Beranda / Pernikahan / ONE DAY IN MY LIFE / bab 11 Kunjungan Gael

Share

bab 11 Kunjungan Gael

Penulis: Idry2ni
last update Terakhir Diperbarui: 2024-06-14 22:03:34

Gael tengah bersiap-siap untuk pergi ke Apartemen yang menjadi tempat tinggal Shella yang baru. Sebagai seorang sahabat tentu ia senang menyadari kenyataan bahwa Shella telah menikah walaupun hanya pernikahan kontrak.

"Apa ini sudah cukup sebagai hadiah pernikahan? Apa aku sedikit berlebihan?" Gael membuka bagasinya yang penuh dengan berbagai macam hadiah. Mungkin saja Shella akan mengatakan jika dirinya berlebihan.

Di Apartemen

Aku dan Max tengah duduk di ruang tamu seraya membicarakan beberapa hal yang berkaitan dengan pembagian tugas. Akhirnya suara bel membaut aku dan Max saling beradu pandang sebelum akhirnya Max bangkit dan memeriksa.

Apakah Elisa sudah mulai bertindak lagi? Max tidak berharap jika yang bertamu adalah Elisa. Saat membuka pintu ia lantas mengenali siapa tamu yang datang. "Kau..."

Gael tersenyum. "Di mana Shella?"

Max menatap barang-barang yang dibawa oleh Gael yang cukup menyita perhatiannya. "Masuklah..."

Aku akhirnya bangkit dan tersenyum puas saat melihat Gael yang menjadi tamunya. "Apa ini semacam kejutan?" Aku menerima beberapa barang yang sudah dibawa oleh Gael dan beberapa barang lain yang dibawa Max masuk, cukup banyak.

"Apa kau hanya menerima hadiahnya dan tidak berniat memeluk ku?" Gael merentangkan kedua tangannya.

Dengan erat aku memeluk Gael. "Kau terlalu berlebihan."

Gael pun membalas pelukan Shella. "Aku sudah menduga perkataan itu akan terucap oleh mu."

Sadar jika Max tidak dibutuhkan dalam situasi ini ia pergi ke kamar.

Aku dan Shella tertawa melihat tingkah Max.

"Duduklah aku akan membuatkan mu kopi," ucapku namun Gael tiba-tiba menahan ku.

"Tidak perlu melakukannya kita bisa memesan makanan. Duduklah bersama ku di sini, ceritakan apa yang telah terjadi selama pernikahan kontrak mu?"

Aku dengan antusias menceritakan semua yang terjadi pada Gael tanpa ada yang terlewat.

Seperti biasanya Gael mendengarkan cerita Shella dengan penuh semangat. Ada satu titik di mana ia merasa sedikit tidak percaya pada cerita Shella tentang Alex. Karena yang ia tahu Alex seseorang yang sangat baik walaupun kebaikan Alex hanya tertuju pada Shella.

"Dan aku sangat merasa bersalah pada Alex."

"Untuk apa? Kau tidak melakukan kesalahan Shella. Yang harus dipertanyakan adalah perilaku Alex. Akan tetapi tiba-tiba aku teringat seseorang karena ceritamu," ucap Gael.

"Seseorang?"

"Benar. Maksudku Elisa, Wanita yang terobsesi dengan Max," ucap Gael.

"Kau tahu Gael setelah kejadian di pernikahan itu, aku tidak pernah melihat Elisa begitupun dengan Max. Aku mungkin seharusnya merasa senang karena dia tidak akan berbuat yang tidak-tidak. Tetapi..."

"Apa yang kau khawatirkan. Itu berita bagus... Jadi menurutmu..." Gael merasa ada hal tersembunyi di sisi AC, pasalnya ia melihat sedikit cahaya dari sana.

"Ada apa?" Aku ikut menatap kearah Gael menatap yaitu AC. "Kau menyukai AC nya?"

Gael tersenyum dan menggeleng. "Tidak... Aku bisa membeli sepuluh jika aku mau."

Aku memasang wajah malas. "Benar! Aku tahu itu Nona Gael."

Di Rumah Lain

Elisa merasa terganggu dengan adanya seseorang yang tiba-tiba datang ke Apartemen Max. Ia sudah sangat membenci Shella dan sekarang wanita bernama Gael?

