Share

Bab 19 Allen

Author: Idry2ni
last update Last Updated: 2024-06-18 22:00:08

Laya terus-menerus bertanya tentang keadaanku sejak awal kedatangan ku, dan berulang-kali juga aku telah menjawab pertanyaan, namun Laya terus mengajukan pertanyaan lain.

"Kau tidak ingin memeriksa diri ke Dokter, Shella? Bisa saja kau mengalami penyakit pelupa."

Aku memutar bola mataku malas. "Ayolah Laya... Kau berlebihan bukan?"

"Tetapi apa kau sungguh-sungguh tidak apa-apa?" Laya bertanya untuk kesekian kalinya lagi.

Kedua tanganku menepuk wajah Laya dengan pelan. "Sampai kapan kau akan terus menanyakan itu?"

Laya mengengam tangan Shella yang berada di wajahnya. "Berjanjilah untuk selalu memberitahu ku Shella..."

"Baiklah... Aku berjanji-"

"Shella?" panggil Alex.

Aku berpindah menatap Alex yang kini berada dibelakang Laya. "Ya? Ada apa Alex?"

"Apa kau sudah sarapan pagi ini?"

"Mungkin aku akan sarapan di kantin nanti."

Alex mengeluarkan makanan yang ia pesan secara khusus untuk Shella. "Makanlah ini." Alex menaruh makanan itu tepat di meja Shella dan pergi.

Laya terus memandangi Alex hingga pria itu tidak terlihat lagi, kemudian ia menatap bungkusan plastik berisi makanan tersebut lalu berlari ke Shella. "Aku penasaran dengan satu hal mengenai Alex, Shella. Boleh aku menanyakannya padamu?"

Tidak biasanya aku mendapati Laya penasaran dengan Alex. Aku pun memutar badan ku untuk menatapnya. "Tanyakan saja. Aku akan menjawabnya."

Laya memasang wajah seriusnya. "Sebenarnya aku tidak tahu apa yang telah terjadi antara kau dan Alex maupun dengan Max. Tetapi malam tadi aku ikut mengantarkan mobilmu dengannya. Aku yang mengendarai mobilmu dan Alex mengendarainya mobilnya. Saat kami tiba di Apartemen, tadinya aku yang ingin mengantarkan kunci mobil mu kepada Max. Namun tiba-tiba Alex menyela dan mengatakan padaku jika dia yang akan mengantarkan kuncinya dan memintaku untuk menunggu di mobilnya."

"Lalu apa?"

"Saat aku tengah menunggunya cukup lama, Alex akhirnya kembali dengan pakaian yang berantakan dan wajah yang tidak baik-baik saja. Aku terkejut melihat kedatangan Alex dan mencoba untuk mencari tahu apa yang terjadi. Kau tahu apa yang Alex katakan?"

"Apa?"

"Diam. Alex diam sekitar... Lima menit, lalu dia memintaku untuk berpura-pura tidak tahu. Awalnya aku cukup tidak mengerti maksud dari perkataan Alex hingga dia berkata padaku. 'Ini hanya perkelahian kecil antara Pria' itu yang dia katakan."

"Jadi mereka sungguh berkelahi?"

"Maaf jika aku menanyakannya. Tetapi sebenarnya apa hubungan Max dan Alex? Apa mereka saling mengenal awalnya?"

"Aku tidak tahu Laya, mungkin aku harus berbicara dengan Max nantinya."

Laya menarik tangan Shella dan menggenggamnya. "Shella... Kau tidak menyembunyikan apapun bukan?"

"Tidak Laya... Aku tidak menyembunyikan apapun..."

"Jika kau membutuhkan ku, kapan saja... Kau bisa menghubungi ku Shella, aku pasti akan membantu mu."

"Terima kasih Laya. Aku pasti akan melakukannya jika benar-benar membutuhkan bantuan mu."

"Baiklah." Laya melepaskan genggaman tangannya pada Shella. "Sekarang makanlah. Alex sudah membawanya untukmu."

