“Baris ini dan baris pertama itu.”
Andriyan menunjuk hampir seluruh isi etalase perhiasan di toko emas terkenal kota.
“Saya beli semuanya,” ucap Andriyan.
“HAH?!” ucap seluruh karyawan toko bersamaan.
“Aku serius.”
Mungkin setelah ini akan gempar rumor dan berita bahwa ada orang kaya gila yang memborong isi toko emas. Sembari menyiapkan untuk membungkus perhiasan-perhiasan yang Andriyan beli, karyawan tersebut bertanya, “Tapi, Tuan, apakah memang boleh membeli seperti ini? Maksud saya, mungkin saja orang yang akan menerima hadiah lebih suka perhiasan berwarna.”
Kalau dipikir-pikir, sejak menikahi Devanda aku tidak pernah tau apa yang dia suka. Belum lama ini, aku aku tidak pernah mengira kalau Devanda akan tertarik pada perhiasan.
Andriyan jadi merasa bersalah karena telah menjadi suami yang buruk untuk sang istri. Meski pun Devanda sama sekali tidak peduli dengan kemewahan, tapi bukankah seharusnya ia tau apa y
Pagi ini seluruh pelayan kediaman Andriyan Prakarsastra berbondong-bondong memindahkan barang yang baru saja Andriyan beli. Devanda yang mendengar keributan itu tentu langsung berjalan keluar dari kamarnya dan turun ke lantai bawah. Di sana dia bersedekap dada dan memperhatikan barang-barang itu dipindahkan. Ternyata saat dibuka, itu adalah perhiasan-perhiasan yang dibelikan Andriyan untuk Devanda.“Astaga, kenapa membeli begitu banyak? Ini tidak berguna.”Mayja yang baru datang langsung menyapukan pandangannya. Tidak biasa rumah seberisik ini. Apakah akan ada acara? Tapi kenapa nonanya tidak mengatakan apa pun padanya?“Mayja, kamu sudah datang,” ucap Devanda. Mayja pun berlari mendekati nonanya. “Bagaimana? Apa kamu sudah mengantar Daffa ke bandara dengan aman?”Mayja mengangguk. “Ya, Nona. Dia mungkin akan sampai di ibukota nanti malam,” kata Mayja. Karena Daffa harus segera masuk sekolah, maka dari itu Devanda segera menendangnya untuk k
“Ini malam yang sangat menarik,” ucap Andriyan sembari terus berjalan dan menggendong Devanda.Lama-lama Devanda jadi merasa nyaman saja berada dalam gendongan Andriyan. Ia pun terus menyapukan pandangannya ke sekitar. “Aku baru tau bentuk tempat ini hari ini.”“Tentu saja kamu tidak tau karena kamu jarang berkeliling ke belakang rumah,” kata Andriyan.“Aku berharap aku tau sebelumnya,” kata Devanda dengan tatapan yang mulai sendu.“Di sini?”Devanda mengangguk. “Ya, mungkin aku bisa lebih sering datang ke sini selama aku tinggal di Bali.”“Kamu terdengar seperti mau pergi ke suatu tempat,” kata Andriyan yang tidak nyaman dengan kata-kata Devanda.Devanda baru menyadari beberapa perkataannya barusan. Ini memang terdengar menyedihkan, tapi Andriyan adalah suami yang baik. Mungkin dibandingkan ketiga kehidupan yang Devanda jalani, Andriyan akan selalu menjadi urutan teratas. Tapi yang pasti, posisi ini tidak akan selamanya
Rasel mengurut pangkal hidungnya karena mulai kembali pusing. Padahal sudah beberapa hari kondisinya membaik karena Senja sedang dalam minggu ujian sehingga tidak berulah. Namun, karena beberapa hal yang terjadi pada keluarga Andriyan baru-baru ini, jadi ada beberapa hal yang perlu Rasel bereskan.Selain urusan di kantor, dia juga harus menyelesaikan urusan pribadi Andriyan sebagai asistennya. Pria yang dikirim untuk mencari tahu mengenai penyakit yang dialami Devanda selama di ibukota akhirnya tiba. Dia hendak menyampaikan laporan hasil dari penyelidikannya.“Tidak ada yang mau bicara, Pak. Semua orang bungkam seolah memang benar-benar tidak pernah terjadi apa pun pada beliau,” ucapnya.Rasel yang sebelumnya akan menandatangani salah satu laporan, langsung terhenti. Dia kembali mendongak untuk memastikan apa yang baru saja dia dengar. “Kekuatan keluarga konglomerat memang besar. Beliau juga satu-satunya putri sulung yang dijaga. Apa kamu tidak bis