"Hahaha... Hahaha..." Elisa memutar kursinya dan menarik secarik kertas. Andai ia tidak meminta bantuan seorang teknisi AC untuk memasang CCTV di tiga tempat yaitu ruang tamu, kamar mandi Max dan kamar tidur Max mungkin ia tidak akan mengetahui hal-hal ini.

Dan tahukah apa yang membuat Elisa kian menikmati pengintaian ini? Sebuah rahasia. Rahasia dibalik terjadinya pernikahan mereka. Elisa menulis beberapa patah kata dengan begitu hati-hati. "Sebuah pernikahan kontrak yang terjadi, karena mantan kekasih ku ingin aku menjauh... Mungkin itu cocok untuk bahan ceritaku nantinya. Hahaha... Hahaha... Mereka benar-benar bodoh!"

Di Apartemen

Aku dan Max mengantarkan kepergian Gael lalu kembali ke Apartemen. Saat tiba, Max berniat masuk ke kamarnya namun aku tiba-tiba menahannya. Untuk kali ini aku tidak menahan kepergiannya seperti yang terakhir kali yaitu dengan mencekam tangannya. "Tunggu Max. Boleh aku bertanya?"

Max membalikkan badan dengan memutar kakinya tanpa melepas tangannya yang berada di saku celana. "Apa?"

"Apakah kau... Bertemu Elisa akhir-akhir ini?" tanyaku. Awalnya aku tidak berniat menanyakan hal itu melainkan ke arah yang lebih privasi namun aku tidak tiba-tiba berani menanyakannya.

Max memutar bola matanya berusaha untuk mengingat kemudian ia menyeringai. "Apa kau pernah melihatku keluar dari Apartemen ini?"

Wajahku merona karena seringai senyum Max yang begitu jelas terlihat. "Ah... Haha... Benar, haha... maaf..." Apa aku justru terlihat bodoh karena tertawa canggung?

Max memajukan kepalanya hingga ia akhirnya bisa menatap Shella lebih dekat. "Kau... Kau terlihat..." Max kian menatap lebih dekat untuk melihat guratan rona di wajah Shella sebelum akhirnya kembali ke posisi semula. "Bukankah itu rona wajah? Dari yang aku tahu jika Wanita tiba-tiba merona di depan seorang Pria itu artinya dia menyukainya. Apa itu argumen yang bisa aku percaya?"

Aku tidak bereaksi dan justru diam seolah tidak peduli namun sepertinya perkataan Max justru membawa dampak buruk terhadap jantung ku.

"Hahaha... Aku rasa itu benar... Hahaha..." Max pergi ke kamarnya dengan iringan tawa.

"ke mana perginya diriku yang asli? Mengapa aku hanya diam seperti orang yang menyetujui pernyataan Max? Ah... Memalukan." Aku pun akhirnya ikut kembali, ke kamar ku.

Tangan Elisa terkepal erat melihat adegan mereka yang tidak terlihat seperti menjalin pernikahan kontrak melainkan pasangan sesungguhnya. "Max apa kau sungguh-sungguh menyukai Wanita itu? Tidak..." Elisa menyentuh layar CCTV dan mengusap wajah Max. "Kau milikku... Milikku..." Ia memperlakukan Max yang berada di layar CCTV tersebut seperti layaknya Max di dunianya.

Di Kediaman Gael

Akhirnya Gael tiba di rumahnya dengan selamat dan ketika ingin membuka pintu, ia teringat sebuah momen ketika Shella dan Max pada saat itu berada dirumahnya dan tiba-tiba bel berbunyi hingga membuat ia harus membuka pintu. "Ayolah... Mengapa aku mengingat hal buruk itu lagi... Aku sudah berniat untuk tidak takut apa pun jadi-" Gael seketika membeku ketika ia akan masuk sebuah tangan menahan pintunya. "Si... Siapa..." Ia memberanikan diri untuk bertanya dan seorang wanita muncul pun muncul.

"Maaf mengganggu malam-malam. Apakah ini kucing milikmu atau bukan?"

Gael langsung mengambil kucing miliknya yang berada di gendongan wanita itu. Entah mengapa kucingnya bisa keluar dari rumah.

"Baiklah aku telah menemukan pemiliknya jadi aku akan pergi permisi..." ucap wanita itu.

"Terimakasih," ucap Gael dan kemudian ia menutup pintunya dan menguncinya. Alisnya menyatu keheranan dengan ketidaksengajaan ini. "Bukankah aku meninggalkan Kitty di rumah? Mengapa... Ah! Mungkin aku lupa. Mungkin..."

