Home / Rumah Tangga / ONE DAY IN MY LIFE / Bab 14 Terjebak Bersama

Share

Bab 14 Terjebak Bersama

Author: Idry2ni
last update Huling Na-update: 2024-06-15 23:00:51

Aku berlari dan mengedarkan pandangan ku untuk mencari badut itu yang ku yakin adalah Max. Aku mungkin terlihat seperti orang aneh karena berlari-lari, tetapi aku tidak peduli dan terus mencari.

Sejujurnya aku cukup khawatir dengan Max karena kondisinya tadi malam. Aku juga khawatir jika Max tiba-tiba di sekap oleh Elisa atau hal-hal lain yang berbau negatif terjadi.

Mataku membola saat melihat anak-anak berkumpul. Aku yakin di sana ada seorang badut yang tengah menghibur. Aku pun berlari dan langsung berhenti tepat di depan anak-anak, dan benar saja jika mereka berkumpul karena aktrasi badut. "Permisi sebentar..." Aku membelah kerumunan dan berdiri berhadap-hadapan dengan badut itu. Aku yakin jika itu adalah badut yang aku temui. Aku baru saja ingin mengatakan sesuatu tiba-tiba badut itu pergi dan memicu rasa penasaranku yang mungkin saja benar jika badut itu adalah Max. "Hei... Max..."

Badut itu berlari sekuat tenaga namun kostum yang ia gunakan sangat mengganggu langkahnya, begitupun kepala maskot yang ia kenakan.

Aku sudah tidak lagi kuat untuk berpacu dengan kedua kaki ku. Aku benar-benar lelah hingga berkeringat. "Huh... Huh... Apa itu... Sungguh Max? Tetapi apa yang dia lakukan dengan memakai kostum badut seperti itu? Huh..." Aku mengumpulkan kembali tenaga ku yang tersisa dan melanjutkan kembali langkah ku.

Alex tidak bisa berkonstruksi untuk sekarang. Ia telah mengikuti Shella pergi, namun ia tidak menemukan wanita itu disepanjang perjalanannya kemari. "Di mana dia?" Ia pun berlari kembali.

Laya dan teman-teman nya yang lain hanya menunggu kedatangan Shella dan Alex yang tiba-tiba pergi. Entah apa yang merasuki Shella hingga dia memutuskan kembali? Laya tidak paham apa yang dipikirkan temannya itu.

"Kita akan menunggu mereka, Laya?" ucap Celine. Ia takut terlambat untuk masuk jam kerja kantor karena menunggu kedatangan mereka berdua.

Laya menutup matanya. "Lalu? Apa kau akan mengemudikan mobil Alex dan kembali ke kantor, Celine? Aku tahu kau takut kita terlambat masuk jam kerja, tetapi kita tidak bisa membawa mobil yang bukan milik kita."

"Kita tunggu mereka sepuluh menit. Jika mereka tidak kembali dalam sepuluh menit itu, kita terpaksa pergi dengan taksi," ucap Bim menengahi.

"Aku setuju." Laya lalu duduk di dalam mobil seraya menunggu kedatangan Shella dan Alex.

Di Perjalanan

Aku tidak menemukan petunjuk ke mana perginya badut yang ku yakini adalah Max tersebut. Bahkan aku telah sampai di gang sempit yang tidak mungkin dilewati oleh badut itu. "Ke mana lagi aku harus mencarinya... Ah... Apa mungkin aku salah terka jika itu Max? Aku pikir jika wewangiannya sama kemungkinan orangnya sama tetapi? Sepertinya aku salah terka.

Terdengar suara ricuh dari jarak yang cukup jauh. Semakin aku berdiam di tempat semakin dekat suara itu menghampiriku. Aku perlahan-lahan berjalan mundur memasuki gang sempit di sampingku. "Suara... Apa itu? Apa ini..." Kedua bola mataku membola. "Tempat untuk berkelahi?" Aku baru tersadar jika aku memasuki jalan yang salah pasalnya suasana di tempat ini terasa mencekam. "Bagaimana ini-"

"Lari-"

"AA!" Aku berteriak karena tiba-tiba saja seseorang menjawab perkataan ku.

Max membiarkan telapak tangannya basah karena Shella akhirnya menemukannya. Ia menarik Shella dan membawa wanita itu untuk ikut bersembunyi bersamanya. "Diam," ucap Max lirih.

