempuan itu, dia melepas kaitan rambut perempuan itu hingga rambutnya berubah terurai. Rambut cantiknya jadi bergerak bebas mengikuti arah angin.
Orang gila ini benar-benar tidak memberiku celah! batin Devanda yang sudah berusaha mendorong Andriyan.
Tubuh Devanda semakin mundur dan menghimpit dinding di belakangnya. Padahal dia merasa gebrakannya keras, tapi punggungnya tidak me
Keesokan harinya, Devanda dan Andriyan sudah kembali pada aktivitas masing-masing. Andriyan yang bekerja dan Devanda yang mengurus beberapa permasalahan rumah tangga. Seperti saat ini Devanda sedang merekap dana yang keluar masuk bulan ini. Dia harus mengatur dengan benar uang Andriyan agar dapat membagi rata gaji para pelayan dan kebutuhan rumah.Kali ini Mayja tidak membantu karena ada perintah yang harus dia selesaikan dari Devanda. Di tengah menghitung anggaran, pintu ruang perpustakaan dibuka dari luar. Devanda mendongak, melihat suaminya berjalan masuk dengan ekspresi datar.“Iyan?” Devanda menaikkan kacamatanya lagi untuk melihat jelas apakah yang ada di depannya sungguh sang suami. “Kenapa jam segini sudah pulang? Apa ada yang tertinggal?”Tidak biasanya dia melihat Andriyan kembali siang hari setelah berangkat kerja. Mungkin pernah kalau Devanda sakit, tapi saat ini tidak ada yang sakit dan tidak ad
“Apa kamu pikir aku berencana melarikan dengan laki-laki yang pernah kupacari?”Dunia Andriyan terasa berhenti. Saat ini satu-satunya yang bisa dia rasakan dari indranya hanyalah Devanda. “Kamu … ingin melarikan diri?”Devanda mengubah ekspresinya menjadi lebih serius, tatapannya pun tampak dingin seperti saat perempuan itu menunjuk Andriyan di awal pertemuan mereka. “Untuk apa aku harus melakukan hal yang tidak berguna begitu? Kalau aku benar-benar ingin pergi, aku kan cukup menceraikanmu secara legal dan semuanya selesai. Untuk apa aku membuang-buang waktuku?”Devanda membalik tubuhnya, membereskan dokumen-dokumen yang terbuka di atas mejanya. “Kalau ada sesuatu yang ingin kamu katakan, katakan saja. Kamu ingin bertanya padaku tentang apakah aku akan menceraikanmu dan menikah lagi dengan kekasih masa laluku yang ada dalam bayanganmu ini, kan?”“Tidak. Itu tidak--
“Seperti yang Anda tahu, Nona. Saya selalu berharap Anda bahagia, sungguh.”“Memangnya apa yang membuatku bahagia?” tanya Devanda, menguji kemampuan Mayja dalam memahami dirinya. Sebab dari tadi wanita itu terus saja mengunggul-unggulkan Andriyan.“Saya bukan seorang peramal yang bisa menerawang keinginan dan kebutuhan manusia, sekali pun saya sangat dekat dengannya dan selalu berada di sisinya. Tapi, Nona, saya sering melihat Anda tersenyum selama tinggal di sini. Itulah mengapa saya senang melihat Anda berdua bersama karena tuan dapat membuat Anda tersenyum.” Mayja mengatakannya dengan sangat antusias karena sebagai seseorang yang selalu berada di sisi Devanda, baru kali ini perempuan itu seperti lebih bebas dan menjalani hidup menjadi dirinya tanpa terbeban apa pun. “Maka dari itu, saya dengan tulus berharap Anda akan selalu bersama dengan beliau, Nona. Harapan terbesar saya adalah agar Anda bi