Wanita itu kemudian pergi dari rumah tersebut. Ia melepas jaket yang dikenakan nya dan membuangnya di tong sampah. "Dasar pengganggu..." Wanita itu menarik sesuatu dari saku celananya yaitu permen. "Rencana ini harus berjalan dengan lancar dan mungkin aku perlu meminta bantuan Wanita tua itu... Ah... Rasanya sangat manis."

Wanita itu terus berjalan hingga akhirnya tidak terlihat. Gael tengah berada di kamarnya dilantai dua. Ia sejak tadi memandangi wanita itu dari balik jendela karena takut jika wanita itu bertingkah aneh dan benar saja dugaan Gael jika wanita itu aneh.

Gael mengusap lehernya. "Aku harap Wanita itu tidak berniat buruk terhadapku dan semoga saja dia tidak ada hubungannya dengan Wanita bernama Elisa itu."

Bab terkait

  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 12 Tamu

    Di Kediaman Jia Aku terpaksa membawa Max masuk ke dalam rumah keluarga ku karena beberapa urusan tentang waris harta peninggalan ayah. Pagi-pagi buta Jia meneleponku dan memintaku untuk datang ke rumah. Rasa malas tentu menyelimuti ku karena aku sungguh tidak berkeinginan datang kembali dan menginjakkan kaki ku di sana. Tetapi Jia? Wanita itu terus memaksa dan memaksa hingga aku berkahir di sini. "Hanya satu tanda tangan lalu aku bisa pergi bukan? Jadi tolong cepatlah," ucapku. Rose sejak tadi tidak henti-hentinya memandangi pria yang berada di dekat Shella. "Kakak..." Akhirnya ia pergi mendekat lalu duduk di antara Shella dan Max. Rose memeluk tangan Shella dengan mengukir sebuah senyum. "Mengapa kau tidak pernah berkunjung... Aku sangat merindukanmu di sini..." "Benarkah... Maafkan aku Rose sayang. Bagaimana dengan sekolah mu? Apa semuanya baik-baik saja?" Rose makin mempererat pelukannya. "Sepertinya aku sedikit kesulitan karena Kakak tidak berada di rumah." Aku mengusap pucu

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-14
  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 13 Badut

    Max tertidur dengan bercucuran keringat dan aku sempat mendengar jika Max bergumam menyebut ayah dalam tidurnya. Aku berdiri dari jarak yang cukup jauh hanya untuk memastikan keadaan Max. Setelah beberapa menit berlalu aku tidak lagi mendengar gumaman Max. Aku pun memutuskan untuk pergi dari kamarnya. Pukul 02:45 malam, Max terbangun dari tidurnya dengan derasnya cucuran keringat. Ia menarik napas perlahan untuk menenangkan dirinya. "Huh... Sial... Aku terus bermimpi buruk." Max turun dari ranjangnya berjalan ke arah pintu dan berjalan keluar dari Apartemen untuk mencari ketenangan sesaat. Angin malam menyapu wajahnya dan pakaian basah yang ia kenakan. Max benar-benar terlihat seperti seseorang yang habis terjun bebas ke kolam renang. Ia membuka bajunya dan duduk di depan pintu Apartemen. "Aku benci mengingat kedua orang itu, daripada Elisa... Mengapa mereka selalu muncul dalam bayang-bayang ku." Kisah masa lalu Max tidak cukup bagus dalam segi kata sebuah keluarga. Redup tidak berw

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-15
  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 14 Terjebak Bersama

    Aku berlari dan mengedarkan pandangan ku untuk mencari badut itu yang ku yakin adalah Max. Aku mungkin terlihat seperti orang aneh karena berlari-lari, tetapi aku tidak peduli dan terus mencari. Sejujurnya aku cukup khawatir dengan Max karena kondisinya tadi malam. Aku juga khawatir jika Max tiba-tiba di sekap oleh Elisa atau hal-hal lain yang berbau negatif terjadi. Mataku membola saat melihat anak-anak berkumpul. Aku yakin di sana ada seorang badut yang tengah menghibur. Aku pun berlari dan langsung berhenti tepat di depan anak-anak, dan benar saja jika mereka berkumpul karena aktrasi badut. "Permisi sebentar..." Aku membelah kerumunan dan berdiri berhadap-hadapan dengan badut itu. Aku yakin jika itu adalah badut yang aku temui. Aku baru saja ingin mengatakan sesuatu tiba-tiba badut itu pergi dan memicu rasa penasaranku yang mungkin saja benar jika badut itu adalah Max. "Hei... Max..." Badut itu berlari sekuat tenaga namun kostum yang ia gunakan sangat mengganggu langkahnya, begit

