Share

Bab 17 Terluka

Penulis: Idry2ni
last update Terakhir Diperbarui: 2024-06-16 22:06:39

Max tidak bergeming, ia justru tersenyum melihat tingkah Alex. "Jadi... Sudah berapa lama kau menyukainya?"

Alex menurunkan cekaman tangannya dari kerah baju Max secara kasar. "Itu tidak ada hubungannya dengan orang seperti mu. Dengar... Aku bertanya sekali lagi dimana Shella?"

"Kau itu tuli atau bodoh? Bukankah aku mengatakannya padamu jika Shella tengah tertidur tanpa-"

Bugh!

Sebuah pukulan melayang di wajah Max karena Alex sudah terlalu sabar menahan emosinya.

Max menyapu darah segar yang mengalir di ujung bibirnya dengan ibu jarinya. "Menurutmu aku tidak bisa membalasnya? Aku hanya berusaha untuk menghargai tamu ku tetapi apa ini? Haruskah kita berkelahi di luar?"

Tidak terbesit dalam benak Alex jika ia harus menghadapi situasi ini. "Aku tidak ingin membuang waktuku dengan Pria sepertimu." Alex melempar kunci mobil milik Shella ke arah Max. "Simpan itu bajin***"

Max diam di tempat seraya memandangi kepergian Alex. Ia menarik tangannya untuk mengusap darah di ujung bibirnya yang menetes. Ia menatap dan mengusap darahnya dengan ibu jarinya. "Tidak adil jika dia pergi begitu saja bukan?" Dengan langkah yang lebar Max menghampiri Alex yang sudah cukup jauh.

Alex mengepalkan tangannya lalu membukanya kembali, ia melakukan gerakan tersebut secara berulang untuk menetralkan rasa sakit setelah memukul Max. "Dia cukup kuat ternyata."

"Hei!"

Mendengar kata itu seolah memanggil namanya, Alex pun berpaling dan terkejut.

Bugh!

Alex tersungkur saat wajahnya di hantam kuat oleh tangan seseorang. Saat ia memperjelas pandangannya, disana ada Max. "Kau... Ah..." Alex merasa wajahnya berat dan kemungkinan akan lebam keesokan harinya.

Max berjalan ke arah Alex yang tersungkur dengan wajah tersenyum lebar dan tak lupa satu tangannya masuk ke dalam saku. "Ah... Kau sangat terlihat mengenaskan Alex..." Ia menyamaratakan tingginya dengan Alex. "Kau sendiri yang memulainya..."

"Hahaha..." Alex tertawa karena pernyataan Max. "Kau dendam padaku? Kekanak-kanakan sekali! Justru kau yang terlihat menyedihkan Max!"

Max hanya mengangguk dan pergi meninggalkan Alex dengan senyum pahit

Di Kediaman Gael

Aku terkejut dengan penjelasan Gael tentang seorang wanita yang datang membawa Kitty malam-malam. Tidak ada yang aneh dengan penjelasan Gael tetapi menurut ku waktunya yang sedikit tidak tepat. Pasalnya Gael mengatakan bahwa wanita itu baru pertama kali dia lihat. Seketika aku tiba-tiba teringat wanita pengantar paket hari itu. Apa mungkin ini ada kaitannya dengan Elisa?

"Aku sedikit merasa cemas Shella. Aku tinggal sendiri di rumah ini, kau tahu itu bukan? Dan setelah kejadian beberapa hari yang lalu aku sedikit waspada."

"Tidak ada yang salah Gael, kau mungkin terlalu lelah hingga berpikir yang tidak-tidak. Istirahatlah..."

Gael menarik tangan Shella yang akan pergi. "Kau menginap bukan? Kau berjanji sebelumnya?"

Aku tersenyum dan menepuk tangan Gael yang menarik tanganku. "Jangan khawatir aku tidak akan pulang sebelum pagi... Aku hanya ingin pergi ke kamar kecil."

Gael perlahan-lahan melepaskan tangannya pada Shella. "Jangan terlalu lama. Setelah itu bagaimana jika kita menonton film? Aku mendapat banyak rekomedasi?"

"Terserah kau saja."

Di pertengahan malam, mataku tidak ingin terpejam dan justru menikmati film yang diputar Gael beberapa waktu lalu. Aku menatap Gael yang tertidur pulas di pelukan ku. Aku penasaran dengan suhu tubuhnya apakah sudah lebih baik atau tidak, aku meletak kan kembali punggung tanganku di keningnya. "Ternyata sudah lebih baik."