Aku melepaskan tangan Max yang membungkam mulutku. "Max? Kau-"

Max akhirnya membungkam kembali mulut Shella untuk kedua kalinya karena Shella terus berbicara. "Diam Shella... Kau dengar?" Ia sengaja berkata pada Shella dengan nada yang rendah.

Aku membalik kan tubuhku dan menatap Max secara langsung. "Kemana saja kau? Mengapa kau menggunakan kostum badut seperti ini?" tanyaku dengan pelan.

Max mengusap telapak tangannya yang basah akibat terkena mulut Shella di kostum badut nya. Ia kemudian mengarah telapak tangan itu ke arah indra penciuman Shella.

Aku menepisnya karena semerbak bau tidak sedap melekat di tangan Max. "Menjijikkan..."

Max menyeringai hingga gigi gingsul nya sedikit terlihat. "Menjijikkan? Telapak tanganku ternoda karena kau Shella..."

Aku terdiam. Maksud Max, itu karena mulutku yang dia bungkam sebelumnya? Mengapa mulutku sebau itu? Apa aku tidak berkumur saat selesai makan sebelumnya?

Max sedikit mencari celah untuk bisa keluar dari situasi ini. Awalnya ia masuk ke gang ini karena ingin menghindari kejaran Shella namun justru sekarang ia terjebak oleh kerumunan orang di luar gang yang tengah berkelahi.

Melihat Max memandangi situasi di celah gang, aku pun mengikutinya. Terlihat beberapa orang tengah berkelahi di sana. "Bagaimana caranya kita keluar?"

"Shella... Tetap diam ditempat mu!" ucap Max dengan serius.

Aku mendongak dan memandangi Max. "Apa kita bisa keluar dari situasi ini?"

Max sedikit frustrasi dengan Shella yang terus berbicara. Akhirnya ia menarik pinggang ramping wanita itu untuk terpojokkan di dinding. "Jika kau tidak ingin kita terluka maka diam lah."

Terkejut. Itulah ekspresi ku saat ini yang terkejut dengan sikap Max yang tiba-tiba menarik pinggang ku dengan tangannya. Bahkan Max masih meletakkan tangannya di pinggang ku seraya mengawasi situasi.

Wajahku memanas hingga panasnya terasa sampai daun telinga. Aku mengulum bibirku dan menatap Max. "Max..." Max menatapku. "Lepaskan... Tanganmu..." ucapku.

Max menatap sekilas ke arah Shella dan kembali menatap situasi yang sedang terjadi.

"Max... Lepaskan..."

"Max..."

Max sontak menatap tajam pada Shella. "Tenanglah aku tidak akan melakukan hal buruk kepadamu... Jadi diam!"

Di tempat Alex berada kini kian jauh dari parkiran mobilnya. Ia telah mencari Shella namun tidak kunjung terlihat hingga akhirnya ia menarik kesimpulan bahwa mungkin saja Shella telah tiba di kantor sejak tadi dengan Laya dan juga yang lainnya. "Sebaiknya aku pergi sekarang..." Alex akhirnya pergi dan berharap jika Shella benar-benar telah tiba di kantor lebih dahulu darinya.

Jarak ku dan Max kian menipis. Beruntung kostum badut yang dia kenaikannya menjadi sekat antara kami, walaupun sedikit tidak membantu.

Max sendiri tidak merasa nyaman dan memutuskan mengambil tindakan agar mereka berdua bisa keluar dari situasi ini. "Shella... Kau ingin selamatkan bukan?"

Aku mengangguk dengan perkataan Max.

"Bertukar lah kostum ini dengan ku," ucap Max.

"Apa? Bertukar? Kau... Yakin?" Entah apa yang dipikirkan Max hingga memintaku untuk bertukar kostum badut miliknya.

"Aku akan keluar dan berpura-pura menjadi salah satu dari mereka lalu berkelahi. Saat situasinya tidak kunjung tenang aku akan meminta bantuan beberapa orang dan mengeluarkan mu dari sini. Bagaimana menurutmu?"

Wajahku seakan menggambarkan ekspresi ku saat ini. Bagaimana bisa Max menjadikan aku sebagai sandera dan keluar begitu saja? Walaupun Max mengatakan akan meminta bantuan beberapa orang namun firasat ku merasa hal itu tidak mungkin terjadi.

"Kau berbohong."

Max tersentak. "Berbohong? Tidak... Apa aku terlihat tidak menyakinkan di situasi seperti sekarang?"

