Memata-mataiku adalah hal di luar batas, tapi tidak ada yang bisa kulakukan pada perempuan itu.
Menyentuh Mayja hanya akan menciptakan masalah dengan Devanda, dia tidak ingin membuat keributan dengan wanita itu. Untuk saat ini dia biarkan saja. Jujur saja kalau Andriyan lebih suka Devanda marah dan cemburu secara langsung daripada dibuntuti begini. Dia jadi berasa sudah melakukan kesalahan fatal yang membuatnya harus diawasi.
Tapi memang tidak bisa disembunyikan bahwa Andriyan sedikit merasa senang dengan situasi ini. Dia jadi lebih bersemangat karena menyadari bahwa istrinya memperhatikan dirinya.
***
Sementara Mayja sedang melakukan tugasnya, Devanda ingin sedikit berjalan-jalan dan merenung sendirian. Dia turun dari mobil dan mulai menyusuri jalanan kota. Pandangannya mengedar pada kaca-kaca toko yang menampilkan produk yang sedang mereka jual. Salah satu yang menarik perhatian Devanda adalah toko emas yang saat ini berhadapan dengan jalan ra
Di meja makan malam, Andriyan terus menatap Devanda yang tidak mengeluarkan suara sedikit pun. Pandangan matanya menunduk, hanya fokus menghabiskan makanannya. Dia tidak seperti biasanya yang masih bisa diajak bicara. Bahkan sepertinya tadi Andriyan sempat mengatakan sesuatu, tapi Devanda tidak bereaksi seperti sedang fokus dengan pikirannya sendiri.Hanya dentingan sendok dan piring yang kini memenuhi ruangan ini. Tidak sekali Andriyan memperhatikan ke arah Devanda dengan penuh tanya. Mengenai apa alasan perempuan itu mulai mengawasinya dan mengapa seharian ini dia hanya diam saja. Padahal Andriyan rasa, dia tidak melakukan apa pun yang membuat Devanda harus kecewa. Andriyan hanya bekerja dan fokus menyelesaikan beberapa urusannya. Apakah ada sesuatu yang belum Andriyan ketahui?“Vanda,” panggil Andriyan akhirnya.Devanda masih fokus makan, seolah suara Andriyan sama sekali tidak terdengar. Atau Devanda yang sengaja mengabaikan panggilannya?“Devanda Kus
“Cincin?”Apa yang dikatakan supir itu benar. Jika memang Devanda menginginkannya, mengapa ia tidak membelinya? Bahkan jika itu berharga semahal satu toko emas itu, kekayaan Andriyan lebih dari mampu untuk membelinya. Devanda sangat tahu hal itu, tapi kenapa?“Tolong cari tahu. Cincin apa itu dan mengapa Devanda tidak membelinya. Kamu mengerti?”Supir tersebut mengangguk patuh. “Baik, Tuan.”Meski dia tidak tau apa yang sedang ada di dalam benak istrinya hingga sekarang, tapi setidaknya dia harus tau apa yang terjadi pada istrinya sampai suasana hatinya memburuk seharian.***“Selamat datang, tapi maaf kami belum buk--” Suara karyawan toko emas itu terhenti ketika melihat Devanda datang dengan wajah pucat dan napas yang terengah-engah di pagi buta. Bahkan toko emas belum buka karena ini bukan jam operasi dan dia masih akan bersih-bersih dulu.Namun Devanda datang seperti baru berlarian dari rumah ke toko emas ini. Dia bahkan sendirian
Aku seperti hidup sebagai pion permainan takdir. Apakah aku semenarik itu dan semenyenangkan itu untuk dipermainkan? Apakah Tuhan begitu senang melihat penderitaanku? Lantas, mengapa rantai penderitaan terus bersambung dari dulu hingga sekarang? Kesalahan apa yang telah Devanda perbuat hingga dia disebut layak untuk mendapat hukuman Tuhan?Satu-satunya kesamaan antara kehidupan pertama dan kedua adalah keberanian untuk bunuh diri. Tidak peduli seberapa keras Devanda memikirkannya, dia masih belum juga menemukan alasan di bagian mana kah dari perbuatannya yang membuat waktu kembali terulang jauh sebelum penderitaan itu terjadi?Dan kini bukan hanya kematiannya yang sama, melainkan cincin itu.“Mayja, tinggalkan aku sebentar.”“Tapi Nona, kondisi Anda--”“Kumohon, May. Aku baik-baik saja. Tinggalkan aku sendirian.”Devanda menunduk sembari menutup wajahnya. Melihat atasannya menderita benar-benar membuat Mayja ikut ke