Di dalam sisi redup kalam, hampa bersua dengan duka lara. Kendati hampa tercipta, panggil namaku, relung hati terdalam. Gemintang menari di keheningan, mendalami setiap langkah haru. Meski hening terasa, aku di sana, menganyam doa di gulita angkasa. Jauh di lipatan jalan yang tak terjangkau, terbaca tiap jejak yang kau pijak. Garis ketulusan memayungi langit, dan sapaan doa, menjelma pada titian rindu.Bila beban hidup mencengkram, tak ragu untuk memanggil senandung. Walau rentang waktu memisahkan, sisi batin bersatu mendukungmu.Pura-pura kukuh adalah dramatisasi. Ijinkanku menyaksikan kerapuhan hati, sebab di sana tersembunyi keberanian abadi.Bukan rambut yang kau susuri sendiri, biarkanlah jemari ini menjelma penuntun. Agar tak terlunta-lunta dalam kesendirian, walau malam menghujam kegelapan.Mayja mengusap ibu jarinya pada secarik kertas yang tadi di
Andriyan berjalan menyusuri lorong rumahnya menuju ruang perpustakaan. Di tengah jalan dia bertemu dengan Senorita yang hendak menyapa tapi segera Andriyan memberikan isyarat agar perempuan itu tidak membuka suara. Andriyan tidak ingin mengganggu pertemuan Devanda dengan menyadari keberadaannya di tempat itu. Pasti para tamu akan merasa segan dan canggung kalau Andriyan datang. Tujuannya menghampiri ruangan ini hanya untuk mengintip sebentar istrinya karena tidak dapat menghilangkan rasa rindu yang meluap-luap.Andriyan menempelkan telinganya di pintu, terdengar suara beberapa orang di dalamnya. Lantas ia pun menggerakkan knop pintu dan membukanya sedikit. Syukurlah tidak ada yang menyadari suara pintu karena pusat perhatian mereka tertuju pada Devanda yang asik bercerita. Tawa Devanda yang jarang bisa Andriyan lihat akhirnya bisa ia lihat. Kesempatan ini sangat langka, sehingga Andriyan ingin menikmatinya. Perempuan itu benar-benar sangat canti
Manusia selalu memiliki insting kuat terhadap sesuatu yang diartikan sebagai miliknya. Tidak mungkin dia ingin membagikannya kepada orang lain jika memang dianggap berharga. Lantas bagaimana jika seseorang tidak menyadari sesuatu itu sangat berharga ketika dia memilikinya?Tubuh Devanda membeku di tempat. Tidak hanya terkejut, dia juga sedang berusaha mencerna situasi yang terjadi di dalam kamarnya. Dilihat dari interaksinya, posisi Andriyan dan perempuan itu sangat dekat. Bahkan mereka berdua sedang duduk dengan intim di dalam kamar yang tertutup, siapa yang tidak salah paham dengan situasi mereka?“Van … Vanda--”“Maaf kalau aku mengganggu.” Devanda menarik kembali gagang pintunya dan menutup pintu kamar. Suatu rasa sakit dan sesak di dadanya menyeruak, sangat berbeda dengan logikanya yang berpikir bahwa akhirnya dia menemukan alasan untuk menceraikan Andriyan. Tapi mengapa perasaannya tidak seperti
Andriyan memperhatikan para tamu yang keluar dari rumah. Mereka memasuki mobil masing-masing, juga ada yang masih menunggu jemputan. Sepertinya Rasel, Mayja, dan Senorita sudah mengurus mereka semua dengan baik. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan lagi. Kalau ada satu saja berita yang menyebar mengenai kejadian hari ini, Andriyan tinggal menggerakkan timnya di bawah komando Rasel untuk membungkam.Berjalan kembali memasuki kamar, alis Andriyan terangkat kala melihat keadaan Devanda yang masih terbaring di atas ranjang tanpa ada perubahan sedikit pun sejak Andriyan keluar kamar. Apa perempuan ini benar-benar menurut untuk tetap diam di atas kasur tanpa bergerak?“Tumben kamu patuh. Aku kira kamu sudah bangun saat aku tiba,” ucap Andriyan yang berjalan mendekat.Devanda meletakkan kedua tangannya di atas perut sembari menatap langit-langit kamar. “Kamu kan tadi menyuruhkan diam di sini.”Andriyan menggar