Aku tersenyum. "Kita makan bersama?"

"Tentu."

Di Kediaman Jia

Beberapa hari ini Jia merasa hidupnya seperti orang yang kaya-raya. Membeli tas bermerek, high heels bermerek, pakaian bermerek dan juga makeup. Tiada hari tanpa menghambur-hamburkan uang. Seandainya ia tahu lebih awal, maka hidupnya pasti sangat menyenangkan.

Jia tengah bersantai di tuang tamu dengan tumpukan paper bag yang menjulang tinggi. Jia merasa tenggorokannya sangat kering. "Kakak... Kak... Ambillah aku segelas air..."

Tidak berselang lama seseorang yang di panggil Jia datang dan mengantarkan segelas minuman ke meja. Mata wanita melirik ke arah paper bag yang menjulang tinggi. "Apa kau berniat menghabiskan seluruh uang Teddy, Jia?" ucapnya.

Jia membasahi tenggorokannya dengan segelas air yang di bawa oleh Gyta. Ia kemudian tersenyum ke arahnya dan menepuk sofa. "Duduklah di sampingku Kakak Gyta, aku telah membelikan mu sesuatu."

Gyta duduk. "Berapa banyak yang kau habiskan hari ini?"

Jia sedang mencari paper bag. "Berhentilah bersikap perhitungan seperti Teddy Kakak Gyta. Ah ini dia!" Jia menarik paper bag mini tersebut dan memberikannya kepada Gyta. "Aku khusus mencarinya untukmu. Pakailah..." Jia pun pergi membawa semua paper bag tersebut.

"Hanya aku saja yang mendapatkan ini? Bagaimana dengan Lily dan Allen? Juga Tara?"

"Tenanglah... Aku telah membelikan semuanya. Aku hanya ingin memberikannya dengan tangan ku sendiri. Kau tidak perlu khawatir."

Gyta pun membuka hadiah yang di berikan iparnya tersebut. Sebuah kota berwarna merah membuat rasa penasaran tergoyah. "Perhiasan?" Gyta tidak menyangka jika Jia akan memberikan sebuah perhiasan emas padanya. "Cantik sekali..."

Di dalam keluarga besar mendiang Teddy, terdapat Shella sebagai anak kandungnya. Gyta kakak dari mendiang Teddy memiliki seorang putri bernama Tara. Lalu Allen adalah adik mendiang Teddy dan Lily adalah adik terakhirnya.

Sepanjang perjalanan menuju kamar Jia sempat berpapasan dengan Lily dan Tara. Ia pun memberikan dua hadiah yang telah di siapkan sebelumnya.

"Terimakasih Bibi..." ucap Tara dengan senyum.

"Sama-sama sayang... Lily? Apa kau tidak menyukai hadiahnya? Kenapa kau tidak berterima kasih padaku?"

Lily menarik tangan Tara. "Terimakasih." Kemudian pergi.

"Dia terlihat tidak jauh berbeda dengan Shella... Ah Wanita itu. Aku tidak akan pernah memaafkannya untuk kejadian hari itu." Masih teringat di benak Jia hari ketika Shella dan Max hadir di rumah saat itu. Bagaimana mungkin Jia melupakan penghinaan yang di lontarkan Shella demi membela Max.

Allen tidak sengaja bertemu dengan Jia yang berdiri di tempat. Apa yang wanita gila itu lakukan? Terlintas sebuah ide di pikirannya hingga ia akhirnya berlari menuju Jia lalu memeluk pinggang ramping wanita itu. Allen juga menyandarkan kepalanya di bahu Jia. "Dari mana saja kau?" ucap Allen.

Jia tersenyum manis lalu menggapai wajah Allen yang menyandar di bahunya. "Aku tengah berbelanja. Allen, aku membelikan mu banyak sekali barang apa kau ingin melihatnya?"