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-15
  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 15 Berhasil Lolos

    Aku mencoba percaya dengan perkataan Max dan mulai berganti kostum badut dengannya. Saat kostum badut itu ku kenakan ternyata ruang didalam kostum itu sangat luas untuk ku. Max kemudian menarik kepala badut maskot kelinci yang ia taruh di bawah dan mulai memasangkan di kepala Shella. "Ingat perkataan ku, tugasmu hanyalah berdiam diri di sini, jika seseorang datang tetaplah diam. Kau mengerti?" Aku menjawab perkataan Max dengan anggukan kepala. "Aku akan pergi sekarang, jaga dirimu." Max perlahan-lahan keluar dari gang dan tersungkur secara sengaja ketika mendekati kerumunan. Ia tidak menciptakan kecurigaan dari orang-orang sekitar. Tiba-tiba benda tumpul mengarah ke kepala Max, beruntung ia mampu menghindarinya. "Lawan aku bede*** sialan," ucap pria itu seraya mengayunkan kembali tongkat bisbol ke arah pria di depannya. Max berusaha keras menghindar dan terus menghindar hingga seseorang membantunya untuk berdiri. "Jangan ragu untuk memukul para parasit itu kawan..." ucap seseoran

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-16
  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 16 Alex dan Max

    Aku berakhir satu mobil dengan Max dengan tetap mengenakan kostum badut itu. Sejak tadi aku tidak mengatakan apapun karena kesal. "Kau marah padaku? Aku tidak meninggalkan mu sepenuhnya Shella... Aku kembali." "Aku tidak ingin tahu." "Baiklah aku pun tidak peduli." Di Apartemen Aku terpaksa tidak bekerja karena kejadian hari ini dan langsung pergi membersihkan diriku di kamar mandi. Setelah membersihkan diri aku berbaring di ranjang dengan memikirkan beberapa hal terkait Max. Aku bangkit dari tidur ku dan mencari kostum badut di kamar mandi dan membawanya ke atas ranjang. "Kostum badut?" Aku menyusun kostum itu. "Sebenarnya apa pekerjaan Max selama ini? Mungkinkah dugaan ku diawal salah jika dia adalah seseorang yang kaya?" Aku menyilangkan kedua kaki ku dan berpikir. "Terdengar tidak masuk akal bukan? Jika dia bekerja sebagai seorang aktrasi sulap dengan kostum, kenapa dia bisa tinggal di Apartemen yang bagus dan mempunyai sebuah mobil? Apa dia hanya bosan dan mencari pekerjaan

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-16
  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 17 Terluka

    Max tidak bergeming, ia justru tersenyum melihat tingkah Alex. "Jadi... Sudah berapa lama kau menyukainya?" Alex menurunkan cekaman tangannya dari kerah baju Max secara kasar. "Itu tidak ada hubungannya dengan orang seperti mu. Dengar... Aku bertanya sekali lagi dimana Shella?" "Kau itu tuli atau bodoh? Bukankah aku mengatakannya padamu jika Shella tengah tertidur tanpa-" Bugh! Sebuah pukulan melayang di wajah Max karena Alex sudah terlalu sabar menahan emosinya. Max menyapu darah segar yang mengalir di ujung bibirnya dengan ibu jarinya. "Menurutmu aku tidak bisa membalasnya? Aku hanya berusaha untuk menghargai tamu ku tetapi apa ini? Haruskah kita berkelahi di luar?" Tidak terbesit dalam benak Alex jika ia harus menghadapi situasi ini. "Aku tidak ingin membuang waktuku dengan Pria sepertimu." Alex melempar kunci mobil milik Shella ke arah Max. "Simpan itu bajin***" Max diam di tempat seraya memandangi kepergian Alex. Ia menarik tangannya untuk mengusap darah di ujung bibirnya y

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-16
  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 18 Mulai Bertindak