Aku merasa seperti akan mati dan hancur berkeping-keping kalau kamu membenciku, tapi lihatlah betapa tidak terpengaruhnya kamu mengenai hal itu.Jadi sebenarnya kenapa kamu memilihku?Kenapa kamu tidak menjadi istri Jonathan saja waktu itu? Jonathan lebih baik dariku, bahkan dari segi reputasi, kekayaan, dan reputasi. Kamu lebih baik bersanding dengannya, tapi kenapa kamu memilihku, Devanda?Padahal kamu teramat jauh dariku sampai … aku tidak bisa bernapas.Andriyan menatap lurus Devanda yang hanya diam tanpa ada niatan menjawab pertanyaannya. Wajah Andriyan jadi kian mendekat hingga akhirnya kening Andriyan mendarat pada kening Devanda. Dalam jarak sedekat ini, jantung Devanda berpacu.“Kamu … bahkan tidak mencintaiku. Terkadang, rasanya seperti kamu terlahir hanya untuk menghantuiku, Devanda.”Lagi-lagi Devanda masih diam. Dia tid
Lantas muncul-lah kepingan-kepingan ingatan dari kehidupan pertama. Semua ingatan tentang bagaimana sosok Andriyan terus mewarnai dan memutari hidupnya. Andriyan di kehidupan pertama bagi Devanda sungguh indah. Dia merupakan pria yang sangat bisa diandalkan dan menjadi pelindung hidup Devanda.Tidak berhenti Devanda terkekeh melihat Andriyan yang terus memainkan gitarnya di taman mereka sambil memanggili namanya. Pria yang tidak takut dengan apa pun dan menjadi bagian dari keindahan melodi, itu yang terbenam dalam hati Devanda. Sampai akhirnya satu demi satu peristiwa terjadi yang membuat kecemasan dan ketakutan pada diri pria itu bermunculan.Orang-orang jahat yang tidak suka Andriyan dan Devanda bahagia berkeliling di sekitar mereka untuk bergantian memberikan racun mereka. Tubuh Devanda tiba-tiba tidak seperti normalnya. Dia terus sakit-sakitan dan hanya berdiam di kamar. Meski begitu Devanda selalu menginginkan anak dari Andriyan. Dia ingin melahirkan anak Andriyan padahal kondisi
Lantas muncul-lah kepingan-kepingan ingatan dari kehidupan pertama. Semua ingatan tentang bagaimana sosok Andriyan terus mewarnai dan memutari hidupnya. Andriyan di kehidupan pertama bagi Devanda sungguh indah. Dia merupakan pria yang sangat bisa diandalkan dan menjadi pelindung hidup Devanda.Tidak berhenti Devanda terkekeh melihat Andriyan yang terus memainkan gitarnya di taman mereka sambil memanggili namanya. Pria yang tidak takut dengan apa pun dan menjadi bagian dari keindahan melodi, itu yang terbenam dalam hati Devanda. Sampai akhirnya satu demi satu peristiwa terjadi yang membuat kecemasan dan ketakutan pada diri pria itu bermunculan.Orang-orang jahat yang tidak suka Andriyan dan Devanda bahagia berkeliling di sekitar mereka untuk bergantian memberikan racun mereka. Tubuh Devanda tiba-tiba tidak seperti normalnya. Dia terus sakit-sakitan dan hanya berdiam di kamar. Meski begitu Devanda selalu menginginkan anak dari Andriyan. Dia ingin melahirkan anak Andriyan padahal kondisi