Aku kembali menonton film dengan serius, walaupun terkadang aku mengantuk tetapi mataku tidak kunjung terpejam sepenuhnya. Namun lama-kelamaan aku akhirnya tumbang.

Pagi hari, Max bangun dan langsung memeriksa ruang tamu lalu beralih ke kamar Shella. "Dia tidak kembali?" Shella tentu tahu password Apartemen mereka, karena Max sendiri yang memberinya di awal kedatangan Shella. Tetapi sepertinya wanita itu tidak berniat pulang.

"Jika dia tidak kunjung pulang bagaimana bisa aku menghabiskan waktu di perpustakaan hari ini? Hah... Seharusnya aku tidak meminjamkannya mobil tadi malam. Terpaksa hari ini aku harus menghabiskan waktu di Apartemen." Baru selangkah Max berjalan mendekati kamarnya tiba-tiba suara bel membuatnya beralih ke arah pintu. "Apa itu Shella?"

Aku sengaja untuk pulang ke Apartemen pagi-pagi karena beberapa alasan menyangkut Gael. Dan tanpa sengaja aku menekan bel seperti kebiasaan ku ketika pulang. Aku ingat Max pernah memberikan ku password Apartemen ini tetapi aku terkadang lupa-ingat.

"Kira-kira apakah Max sudah bangun?" Aku merekatkan jaket yang ku kenakan demi menahan dinginnya angin.

Aku tersenyum ketika Max membuka pintunya. "Kau sudah bangun?" Perlahan-lahan aku melangkah masuk tanpa melepas senyum ku.

Saat aku dan Max ke ruang tamu aku sontak mencekam lengan Max dan memaksanya untuk berpaling ke arah ku, terlihat ujung bibir Max terluka. Aku menyentuhnya perlahan. "Bagaimana ini bisa terjadi?" ucapku.

Max mencoba melepaskan cekaman Shella dengan pelan namun wanita itu justru tidak ingin melepaskannya. "Lepaskan!"

"Jawab pertanyaan ku Max? Kenapa kau terluka?"

"Apa itu penting bagimu? Berhentilah khawatir padaku seolah kita akrab Shella!" Max pergi ke dapur untuk menyiapkan sarapan.

Aku terdiam atas pernyataan Max. Terkadang aku tidak bisa memahami sifat Max yang tiba-tiba berprilaku baik padaku lalu tiba-tiba sebaliknya. Dengan langkah yang lebar aku menghampiri Max di dapur dan menatapnya yang sedang sibuk dengan peralatan dapur.

"Max..."

"Berhentilah memanggilku dengan nada rendah itu. Menjijikkan rasanya."

Aku akhirnya masuk ke area dapur dan menatapnya lebih dekat. "Kenapa kau seperti ini? Apa kau marah karena aku tidak mengembalikan mobil mu tepat waktu? Bukankah itu perilaku kekanak-kanakan Max?"

Max kian geram dengan perkataannya kekanak-kanakan yang telah di dengarnya dua kali. Alex lalu Shella? Mereka dengan mudahnya menghardik dirinya dengan sebutan tidak berperasaan seperti itu.

Max dengan cepat menaikkan Shella ke meja dan mengurungnya. "Kau pikir atas dasar apa kau berhak menyebut ku seperti itu Shella?" Max mengambil pisau dapur dan mengangkat telapak tangannya di hadapan Shella. "Saat kalian mengatakannya aku sangat marah tetapi amarahku tidak mampu menjelaskan secara nyata." Max mengiris telapak tangannya dengan tipis hanya membiarkan beberapa tetes darah jatuh di hadapan Shella. "Sesakit inilah aku merasakannya..."

"Apa yang kau lakukan!!" Aku segera mengambil pisau yang berada di tangan Max dan membuangnya. Aku melepaskan ikat rambutku untuk membalut luka Max. Perasaan bersalah dan menyesal membuat airmata ku perlahan turun.

Max memandangi wajah Shella yang terlihat begitu khawatir. Max tiba-tiba merasakan rasa nyaman sesaat dan menyandarkan kepalanya di atas bahu Shella.

Aku membiarkan Max menyandarkan kepalanya di bahu ku. Walaupun awalnya aku sedikit terkejut atas tindakannya.