Aku memperhatikan Max cukup lekat. Aku merasa air mata ku seolah akan keluar karena takut. "Bagaimana jika... Kau sungguh meninggalkan ku.... Hah..."

Rasanya emosi Max mulai tidak terkendali akibat Shella yang tiba-tiba menangis. Ia pun memeluk Shella dan menepuk pundaknya untuk menghentikan suara tangisnya. "Aku berjanji... Aku berjanji Shella, tidak akan meninggalkan mu. Jadi tolong percaya kepadaku untuk kali ini... Tolong..."

Kaugnay na kabanata

  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 15 Berhasil Lolos

    Aku mencoba percaya dengan perkataan Max dan mulai berganti kostum badut dengannya. Saat kostum badut itu ku kenakan ternyata ruang didalam kostum itu sangat luas untuk ku. Max kemudian menarik kepala badut maskot kelinci yang ia taruh di bawah dan mulai memasangkan di kepala Shella. "Ingat perkataan ku, tugasmu hanyalah berdiam diri di sini, jika seseorang datang tetaplah diam. Kau mengerti?" Aku menjawab perkataan Max dengan anggukan kepala. "Aku akan pergi sekarang, jaga dirimu." Max perlahan-lahan keluar dari gang dan tersungkur secara sengaja ketika mendekati kerumunan. Ia tidak menciptakan kecurigaan dari orang-orang sekitar. Tiba-tiba benda tumpul mengarah ke kepala Max, beruntung ia mampu menghindarinya. "Lawan aku bede*** sialan," ucap pria itu seraya mengayunkan kembali tongkat bisbol ke arah pria di depannya. Max berusaha keras menghindar dan terus menghindar hingga seseorang membantunya untuk berdiri. "Jangan ragu untuk memukul para parasit itu kawan..." ucap seseoran

    Huling Na-update : 2024-06-16
  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 16 Alex dan Max

    Aku berakhir satu mobil dengan Max dengan tetap mengenakan kostum badut itu. Sejak tadi aku tidak mengatakan apapun karena kesal. "Kau marah padaku? Aku tidak meninggalkan mu sepenuhnya Shella... Aku kembali." "Aku tidak ingin tahu." "Baiklah aku pun tidak peduli." Di Apartemen Aku terpaksa tidak bekerja karena kejadian hari ini dan langsung pergi membersihkan diriku di kamar mandi. Setelah membersihkan diri aku berbaring di ranjang dengan memikirkan beberapa hal terkait Max. Aku bangkit dari tidur ku dan mencari kostum badut di kamar mandi dan membawanya ke atas ranjang. "Kostum badut?" Aku menyusun kostum itu. "Sebenarnya apa pekerjaan Max selama ini? Mungkinkah dugaan ku diawal salah jika dia adalah seseorang yang kaya?" Aku menyilangkan kedua kaki ku dan berpikir. "Terdengar tidak masuk akal bukan? Jika dia bekerja sebagai seorang aktrasi sulap dengan kostum, kenapa dia bisa tinggal di Apartemen yang bagus dan mempunyai sebuah mobil? Apa dia hanya bosan dan mencari pekerjaan

    Huling Na-update : 2024-06-16
  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 17 Terluka

    Max tidak bergeming, ia justru tersenyum melihat tingkah Alex. "Jadi... Sudah berapa lama kau menyukainya?" Alex menurunkan cekaman tangannya dari kerah baju Max secara kasar. "Itu tidak ada hubungannya dengan orang seperti mu. Dengar... Aku bertanya sekali lagi dimana Shella?" "Kau itu tuli atau bodoh? Bukankah aku mengatakannya padamu jika Shella tengah tertidur tanpa-" Bugh! Sebuah pukulan melayang di wajah Max karena Alex sudah terlalu sabar menahan emosinya. Max menyapu darah segar yang mengalir di ujung bibirnya dengan ibu jarinya. "Menurutmu aku tidak bisa membalasnya? Aku hanya berusaha untuk menghargai tamu ku tetapi apa ini? Haruskah kita berkelahi di luar?" Tidak terbesit dalam benak Alex jika ia harus menghadapi situasi ini. "Aku tidak ingin membuang waktuku dengan Pria sepertimu." Alex melempar kunci mobil milik Shella ke arah Max. "Simpan itu bajin***" Max diam di tempat seraya memandangi kepergian Alex. Ia menarik tangannya untuk mengusap darah di ujung bibirnya y