“Cucu cantikku.”Isak tangis Devanda pecah seketika. Dia tidak menyangka akan bertemu sang nenek dalam keadaan masih bernapas di kehidupan ketiga ini. Padahal seingatnya di kehidupan pertama dan kedua, sang nenek sudah tiada saat dirinya berusia 7 tahun. Lantas bagaimana bisa sang nenek masih hidup di kehidupan ketiga?“Nenek ….”“Iya, nenek tau. Pasti ada banyak ternyataan yang ingin kamu sampaikan.”Danica memberikan kode kepada pegawai kafe untuk menyiapkan menu sesuai yang ia pesan. Sebagai nenek jelas dia tau selera cucunya. Karena masih tidak percaya dengan apa yang ia lihat, Devanda terus memperhatikan Danica tanpa beralih sedikit pun.“Nenek, bagaimana bisa?”“Sebelum membahas nenek, nenek ingin membahas kamu.” Danica menangkup sebelah pipi Devanda, kemudian mengusapnya dengan ibu jari. “Pasti berat ya harus menjalani tiga kehidupan berturut-turut.”Tubuh Devanda membeku di tempat. Tidak hanya hidup kembali di ke
“Sekali lagi aku bertanya, apa ada sesuatu antara kamu dan Rasel?”Mayja yang sebelumnya menatap Devanda dengan serius jadi ikut terkekeh karena perempuan itu menggodanya. “Tidak ada seperti itu, Nona. Saya dan Rasel hanya rekan kerja.”“Benarkah? Hanya rekan kerja? Sungguh?” Devanda menaik-turunkan alisnya karena merasa tidak yakin jika tidak ada hubungan spesial antara Mayja dan Rasel.Keduanya tertawa, tapi memang tidak ada kebohongan dari Mayja. Di awal mungkin dia sedikit tertarik pada Rasel, tapi hanya itu. Tidak lebih, karena dia sadar bahwa keduanya mungkin hanya cocok dan dapat menjadi dua individu yang berbaur jika dalam konteks rekan kerja saja.“Benar. Saya dan Rasel hanya cocok sebagai rekan kerja.” Mayja mengalihkan pandangannya. Dia teringat beberapa hal baik tentang Rasel. Dari segala permasalahan hidup yang dia punya, sepertinya Rasel tidak cocok berada di sana. Untuk itu Mayja berpikir bahwa Rasel lebih baik bertemu perempu
Rasel tidak mengerti di mana titik salahnya sampai Mayja tampak kesal padanya. Bukankah wajar bagi kita untuk menghormati orang tua? Tidak semua orang beruntung masih memiliki orang tua seperti Mayja. Apa benar kalau memang Mayja yang sedang membangkang kepada orang tuanya?“Mayja, aku hanya ingin membantumu.”“Kamu tidak membantu apa pun!”Mayja pergi, meninggalkan mereka semua karena darahnya sudah naik sampai kepala. Di dapur, dia segera membuka kulkas dan mengambil air dingin untuk diminum. Di sanalah dia bertemu Andriyan yang sedang berniat mengambilkan Devanda beberapa buah-buahan.“Mereka keluargamu, Mayja?”Mayja meminum air di gelasnya dengan penuh amarah. “Saya tak pernah menganggap mereka keluarga lagi dan di mata mereka saya hanyalah alat.”Andriyan mengerti akan situasi itu, sangat mengerti. Di dalam keluarga besar Prakarsastra, kebanyakan cucu-cucunya juga merupakan alat persaingan untuk menuju po
“Are you okay?” Satu pertanyaan itu langsung diterima Mayja ketika mendatangi kamar Devanda. Karena sudah mengenalnya sejak lama, jelas Devanda tau apa saja yang sudah terjadi pada keluarga Mayja dan segala permasalahannya. Tidak hanya sebagai asistennya, Mayja sudah seperti teman dekat Devanda yang saling membantu dan menguatkan satu sama lain.“Mungkin dalam waktu dekat Anda akan datang ke pernikahan saya,” ucap Mayja diiringi kekehan sembari mulai menyisiri rambut Devanda.“APA? Tapi kenapa? Jodohmu kan--”“Jodoh saya kenapa?”Hampir saja Devanda keceplosan mengatakan siapa pria yang seharusnya menikah dengan Mayja di masa depan.Sepulang dari pekerjaannya, Sandy sudah menunggu di depan kediaman Andriyan seperti yang sudah ia janjikan. Mayja menghela napas berat karena dia harus mempersiapkan diri untuk berinteraksi dengan pria yang sama sekali tidak dia inginkan kehadirannya
Devanda terdiam. Dia seperti benar-benar tercerahkan oleh setiap kalimat Senorita. Sepertinya dia harus mempertahankan pelayan itu. Jadi setiap ada hal yang kurang Devanda pahami mengenai kehidupan ketiga ini, dia akan menanyakannya kepada Senorita. Sehingga tidak akan terlalu putus asa dengan keputusan Tuhan.Hah … aku tidak percaya bahwa perkataan Senorita hari ini benar-benar membuatku kepikiran. Andriyan berubah? Itu tidak mungkin, kan? Apalagi aku juga masih ingat dulu dia bilang kalau akan setia jika memiliki istri. Apa keputusanku untuk memilih Andriyan salah?Andriyan baru saja masuk kamar. Hal pertama yang dia perhatikan pastilah sang istri yang tampak banyak pikiran. “Apa yang sedang kamu pikirkan?”Devanda langsung menghela napas berat. Bagaimana mungkin dia bisa tidak terbiasa jika setiap hari melihat pria ini dalam kamar yang sama? Tidak bisakah mereka pisah kamar atau mela