Di Rumah Lain

Elisa begitu dekat memandangi layar CCTV untuk melihat Max dan Shella. Darahnya seolah mendidih melihat kedekatan keduanya yang semakin hari semakin bertambah.

"AKH!!" Elisa berteriak dan mencabut layar monitor dan membuangnya begitu saja dengan rasa emosional tinggi. Ia bahkan turun dan memukul layar tersebut hingga puas.

"Wanita gila! Dasar jal*** gila! Berani-beraninya jal*** seperti mu merayu Max!! Akh!" Elisa mengacak-acak rambutnya dan berteriak kencang.

Beberapa menit kemudian amarah Elisa sedikit reda. Ia berjalan ke arah meja nakas dan mencari anting milik Shella. Ia mendekatkan anting tersebut dan meremasnya dengan kuat. "Aku harus secepatnya membuat perhitungan dengan mu Shella!"

Bab terkait

  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 18 Mulai Bertindak

    Kejadian malam tadi membuat gertakan tersendiri untuk ku. Walaupun Max tidak mengatakannya dengan rinci, namun aku paham beberapa hal tentang Max yang akan selalu ku ingat. Kini aku tengah berdiri di depan cermin seraya termenung sejenak memikirkan Max. Dengan perlahan-lahan aku menaik-turunkan ganggang pasta gigi ku. "Jika Max berprilaku seperti itu apa dia mempunyai tekanan sejak dini oleh orang tuanya? Aku pun tidak tahu asal-usul Max seperti apa. Mungkin memang benar jika dia mempunyai tekanan karena kedua orang tuanya." Aku berkumur dan langsung pergi dari kamar mandi. Ketika aku telah bersiap untuk pergi berkerja aku memaku pandanganku sejenak di ruangan tamu lewat ambang pintu kamar ku. Tadinya aku pikir Max akan keluar dari kamarnya dan beraktivitas di dapur atau ruang tamu seperti biasanya namun ternyata tidak. Tidak ingin berlarut-larut memikirkan Max aku lantas pergi ke arah pintu dan keluar menuju tempat parkir. Aku tidak menyangka jika di parkiran aku bertemu dengan Ma

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-17
  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 19 Allen

    Laya terus-menerus bertanya tentang keadaanku sejak awal kedatangan ku, dan berulang-kali juga aku telah menjawab pertanyaan, namun Laya terus mengajukan pertanyaan lain. "Kau tidak ingin memeriksa diri ke Dokter, Shella? Bisa saja kau mengalami penyakit pelupa." Aku memutar bola mataku malas. "Ayolah Laya... Kau berlebihan bukan?" "Tetapi apa kau sungguh-sungguh tidak apa-apa?" Laya bertanya untuk kesekian kalinya lagi. Kedua tanganku menepuk wajah Laya dengan pelan. "Sampai kapan kau akan terus menanyakan itu?" Laya mengengam tangan Shella yang berada di wajahnya. "Berjanjilah untuk selalu memberitahu ku Shella..." "Baiklah... Aku berjanji-" "Shella?" panggil Alex. Aku berpindah menatap Alex yang kini berada dibelakang Laya. "Ya? Ada apa Alex?" "Apa kau sudah sarapan pagi ini?" "Mungkin aku akan sarapan di kantin nanti." Alex mengeluarkan makanan yang ia pesan secara khusus untuk Shella. "Makanlah ini." Alex menaruh makanan itu tepat di meja Shella dan pergi. Laya terus m

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-18
  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 20 Sebuah Kecelakaan

    Aku telah tiba di apartemen lima menit yang lalu dan kini aku menunggu kedatangan Max di ruang tamu. Aku menatap jam tangan ku yang menunjukkan pukul 22:35. "Apakah dia tidak pulang ke Apartemen hari ini?" Pintu Apartemen terbuka menampilkan sosok Max dengan tas panjangnya memasuki Apartemen. Tibanya Max di ruang tamu ia menyadari jika Shella berada disana, namun Max tidak berkeinginan menyapa dan memilih memasuki kamar. "Bisa kita bicara Max?" Tangan Max sudah menarik kenop pintu pun tertahan untuk mendorongnya karena tiba-tiba Shella berkata seperti itu. "Tunggulah..." ucapnya kemudian memasuki kamar. Karena mendapat jawaban yang memungkinkan, aku menunggu Max hingga dia keluar dari kamarnya. Berselang beberapa menit Max, akhirnya keluar dan menghampiri Shella yang tengah duduk di sofa. "Apa ini tentang Alex?" "Lebih tepatnya tentang kalian berdua. Apa yang telah terjadi tadi malam?" "Aku benci menjelaskan Shella." "Perkelahian kalian hari itu... Apakah berhubungan dengan ku