    Huling Na-update : 2024-06-16
  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 18 Mulai Bertindak

    Kejadian malam tadi membuat gertakan tersendiri untuk ku. Walaupun Max tidak mengatakannya dengan rinci, namun aku paham beberapa hal tentang Max yang akan selalu ku ingat. Kini aku tengah berdiri di depan cermin seraya termenung sejenak memikirkan Max. Dengan perlahan-lahan aku menaik-turunkan ganggang pasta gigi ku. "Jika Max berprilaku seperti itu apa dia mempunyai tekanan sejak dini oleh orang tuanya? Aku pun tidak tahu asal-usul Max seperti apa. Mungkin memang benar jika dia mempunyai tekanan karena kedua orang tuanya." Aku berkumur dan langsung pergi dari kamar mandi. Ketika aku telah bersiap untuk pergi berkerja aku memaku pandanganku sejenak di ruangan tamu lewat ambang pintu kamar ku. Tadinya aku pikir Max akan keluar dari kamarnya dan beraktivitas di dapur atau ruang tamu seperti biasanya namun ternyata tidak. Tidak ingin berlarut-larut memikirkan Max aku lantas pergi ke arah pintu dan keluar menuju tempat parkir. Aku tidak menyangka jika di parkiran aku bertemu dengan Ma

    Huling Na-update : 2024-06-17
  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 19 Allen

    Laya terus-menerus bertanya tentang keadaanku sejak awal kedatangan ku, dan berulang-kali juga aku telah menjawab pertanyaan, namun Laya terus mengajukan pertanyaan lain. "Kau tidak ingin memeriksa diri ke Dokter, Shella? Bisa saja kau mengalami penyakit pelupa." Aku memutar bola mataku malas. "Ayolah Laya... Kau berlebihan bukan?" "Tetapi apa kau sungguh-sungguh tidak apa-apa?" Laya bertanya untuk kesekian kalinya lagi. Kedua tanganku menepuk wajah Laya dengan pelan. "Sampai kapan kau akan terus menanyakan itu?" Laya mengengam tangan Shella yang berada di wajahnya. "Berjanjilah untuk selalu memberitahu ku Shella..." "Baiklah... Aku berjanji-" "Shella?" panggil Alex. Aku berpindah menatap Alex yang kini berada dibelakang Laya. "Ya? Ada apa Alex?" "Apa kau sudah sarapan pagi ini?" "Mungkin aku akan sarapan di kantin nanti." Alex mengeluarkan makanan yang ia pesan secara khusus untuk Shella. "Makanlah ini." Alex menaruh makanan itu tepat di meja Shella dan pergi. Laya terus m

    Huling Na-update : 2024-06-18
  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 20 Sebuah Kecelakaan

    Aku telah tiba di apartemen lima menit yang lalu dan kini aku menunggu kedatangan Max di ruang tamu. Aku menatap jam tangan ku yang menunjukkan pukul 22:35. "Apakah dia tidak pulang ke Apartemen hari ini?" Pintu Apartemen terbuka menampilkan sosok Max dengan tas panjangnya memasuki Apartemen. Tibanya Max di ruang tamu ia menyadari jika Shella berada disana, namun Max tidak berkeinginan menyapa dan memilih memasuki kamar. "Bisa kita bicara Max?" Tangan Max sudah menarik kenop pintu pun tertahan untuk mendorongnya karena tiba-tiba Shella berkata seperti itu. "Tunggulah..." ucapnya kemudian memasuki kamar. Karena mendapat jawaban yang memungkinkan, aku menunggu Max hingga dia keluar dari kamarnya. Berselang beberapa menit Max, akhirnya keluar dan menghampiri Shella yang tengah duduk di sofa. "Apa ini tentang Alex?" "Lebih tepatnya tentang kalian berdua. Apa yang telah terjadi tadi malam?" "Aku benci menjelaskan Shella." "Perkelahian kalian hari itu... Apakah berhubungan dengan ku

    Huling Na-update : 2024-06-18
  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 21 Keputusan