“Senorita, dengarkan aku. Tolong jangan katakan apa pun, kepada siapa pun, kalau suatu saat kau tiba-tiba melihatku tidak sadarkan diri.”“Sa—saya tidak mungkin berani melakukan itu, Tuan! Nyonya … Nyonya harus tahu, kan?”Andriyan menggeleng. “Jangan! Jangan sampai dia tahu! Cukup pengawal saja agar mereka membawaku ke kamar tamu di ujung,” ucap Andriyan.“Tapi Tu … Tuan!” Senorita terkejut melihat tuannya tiba-tiba kehilangan kesadaran. Dia bingung dan panik atas apa yang harus dilakukan. Memanggil nyonyanya tidak mungkin karena Andriyan baru saja memberikan amanat untuk tidak bercerita pada siapa pun jika dirinya kehilangan kesadaran. Dengan panik, Senorita segera berlari keluar rumah untuk memanggil pengawal. “TUAN-TUAN! TOLONG SAYA!”Karena khawatir, para pengawal segera ikut masuk dan menyiapkan senjata mereka apabila memang terjadi bahaya, tapi ternyata yang mereka lihat adalah tuannya yang tergeletak di atas lantai. “Apa yang terjadi, Senorita?!” tanya mereka yang panik.“Ini
“Senorita, dengarkan aku. Tolong jangan katakan apa pun, kepada siapa pun, kalau suatu saat kau tiba-tiba melihatku tidak sadarkan diri.”“Sa—saya tidak mungkin berani melakukan itu, Tuan! Nyonya … Nyonya harus tahu, kan?”Andriyan menggeleng. “Jangan! Jangan sampai dia tahu! Cukup pengawal saja agar mereka membawaku ke kamar tamu di ujung,” ucap Andriyan.“Tapi Tu … Tuan!” Senorita terkejut melihat tuannya tiba-tiba kehilangan kesadaran. Dia bingung dan panik atas apa yang harus dilakukan. Memanggil nyonyanya tidak mungkin karena Andriyan baru saja memberikan amanat untuk tidak bercerita pada siapa pun jika dirinya kehilangan kesadaran. Dengan panik, Senorita segera berlari keluar rumah untuk memanggil pengawal. “TUAN-TUAN! TOLONG SAYA!”Karena khawatir, para pengawal segera ikut masuk dan menyiapkan senjata mereka apabila memang terjadi bahaya, tapi ternyata yang mereka lihat adalah tuannya yang tergeletak di atas lantai. “Apa yang terjadi, Senorita?!” tanya mereka yang panik.“Ini
“Senorita, dengarkan aku. Tolong jangan katakan apa pun, kepada siapa pun, kalau suatu saat kau tiba-tiba melihatku tidak sadarkan diri.”“Sa—saya tidak mungkin berani melakukan itu, Tuan! Nyonya … Nyonya harus tahu, kan?”Andriyan menggeleng. “Jangan! Jangan sampai dia tahu! Cukup pengawal saja agar mereka membawaku ke kamar tamu di ujung,” ucap Andriyan.“Tapi Tu … Tuan!” Senorita terkejut melihat tuannya tiba-tiba kehilangan kesadaran. Dia bingung dan panik atas apa yang harus dilakukan. Memanggil nyonyanya tidak mungkin karena Andriyan baru saja memberikan amanat untuk tidak bercerita pada siapa pun jika dirinya kehilangan kesadaran. Dengan panik, Senorita segera berlari keluar rumah untuk memanggil pengawal. “TUAN-TUAN! TOLONG SAYA!”Karena khawatir, para pengawal segera ikut masuk dan menyiapkan senjata mereka apabila memang terjadi bahaya, tapi ternyata yang mereka lihat adalah tuannya yang tergeletak di atas lantai. “Apa yang terjadi, Senorita?!” tanya mereka yang panik.“Ini
“Tidak! Kumohon! Kumohon jangan!” Mayja terus mencoba membuka ikatan tangannya. Dia tidak bisa mati begitu saja. Rasel pun memintanya untuk tetap hidup. Jadi Mayja tidak boleh mati.“Jika tak bersamaku lagi, ingat warna langit favoritku. Jika memang sudah tak berjalan seiring, jaga diri masing-masing. Jika tiba waktunya nanti, yang tak dipaksa yang kan terjadi. Walau memang sudah tak berjalan seiring, jaga diri masing-masing. Sampai bertemu di lain bumi … sampai bertemu di lain hari ….”Mendadak lagu itu terngiang di dalam telinga Mayja. Lagu ini adalah lagu yang Mayja dengar di dalam mimpinya ketika bertemu Rasel. Apa Rasel ada di sini? Apa Rasel akan membantunya? Pandangan Mayja terus mengedar, sedangkan langkah Sandy semakin maju untuk menjatuhkan mereka bersama.Air mata sudah berlinangan di pipi Mayja. Di saat begini dia paling merindukan Rasel yang tidak akan ragu untuk datang setiap dirinya berada dalam bahaya. Namun Mayja sama sekali tidak bisa menjaga dirinya sendiri. Ini bod