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-18
  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 21 Keputusan

    Aku terus merenung dan menyalakan diriku atas apa yang telah terjadi pada max. Sesekali aku memandangi pintu IGD menunggu seseorang keluar dan mengatakan kepada Max. Hingga suara dering handphone membuatku tersentak. Aku mengambil handphone yang ada di saku dan melihat dari siapa panggilan itu berasal. "Alex?" Aku mengangkat panggilan tersebut. "Di mana kau? Kenapa tidak menjawab panggilan ku? Shella... Apa kau baik-baik saja?" Alex mendengar suara isak tangis Shella. "Shella..." "Aku tidak bisa berangkat Alex." "Kenapa? Ada sesuatu yang terjadi?" "Max... Max mengalami kecelakaan." "Max? Lalu bagaimana denganmu? Apa kau ikut terluka." "Tidak... Hanya Max." "Shella tunggu aku, aku akan segera kesana dan tolong kirimkan alamatnya padaku." Alex menutup panggilan dan bergegas meminta izin untuk pergi sebentar. Setelah Alex mengakhiri panggilan, aku beralih memanggil Gael untuk datang ke rumah sakit dan menemaniku. Di Kediaman Jia. Rose menyusun satu demi satu pakaian baru yang d

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-19
  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 22 Elisa dan Kenangannya

    Aku tiba di Apartemen dan langsung tertunduk lemas di depan pintu. Terus-menerus perasaan bersalah membuatku ingin menangis. Entah mengapa aku begitu merasa sangat bersedih atas kecelakaan yang menimpa Max, mengingat Max hanyalah pasangan kontrak yang pada akhirnya akan meninggalkan ku. Apa ini karena trauma saat kehilangan ayah di Rumah Sakit? Sekilas perasaan trauma itu sungguh benar adanya, namun perasaan yang kini aku rasakan seolah lebih mendalam. Seperti takut kehilangan seseorang tersayang untuk kedua kalinya. Aku mencoba menguatkan diriku dan pergi ke kamar. Saat ini Gael dalam perjalanan ke Apartemen Shella. Ia bahkan membawakan beberapa makanan untuk dinikmati bersama dan juga untuk berjaga-jaga agar tidak kelaparan. Tibalah Gael di depan pintu Apartemen. Ia segera menekan bel lalu tidak berselang lama Shella membukakan pintu. Di Ruang Tamu "Makanlah sesuatu agar kau tetap kuat Shella?" Gael membuka bungkus makanan yang ia pesan sebelumnya dan menatanya di atas meja. "

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-19
  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 23 Keluarga

    Di perjalanan menuju Rumah Sakit, Gael dan Shella diberikan tumpangan secara paksa oleh Alex dan membuat mereka berada di satu mobil yang sama. "Inilah kenapa aku tidak ingin mengajaknya bersama kita!" ucap Gael. "Kau sungguh kejam Gael. Apa aku pernah membuat kesalahan padamu?" ucap balasan dari Alex. Hanya perasaannya saja atau memang Gael merasa tidak nyaman padanya? Alex tidak ingat jika pernah membuat Gael marah sebelumnya. "Sudahlah... Kenapa kalian berdua seperti ini?" ucapku menengahi mereka. "Benar! Kau harus memarahi sifat Gael, Shella." "Kau pun sama Alex! Berhenti mengganggunya." Gael tertawa kecil mendengar perkataan Shella. Ia lantas mengambil handphone untuk mengusir rasa bosannya. Ia sangat menyukai membaca artikel yang tengah menjadi pembicara. Saat layar handphonenya menyala ia langsung mencari artikel yang tengah panas hari ini. "Termutilasi nya wanita di dalam koper. Apa ini?" Gael membuka artikel tersebut dan segera membacanya. Semakin ia baca dan gulir, te

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-20
  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 24 Max Telah Sadar

