Berkat bantuan Peter, akhirnya Devanda dapat menjauhi kerumunan pria yang berebut perhatiannya itu. Ternyata para karyawan Andriyan sangat aneh. Mereka memiliki obsesi berlebihan pada Devanda. Sebenarnya bagaimana Andriyan menceritakan dirinya kepada para karyawan?
“Saya pikir Anda sudah pergi mencari tuan,” ucap Peter yang melihat Devanda kembali dari lorong.
Sebenarnya Devanda baru saja dari kamar mandi untuk memperbaiki riasannya. “Ah, saya hanya merapikan diri sebentar. Ngomong-ngomong, saya bersyukur atas sambutan antusias para karyawan, tapi saya sedikit lelah. Terima kasih atas bantuannya barusan.”
Devanda memperhatikan sarung tangannya yang berwarna senada dengan gaun ungunya hari ini. Sarung tanganku terasa kotor setelah dicium belasan kali. Rasanya seperti aku adalah ibu mereka yang sedang mereka mintai restu, batin Devanda.
“Sepertinya rekan-rekan saya telah menyinggung Anda.
Devanda membulatkan matanya. Andriyan menyerangnya dengan tiba-tiba. Tangan pria itu menarik tengkuk leher Devanda agar pagutan mereka semakin dalam dan tangan yang lain menahan pinggang Devanda agar senantiasa dekat dengan tubuhnya. Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa pria ini kalap begitu saja?Berbeda dengan biasanya, pria itu lebih brutal. Atau biasanya dia memang selalu brutal? Seperti, sesuatu dalam diri Andriyan bangkit setiap merasakan hasrat pada Devanda. Lidahnya bergerak, merasakan seluruh lapisan lidah Devanda. Sembari memainkan lidah perempuan itu, dia melepas kaitan rambut perempuan itu hingga rambutnya berubah terurai. Rambut cantiknya jadi bergerak bebas mengikuti arah angin.Orang gila ini benar-benar tidak memberiku celah! batin Devanda yang sudah berusaha mendorong Andriyan.Tubuh Devanda semakin mundur dan menghimpit dinding di belakangnya. Padahal dia merasa gebrakannya keras, tapi punggungnya tidak me
Keesokan harinya, Devanda dan Andriyan sudah kembali pada aktivitas masing-masing. Andriyan yang bekerja dan Devanda yang mengurus beberapa permasalahan rumah tangga. Seperti saat ini Devanda sedang merekap dana yang keluar masuk bulan ini. Dia harus mengatur dengan benar uang Andriyan agar dapat membagi rata gaji para pelayan dan kebutuhan rumah.Kali ini Mayja tidak membantu karena ada perintah yang harus dia selesaikan dari Devanda. Di tengah menghitung anggaran, pintu ruang perpustakaan dibuka dari luar. Devanda mendongak, melihat suaminya berjalan masuk dengan ekspresi datar.“Iyan?” Devanda menaikkan kacamatanya lagi untuk melihat jelas apakah yang ada di depannya sungguh sang suami. “Kenapa jam segini sudah pulang? Apa ada yang tertinggal?”Tidak biasanya dia melihat Andriyan kembali siang hari setelah berangkat kerja. Mungkin pernah kalau Devanda sakit, tapi saat ini tidak ada yang sakit dan tidak ad
“Apa kamu pikir aku berencana melarikan dengan laki-laki yang pernah kupacari?”Dunia Andriyan terasa berhenti. Saat ini satu-satunya yang bisa dia rasakan dari indranya hanyalah Devanda. “Kamu … ingin melarikan diri?”Devanda mengubah ekspresinya menjadi lebih serius, tatapannya pun tampak dingin seperti saat perempuan itu menunjuk Andriyan di awal pertemuan mereka. “Untuk apa aku harus melakukan hal yang tidak berguna begitu? Kalau aku benar-benar ingin pergi, aku kan cukup menceraikanmu secara legal dan semuanya selesai. Untuk apa aku membuang-buang waktuku?”Devanda membalik tubuhnya, membereskan dokumen-dokumen yang terbuka di atas mejanya. “Kalau ada sesuatu yang ingin kamu katakan, katakan saja. Kamu ingin bertanya padaku tentang apakah aku akan menceraikanmu dan menikah lagi dengan kekasih masa laluku yang ada dalam bayanganmu ini, kan?”“Tidak. Itu tidak--
“Seperti yang Anda tahu, Nona. Saya selalu berharap Anda bahagia, sungguh.”“Memangnya apa yang membuatku bahagia?” tanya Devanda, menguji kemampuan Mayja dalam memahami dirinya. Sebab dari tadi wanita itu terus saja mengunggul-unggulkan Andriyan.“Saya bukan seorang peramal yang bisa menerawang keinginan dan kebutuhan manusia, sekali pun saya sangat dekat dengannya dan selalu berada di sisinya. Tapi, Nona, saya sering melihat Anda tersenyum selama tinggal di sini. Itulah mengapa saya senang melihat Anda berdua bersama karena tuan dapat membuat Anda tersenyum.” Mayja mengatakannya dengan sangat antusias karena sebagai seseorang yang selalu berada di sisi Devanda, baru kali ini perempuan itu seperti lebih bebas dan menjalani hidup menjadi dirinya tanpa terbeban apa pun. “Maka dari itu, saya dengan tulus berharap Anda akan selalu bersama dengan beliau, Nona. Harapan terbesar saya adalah agar Anda bi