Pakaian Jia terbilang cukup terbuka. Ia hanya menggunakan dress potongan. Bahkan pakaian tanpa lengan bagian atasnya hanya sampai di atas pusar. Dapat Jia rasakan jika tangan Alex menyelip di belahan pakainya atasnya. "Apa yang kau lakukan? Seseorang bisa saja melihatnya."

"Tidak ada yang melihatnya."

Dari kejauhan Rose melihat seorang pria. Tentunya itu adalah Allen kakak iparnya karena hanya dialah satu-satunya pria di rumah ini. Namun saat Rose melangkah lebih dekat nampak jika Allen tengah memeluk seseorang. Sejak kapan pria itu memiliki kekasih? Akibat rasa penasarannya Rose memutuskan untuk mendekat. "Allen apa yang kau..." Ia tidak bisa melanjutkan perkataannya karena tiba-tiba saja wanita yang di peluk Allen terjatuh dengan posisi terduduk.

Allen berpaling ke belakang. "Rose?"

Rose terkejut mendapati ibunya yang terbangun dari duduk. Ia pikir wanita yang di pelukan Allen adalah wanita lain tetapi ia salah. "Ibu?" Rose kemudian melirik ke arah Allen. "Apa yang kalian lakukan?"

"Ibu... Ibu hanya-"

"Ibumu memintaku membawakan barang-barangnya Rose," jelas Allen.

"Benarkah? Lalu kenapa kau memeluk Ibuku dari belakang?"

Pertanyaan Rose membuat Jia sedikit khawatir. Ia akhirnya menarik tangan Rose untuk berada di sisinya. "Sayang... Allen hanya membantu Ibu tetapi Ibu menolaknya. Apa kau tahu apa yang Ibu bawakan untukmu Rose?"

"Ibu membeli sesuatu untuk ku?" ucap Rose dengan mata yang berbinar.

"Tentu sayang... Ibu membelikan banyak pakaian untukmu. Bagaimana jika kita ke kamar dan melihatnya?"

"Kalau begitu aku akan pergi," ucap Allen yang kemudian pergi.

"Ayo Rose."

"Iya."

Related chapters

  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 20 Sebuah Kecelakaan

    Aku telah tiba di apartemen lima menit yang lalu dan kini aku menunggu kedatangan Max di ruang tamu. Aku menatap jam tangan ku yang menunjukkan pukul 22:35. "Apakah dia tidak pulang ke Apartemen hari ini?" Pintu Apartemen terbuka menampilkan sosok Max dengan tas panjangnya memasuki Apartemen. Tibanya Max di ruang tamu ia menyadari jika Shella berada disana, namun Max tidak berkeinginan menyapa dan memilih memasuki kamar. "Bisa kita bicara Max?" Tangan Max sudah menarik kenop pintu pun tertahan untuk mendorongnya karena tiba-tiba Shella berkata seperti itu. "Tunggulah..." ucapnya kemudian memasuki kamar. Karena mendapat jawaban yang memungkinkan, aku menunggu Max hingga dia keluar dari kamarnya. Berselang beberapa menit Max, akhirnya keluar dan menghampiri Shella yang tengah duduk di sofa. "Apa ini tentang Alex?" "Lebih tepatnya tentang kalian berdua. Apa yang telah terjadi tadi malam?" "Aku benci menjelaskan Shella." "Perkelahian kalian hari itu... Apakah berhubungan dengan ku

    Last Updated : 2024-06-18
  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 21 Keputusan