    Keheningan menyapa mereka dan tidak ada satupun yang ingin memecahkan baik Oky, Jordi dan Elisa. Menangkap perkataan ayahnya, Elisa berpikir jika perkataan itu tertuju olehnya karena hanya ialah yang pernah melakukan hal serupa. Walaupun benar itu adalah perbuatannya, tidak mungkin ia mengatakan dengan lantang jika ia melakukannya di depan orang tuanya. Bisa-bisa Elisa kembali dirawat dan mungkin saja di penjara. "Apa... Kalian mencurigai ku?" ucap Elisa. Ia sengaja menurunkan nada bicaranya agar terdengar memelas. Segera Oky menggenggam tangan putrinya. "Apa yang kau katakan Elisa? Kami tidak berpikir begitu." "Ayah harap kasus itu tidak ada hubungannya denganmu!" "Apa yang kau katakan? Tentunya itu tidak ada hubungannya dengan Putri kita Jordi! Berhentilah memojokkannya!" Oky telah melupakan luka lama itu dan ia yakin jika putrinya telah berubah. Tidak mungkin Elisa melakukannya bukan? "Maafkan Ayah jika mencurigai mu. Ayah hanya sangat berharap bawah ini bukanlah perbuatanmu E

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-21
  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 25 Aku dan Max

    "Apa tujuanmu hanya untuk menyampaikan berita itu?" ucap Jordi. "Bukankah ini informasi yang penting? Aku dengan baik hati menyampaikannya. Harusnya kau berterima kasih padaku." Elisa tengah berada di ruangannya, ia mencoba berpikir bagaimana caranya agar kedua orang tuanya tidak mencurigainya. Padahal dirinya telah menjadi pribadi yang baik selama ini, dan jika sesuatu terkuak di hadapan mereka, kira-kira seperti apa nasibnya selanjutnya? Elisa benar-benar tidak ingin kembali ke RSJ itu. "Mungkin aku harus bersikap lebih baik dihadapan mereka. Aku akan menemui Ayah dan Ibu diluar." Elisa keluar dari ruangan pribadinya untuk menghampiri kedua orang tuanya. Dari tangga Elisa melihat seseorang yang sudah begitu lama tidak ia lihat. "Siapa ini? Ternyata ada tamu yang tidak diundang? Paman Boni." Sebuah senyum terukir di bibirnya. Perlahan-lahan Elisa menuruni tangga dengan senyum. Jordi menenangkan dirinya sejenak. Kedatangan Boni ternyata hanya membuat luka lamanya terbuka kembali.

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-22

Bab terbaru

  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 70 Kebahagiaan

    Pertemuan yang tidak terduga itu membawa Alex berkahir duduk bersama mereka yang mengelilingi Allen."Jadi dia Shema?" Melihat Shema yang ternyata anak dari Shella dan Max membuat Alex senang. Ia bahkan tidak dapat mengalihkan pandangannya darinya.Max tersenyum, walaupun ia sedikit kesal karena beberapa hal tentang Alex di masa lalu. "Dia sangat mirip denganku bukan?" Wajah Max begitu ceria saat menayangkannya, namun Alex hanya menatap datar padanya. "Menurutku... Tidak! Shema benar-benar sangat mirip dengan Shella!" jawab Alex menyunggingkan senyumnya pada Shella."Tidak! Shema cucuku sangat mirip dengan diriku, benarkan cucu ku?" Tidak mau di bandingkan, Thomas akhirnya memilih jalan yang mungkin terdengar tidak masuk akal ini.Wajah Alex mengungkapkan semuanya dan aku hanya tersenyum seraya menangapi perkataan ayah."Apakah kau memiliki perlu Alex sehingga datang ketempat Gael?" tanyaku yang sejak tadi ingin mengatakannya.Wajah Alex seperti akan terbakar karena rasa malu, bagaim

  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 69 Kembali Pulang

    Veny, Oky dan Jordi akhirnya masuk ke rumah tua tempat peristirahatan terakhir Elisa, di tempat ini juga Elisa dimakamkan. Veny pun memulai acara pemakaman.Beberapa menit kemudian pemakaman akhirnya telah selesai, seperti kebiasaan mereka Veny selalu tinggal dan Oky, Jordi pergi lebih dahulu.Sebuah kotak yang berukuran cukup besar itu akhirnya Veny buka, terlihatlah dua cangkir yang malam itu ia dan Elisa gunakan.Dengan perasaan yang berat Veny menyusun cangkir tersebut di atas meja lalu menuangkan teh yang ia telah siapkan sebelumnya."Selamat minum..." Veny menikmati teh tersebut dengan berat hati, lalu kembali menaruhnya kala tehnya telah habis.Ingatan Veny kembali ke beberapa bulan yang lalu saat Elisa masih berada di sampingnya. "Kau merasa senang? Bagaimana rasanya hidup disana? Aku juga ingin pergi dan merasakannya!" Akhirnya airmata mata Veny mengalir.Dadanya sesak dan terasa begitu sempit, ia sangat tidak menginginkan semuanya terjadi seper