“Ini bukan kesalahan dokter itu, bahkan dokter terbaik di ibukota tidak akan bisa memberikan Nona Devanda diagnose yang tepat,” ucap Mayja yang membuat Andriyan mendongak. Di sebelah Mayja ada Rasel berdiri di sebelahnya. Entahlah, Andriyan tidak bisa berpikir jernih sekarang. Dia bisa saja memarahi siapa pun yang mengajaknya bicara jika itu bukan tentang Devanda.“Selama ini kamu tau kondisi Devanda tapi kamu membiarkannya begitu saja? Kamu bahkan tidak mengatakan apa pun padaku yang merupakan suaminya,” kata Andriyan.Mayja memperhatikan Devanda yang masih terbaring lemah. Dia tidak peduli dengan apa pun hal buruk yang hendak Andriyan sampaikan. Posisinya di sini adalah sebagai asisten Devanda yang dari awal hingga akhir akan selalu patuh dan berada di sisi perempuan itu.“Saya tidak pernah merasa nikmat melihat atasan saya sakit. Bahkan jika itu berkaitan dengan perlakuan Anda pada beliau. Saya melakukan semua hal yang memang beliau perlukan. Sa
Ini pertama kalinya aku melihat Andriyan seperti ini. Sepertinya dia benar-benar serius dengan ucapannya padaku, pikir Devanda.“Bukankah kamu harus pergi? Turun saja ke bawah dan ambil sarapannya sendiri. Lagipula, bukannya kamu mau keluar? Kamu kan harus kerja.”Andriyan tidak menjawab, dia tampak menatap Devanda serius seolah mengatakan apakah perempuan itu serius dengan ucapannya barusan.Devanda pun menghela napas berat. “Ini bukan masalah besar, Iyan. Aku tidak tau apa yang Mayja katakan padamu selama aku tidak sadar, tapi ini memang sudah terjadi beberapa kali sebelumnya. Itu terjadi beberapa tahun lalu, setelahnya, aku tidak pernah mengalami kejadian seperti itu lagi. Aku bahkan tidak tau kalau Mayja masih menyimpan obat dan membawanya ke mana-mana. Padahal kejadian seperti ini tidak pernah terjadi selama beberapa tahun terakhir. Aku diberitahu bahwa aku sudah sembuh total.”“Vanda, kalau Mayja tidak ada di sini kemari
“Baris ini dan baris pertama itu.”Andriyan menunjuk hampir seluruh isi etalase perhiasan di toko emas terkenal kota.“Saya beli semuanya,” ucap Andriyan.“HAH?!” ucap seluruh karyawan toko bersamaan.“Aku serius.”Mungkin setelah ini akan gempar rumor dan berita bahwa ada orang kaya gila yang memborong isi toko emas. Sembari menyiapkan untuk membungkus perhiasan-perhiasan yang Andriyan beli, karyawan tersebut bertanya, “Tapi, Tuan, apakah memang boleh membeli seperti ini? Maksud saya, mungkin saja orang yang akan menerima hadiah lebih suka perhiasan berwarna.”Kalau dipikir-pikir, sejak menikahi Devanda aku tidak pernah tau apa yang dia suka. Belum lama ini, aku aku tidak pernah mengira kalau Devanda akan tertarik pada perhiasan.Andriyan jadi merasa bersalah karena telah menjadi suami yang buruk untuk sang istri. Meski pun Devanda sama sekali tidak peduli dengan kemewahan, tapi bukankah seharusnya ia tau apa y
Pagi ini seluruh pelayan kediaman Andriyan Prakarsastra berbondong-bondong memindahkan barang yang baru saja Andriyan beli. Devanda yang mendengar keributan itu tentu langsung berjalan keluar dari kamarnya dan turun ke lantai bawah. Di sana dia bersedekap dada dan memperhatikan barang-barang itu dipindahkan. Ternyata saat dibuka, itu adalah perhiasan-perhiasan yang dibelikan Andriyan untuk Devanda.“Astaga, kenapa membeli begitu banyak? Ini tidak berguna.”Mayja yang baru datang langsung menyapukan pandangannya. Tidak biasa rumah seberisik ini. Apakah akan ada acara? Tapi kenapa nonanya tidak mengatakan apa pun padanya?“Mayja, kamu sudah datang,” ucap Devanda. Mayja pun berlari mendekati nonanya. “Bagaimana? Apa kamu sudah mengantar Daffa ke bandara dengan aman?”Mayja mengangguk. “Ya, Nona. Dia mungkin akan sampai di ibukota nanti malam,” kata Mayja. Karena Daffa harus segera masuk sekolah, maka dari itu Devanda segera menendangnya untuk k
“Ini malam yang sangat menarik,” ucap Andriyan sembari terus berjalan dan menggendong Devanda.Lama-lama Devanda jadi merasa nyaman saja berada dalam gendongan Andriyan. Ia pun terus menyapukan pandangannya ke sekitar. “Aku baru tau bentuk tempat ini hari ini.”“Tentu saja kamu tidak tau karena kamu jarang berkeliling ke belakang rumah,” kata Andriyan.“Aku berharap aku tau sebelumnya,” kata Devanda dengan tatapan yang mulai sendu.“Di sini?”Devanda mengangguk. “Ya, mungkin aku bisa lebih sering datang ke sini selama aku tinggal di Bali.”“Kamu terdengar seperti mau pergi ke suatu tempat,” kata Andriyan yang tidak nyaman dengan kata-kata Devanda.Devanda baru menyadari beberapa perkataannya barusan. Ini memang terdengar menyedihkan, tapi Andriyan adalah suami yang baik. Mungkin dibandingkan ketiga kehidupan yang Devanda jalani, Andriyan akan selalu menjadi urutan teratas. Tapi yang pasti, posisi ini tidak akan selamanya