    Aku terus merenung dan menyalakan diriku atas apa yang telah terjadi pada max. Sesekali aku memandangi pintu IGD menunggu seseorang keluar dan mengatakan kepada Max. Hingga suara dering handphone membuatku tersentak. Aku mengambil handphone yang ada di saku dan melihat dari siapa panggilan itu berasal. "Alex?" Aku mengangkat panggilan tersebut. "Di mana kau? Kenapa tidak menjawab panggilan ku? Shella... Apa kau baik-baik saja?" Alex mendengar suara isak tangis Shella. "Shella..." "Aku tidak bisa berangkat Alex." "Kenapa? Ada sesuatu yang terjadi?" "Max... Max mengalami kecelakaan." "Max? Lalu bagaimana denganmu? Apa kau ikut terluka." "Tidak... Hanya Max." "Shella tunggu aku, aku akan segera kesana dan tolong kirimkan alamatnya padaku." Alex menutup panggilan dan bergegas meminta izin untuk pergi sebentar. Setelah Alex mengakhiri panggilan, aku beralih memanggil Gael untuk datang ke rumah sakit dan menemaniku. Di Kediaman Jia. Rose menyusun satu demi satu pakaian baru yang d

    Huling Na-update : 2024-06-19
  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 22 Elisa dan Kenangannya

    Aku tiba di Apartemen dan langsung tertunduk lemas di depan pintu. Terus-menerus perasaan bersalah membuatku ingin menangis. Entah mengapa aku begitu merasa sangat bersedih atas kecelakaan yang menimpa Max, mengingat Max hanyalah pasangan kontrak yang pada akhirnya akan meninggalkan ku. Apa ini karena trauma saat kehilangan ayah di Rumah Sakit? Sekilas perasaan trauma itu sungguh benar adanya, namun perasaan yang kini aku rasakan seolah lebih mendalam. Seperti takut kehilangan seseorang tersayang untuk kedua kalinya. Aku mencoba menguatkan diriku dan pergi ke kamar. Saat ini Gael dalam perjalanan ke Apartemen Shella. Ia bahkan membawakan beberapa makanan untuk dinikmati bersama dan juga untuk berjaga-jaga agar tidak kelaparan. Tibalah Gael di depan pintu Apartemen. Ia segera menekan bel lalu tidak berselang lama Shella membukakan pintu. Di Ruang Tamu "Makanlah sesuatu agar kau tetap kuat Shella?" Gael membuka bungkus makanan yang ia pesan sebelumnya dan menatanya di atas meja. "

    Huling Na-update : 2024-06-19

Pinakabagong kabanata

  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 70 Kebahagiaan

    Pertemuan yang tidak terduga itu membawa Alex berkahir duduk bersama mereka yang mengelilingi Allen."Jadi dia Shema?" Melihat Shema yang ternyata anak dari Shella dan Max membuat Alex senang. Ia bahkan tidak dapat mengalihkan pandangannya darinya.Max tersenyum, walaupun ia sedikit kesal karena beberapa hal tentang Alex di masa lalu. "Dia sangat mirip denganku bukan?" Wajah Max begitu ceria saat menayangkannya, namun Alex hanya menatap datar padanya. "Menurutku... Tidak! Shema benar-benar sangat mirip dengan Shella!" jawab Alex menyunggingkan senyumnya pada Shella."Tidak! Shema cucuku sangat mirip dengan diriku, benarkan cucu ku?" Tidak mau di bandingkan, Thomas akhirnya memilih jalan yang mungkin terdengar tidak masuk akal ini.Wajah Alex mengungkapkan semuanya dan aku hanya tersenyum seraya menangapi perkataan ayah."Apakah kau memiliki perlu Alex sehingga datang ketempat Gael?" tanyaku yang sejak tadi ingin mengatakannya.Wajah Alex seperti akan terbakar karena rasa malu, bagaim

  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 69 Kembali Pulang

    Veny, Oky dan Jordi akhirnya masuk ke rumah tua tempat peristirahatan terakhir Elisa, di tempat ini juga Elisa dimakamkan. Veny pun memulai acara pemakaman.Beberapa menit kemudian pemakaman akhirnya telah selesai, seperti kebiasaan mereka Veny selalu tinggal dan Oky, Jordi pergi lebih dahulu.Sebuah kotak yang berukuran cukup besar itu akhirnya Veny buka, terlihatlah dua cangkir yang malam itu ia dan Elisa gunakan.Dengan perasaan yang berat Veny menyusun cangkir tersebut di atas meja lalu menuangkan teh yang ia telah siapkan sebelumnya."Selamat minum..." Veny menikmati teh tersebut dengan berat hati, lalu kembali menaruhnya kala tehnya telah habis.Ingatan Veny kembali ke beberapa bulan yang lalu saat Elisa masih berada di sampingnya. "Kau merasa senang? Bagaimana rasanya hidup disana? Aku juga ingin pergi dan merasakannya!" Akhirnya airmata mata Veny mengalir.Dadanya sesak dan terasa begitu sempit, ia sangat tidak menginginkan semuanya terjadi seper