    Aku terus merenung dan menyalakan diriku atas apa yang telah terjadi pada max. Sesekali aku memandangi pintu IGD menunggu seseorang keluar dan mengatakan kepada Max. Hingga suara dering handphone membuatku tersentak. Aku mengambil handphone yang ada di saku dan melihat dari siapa panggilan itu berasal. "Alex?" Aku mengangkat panggilan tersebut. "Di mana kau? Kenapa tidak menjawab panggilan ku? Shella... Apa kau baik-baik saja?" Alex mendengar suara isak tangis Shella. "Shella..." "Aku tidak bisa berangkat Alex." "Kenapa? Ada sesuatu yang terjadi?" "Max... Max mengalami kecelakaan." "Max? Lalu bagaimana denganmu? Apa kau ikut terluka." "Tidak... Hanya Max." "Shella tunggu aku, aku akan segera kesana dan tolong kirimkan alamatnya padaku." Alex menutup panggilan dan bergegas meminta izin untuk pergi sebentar. Setelah Alex mengakhiri panggilan, aku beralih memanggil Gael untuk datang ke rumah sakit dan menemaniku. Di Kediaman Jia. Rose menyusun satu demi satu pakaian baru yang d

    Last Updated : 2024-06-19
  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 22 Elisa dan Kenangannya

    Aku tiba di Apartemen dan langsung tertunduk lemas di depan pintu. Terus-menerus perasaan bersalah membuatku ingin menangis. Entah mengapa aku begitu merasa sangat bersedih atas kecelakaan yang menimpa Max, mengingat Max hanyalah pasangan kontrak yang pada akhirnya akan meninggalkan ku. Apa ini karena trauma saat kehilangan ayah di Rumah Sakit? Sekilas perasaan trauma itu sungguh benar adanya, namun perasaan yang kini aku rasakan seolah lebih mendalam. Seperti takut kehilangan seseorang tersayang untuk kedua kalinya. Aku mencoba menguatkan diriku dan pergi ke kamar. Saat ini Gael dalam perjalanan ke Apartemen Shella. Ia bahkan membawakan beberapa makanan untuk dinikmati bersama dan juga untuk berjaga-jaga agar tidak kelaparan. Tibalah Gael di depan pintu Apartemen. Ia segera menekan bel lalu tidak berselang lama Shella membukakan pintu. Di Ruang Tamu "Makanlah sesuatu agar kau tetap kuat Shella?" Gael membuka bungkus makanan yang ia pesan sebelumnya dan menatanya di atas meja. "

    Last Updated : 2024-06-19
  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 23 Keluarga

    Di perjalanan menuju Rumah Sakit, Gael dan Shella diberikan tumpangan secara paksa oleh Alex dan membuat mereka berada di satu mobil yang sama. "Inilah kenapa aku tidak ingin mengajaknya bersama kita!" ucap Gael. "Kau sungguh kejam Gael. Apa aku pernah membuat kesalahan padamu?" ucap balasan dari Alex. Hanya perasaannya saja atau memang Gael merasa tidak nyaman padanya? Alex tidak ingat jika pernah membuat Gael marah sebelumnya. "Sudahlah... Kenapa kalian berdua seperti ini?" ucapku menengahi mereka. "Benar! Kau harus memarahi sifat Gael, Shella." "Kau pun sama Alex! Berhenti mengganggunya." Gael tertawa kecil mendengar perkataan Shella. Ia lantas mengambil handphone untuk mengusir rasa bosannya. Ia sangat menyukai membaca artikel yang tengah menjadi pembicara. Saat layar handphonenya menyala ia langsung mencari artikel yang tengah panas hari ini. "Termutilasi nya wanita di dalam koper. Apa ini?" Gael membuka artikel tersebut dan segera membacanya. Semakin ia baca dan gulir, te

    Last Updated : 2024-06-20
  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 24 Max Telah Sadar