    Kejadian malam tadi membuat gertakan tersendiri untuk ku. Walaupun Max tidak mengatakannya dengan rinci, namun aku paham beberapa hal tentang Max yang akan selalu ku ingat. Kini aku tengah berdiri di depan cermin seraya termenung sejenak memikirkan Max. Dengan perlahan-lahan aku menaik-turunkan ganggang pasta gigi ku. "Jika Max berprilaku seperti itu apa dia mempunyai tekanan sejak dini oleh orang tuanya? Aku pun tidak tahu asal-usul Max seperti apa. Mungkin memang benar jika dia mempunyai tekanan karena kedua orang tuanya." Aku berkumur dan langsung pergi dari kamar mandi. Ketika aku telah bersiap untuk pergi berkerja aku memaku pandanganku sejenak di ruangan tamu lewat ambang pintu kamar ku. Tadinya aku pikir Max akan keluar dari kamarnya dan beraktivitas di dapur atau ruang tamu seperti biasanya namun ternyata tidak. Tidak ingin berlarut-larut memikirkan Max aku lantas pergi ke arah pintu dan keluar menuju tempat parkir. Aku tidak menyangka jika di parkiran aku bertemu dengan Ma

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-17
  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 19 Allen

    Laya terus-menerus bertanya tentang keadaanku sejak awal kedatangan ku, dan berulang-kali juga aku telah menjawab pertanyaan, namun Laya terus mengajukan pertanyaan lain. "Kau tidak ingin memeriksa diri ke Dokter, Shella? Bisa saja kau mengalami penyakit pelupa." Aku memutar bola mataku malas. "Ayolah Laya... Kau berlebihan bukan?" "Tetapi apa kau sungguh-sungguh tidak apa-apa?" Laya bertanya untuk kesekian kalinya lagi. Kedua tanganku menepuk wajah Laya dengan pelan. "Sampai kapan kau akan terus menanyakan itu?" Laya mengengam tangan Shella yang berada di wajahnya. "Berjanjilah untuk selalu memberitahu ku Shella..." "Baiklah... Aku berjanji-" "Shella?" panggil Alex. Aku berpindah menatap Alex yang kini berada dibelakang Laya. "Ya? Ada apa Alex?" "Apa kau sudah sarapan pagi ini?" "Mungkin aku akan sarapan di kantin nanti." Alex mengeluarkan makanan yang ia pesan secara khusus untuk Shella. "Makanlah ini." Alex menaruh makanan itu tepat di meja Shella dan pergi. Laya terus m

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-18

Bab terbaru

  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 70 Kebahagiaan

    Pertemuan yang tidak terduga itu membawa Alex berkahir duduk bersama mereka yang mengelilingi Allen."Jadi dia Shema?" Melihat Shema yang ternyata anak dari Shella dan Max membuat Alex senang. Ia bahkan tidak dapat mengalihkan pandangannya darinya.Max tersenyum, walaupun ia sedikit kesal karena beberapa hal tentang Alex di masa lalu. "Dia sangat mirip denganku bukan?" Wajah Max begitu ceria saat menayangkannya, namun Alex hanya menatap datar padanya. "Menurutku... Tidak! Shema benar-benar sangat mirip dengan Shella!" jawab Alex menyunggingkan senyumnya pada Shella."Tidak! Shema cucuku sangat mirip dengan diriku, benarkan cucu ku?" Tidak mau di bandingkan, Thomas akhirnya memilih jalan yang mungkin terdengar tidak masuk akal ini.Wajah Alex mengungkapkan semuanya dan aku hanya tersenyum seraya menangapi perkataan ayah."Apakah kau memiliki perlu Alex sehingga datang ketempat Gael?" tanyaku yang sejak tadi ingin mengatakannya.Wajah Alex seperti akan terbakar karena rasa malu, bagaim

  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 69 Kembali Pulang

    Veny, Oky dan Jordi akhirnya masuk ke rumah tua tempat peristirahatan terakhir Elisa, di tempat ini juga Elisa dimakamkan. Veny pun memulai acara pemakaman.Beberapa menit kemudian pemakaman akhirnya telah selesai, seperti kebiasaan mereka Veny selalu tinggal dan Oky, Jordi pergi lebih dahulu.Sebuah kotak yang berukuran cukup besar itu akhirnya Veny buka, terlihatlah dua cangkir yang malam itu ia dan Elisa gunakan.Dengan perasaan yang berat Veny menyusun cangkir tersebut di atas meja lalu menuangkan teh yang ia telah siapkan sebelumnya."Selamat minum..." Veny menikmati teh tersebut dengan berat hati, lalu kembali menaruhnya kala tehnya telah habis.Ingatan Veny kembali ke beberapa bulan yang lalu saat Elisa masih berada di sampingnya. "Kau merasa senang? Bagaimana rasanya hidup disana? Aku juga ingin pergi dan merasakannya!" Akhirnya airmata mata Veny mengalir.Dadanya sesak dan terasa begitu sempit, ia sangat tidak menginginkan semuanya terjadi seper