“Maafkan aku, tapi hasilnya menunjukkan adanya tumor di dalam otakmu, Andriyan. Tumor ini cukup besar dan sudah mencapai stadium akhir. Berdasarkan kondisi tumor yang sudah mencapai stadium akhir dan ukurannya yang cukup besar, prognosisnya memang tidak menggembirakan.”Akhir-akhir ini Andriyan lebih sering melamun jika tidak diajak bicara. Seolah ada banyak hal yang sedang dia pikirkan. Bio yang kini menggantikan posisi Rasel sebagai asisten pribadinya mulai menyadari beberapa keanehan itu.Ia pun meletakkan tangannya di bahu Andriyan. “Ada masalah, Tuan?”“Kapan kita bisa menemukan Sandy?” tanya Andriyan yang pandangannya sama sekali tidak beralih dan masih melamun.“Tuan!”Sontak Andriyan tersentak mendengar teriakan itu. Dia segera menoleh ke arah Bio dengan raut marah. “Kenapa kamu berteriak?!”“Saya hanya khawatir pada Anda yang akhir-akhir ini sering tidak fokus. Padahal baru beberapa waktu lalu saya melaporkan bahwa kami menerima kabar bahwa kini dia berada di Bali. Ada orang
“Takdir sedang berulang. Akan ada konsekuensi dibalik pengulangan peristiwa yang pernah terjadi sebelumnya.”Konsekuensi, tampaknya itu yang sedang Andriyan hadapi saat ini. Kejadian di kehidupan kali ini memang banyak mirip di kehidupan pertama, tapi bedanya Devanda yang diserang oleh penyakit mematikan. Entah mengapa rasanya Andriyan lebih tenang jika memikirkan bahwa orang yang diberi penyakit adalah Devanda, bukan dirinya. Sehingga Andriyan hanya perlu menemukan Sandy Gautama agar Devanda tidak lagi dalam bahaya.Tubuh Andriyan terjatuh lemas di bangku tunggu rumah sakit. Dari banyaknya orang yang berlalu-lalang, dia merasa seperti hanya dirinya yang memiliki waktu singkat dan terhenti di tempat. Dia tidak bisa memikirkan apa pun. Mengetahui kabar bahwa akan mati ternyata tidak terlalu menyenangkan saat memiliki seseorang yang berharga. Bukankah tangis Devanda akan begitu kencang berhari-hari setelah kepergiannya nanti?Berbagai hal indah yang masih ingin dibagikan Andriyan pada D
“Anak dan wanita? Kalau melihat dari situasi di sekitarnya, kemarin saat diperiksa Moana itu sedang hamil … hah?!” Devanda langsung menutup mulutnya. Tidak percaya jika apa yang dikatakan Andriyan waktu itu memiliki kemungkinan untuk benar. “Ti—tidak mungkin, kan?”Andriyan mengedikkan kedua bahunya sembari bersedekap dada. Sebenarnya dia mendatangi Jonathan atas permintaan istrinya itu. Padahal berbincang dengan pria itu terasa sangat menyebalkan. Meski Andriyan memang merasakan perubahan yang signifikan darinya.Di lain sisi, Devanda merasa tenang karena Jonathan di penjara. Sehingga ancaman terbesarnya dalam kehidupan ketiga ini bisa dia hindari sejauh-jauhnya. Satu-satunya masalah yang harus Devanda tuntaskan hanya tentang Sandy Gautama yang posisinya masih berkeliaran di luar sana. Kapan pun dia bisa mendatangi Mayja lagi. Itu sebabnya Devanda masih belum bisa merasa sepenuhnya tenang.“Siapa pun wanita dan anak yang Jonathan maksud, semoga saja dia baik-baik saja. Karena tidak a