  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 68 Surat Untuk Shella

    Thomas menikmati makan malam bersama dengan keluarganya, yang kini bertambah satu orang. Sejak tadi Thomas melihat Max yang begitu perhatian terhadap Shella kebersamaan keduanya membuat ia teringat seseorang yang kini telah pergi.Untuk pertama kalinya setelah sekian lama Viano dapat duduk kembali di meja makan yang begitu sepi kehangatan ini. Thomas mencoba membuang pikirannya sejenak dan menatap Viano, ia lupa menanyakan keadaan Martin dan Daniel padanya. "Viano? Bagaimana dengan Martin dan Daniel?" "Mereka telah di sana, aku akan bertanggung jawab hingga mereka akhirnya menyadari perbuatan mereka, tetapi butuh waktu yang cukup lama untuk itu!" jelas Viano.Tentu pembicaraan keduanya dapat kudengar dengan jelas. Mendengar nama Martin kembali di sebutkan sebuah ingatan di hari itu muncul di benakku.Max pun mendengar apa yang dikatakan ayahnya dan Viano, hanya saja ia merasa sedih melihat Shella yang tiba-tiba berekspresi tegang. Ia pun memandang ayah dan

  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 67 Hukuman Untuk Daniel dan Martin

    Wajah Martin kala ini sungguh jauh dari kata baik begitupun dengan Daniel. Akibat perkelahian yang mereka lakukan.Daniel lebih dulu bangkit untuk duduk, senyumnya mengembang kala melihat Martin. "Akhirnya aku dapat memukulmu!" "Sial! Kau pikir siapa yang lebih parah di antara kita?" Martin bangkit dan berdiri. "Ayo kita buat rencana, pasti saat ini Thomas telah sembuh dan berniat mencari kita. Jika kita tertangkap maka aku pastikan dia akan benar-benar memasukkan kita ke penjara."Cara jalan Martin yang begitu berat membuat Daniel kembali tersenyum. "Setidaknya aku berhasil membalaskan pukulan hari itu!"Tibalah saatnya dimana Thomas akan membawa kedua adiknya tersebut kembali, terlebih Viano telah mengetahui keberadaan mereka.Kedua bola mata Thomas melirik kearah Viano yang tengah berdiri di sampingnya. "Siapkan semuanya! Kali ini kita akan menangkap Martin dan Daniel."Viano memahami perasaan Thomas, ia bahkan dengan sengaja menceritakan beberapa ke

  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 66 Kecemasan Yang Terbayar

    Viano yang awalnya berada di luar area rumah sakit memutuskan untuk masuk kedalam dan menemui Max untuk menyampaikan beberapa informasi yang ia dapatkan. Sebenarnya ia tidak ingin membuang waktu lagi dan ingin segera menangkap Martin dan Daniel akan tetapi mengingat janjinya pada Max ia memutuskan untuk kembali dan memberikan kabar ini.Max yang tengah sibuk di ruangan ayahnya akhirnya berhasil keluar setelah Dokter datang lalu membius ayahnya. Ia pun keluar dan mendapati Viano duduk di kursi. Viano mendongak. "Bagaimana keadaan Thomas?""Ayah benar-benar tidak berubah sedikitpun, dia masih tetap keras kepala seperti dulu. Bagaimana denganmu? Kau tidak mengejar mereka berdua bukan?""Martin dan Daniel? Tidak! Aku telah berjanji pada seseorang untuk kembali?"Max tertawa. "Hahaha... Aku senang kau berbicara seperti ini denganku, Viano?""Benarkah? Sepertinya aku harus berbicara seperti ini sampai seterusnya?""Itu tidak buruk dan terdengar jauh lebih