    Keheningan menyapa mereka dan tidak ada satupun yang ingin memecahkan baik Oky, Jordi dan Elisa. Menangkap perkataan ayahnya, Elisa berpikir jika perkataan itu tertuju olehnya karena hanya ialah yang pernah melakukan hal serupa. Walaupun benar itu adalah perbuatannya, tidak mungkin ia mengatakan dengan lantang jika ia melakukannya di depan orang tuanya. Bisa-bisa Elisa kembali dirawat dan mungkin saja di penjara. "Apa... Kalian mencurigai ku?" ucap Elisa. Ia sengaja menurunkan nada bicaranya agar terdengar memelas. Segera Oky menggenggam tangan putrinya. "Apa yang kau katakan Elisa? Kami tidak berpikir begitu." "Ayah harap kasus itu tidak ada hubungannya denganmu!" "Apa yang kau katakan? Tentunya itu tidak ada hubungannya dengan Putri kita Jordi! Berhentilah memojokkannya!" Oky telah melupakan luka lama itu dan ia yakin jika putrinya telah berubah. Tidak mungkin Elisa melakukannya bukan? "Maafkan Ayah jika mencurigai mu. Ayah hanya sangat berharap bawah ini bukanlah perbuatanmu E

    Last Updated : 2024-06-21
  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 25 Aku dan Max

    "Apa tujuanmu hanya untuk menyampaikan berita itu?" ucap Jordi. "Bukankah ini informasi yang penting? Aku dengan baik hati menyampaikannya. Harusnya kau berterima kasih padaku." Elisa tengah berada di ruangannya, ia mencoba berpikir bagaimana caranya agar kedua orang tuanya tidak mencurigainya. Padahal dirinya telah menjadi pribadi yang baik selama ini, dan jika sesuatu terkuak di hadapan mereka, kira-kira seperti apa nasibnya selanjutnya? Elisa benar-benar tidak ingin kembali ke RSJ itu. "Mungkin aku harus bersikap lebih baik dihadapan mereka. Aku akan menemui Ayah dan Ibu diluar." Elisa keluar dari ruangan pribadinya untuk menghampiri kedua orang tuanya. Dari tangga Elisa melihat seseorang yang sudah begitu lama tidak ia lihat. "Siapa ini? Ternyata ada tamu yang tidak diundang? Paman Boni." Sebuah senyum terukir di bibirnya. Perlahan-lahan Elisa menuruni tangga dengan senyum. Jordi menenangkan dirinya sejenak. Kedatangan Boni ternyata hanya membuat luka lamanya terbuka kembali.

    Last Updated : 2024-06-22
  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 26 Alex Berkunjung

    Setelah berbicara dengan Kamelia aku merasa jauh lebih baik. Aku akan menggunakan kesempatan ini untuk membalas budi pada Max. "Max... Hubungan kita tidak lebih dari sebatas hubungan pernikahan kontrak bukan? Jika kau berpikir seperti itu maka aku harus merubah pemikiran awal ku jika kau adalah seseorang yang membuat hidupku berwarna. Aku tarik kata-kata itu." Di Rumah Sakit tidak ada tamu yang mengunjungi Max. Seharusnya Max senang karena inilah yang ia harapkan tetapi seiring berjalannya waktu ternyata ini tidak membantu dirinya lebih baik. Hari demi hari Max jalanin di ruangan tempatnya di rawat. Max sempat melupakan beberapa hal seperti kerugian yang harus ia bayar nantinya pada Shella, karena telah membuat mobil wanita itu rusak parah dan lagi kebutuhan yang harusnya ia tanggung tidak bisa ia jalankan karena situasinya. Hal itu memicu Max untuk berpikir jalan keluar saat ia telah pergi dari rumah sakit ini. Tepat sudah satu minggu berlalu dan Max tidak mendapati Shella datang d

    Last Updated : 2024-06-23
  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 27 Taro