  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 68 Surat Untuk Shella

    Thomas menikmati makan malam bersama dengan keluarganya, yang kini bertambah satu orang. Sejak tadi Thomas melihat Max yang begitu perhatian terhadap Shella kebersamaan keduanya membuat ia teringat seseorang yang kini telah pergi.Untuk pertama kalinya setelah sekian lama Viano dapat duduk kembali di meja makan yang begitu sepi kehangatan ini. Thomas mencoba membuang pikirannya sejenak dan menatap Viano, ia lupa menanyakan keadaan Martin dan Daniel padanya. "Viano? Bagaimana dengan Martin dan Daniel?" "Mereka telah di sana, aku akan bertanggung jawab hingga mereka akhirnya menyadari perbuatan mereka, tetapi butuh waktu yang cukup lama untuk itu!" jelas Viano.Tentu pembicaraan keduanya dapat kudengar dengan jelas. Mendengar nama Martin kembali di sebutkan sebuah ingatan di hari itu muncul di benakku.Max pun mendengar apa yang dikatakan ayahnya dan Viano, hanya saja ia merasa sedih melihat Shella yang tiba-tiba berekspresi tegang. Ia pun memandang ayah dan

  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 67 Hukuman Untuk Daniel dan Martin

    Wajah Martin kala ini sungguh jauh dari kata baik begitupun dengan Daniel. Akibat perkelahian yang mereka lakukan.Daniel lebih dulu bangkit untuk duduk, senyumnya mengembang kala melihat Martin. "Akhirnya aku dapat memukulmu!" "Sial! Kau pikir siapa yang lebih parah di antara kita?" Martin bangkit dan berdiri. "Ayo kita buat rencana, pasti saat ini Thomas telah sembuh dan berniat mencari kita. Jika kita tertangkap maka aku pastikan dia akan benar-benar memasukkan kita ke penjara."Cara jalan Martin yang begitu berat membuat Daniel kembali tersenyum. "Setidaknya aku berhasil membalaskan pukulan hari itu!"Tibalah saatnya dimana Thomas akan membawa kedua adiknya tersebut kembali, terlebih Viano telah mengetahui keberadaan mereka.Kedua bola mata Thomas melirik kearah Viano yang tengah berdiri di sampingnya. "Siapkan semuanya! Kali ini kita akan menangkap Martin dan Daniel."Viano memahami perasaan Thomas, ia bahkan dengan sengaja menceritakan beberapa ke

  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 66 Kecemasan Yang Terbayar

    Viano yang awalnya berada di luar area rumah sakit memutuskan untuk masuk kedalam dan menemui Max untuk menyampaikan beberapa informasi yang ia dapatkan. Sebenarnya ia tidak ingin membuang waktu lagi dan ingin segera menangkap Martin dan Daniel akan tetapi mengingat janjinya pada Max ia memutuskan untuk kembali dan memberikan kabar ini.Max yang tengah sibuk di ruangan ayahnya akhirnya berhasil keluar setelah Dokter datang lalu membius ayahnya. Ia pun keluar dan mendapati Viano duduk di kursi. Viano mendongak. "Bagaimana keadaan Thomas?""Ayah benar-benar tidak berubah sedikitpun, dia masih tetap keras kepala seperti dulu. Bagaimana denganmu? Kau tidak mengejar mereka berdua bukan?""Martin dan Daniel? Tidak! Aku telah berjanji pada seseorang untuk kembali?"Max tertawa. "Hahaha... Aku senang kau berbicara seperti ini denganku, Viano?""Benarkah? Sepertinya aku harus berbicara seperti ini sampai seterusnya?""Itu tidak buruk dan terdengar jauh lebih