  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 65 Kabar Buruk

    Karena Elisa penasaran dengan kota yang ia tinggali seperti apa, ia pun memutuskan untuk mengelilingi kota tersebut beberapa hari setelah kedatangannya kemari dan begitupun dengan hari ini.Elisa pergi seorang diri tanpa penjaga atau pengawas siapapun, kedua orang tuannya pun tidak mempermasalahkan hal tersebut dan membiarkan Elisa bebas. Melihat sebuah danau yang indah, Elisa mengentikan mobilnya dan turun. Angin yang menerpa wajahnya dan cuaca yang cerah membuat suasana terlihat indah. Begitupun dengan pemandangan danau dan beberapa keluarga yang berujung untuk menikmati waktu santai bersama dengan keluarga mereka."Tidak buruk jika aku pergi kemari bersama Ayah dan Ibu." Elisa duduk untuk menikmati keindahan seperti orang-orang.Beberapa menit kemudian setelah menikmati momen tenang tersebut, ia memutuskan untuk pergi namun tiba-tiba seseorang duduk disampingnya. Dari penampilannya yang serba tertutup tentunya ia tidak mengenali siapa orang itu."Lama ti

  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 64 Thomas

    Dengan pisau yang berada di tangannya ini, Martin akan mengakhiri semuanya.Akhirnya Martin telah mendapatkan sidik jari Thomas di surat yang ia bawa. Segera ia memasukan kembali surat penting itu dan kini ia akan menjalankan rencana keduanya.Matanya menatap Thomas. "Kau tidak perlu khawatir Thomas. Karena setelah ini semuanya akan berkahir, jadi hiduplah lebih baik lagi di kehidupan mu yang baru? Selamat tinggal-"Kepala Martin berdenyut ketika mendapati sebuah benda tumpul berukuran kecil menghantam kepalanya dengan begitu kuatnya, hingga ia terhuyung.Setelah mendapatkan peluang aku segera mengambil handphone yang tengah mengeluarkan cahaya itu untuk memantau kondisi ayah Max. Aku memeriksa detak jantung dengan indra pendengaran ku dan mendapati jantung ayah Max masih berdetak."Syukurlah... Aku harus segera membawanya sebelum orang itu kembali bangun?" Perlahan-lahan aku berusaha mencari cara untuk memindahkan ayah Max, karena alat medis di samping tubuhnya terpasang begitu banya

  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 63 Pertarungan

    Perlahan-lahan aku berhasil membuka mataku dan aku langsung mengingat hal yang aku dan Max lakukan malam tadi. Wajahku pun memerah karena mengingat kejadian itu. Segera aku pergi ke kamar mandi dengan terburu-buru dan mencari Max karena dia tidak berada di ranjang.Sejak tadi Max selalu memandangi gelas kosong. Pikirannya benar-benar tidak dapat terkontrol malam tadi dan terjadilah hal itu. Sebagai seorang pria tentunya Max sangat menantikan momen tersebut namun ia hanya sedikit takut jika saat Shella bangun maka dia akan terkejut dan mungkin saja marah padanya, walaupun terlihat tidak mungkin karena malam tadi Shella yang dengan senang hati melakukannya, ia bahkan berulang kali mencoba menahan diri tetapi Shella sepertinya menerima.Hari ini mungkin akan lebih baik jika Max menghindari Shella sedikit? "Bagaimana jika dia benar-benar hanya bercanda dan tidak melakukannya dengan senang hati-""Kau seperti orang gila, berbicara seorang diri Max?" sela Daniel yang awal

  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 62 Lingkungan Baru

    Segera Gael mendongak setelah mendengar perkataan Alex. "Apa... Apa maksudmu?"Wajah yang tampak tidak ingin berkata jujur itu membuat Alex tersenyum. "Katakan padaku kenapa Allen bisa menyukaimu?"Gael terdiam, ia benar tidak salah dengar bukan? Alex mengatakan tentang kenapa Allen menyukainya? Tetapi kenapa Alex tahu, mungkinkah Allen telah lebih dulu memberitahu Alex sebelumnya?"Allen yang mengatakannya padamu?"Alex menyatukan alisnya, sepertinya Gael tidak paham candaannya. "Lupakanlah! Aku akan pergi mencari sesuatu jadi pastikan Lily tidak mencari ku?" Gael menatap Lily yang tertidur pulas dengan jaket Alex sebagai selimutnya. Setelah kepergian Shella, Lily menjadi dekat dengan sosok Alex dan bahkan Lily tidak ingin bermain apapun bersama Gael.Tetapi itu cukup menguntungkan bagi Gael karena ia tidak harus bersusah payah menjaga Lily dan ia juga bisa menghabiskan waktu dengan Allen."Apa aku salah mendengar dari Dokter jika kau akan segera b

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status