    Alex sengaja berkunjung ke rumah sakit tempat Max di rawat hanya untuk melihat keadaan pria itu. Meskipun begitu ada hal yang terjadi ketika ia masuk ke ruangan Max, dimana pria itu tengah bersama seorang wanita. Awalnya Alex mengira jika wanita itu adalah Shella ternyata bukan."Apakah aku mengganggu?" tanya Alex seraya mendekat ke arah mereka.Elisa memilih untuk pergi karena jika ia tetap disini mungkin saja pria yang baru masuk itu mencurigainya. "Tidak! Aku hanya mengunjunginya dan sepertinya dia telah kedatangan tamu. Kalau begitu aku akan pergi Max..."Alex terus memperhatikan gerak-gerik wanita itu hingga keluar dari ruangan. "Dia kekasih mu?""Ada perlu apa kau kemari?" tanya Max.Alex tersenyum menanggapinya. "Kau tidak suka basa-basi ternyata? Aku hanya kebetulan melewati rumah sakit ini saat perjalanan pulang karenanya aku berpikir jika aku mengunjungimu Shella mungkin berada di sini.""Apa Shella tidak ada di kantor?""Kau sungguh tidak tahu? Dia ada saat pagi namun tiba-

    Last Updated : 2024-06-24

Latest chapter

  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 70 Kebahagiaan

    Pertemuan yang tidak terduga itu membawa Alex berkahir duduk bersama mereka yang mengelilingi Allen."Jadi dia Shema?" Melihat Shema yang ternyata anak dari Shella dan Max membuat Alex senang. Ia bahkan tidak dapat mengalihkan pandangannya darinya.Max tersenyum, walaupun ia sedikit kesal karena beberapa hal tentang Alex di masa lalu. "Dia sangat mirip denganku bukan?" Wajah Max begitu ceria saat menayangkannya, namun Alex hanya menatap datar padanya. "Menurutku... Tidak! Shema benar-benar sangat mirip dengan Shella!" jawab Alex menyunggingkan senyumnya pada Shella."Tidak! Shema cucuku sangat mirip dengan diriku, benarkan cucu ku?" Tidak mau di bandingkan, Thomas akhirnya memilih jalan yang mungkin terdengar tidak masuk akal ini.Wajah Alex mengungkapkan semuanya dan aku hanya tersenyum seraya menangapi perkataan ayah."Apakah kau memiliki perlu Alex sehingga datang ketempat Gael?" tanyaku yang sejak tadi ingin mengatakannya.Wajah Alex seperti akan terbakar karena rasa malu, bagaim

  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 69 Kembali Pulang

    Veny, Oky dan Jordi akhirnya masuk ke rumah tua tempat peristirahatan terakhir Elisa, di tempat ini juga Elisa dimakamkan. Veny pun memulai acara pemakaman.Beberapa menit kemudian pemakaman akhirnya telah selesai, seperti kebiasaan mereka Veny selalu tinggal dan Oky, Jordi pergi lebih dahulu.Sebuah kotak yang berukuran cukup besar itu akhirnya Veny buka, terlihatlah dua cangkir yang malam itu ia dan Elisa gunakan.Dengan perasaan yang berat Veny menyusun cangkir tersebut di atas meja lalu menuangkan teh yang ia telah siapkan sebelumnya."Selamat minum..." Veny menikmati teh tersebut dengan berat hati, lalu kembali menaruhnya kala tehnya telah habis.Ingatan Veny kembali ke beberapa bulan yang lalu saat Elisa masih berada di sampingnya. "Kau merasa senang? Bagaimana rasanya hidup disana? Aku juga ingin pergi dan merasakannya!" Akhirnya airmata mata Veny mengalir.Dadanya sesak dan terasa begitu sempit, ia sangat tidak menginginkan semuanya terjadi seper

  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 68 Surat Untuk Shella

    Thomas menikmati makan malam bersama dengan keluarganya, yang kini bertambah satu orang. Sejak tadi Thomas melihat Max yang begitu perhatian terhadap Shella kebersamaan keduanya membuat ia teringat seseorang yang kini telah pergi.Untuk pertama kalinya setelah sekian lama Viano dapat duduk kembali di meja makan yang begitu sepi kehangatan ini. Thomas mencoba membuang pikirannya sejenak dan menatap Viano, ia lupa menanyakan keadaan Martin dan Daniel padanya. "Viano? Bagaimana dengan Martin dan Daniel?" "Mereka telah di sana, aku akan bertanggung jawab hingga mereka akhirnya menyadari perbuatan mereka, tetapi butuh waktu yang cukup lama untuk itu!" jelas Viano.Tentu pembicaraan keduanya dapat kudengar dengan jelas. Mendengar nama Martin kembali di sebutkan sebuah ingatan di hari itu muncul di benakku.Max pun mendengar apa yang dikatakan ayahnya dan Viano, hanya saja ia merasa sedih melihat Shella yang tiba-tiba berekspresi tegang. Ia pun memandang ayah dan