Di dalam sisi redup kalam, hampa bersua dengan duka lara. Kendati hampa tercipta, panggil namaku, relung hati terdalam. Gemintang menari di keheningan, mendalami setiap langkah haru. Meski hening terasa, aku di sana, menganyam doa di gulita angkasa. Jauh di lipatan jalan yang tak terjangkau, terbaca tiap jejak yang kau pijak. Garis ketulusan memayungi langit, dan sapaan doa, menjelma pada titian rindu.Bila beban hidup mencengkram, tak ragu untuk memanggil senandung. Walau rentang waktu memisahkan, sisi batin bersatu mendukungmu.Pura-pura kukuh adalah dramatisasi. Ijinkanku menyaksikan kerapuhan hati, sebab di sana tersembunyi keberanian abadi.Bukan rambut yang kau susuri sendiri, biarkanlah jemari ini menjelma penuntun. Agar tak terlunta-lunta dalam kesendirian, walau malam menghujam kegelapan.Mayja mengusap ibu jarinya pada secarik kertas yang tadi di
Andriyan berjalan menyusuri lorong rumahnya menuju ruang perpustakaan. Di tengah jalan dia bertemu dengan Senorita yang hendak menyapa tapi segera Andriyan memberikan isyarat agar perempuan itu tidak membuka suara. Andriyan tidak ingin mengganggu pertemuan Devanda dengan menyadari keberadaannya di tempat itu. Pasti para tamu akan merasa segan dan canggung kalau Andriyan datang. Tujuannya menghampiri ruangan ini hanya untuk mengintip sebentar istrinya karena tidak dapat menghilangkan rasa rindu yang meluap-luap.Andriyan menempelkan telinganya di pintu, terdengar suara beberapa orang di dalamnya. Lantas ia pun menggerakkan knop pintu dan membukanya sedikit. Syukurlah tidak ada yang menyadari suara pintu karena pusat perhatian mereka tertuju pada Devanda yang asik bercerita. Tawa Devanda yang jarang bisa Andriyan lihat akhirnya bisa ia lihat. Kesempatan ini sangat langka, sehingga Andriyan ingin menikmatinya. Perempuan itu benar-benar sangat canti
Manusia selalu memiliki insting kuat terhadap sesuatu yang diartikan sebagai miliknya. Tidak mungkin dia ingin membagikannya kepada orang lain jika memang dianggap berharga. Lantas bagaimana jika seseorang tidak menyadari sesuatu itu sangat berharga ketika dia memilikinya?Tubuh Devanda membeku di tempat. Tidak hanya terkejut, dia juga sedang berusaha mencerna situasi yang terjadi di dalam kamarnya. Dilihat dari interaksinya, posisi Andriyan dan perempuan itu sangat dekat. Bahkan mereka berdua sedang duduk dengan intim di dalam kamar yang tertutup, siapa yang tidak salah paham dengan situasi mereka?“Van … Vanda--”“Maaf kalau aku mengganggu.” Devanda menarik kembali gagang pintunya dan menutup pintu kamar. Suatu rasa sakit dan sesak di dadanya menyeruak, sangat berbeda dengan logikanya yang berpikir bahwa akhirnya dia menemukan alasan untuk menceraikan Andriyan. Tapi mengapa perasaannya tidak seperti
Andriyan memperhatikan para tamu yang keluar dari rumah. Mereka memasuki mobil masing-masing, juga ada yang masih menunggu jemputan. Sepertinya Rasel, Mayja, dan Senorita sudah mengurus mereka semua dengan baik. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan lagi. Kalau ada satu saja berita yang menyebar mengenai kejadian hari ini, Andriyan tinggal menggerakkan timnya di bawah komando Rasel untuk membungkam.Berjalan kembali memasuki kamar, alis Andriyan terangkat kala melihat keadaan Devanda yang masih terbaring di atas ranjang tanpa ada perubahan sedikit pun sejak Andriyan keluar kamar. Apa perempuan ini benar-benar menurut untuk tetap diam di atas kasur tanpa bergerak?“Tumben kamu patuh. Aku kira kamu sudah bangun saat aku tiba,” ucap Andriyan yang berjalan mendekat.Devanda meletakkan kedua tangannya di atas perut sembari menatap langit-langit kamar. “Kamu kan tadi menyuruhkan diam di sini.”Andriyan menggar