  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 65 Kabar Buruk

    Karena Elisa penasaran dengan kota yang ia tinggali seperti apa, ia pun memutuskan untuk mengelilingi kota tersebut beberapa hari setelah kedatangannya kemari dan begitupun dengan hari ini.Elisa pergi seorang diri tanpa penjaga atau pengawas siapapun, kedua orang tuannya pun tidak mempermasalahkan hal tersebut dan membiarkan Elisa bebas. Melihat sebuah danau yang indah, Elisa mengentikan mobilnya dan turun. Angin yang menerpa wajahnya dan cuaca yang cerah membuat suasana terlihat indah. Begitupun dengan pemandangan danau dan beberapa keluarga yang berujung untuk menikmati waktu santai bersama dengan keluarga mereka."Tidak buruk jika aku pergi kemari bersama Ayah dan Ibu." Elisa duduk untuk menikmati keindahan seperti orang-orang.Beberapa menit kemudian setelah menikmati momen tenang tersebut, ia memutuskan untuk pergi namun tiba-tiba seseorang duduk disampingnya. Dari penampilannya yang serba tertutup tentunya ia tidak mengenali siapa orang itu."Lama ti

  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 64 Thomas

    Dengan pisau yang berada di tangannya ini, Martin akan mengakhiri semuanya.Akhirnya Martin telah mendapatkan sidik jari Thomas di surat yang ia bawa. Segera ia memasukan kembali surat penting itu dan kini ia akan menjalankan rencana keduanya.Matanya menatap Thomas. "Kau tidak perlu khawatir Thomas. Karena setelah ini semuanya akan berkahir, jadi hiduplah lebih baik lagi di kehidupan mu yang baru? Selamat tinggal-"Kepala Martin berdenyut ketika mendapati sebuah benda tumpul berukuran kecil menghantam kepalanya dengan begitu kuatnya, hingga ia terhuyung.Setelah mendapatkan peluang aku segera mengambil handphone yang tengah mengeluarkan cahaya itu untuk memantau kondisi ayah Max. Aku memeriksa detak jantung dengan indra pendengaran ku dan mendapati jantung ayah Max masih berdetak."Syukurlah... Aku harus segera membawanya sebelum orang itu kembali bangun?" Perlahan-lahan aku berusaha mencari cara untuk memindahkan ayah Max, karena alat medis di samping tubuhnya terpasang begitu banya

  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 63 Pertarungan

    Perlahan-lahan aku berhasil membuka mataku dan aku langsung mengingat hal yang aku dan Max lakukan malam tadi. Wajahku pun memerah karena mengingat kejadian itu. Segera aku pergi ke kamar mandi dengan terburu-buru dan mencari Max karena dia tidak berada di ranjang.Sejak tadi Max selalu memandangi gelas kosong. Pikirannya benar-benar tidak dapat terkontrol malam tadi dan terjadilah hal itu. Sebagai seorang pria tentunya Max sangat menantikan momen tersebut namun ia hanya sedikit takut jika saat Shella bangun maka dia akan terkejut dan mungkin saja marah padanya, walaupun terlihat tidak mungkin karena malam tadi Shella yang dengan senang hati melakukannya, ia bahkan berulang kali mencoba menahan diri tetapi Shella sepertinya menerima.Hari ini mungkin akan lebih baik jika Max menghindari Shella sedikit? "Bagaimana jika dia benar-benar hanya bercanda dan tidak melakukannya dengan senang hati-""Kau seperti orang gila, berbicara seorang diri Max?" sela Daniel yang awal

  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 62 Lingkungan Baru

    Segera Gael mendongak setelah mendengar perkataan Alex. "Apa... Apa maksudmu?"Wajah yang tampak tidak ingin berkata jujur itu membuat Alex tersenyum. "Katakan padaku kenapa Allen bisa menyukaimu?"Gael terdiam, ia benar tidak salah dengar bukan? Alex mengatakan tentang kenapa Allen menyukainya? Tetapi kenapa Alex tahu, mungkinkah Allen telah lebih dulu memberitahu Alex sebelumnya?"Allen yang mengatakannya padamu?"Alex menyatukan alisnya, sepertinya Gael tidak paham candaannya. "Lupakanlah! Aku akan pergi mencari sesuatu jadi pastikan Lily tidak mencari ku?" Gael menatap Lily yang tertidur pulas dengan jaket Alex sebagai selimutnya. Setelah kepergian Shella, Lily menjadi dekat dengan sosok Alex dan bahkan Lily tidak ingin bermain apapun bersama Gael.Tetapi itu cukup menguntungkan bagi Gael karena ia tidak harus bersusah payah menjaga Lily dan ia juga bisa menghabiskan waktu dengan Allen."Apa aku salah mendengar dari Dokter jika kau akan segera b

I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status