  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 68 Surat Untuk Shella

    Thomas menikmati makan malam bersama dengan keluarganya, yang kini bertambah satu orang. Sejak tadi Thomas melihat Max yang begitu perhatian terhadap Shella kebersamaan keduanya membuat ia teringat seseorang yang kini telah pergi.Untuk pertama kalinya setelah sekian lama Viano dapat duduk kembali di meja makan yang begitu sepi kehangatan ini. Thomas mencoba membuang pikirannya sejenak dan menatap Viano, ia lupa menanyakan keadaan Martin dan Daniel padanya. "Viano? Bagaimana dengan Martin dan Daniel?" "Mereka telah di sana, aku akan bertanggung jawab hingga mereka akhirnya menyadari perbuatan mereka, tetapi butuh waktu yang cukup lama untuk itu!" jelas Viano.Tentu pembicaraan keduanya dapat kudengar dengan jelas. Mendengar nama Martin kembali di sebutkan sebuah ingatan di hari itu muncul di benakku.Max pun mendengar apa yang dikatakan ayahnya dan Viano, hanya saja ia merasa sedih melihat Shella yang tiba-tiba berekspresi tegang. Ia pun memandang ayah dan

  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 67 Hukuman Untuk Daniel dan Martin

    Wajah Martin kala ini sungguh jauh dari kata baik begitupun dengan Daniel. Akibat perkelahian yang mereka lakukan.Daniel lebih dulu bangkit untuk duduk, senyumnya mengembang kala melihat Martin. "Akhirnya aku dapat memukulmu!" "Sial! Kau pikir siapa yang lebih parah di antara kita?" Martin bangkit dan berdiri. "Ayo kita buat rencana, pasti saat ini Thomas telah sembuh dan berniat mencari kita. Jika kita tertangkap maka aku pastikan dia akan benar-benar memasukkan kita ke penjara."Cara jalan Martin yang begitu berat membuat Daniel kembali tersenyum. "Setidaknya aku berhasil membalaskan pukulan hari itu!"Tibalah saatnya dimana Thomas akan membawa kedua adiknya tersebut kembali, terlebih Viano telah mengetahui keberadaan mereka.Kedua bola mata Thomas melirik kearah Viano yang tengah berdiri di sampingnya. "Siapkan semuanya! Kali ini kita akan menangkap Martin dan Daniel."Viano memahami perasaan Thomas, ia bahkan dengan sengaja menceritakan beberapa ke

  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 66 Kecemasan Yang Terbayar

    Viano yang awalnya berada di luar area rumah sakit memutuskan untuk masuk kedalam dan menemui Max untuk menyampaikan beberapa informasi yang ia dapatkan. Sebenarnya ia tidak ingin membuang waktu lagi dan ingin segera menangkap Martin dan Daniel akan tetapi mengingat janjinya pada Max ia memutuskan untuk kembali dan memberikan kabar ini.Max yang tengah sibuk di ruangan ayahnya akhirnya berhasil keluar setelah Dokter datang lalu membius ayahnya. Ia pun keluar dan mendapati Viano duduk di kursi. Viano mendongak. "Bagaimana keadaan Thomas?""Ayah benar-benar tidak berubah sedikitpun, dia masih tetap keras kepala seperti dulu. Bagaimana denganmu? Kau tidak mengejar mereka berdua bukan?""Martin dan Daniel? Tidak! Aku telah berjanji pada seseorang untuk kembali?"Max tertawa. "Hahaha... Aku senang kau berbicara seperti ini denganku, Viano?""Benarkah? Sepertinya aku harus berbicara seperti ini sampai seterusnya?""Itu tidak buruk dan terdengar jauh lebih