  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 67 Hukuman Untuk Daniel dan Martin

    Wajah Martin kala ini sungguh jauh dari kata baik begitupun dengan Daniel. Akibat perkelahian yang mereka lakukan.Daniel lebih dulu bangkit untuk duduk, senyumnya mengembang kala melihat Martin. "Akhirnya aku dapat memukulmu!" "Sial! Kau pikir siapa yang lebih parah di antara kita?" Martin bangkit dan berdiri. "Ayo kita buat rencana, pasti saat ini Thomas telah sembuh dan berniat mencari kita. Jika kita tertangkap maka aku pastikan dia akan benar-benar memasukkan kita ke penjara."Cara jalan Martin yang begitu berat membuat Daniel kembali tersenyum. "Setidaknya aku berhasil membalaskan pukulan hari itu!"Tibalah saatnya dimana Thomas akan membawa kedua adiknya tersebut kembali, terlebih Viano telah mengetahui keberadaan mereka.Kedua bola mata Thomas melirik kearah Viano yang tengah berdiri di sampingnya. "Siapkan semuanya! Kali ini kita akan menangkap Martin dan Daniel."Viano memahami perasaan Thomas, ia bahkan dengan sengaja menceritakan beberapa ke

  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 66 Kecemasan Yang Terbayar

    Viano yang awalnya berada di luar area rumah sakit memutuskan untuk masuk kedalam dan menemui Max untuk menyampaikan beberapa informasi yang ia dapatkan. Sebenarnya ia tidak ingin membuang waktu lagi dan ingin segera menangkap Martin dan Daniel akan tetapi mengingat janjinya pada Max ia memutuskan untuk kembali dan memberikan kabar ini.Max yang tengah sibuk di ruangan ayahnya akhirnya berhasil keluar setelah Dokter datang lalu membius ayahnya. Ia pun keluar dan mendapati Viano duduk di kursi. Viano mendongak. "Bagaimana keadaan Thomas?""Ayah benar-benar tidak berubah sedikitpun, dia masih tetap keras kepala seperti dulu. Bagaimana denganmu? Kau tidak mengejar mereka berdua bukan?""Martin dan Daniel? Tidak! Aku telah berjanji pada seseorang untuk kembali?"Max tertawa. "Hahaha... Aku senang kau berbicara seperti ini denganku, Viano?""Benarkah? Sepertinya aku harus berbicara seperti ini sampai seterusnya?""Itu tidak buruk dan terdengar jauh lebih

  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 65 Kabar Buruk

    Karena Elisa penasaran dengan kota yang ia tinggali seperti apa, ia pun memutuskan untuk mengelilingi kota tersebut beberapa hari setelah kedatangannya kemari dan begitupun dengan hari ini.Elisa pergi seorang diri tanpa penjaga atau pengawas siapapun, kedua orang tuannya pun tidak mempermasalahkan hal tersebut dan membiarkan Elisa bebas. Melihat sebuah danau yang indah, Elisa mengentikan mobilnya dan turun. Angin yang menerpa wajahnya dan cuaca yang cerah membuat suasana terlihat indah. Begitupun dengan pemandangan danau dan beberapa keluarga yang berujung untuk menikmati waktu santai bersama dengan keluarga mereka."Tidak buruk jika aku pergi kemari bersama Ayah dan Ibu." Elisa duduk untuk menikmati keindahan seperti orang-orang.Beberapa menit kemudian setelah menikmati momen tenang tersebut, ia memutuskan untuk pergi namun tiba-tiba seseorang duduk disampingnya. Dari penampilannya yang serba tertutup tentunya ia tidak mengenali siapa orang itu."Lama ti

  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 64 Thomas

    Dengan pisau yang berada di tangannya ini, Martin akan mengakhiri semuanya.Akhirnya Martin telah mendapatkan sidik jari Thomas di surat yang ia bawa. Segera ia memasukan kembali surat penting itu dan kini ia akan menjalankan rencana keduanya.Matanya menatap Thomas. "Kau tidak perlu khawatir Thomas. Karena setelah ini semuanya akan berkahir, jadi hiduplah lebih baik lagi di kehidupan mu yang baru? Selamat tinggal-"Kepala Martin berdenyut ketika mendapati sebuah benda tumpul berukuran kecil menghantam kepalanya dengan begitu kuatnya, hingga ia terhuyung.Setelah mendapatkan peluang aku segera mengambil handphone yang tengah mengeluarkan cahaya itu untuk memantau kondisi ayah Max. Aku memeriksa detak jantung dengan indra pendengaran ku dan mendapati jantung ayah Max masih berdetak."Syukurlah... Aku harus segera membawanya sebelum orang itu kembali bangun?" Perlahan-lahan aku berusaha mencari cara untuk memindahkan ayah Max, karena alat medis di samping tubuhnya terpasang begitu banya

  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 63 Pertarungan

    Perlahan-lahan aku berhasil membuka mataku dan aku langsung mengingat hal yang aku dan Max lakukan malam tadi. Wajahku pun memerah karena mengingat kejadian itu. Segera aku pergi ke kamar mandi dengan terburu-buru dan mencari Max karena dia tidak berada di ranjang.Sejak tadi Max selalu memandangi gelas kosong. Pikirannya benar-benar tidak dapat terkontrol malam tadi dan terjadilah hal itu. Sebagai seorang pria tentunya Max sangat menantikan momen tersebut namun ia hanya sedikit takut jika saat Shella bangun maka dia akan terkejut dan mungkin saja marah padanya, walaupun terlihat tidak mungkin karena malam tadi Shella yang dengan senang hati melakukannya, ia bahkan berulang kali mencoba menahan diri tetapi Shella sepertinya menerima.Hari ini mungkin akan lebih baik jika Max menghindari Shella sedikit? "Bagaimana jika dia benar-benar hanya bercanda dan tidak melakukannya dengan senang hati-""Kau seperti orang gila, berbicara seorang diri Max?" sela Daniel yang awal

  • ONE DAY IN MY LIFE    Bab 62 Lingkungan Baru

    Segera Gael mendongak setelah mendengar perkataan Alex. "Apa... Apa maksudmu?"Wajah yang tampak tidak ingin berkata jujur itu membuat Alex tersenyum. "Katakan padaku kenapa Allen bisa menyukaimu?"Gael terdiam, ia benar tidak salah dengar bukan? Alex mengatakan tentang kenapa Allen menyukainya? Tetapi kenapa Alex tahu, mungkinkah Allen telah lebih dulu memberitahu Alex sebelumnya?"Allen yang mengatakannya padamu?"Alex menyatukan alisnya, sepertinya Gael tidak paham candaannya. "Lupakanlah! Aku akan pergi mencari sesuatu jadi pastikan Lily tidak mencari ku?" Gael menatap Lily yang tertidur pulas dengan jaket Alex sebagai selimutnya. Setelah kepergian Shella, Lily menjadi dekat dengan sosok Alex dan bahkan Lily tidak ingin bermain apapun bersama Gael.Tetapi itu cukup menguntungkan bagi Gael karena ia tidak harus bersusah payah menjaga Lily dan ia juga bisa menghabiskan waktu dengan Allen."Apa aku salah mendengar dari Dokter jika kau akan segera b

DMCA.com Protection Status