  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 65 Kabar Buruk

    Karena Elisa penasaran dengan kota yang ia tinggali seperti apa, ia pun memutuskan untuk mengelilingi kota tersebut beberapa hari setelah kedatangannya kemari dan begitupun dengan hari ini.Elisa pergi seorang diri tanpa penjaga atau pengawas siapapun, kedua orang tuannya pun tidak mempermasalahkan hal tersebut dan membiarkan Elisa bebas. Melihat sebuah danau yang indah, Elisa mengentikan mobilnya dan turun. Angin yang menerpa wajahnya dan cuaca yang cerah membuat suasana terlihat indah. Begitupun dengan pemandangan danau dan beberapa keluarga yang berujung untuk menikmati waktu santai bersama dengan keluarga mereka."Tidak buruk jika aku pergi kemari bersama Ayah dan Ibu." Elisa duduk untuk menikmati keindahan seperti orang-orang.Beberapa menit kemudian setelah menikmati momen tenang tersebut, ia memutuskan untuk pergi namun tiba-tiba seseorang duduk disampingnya. Dari penampilannya yang serba tertutup tentunya ia tidak mengenali siapa orang itu."Lama ti

  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 64 Thomas

    Dengan pisau yang berada di tangannya ini, Martin akan mengakhiri semuanya.Akhirnya Martin telah mendapatkan sidik jari Thomas di surat yang ia bawa. Segera ia memasukan kembali surat penting itu dan kini ia akan menjalankan rencana keduanya.Matanya menatap Thomas. "Kau tidak perlu khawatir Thomas. Karena setelah ini semuanya akan berkahir, jadi hiduplah lebih baik lagi di kehidupan mu yang baru? Selamat tinggal-"Kepala Martin berdenyut ketika mendapati sebuah benda tumpul berukuran kecil menghantam kepalanya dengan begitu kuatnya, hingga ia terhuyung.Setelah mendapatkan peluang aku segera mengambil handphone yang tengah mengeluarkan cahaya itu untuk memantau kondisi ayah Max. Aku memeriksa detak jantung dengan indra pendengaran ku dan mendapati jantung ayah Max masih berdetak."Syukurlah... Aku harus segera membawanya sebelum orang itu kembali bangun?" Perlahan-lahan aku berusaha mencari cara untuk memindahkan ayah Max, karena alat medis di samping tubuhnya terpasang begitu banya

  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 63 Pertarungan

    Perlahan-lahan aku berhasil membuka mataku dan aku langsung mengingat hal yang aku dan Max lakukan malam tadi. Wajahku pun memerah karena mengingat kejadian itu. Segera aku pergi ke kamar mandi dengan terburu-buru dan mencari Max karena dia tidak berada di ranjang.Sejak tadi Max selalu memandangi gelas kosong. Pikirannya benar-benar tidak dapat terkontrol malam tadi dan terjadilah hal itu. Sebagai seorang pria tentunya Max sangat menantikan momen tersebut namun ia hanya sedikit takut jika saat Shella bangun maka dia akan terkejut dan mungkin saja marah padanya, walaupun terlihat tidak mungkin karena malam tadi Shella yang dengan senang hati melakukannya, ia bahkan berulang kali mencoba menahan diri tetapi Shella sepertinya menerima.Hari ini mungkin akan lebih baik jika Max menghindari Shella sedikit? "Bagaimana jika dia benar-benar hanya bercanda dan tidak melakukannya dengan senang hati-""Kau seperti orang gila, berbicara seorang diri Max?" sela Daniel yang awal

  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 62 Lingkungan Baru

    Segera Gael mendongak setelah mendengar perkataan Alex. "Apa... Apa maksudmu?"Wajah yang tampak tidak ingin berkata jujur itu membuat Alex tersenyum. "Katakan padaku kenapa Allen bisa menyukaimu?"Gael terdiam, ia benar tidak salah dengar bukan? Alex mengatakan tentang kenapa Allen menyukainya? Tetapi kenapa Alex tahu, mungkinkah Allen telah lebih dulu memberitahu Alex sebelumnya?"Allen yang mengatakannya padamu?"Alex menyatukan alisnya, sepertinya Gael tidak paham candaannya. "Lupakanlah! Aku akan pergi mencari sesuatu jadi pastikan Lily tidak mencari ku?" Gael menatap Lily yang tertidur pulas dengan jaket Alex sebagai selimutnya. Setelah kepergian Shella, Lily menjadi dekat dengan sosok Alex dan bahkan Lily tidak ingin bermain apapun bersama Gael.Tetapi itu cukup menguntungkan bagi Gael karena ia tidak harus bersusah payah menjaga Lily dan ia juga bisa menghabiskan waktu dengan Allen."Apa aku salah mendengar dari Dokter jika kau akan segera b

DMCA.com Protection Status